BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Anggaran Negara dan Keuangan Negara. Menurut Revrisond Baswir (2000:34), Anggaran Negara adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. mengatur dan mengevaluasi jalannya suatu kegiatan. Menurut M. Nafarin

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

Bab I PENDAHULUAN. berkeadilan sosial dalam menjalankan aspek-aspek fungsional dari

BAB. I PENDAHULUAN. perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Sektor Publik Pengertian Akuntansi Sektor Publik Bastian (2006:15) Mardiasmo (2009:2) Abdul Halim (2012:3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam pembangunan sumber daya

2 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Ev

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan prima seharusnya dapat menjawab keluhan-keluhan tersebut, dimana

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program bukan pada unit organisasi semata dan memakai output measurement

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja. Menurut Mahsun (2006:25) kinerja (performance) adalah gambaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. organisasi baik itu organisasi swasta maupun organisasi milik pemerintah

BAB II LANDASAN TEORI

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 91 TAHUN No. 91, 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

GUBERNUR SULAWESI BARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan panitia, pengumpulan dan pengklasifikasian data, pengajuan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance (Bappenas,

PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN KINERJA DAN PELAPORAN KINERJA DI LINGKUNGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 14

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan

SISTEM PENGANGGARAN PEMERINTAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERJANJIAN DAN PELAPORAN KINERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. oaching

1 UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN,

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dihindarkan. Organisasi sektor publik memiliki kaitan yang erat dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori 1. Akuntansi Pemerintahan

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Indra Bastian (2006),

SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DAN LAPORAN AKUNTANTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Purnomo (2015) melakukan penelitian tentang Penilaian Kinerja Berbasis

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

Regulasi Tahapan dalam Siklus Akuntansi. Contoh Hasil Regulasi Publik Sektor Publik. Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep, Konstruk, dan Variabel Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepo

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bergesernya paradigma manajemen pemerintahan dalam dua dekade terakhir yaitu dari

MAKSI Jurnal Ilmiah Manajemen & Akuntansi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45).

L A P O R A N K I N E R J A

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperoleh dan dipakai selama periode waktu tertentu. jangka waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam satuan uang.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA


MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN TENTANG PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memacu perbaikan kinerja yang berkelanjutan (continous performance

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pesat terhadap akses yang dapat dilakukan masyarakat untuk. masyarakat akan adanya suatu pengukuran kinerja.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

PEDOMAN PENYUSUNAN PK BPS

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori-teori 1. Pengertian Anggaran Negara dan Keuangan Negara Menurut Revrisond Baswir (2000:34), Anggaran Negara adalah gambaran dari kebijaksanaan pemerintah yang dinyatakan dalam satuan mata uang, yang meliputi kebijaksanaan pengeluaran pemerintah untuk suatu periode dimasa depan maupun penerimaan untuk menutupi pengeluaran tersebut. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, Keuangan Negara (APBN) merupakan pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang, APBN harus sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan negara dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara. Undang-undang ini juga menjabarkan tahapan penting dalam penyusunan APBN yang diawali dengan penyampaian pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun anggaran berikutnya kepada DPR selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan. Gambar.2.1. Siklus Anggaran Persiapan / Penyusunan Pemeriksaan Persetujuan Pelaporan Administrasi/ Pelaksanaan 6

7 Sumber data : Dedi Nordiawan ( 2006 : 52 ) 2. Konsep Anggaraan dan Fungsi Anggaran a. Konsep Anggaran Menurut Mulyadi (2001:488), konsep anggaran dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Anggaran dapat dinyatakan dalam satuan keuangan dan satuan lainnya. 2) Anggaran memiliki jangka waktu 1 tahun. 3) Anggaran merupakan komitmen manajemen yang disetujui oleh pihak yang memiliki wewenang lebih tinggi. 4) Anggaran dapat diubah dan merupakan alat bantu dalam menganalisa kinerja keuangan organisasi. Penganggaran sektor publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap program dan aktivitas dalam satuan moneter. Proses penganggaran organisasi sektor publik dimulai ketika perumusan strategi dan perencanaan strategi yang telah dibuat. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan strategi. Tahap penganggaran menjadi sangat penting karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja akan dapat menggagalkan perencanaan yang sudah disusun. b. Fungsi Anggaran Untuk dapat lebih memahami konsep anggaran, menurut Nordiawan (2006:48) beberapa fungsi anggaran dalam manajemen organisasi sektor publik, antara lain: 1) Anggaran sebagai alat perencanaan Dengan adanya anggaran, organisasi tahu apa yang harus dilakukan dan ke arah mana kebijakan yang dibuat.

8 2) Anggaran sebagai Alat pengendalian Dengan adanya anggaran, organisasi sektor publik dapat menghindari adanya pengeluaran yang terlalu besar (overspending) atau adanya penggunaan dana yang tidak semestinya (misspending). 3) Anggaran sebagai Alat Kebijakan Melalui anggaran organisasi sektor publik dapat menentukan arah atas kebijakan tertentu. contohnya, adalah apa yang dilakukan pemerintah dalam hal kebijakan fiskal, apakah melakukan kebijakan fiskal ketat atau longgar dengan mengatur besarnya pengeluaran yang direncanakan. 4) Anggaran sebagai Alat Politik Dalam organisasi sektor publik, melalui anggaran dapat dilihat komitmen pengelola dalam melaksanakan program-program yang telah dijanjikan. 5) Anggaran sebagai Alat Koordinasi dan Komunikasi Melalui dokumen anggaran yang komprehensif sebuah bagian atau unit kerja atau departemen yang merupakan sub organisasi dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan juga apa yang akan dilakukan oleh bagian / unit kerja lainnya. 6) Anggaran sebagai Alat Penilaian Kinerja Anggaran adalah suatu ukuran yang bisa menjadi patokan apakah suatu bagian atau unit kerja telah memenuhi target berupa terlaksananya aktivitas maupun terpenuhinya efisiensi biaya. 7) Anggaran sebagai Alat Motivasi Anggaran dapat digunakan sebagai alat komunikasi dengan menjadikan nilai-nilai nominal yang tercantum sebagai target pencapaian. Dengan catatan, anggaran akan menjadi alat motivasi yang baik jika memenuhi sifat menantang tetapi masih mungkin untuk dicapai (challenging but attainable atau demanding but achievable). Maksudnya adalah suatu anggaran itu hendaknya jangan terlalu tinggi sehingga tidak dapat dipenuhi juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu mudah dicapai. 3. Prinsip Prinsip Penyusunan Anggaran a. Aturan Hukum Prinsip ini merupakan pusat dari proses penyusunan anggaran karena proses tersebut ditetapkan oleh undang-undang, bahkan dalam menentukan kapan pejabat terpilih dan yang ditunjuk melakukan apa pada saat kapan. Korupsi pada lembaga pemerintah sering terjadi karena adanya transaksi keuangan yang melanggar aturan perundang-undangan.

9 b. Transparansi Prinsip ini berlaku di berbagai fungsi dan tanggung jawab penelolaan keuangan pemerintah, termasuk pembuatan dan perencanaan kebijakan keuangan, dengar pendapat anggaran, pencatatan, audit keuangan, dan pelibatan masyarakat pada seluruh kegiatan pengelolaan keuangan. c. Akuntabilitas Prinsip ini yang menjadi inti dari proses anggaran sesungguhnya. Akuntabilitas membuat pejabat terpilih dan yang ditunjuk bertanggung jawab dengan cara mengungkapkan bagaimana dana masyarakat akan digunakan. Audit program dan keuangan akan dapat menentukan pejabat apakah bersangkutan akuntabel dalam melaksanakan anggaran kinerjanya. d. Partisipasi Masyarakat Penganggaran partisipatif didasarkan pada pemikiran partisipasi masyarakat yang intensif dalam proses pengambilan keputusan anggaran. e. Keadilan dan Pengikut sertaan Prinsip ini akan memastikan bahwa keputusan keuangan dibuat demi kepentingan seluruh masyarakat, bukan hanya sebagian golongan. Prinsip ini berlaku di berbagai fungsi keuangan seperti penganggaran, pengadaan, penyusunan, dan perencanaan kebijakan anggaran, serta penyusunan indikator kinerja yang berfokus pada isu keadilan dan pengikut sertaan. f. Pendelegasian Pelayanan

10 Prinsip ini mengambarkan proses untuk menentukan cara terbaik pemberian pelayanan dengan cara yang efektif dan efisien. Ini bisa berarti menyerahkan penyediaan pelayanan kepada pihak swasta atau memberikan subsidi pada LSM untuk melakukan pelayanan tertentu. g. Efektivitas dan Efisiensi Anggaran berbasis kinerja merupakan cerminan dari kedua prinsip ini. Keputusan anggaran haruslah memilih hal-hal yang benar untuk dibiayai oleh dana masyarakat dan mengelola pengeluaran dana dan sumber dana tersebut untuk memastikan bahwa hal tersebut dilaksanakan dengan benar. h. Keberlanjutan Prinsip ini memastikan agar beragam keputusan keuangan yang diambil tetap mencakup pemeliharaan gedung-gedung umum, infrastruktur dan peralatan dalam anggaran tahunan serta tercakup dalam perencanaan keuangan jangka panjang dari berbagai program masyarakat sehingga berkelajutan program-program tersebut dapat dipastikan. 4. Pengertian Kinerja Menurut Mahmudi (2005:6) Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum sesuai dengan moral etika. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang hendak

11 atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas terukur. Menurut Ilyaul Ulum (2009:20) sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non-finansial. Ukuran finansial ini menekankan pada indikator yang berorientasi pada input dan output yang terbatas pada anggaran dan realisasinya. Dengan sistem pengukuran kinerja ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian organisasi, karena pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system. Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam pemberian pelayanan publik. Ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggung jawaban dan memperbaiki komunikasi kelembagaan. Kinerja sektor publik bersifat multidimensional, sehingga tidak ada indikator tunggal yang dapat digunakan untuk menunjukkan kinerja secara komprehensif. Berbeda dengan sektor swasta, karena sifat output yang dihasilkan sektor publik lebih banyak yang bersifat intangible output, maka ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengukur kinerja sektor publik. Oleh karena itu perlu dikembangkan ukuran kinerja non-finansial. Pengertian lain yaitu Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program kebijaksanaan dalam

12 mewujudkan sasaran, tujuan, dan misi organisasi yang tertuang dalam perumusan strategi (strategic planning) suatu organisasi. Secara umum menurut Bastian (2006:24) dapat juga dikatakan bahwa kinerja merupakan prestasi yang dapat dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi, seluruh aktivitas organisasi tersebut harus dapat diukur dan pengukuran tersebut tidak semata-mata kepada masukan, tetapi lebih ditekankan kepada keluaran, hasil atau manfaat program tersebut. 5. Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja Anggaran Berbasis kinerja menurut Sony Yuwono dkk (2005:34) adalah sistem anggaran yang lebih menekankan pada pendayagunaan dana yang tersedia untuk mencapai hasil yang optimal. Selain itu menurut pandangan Yuwono (2005:35) dalam Government Performance Result Act (GPRA), Performance budgeting is a systematic approach to help goverrnment become more responsive to the tax paying public by linking program funding to performance and protection. Dari definisi tersebut, dapat diartikan bahwa anggaran kinerja dapat disusun berdasarkan pada hasil yang ingin dicapai, atau bisa juga diartikan bahwa dengan sejumlah dana yang telah dianggarkan, pemerintah dapat mencapai hasil sesuai dengan harapan masyarakat. Menurut PP 21 Tahun 2004, Rencana Kerja dan Anggaran adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan suatu kementerian negara/lembaga yang merupakan penjabaran dari rencana kerja pemerintah dan rencana strategis kementerian negara/lembaga yang bersangkutan

13 dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya. 6. Maksud dan Tujuan Anggaran Berbasis Kinerja. Anggaran berbasis kinerja bersifat desentralisasi & devolved management, berorientasi pada input, output, dan outcome (value for money), utuh dan komprehensif dengan perencanaan jangka panjang, berdasarkan sasaran dan target kinerja, lintas departemen, (cross department), Zero-Base Budgeting, Planning Programing Budgeting System, Sistematik dan rasional, Bottom-up budgeting. Penganggaran merupakan rencana keuangan yang secara sistimatis menunjukkan alokasi sumber daya manusia, material, dan sumber daya lainnya. Berbagai variasi dalam sistem penganggaran pemerintah dikembangkan untuk melayani berbagai tujuan termasuk guna pengendalian keuangan, rencana manajemen, prioritas dari penggunaan dana dan pertanggung jawaban kepada publik. Penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi jawaban untuk digunakan sebagai alat pengukuran dan pertanggung jawaban kinerja pemerintah. Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatankegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kerja. Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai, dituangkan dalam program, diikuti dengan pembiayaan pada setiap

14 tingkat pencapaian tujuan. Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan, serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Aktivitas tersebut disusun sebagai cara untuk mencapai kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi dari rencana kerja tahunan yang merupakan rencana operasional dari renstra dan anggaran tahunan merupakan komponen dari anggaran berbasis kinerja. Elemen-elemen yang penting untuk diperhatikan dalam penganggaran berbasis kinerja adalah: 1. Tujuan yang disepakati dan ukuran pencapaiannya. 2. Pengumpulan informasi yang sistematis atas realisasi pencapaian kinerja dapat diandalkan dan konsisten, sehingga dapat diperbandingkan antara biaya dengan prestasinya. 3. Penyediaan informasi secara terus menerus sehingga dapat digunakan dalam manajemen perencanaan, pemprograman, penganggaran dan evaluasi. Kondisi yang harus disiapkan sebagai faktor pemicu keberhasilan implementasi penggunaan anggaran berbasis kinerja adalah: 1. Kepemimpinan dan komitmen dari seluruh komponen organisasi. 2. Fokus penyempurnaan administrasi secara terus menerus. 3. Sumber daya yang cukup untuk usaha penyempurnaan tersebut (uang,waktu dan orang). 4. Penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) yang jelas. 5. Keinginan yang kuat untuk berhasil.

15 Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 105/PMK.02/2008, maksud dan tujuan penganggaran berbasis kinerja dapat dirinci sebagai berikut: 1. Mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (Output) dan dampak (Outcomes) atas alokasi belanja (Input) yang ditetapkan. 2. Disusun berdasarkan sasaran tertentu yang hendak dicapai dalam satu tahun anggaran. 3. Program dan kegiatan disusun berdasarkan renstra/tupoksi kementerian lembaga/negara. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut maka penerapan penganggaran berbasis kinerja yang efektif membutuhkan pra-kondisi sebagai berikut: 1. Telah tercipta sebuah lingkungan atau kondisi yang mendukung dan berorientasi pada pencapaian kinerja. 2. Sistem kontrol yang efektif, memerlukan mekanisme akuntabilitas masingmasing pimpinan kementerian\lembaga (managerial accountability). 3. Telah tersedia sistem dan metode akuntansi yang handal sebelum diterapkannya sistem keuangan yang terintegrasi (intregated financial management system). 4. Telah terbentuk sebuah mekanisme pengalokasian sumber daya yang berorientasi pada output. 5. Telah berjalannya sistem audit keuangan yang efektif sebelum audit kinerja (performance audit) dilakukan.

16 Manfaat Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja: 1. Transparansi a. Meningkatkan transparansi dengan menekankan kejelasan hubungan antara pengguna anggaran dengan kinerja pemerintah sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan efisiensi dalam pengalokasian anggaran dan pelaksanaannya. b. Melalui penuangan kebijakan pemerintah ke dalam program-program pemerintah dapat menunjukan komitmennya kepada rakyat secara jelas dan mudah dipahami. c. Penganggaran dan pencatatan akuntansi dapat dilakukan menurut program sehingga pemisahan data biaya dan penerimaan per program memperjelas untuk pengambilan keputusan, disamping memberikan gambaran yang jelas pula mengenai keluaran dan hasil yang diharapkan. 2. Pola Penganggaran a. Mengubah pola penganggaran dari semula terfokus pada bagaimana mendapatkan anggaran dan membelanjakannya menjadi bagaimana membiayai kegiatan berdasarkan program dengan tujuan tertentu sesuai prioritas. b. Prosesnya dimulai dengan menentukan keluaran dan hasil yang diharapkan sesuai tujuan dan sasaran program, kemudian baru ditetapkan inputnya yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang dimaksud.

17 c. Tujuan yang luas dan strategi yang ditetapkan oleh pembuat kebijakan, disusul dengan penyusunan program, kegiatan dan sub kegiatan untuk mendapat tujuan yang dimaksud. 3. Penentuan Prioritas a. Pendekatan Anggaran Berbasis kinerja memberikan peluang kepada lembaga penentu/pembuat kebijakan seperti kabinet dan DPR untuk dapat menentukan prioritas secara rasional. b. Pendekatan Anggaran berbasis kinerja membawa kejelasan atas fokus kebijakan pemerintah, bagaimana kegiatan administrasi pendukung menunjang tujuan dan target, serta bagaimana anggaran dibagi diantara berbagai prioritas. 4. Efisiensi Birokrasi Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja berpotensi besar meningkatkan efisiensi birokrasi. Anggaran Berbasis Kinerja mencerminkan harapan bahwa birokrasi terselenggara dalam performa yang prima yang mendorong terfokusnya pencapaian hasil. B. Penelitian Terdahulu Indra Lubis (2010). Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja BPK RI Provinsi Sumatera Utara.

18 Tujuan dari penelitian ini adalah: Untuk mengetahui ada dan tidaknya pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja BPK RI Provinsi Sumatera Utara dan seberapa besar pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja BPK RI Provinsi Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai BPK RI Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 150 orang dan sampel yang diambil sebesar 67 responden. Tehnik penarikan sampel yaitu random sampling. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah metode kuesioner dan metode dokumentasi. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif persentase dan regresi linier berganda. Setelah dianalisa dan dilakukan pengujian hipotesis dengan SPSS 11.0, diperoleh hasil Fhitung sebesar 124,289 pada taraf signifikansi 0,000 dan Ftabel sebesar 2,67 pada taraf signifikansi 0,05. dengan demikian Fhitung > Ftabel menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata antara penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja. Besarnya pengaruh atau kontribusi yang diberikan penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas kinerja adalah sebesar 0,727 atau 72,7% dan sisanya sebesar 27,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Doni Setiawan (2012). Pengaruh Perencanaan Anggaran dan Pelaksanaan Anggaran terhadap Kinerja BPK RI Perwakilan Sumatera Utara. Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perencanaan anggaran dan pelaksanaan anggaran terhadap kinerja BPK RI Perwakilan Sumatera Utara dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

19 perencanaan anggaran dan pelaksanaan anggaran terhadap kinerja BPK RI Perwakilan Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai BPK RI Provinsi sumatera Utara yang berjumlah 153 orang dan sampel yang diambil sebesar 54 responden. Metode pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis regresi. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Perencanaan Anggaran terhadap terhadap kinerja BPK RI Perwakilan Sumatera Utara dan terdapat pengaruh Pelaksanaan Anggaran terhadap kinerja BPK RI Perwakilan Sumatera Utara. Dari hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa t hitung 27,697 > t tabel 1,645. Terdapat pengaruh Perencanaan Anggaran dan Pelaksanaan Anggaran secara bersama-sama terhadap Kinerja BPK RI Perwakilan Sumatera Utara. C. Kerangka Konseptual Anggaran sebagai alat perencanaan kegiatan publik yang dinyatakan dalam satuan moneter sekaligus dapat digunakan sebagai alat pengendalian. Agar fungsi perencanaan dan pengawasan dapat berjalan dengan baik, maka sistem anggaran serta pencatatan atas penerimaan dan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat dan sistematis. Anggaran berbasis kinerja merupakan sistem yang berorientasi kepada pendayagunaan dana yang tersedia untuk mencapai hasil yang optimal dari kegiatan yang dilaksanakan. Maksud dan tujuan penganggaran berbasis kinerja adalah mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (Output) dan dampak

20 (Outcomes) atas alokasi belanja (Input) yang ditetapkan dimana penyusunannya berdasarkan sasaran tertentu yang hendak dicapai dalam satu tahun anggaran. Dari hasil telaah landasan teoritis di atas, maka dapat diambil kerangka berpikir dalam penelitian. Kerangka berfikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut: Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Kinerja BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara D. Hipotesis Gambar.2.2 Kerangka konseptual Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah selanjutnya dalam penelitian setelah penelitian mengemukakan Landasan teori dan Kerangka berfikir. Sugiyono (2011:64) menjelaskan tentang hipotesis sebagai berikut : Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Berdasarkan uraian di atas penulis akan mengemukakan hipotesis bahwa: Jika kinerja memiliki analisis yang baik maka pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja BPK RI Perwakilan Provinsi Sumatera Utara akan menjadi baik.