BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD)

dokumen-dokumen yang mirip
Hasil Uji Statistik Trombosit Range dengan. Perdarahan Kulit dan Perdarahan Mukosa 64

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyebab timbulnya penyakit DHF. oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus (Arthropodborne

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 90 % dan biasanya menyerang anak di bawah 15 tahun. 2. Demam berdarah dengue merupakan masalah kesehatan masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V PEMBAHASAN. yang telah memenuhi jumlah minimal sampel sebanyak Derajat klinis dibagi menjadi 4 kategori.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Derajat 2 : seperti derajat 1, disertai perdarah spontan di kulit dan atau perdarahan lain

Author : Hirawati, S.Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Files of DrsMed FK UNRI (

BAB I Infeksi dengue adalah suatu infeksi arbovirus yang ditularkan melalui

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv LEMBAR KEASLIAN KARYA TULIS

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti

BAB I PENDAHULUAN. Selama hampir dua abad penyakit Demam Berdarah (DB) disejajarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TELAAH PUSTAKA

Divisi Infeksi Tropis Bagian IKA FK USU Medan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan gambaran klinis demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD) tanda-tanda kegagalan sirkulasi (WHO, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak negara tropis dan subtropis. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue

B A B PENDAHULUAN. terutama di daerah tropik dan subtropik. Insiden infeksi VD yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori A.1. Definisi Demam Berdarah Dengue Demam Dengue adalah penyakit febris virus akut yang seringkali disertai

BAB I PENDAHULUAN. masih terbatas. Hal ini terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian yang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB IV METODE PENELITIAN. mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu. Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang.

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) sampai saat ini merupakan

GAMBARAN SEROLOGIS IgG-IgM PADA PASIEN DEMAM BERDARAH DI RSUP SANGLAH PERIODE JULI-AGUSTUS 2014 ABSTRAK

BAB XVII DENGUE XVII.1 Patogenesis1,2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dengue dan ditandai empat gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah individu yang berusia 0-18 tahun dipandang sebagai n

PERBEDAAN PENURUNAN TROMBOSIT PADA DEMAM BERDARAH DENGUE DERAJAT I DAN II DI RS BHAYANGKARA TRIJATA

Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue pada Dewasa. Dr. Ratih Dewi

Peran Faktor Lingkungan Terhadap Penyakit dan Penularan Demam Berdarah Dengue

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Untuk mendiagnosia klinik DBD pedoman yang dipakai adalah yang disusun WHO :

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. virus DEN 1, 2, 3, dan 4 dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedesal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam suatu penelitian Hammon, dkk (1956) berhasil menemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengue Haemoragic Fever (DHF) yang lebih sering disebut dengan

BAB I PENDAHULUAN. banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Waktu survival (survival time) merupakan salah satu penelitian yang digunakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (DHF) merupakan penyakit infeksi tropik yang disebabkan oleh virus dengue dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Demam berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah. penyakit demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit infeksi Dengue seperti DBD (Demam Berdarah Dengue) kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh kuman TBC ( Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman. lainnya seprti ginjal, tulang dan usus.

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

BAB I PENDAHULUAN. tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae). Aedes aegypti merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. DBD yang paling penting adalah dengan mengendalikan nyamuk Aedes

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dengue shock syndrome (DSS). Kewaspadaan dini terhadap. tanda-tanda syok pada penderita demam berdarah dengue (DBD)

PENDEKATAN DIAGNOSIS DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

PERBEDAAN MANIFESTASI KLINIS DAN LABORATORIS ANTARA PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DENGAN IgM+IgG+ DAN PASIEN DBD DENGAN IgM-IgG+ SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang berada pada periode triple

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berwarna merah dan tidak transparan serta berada dalam suatu ruang. tertutup yang dinamakan pembuluh darah (Sadikin, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dengue merupakan penyakit mosquito-borne yang dapat. menyerang berbagai kelompok usia dan dapat berakibat fatal

BAB I PENDAHULUAN. satu emerging disease dengan insiden yang meningkat dari tahun ke tahun. Data

Perancangan Prediksi Keputusan Medis Untuk Penyakit Demam Berdarah Dengue Dengan Jaringan Syaraf Tiruan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

Transkripsi:

10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Demam Berdarah Dengue (DBD) 1. Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD) Penyakit Demam Berdarah (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas dan penyakit ini merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak (Widiyono, 2008). Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae) yang ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri ulu hati disertai tanda perdarahan dikulit berupa bintik perdarahan, lebam/ruam. Ae aegepty merupakan vector yang paling utama, namun spesies lain seperti Ae albopictus juga dapat menjadi vector penular. Nyamuk penular dengue ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat yang memiliki ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Penyakit DBD banyak dijumpai terutama di daerah tropis dan sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB). Beberapa factor yang mempengaruhi munculnya DBD antara lain rendahnya status kekebalan kelompok masyarakat dan kepadatan populasi nyamuk

11 penular karena banyaknya tempat perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan. (K emenkes RI, 2015) Virus dengue adalah penyebab Demam Berdarah Dengue. Diketahui ada empat jenis virus yang mengakibatkan demam berdarah yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Kekebalan dari berbagai tipe virus dengue yang berbeda memainkan peran penting dalam keparahan penyakit. Keempat serotype virus yang berbeda tersebut berkaitan erat. Pemulihan dari infeksi dari yang satu serotype memberikan kekebalan seumur hidup terhadap serotype tertentu. Namun, kekebalan silang terhadap serotype lain setelah pemulihan hanya parsial dan temporer. Infeksi berikutnya oleh serotype lain meningkatkan risiko berkembangnya Demam Berdarah yang parah. (Anonim, 2015) 2. Tanda dan Gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) Diagnosa penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnose klinis dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD yang dapat dilihat dari penderita kasus DBD dengan diagnosa klinis dan laboratoris : 1) Diagnosa Klinis a. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 40 º C). b. Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif, Petekie (bintik merah pada kulit), Purpura (pendarahan kecil di dalam kulit), Ekimosis, Perdarahan konjungtiva (pendarahan

12 pada mata), Epistaksis (pendarahan hidung), Perdarahan gusi, Hematemesis (muntah darah), Melena (BAB darah) dan Hematuri (adanya darah dalam urin). c. Perdarahan pada hidung dan gusi. d. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah. e. Pembesaran hati (hepatomegali). f. Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmhg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmhg atau lebih rendah. g. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya selera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala. 2) Diagnosa Laboratoris a. Trombositopenia pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit hingga 100.000 μl. b. Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau lebih. (Depkes RI, 2007) 3. Derajat dan Klasifikasi Demam Berdarah Dengue (DBD) Demam Berdarah Dengue diklasifikasi berdasar beratnya penyakit menjadi 4 derajat, dimana derajat III dan IV dikelompokkan pada Dengue Shock Syndrome (DSS). Adanya trombositopenia dan

13 hemokonsentrasi membedakan DBD derajat I dan II dari demam dengue. (Soedarto, 2012) a) Derajat I : Demam dengan gejala tidak jelas, manifestasi perdarahan hanya dalam bentuk tourniquet positif dan atau mudah memar. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000 μl) ; peningkatan hematokrit 20% b) Darajat II : Manifestasi derajat I ditambah perdarahan spontan, biasanya berupa perdarahan kulit atau perdarahan pada jaringan laiinya. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000 μl) ; peningkatan hematokrit 20% c) Derajat III : Kegagalan sirkulasi berupa nadi tekanan sempit dan lemah, atau hipotensi, dengan gejala kulit dingin dan lembab dan penderita gelisah. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000 μl) ; peningkatan hematokrit 20% d) Derajat IV : Terjadi gejala awal syok berupa tekanan darah rendah dan nadi tidak dapat diukur. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000 μl) ; peningkatan hematokrit 20%. 4. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep segitiga epidemiologik, yaitu adanya agen (agent), host dan lingkungan (environment).

14 1. Agent (virus dengue) Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae. Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu Den- 1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD. 2. Host Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah: a. Umur Umur adalah salah satu factor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epidemi dengue di Gorontalo kebanyakan anak-anak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada awal tahun terjadi epidemik DBD penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tersebut menyerang terutama pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-anak di bawah 15 tahun.

15 b. Jenis Kelamin Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD antara laki-laki dan perempuan, meskipun ditemukan angka kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan namun perbedaan angka tersebut tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan. c. Nutrisi Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus dengue yang berat. d. Populasi Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut. a. Mobilitas Penduduk Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor

16 yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalur penyebaran virus dengue (Sutaryo, 2005). 3. Lingkungan (environment) Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah: 1. Letak Geografis Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas diberbagai negara terutama di negara tropic dan subtropik yang terletak antara 30 derajat Lintang Utara dan 40 derajat Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbeaan dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya (Djunaedi, 2006). Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saaat ini penyakit tersebut masih

17 merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemic maupuk epidemic yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara lain (Hadinegoro dan Satar, 2002). 2. Musim Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadic pada musim dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa inggu setelah musim hujan. Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vector dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi. 5. Penatalaksanaan DBD pada Rumah Sakit Penatalaksanaan pasa Demam Berdarah Dengue adalah terapi secara simptomatik dan suportif. Terapi simptomatik yaitu pemberian penghilang rasa sakit (parasetamol) dan kompres hangat. Terapi suportif yang diberikan adalah penggantian cairan tubuh, pemberian oksigen dan transfusi darah jika memang diperlukan. Selain itu dilakukan juga monitoring terhadap tekanan darah, laju pernapasan, nadi peningkatan hematokrit, jumlah trombosit, elektrolit, kecukupan cairan, kesadaran, dan perdarahan. (Keumala A, 2009)

18 Penatalaksanaan pasien DBD : (Mansjoer A, & Triyanti K, 2009) 1) Tirah baring. 2) Makanan lunak dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula, atau sirop) atau air tawar ditambah garam. 3) Medikamentosa yang bersifat simtomatis. 4) Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder. Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan: (Mansjoer A, & Triyanti K, 2009) 1) Pemasangan infus dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan diatasi. 2) Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernafasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya 24 jam. B. Trombosit 1. Definisi Trombosit (keping-keping darah) adalah fragmen sitoplasmik tanpa inti berdiameter 2-4 mm yang berasal dari megakariosit. Hitung trombosit normal dalam darah tepi adalah 150.000 400.000 µl/dl dengan proses pematangan selama 7-10 hari di dalam sumsum tulang. Trombosit dihasilkan oleh sumsum tulang (stem sel) yang

19 berdiferensiasi menjadi megakariosit. Megakariosit ini melakukan reflikasi inti endomitotiknya kemudian volume sitoplasma membesar seiring dengan penambahan lobus inti menjadi kelipatannya, kemudian sitoplasma menjadi granula dan trombosit dilepaskan dalam bentuk platelet/keping-keping. Enzim pengatur utama produksi trombosit adalah trombopoetin yang dihasilkan di hati dan ginjal, dengan reseptor C-MPL serta suatu reseptor lain, yaitu interleukin-11. Trombosit berperan penting dalam hemopoesis, penghentian perdarahan dari cedera pembuluh darah. (Anonim 2015) Kelainan Perdarahan ditandai dengan kecenderungan untuk mudah mengalami perdarahan, yang bisa terjadi akibat kelainan pada pembuluh darah maupun kelainan pada darah. Kelainan yang terjadi bisa ditemukan pada factor pembekuan darah atau trombosit. Dalam keadaan normal, darah terdapat di dalam pembuluh darah (arteri, kapiler dan vena). Jika terjadi perdarahan, darah keluar dari pembuluh darah tersebut, baik ke dalam maupun ke luar tubuh. Tubuh mencegah atau mengendalikan perdarahan melalui beberapa cara. Homeostatis adalah cara tubuh untuk menghentikan perdarahan pada pembuluh darah yang mengalami cedera. Hal ini melibatkan 3 proses utama: 1. Konstriksi (pengkerutan) pembuluh darah 2. Aktivitas trombosit (partikel berbentuk seperti sel yang tidak teratur, yang terdapat di dalam darah dan ikut serta dalam proses pembekuan).

20 3. Aktivitas faktor-faktor pembekuan darah (protein yang terlarut dalam plasma). Kelainan pada proses ini bisa menyebabkan perdarahan ataupun pembekuan yang berlebihan, dan keduanya bisa berakibat fatal. Pada pasien DBD terjadi trombositopenia (penurunan trombosit) akibat munculnya antibodi terhadap trombosit karena kompleks antigen-antibodi yang terbentuk. (Taufik A 2007) 2. Penurunan kadar trombosit pada DBD Penurunan kadar trombosit <150.000 μl/dl dikategorikan sebagai trombositopenia. Trombositopenia pada infeksi dengue terjadi melalui mekanisme supresi sumsum tulang, destruksi dan pemendekan masa hidup trombosit. Penyebab trombositopenia pada DBD adalah akibat terbentuknya kompleks virus antibodi yang merangsang terjadinya agregasi trombosit. Agregat tersebut melewati RES sehingga dihancurkan. Peningkatan destruksi trombosit di perifer juga merupakan penyebab trombositopenia pada DBD. (Rena N M, 2009) Trombositopenia di bawah 100.000 μl/dl merupakan salah satu kriteria diagnosis DBD, nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan mencapai nilai terendah pada masa syok. Trombositopenia disertai peningkatan megakariosit muda dalam sumsum tulang dan masa hidup trombosit yang pendek diduga timbul akibat peningkatan aktivitas destruksi trombosit. (Dewi R, 2006).

21 Dalam keadaan normal, trombosit dalam sirkulasi tidak melekat pada sel-sel endotel resting, akan tetapi jika terjadi injury vaskuler, trombosit akan melekat dan menstimulisasi ke sel-sel endotel, dan peran tersebut berperan dalam terjadinya trombosis dan hemostatis. Terjadinya trombositopenia disebabkan karena banyaknya trombosit yang melekat pada sel-sel endotel yang terinfeksi oleh virus Dengue (Soegeng, 2008). Hasil penelitian Jurnah M dkk pada tahun 2011 juga mengatakan dalam penelitiannya bahwa sebanyak 71,40% penderita DBD memiliki jumlah trombosit <100.000 μl/dl. Hasil penelitian Sugianto dkk dalam penelitiannya terhadap perubahan jumlah trombosit melaporkan bahwa penurunan jumlah trombosit terjadi pada hari ke 3-7, dengan jumlah rata-rata terbanyak pada hari ke-5. Kinetik trombosit pada DBD menunjukkan bahwa jumlah trombosit pada fase demam (hari sakit 2-3) mengalami penurunan, bahkan mencapai jumlah terendah pada hari ke 5, pada saat terjadinya syok. (Pujiati, 2009) C. Hematokrit 1. Definisi Hematokrit adalah volume eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan memutarnya didalam tabung khusus yang nilainya dinyatakan dalam persen. Pemeriksaan hematokrit bertujuan untuk mengetahui adanya hemokonsentrasi yang terjadi pada penderita DBD.

22 Kadar hematokrit yang rendah sering ditemukan pada kasus anemia dan leukimia, dan peningkatan kadar ditemukan pada dehidrasi dan pada polisetemia vera. Peningkatan kadar hematokrit dapat mengindikasikan hemokonsentrasi, akibat penurunan volume cairan dan peningkatan sel darah merah. (Kee JL, 2008) Beberapa faktor yang mempengaruhi perbedaan peningkatan hematokrit yaitu usia, jenis kelamin, keadaaan seperti asidosis, dehidrasi, emfisema paru, dan terjadi pada pasien dengan luka bakar. Nilai hematokrit yang lebih tinggi juga didapatkan pada orang orang yang bertempat tinggal di dataran tinggi. (Kemenkes RI, 2011) 2. Peningkatan Kadar Hematokrit pada Demam Berdarah Dengue (DBD) Nilai hematokrit adalah konsentrasi (dinyatakan dalam %) eritrosit dalam 100 ml darah lengkap. Nilai hematokrit akan meningkat (hem-konsentrasi) karena peningkatan kadar sel darah atau penurunan volume plasma darah, misalnya pada kasus DBD. Sebaliknya nilai hematokrit akan menurun (hemodilusi) karena penurunan seluler darah atau peningkatan kadar plasma darah, seperti pada anemia. (Sutedjo A.Y, 2007) Kadar hematokrit digunakan untuk mengetahui nilai eritrosit rata-rata dan untuk mengetahui ada tidaknya anemi. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Nilai normal hematokrit biasa disebut dengan %. Nilai untuk pria 40-54 % dan untuk wanita 35-47 %. Penetapan hematokrit dapat dilakukan dengan sangat teliti, kesalahan metodik rata-rata. Hematokrit

23 meningkat lebih dari 20% merupakan tanda adanya hemokonsentrasi dan awal terjadinya syok. Angka hematokrit harus dipantau sedikitnya 24 jam sekali untuk mengenal secara dini demam berdarah dengue. Pada Demam Berdarah Dengue yang berat, atau pada dengue shock syndrome hematokrit diperiksa setiap 3-4 jam. (Soedarto, 2012) Peningkatan kadar hematokrit pada DBD dapat terjadi karena aktivasi system komplemen oleh kompleks antigen-antibodi akan mengakibatkan pelepasan C3a dan C5a yang mengaktifkan C3 dan C5. Dimana pengaktifan dari system ini akan menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya plasma dari ruang intravascular ke ruang ekstravaskular. Perembesan plasma ini yang dapat mengakibatkan peningkatan hematokrit. Maka pasien dengan syok berat, volume plasma dapat berkurang sampai lebih dari 30% dan berlangsung 24-48 jam. (Soegeng, 2008) Menurut WHO, parameter laboratorium dalam menegakkan diagnosis DBD adalah peningkatan nilai hematokrit serta trombositopenia. Sementara itu, penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua penderita mengalami hemokonsentrasi. Hasil Penelitian oleh Jurnah dkk. pada tahun (2007) menyatakan bahwa hanya 16% penderita DBD yang mengalami peningkatan nilai hematokrit. Hasil penelitian Pratiwi pada tahun (2011), pemisahan pasien laki-laki dan perempuan berdasarkan kadar hematokrit rujukan normal yang berbeda sebaiknya dilakukan. Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan nilai normal hematokrit. Pada penelitian ini, nilai tertinggi untuk perempuan adalah 55%, sedangkan nilai terendah

24 hematokrit adalah 34%. Untuk laki-laki, nilai tertinggi adalah 59%, sedangkan nilai terendah hematokrit adalah 31,7%. Rata-rata nilai hematokrit untuk laki-laki adalah 46,9%, sedangkan untuk perempuan sebesar 42,1%. D. Endemisitas Endemis adalah istilah yang dipakai pada penyakit-penyakit yang sudah lama ada di suatu tempat, istilah ini dipakai juga untuk keberadaan makhluk hidup tertentu misalnya tumbuhan atau binatang yang sudah lama berada disuatu tempat dimana saja dimuka bumi ini. Suatu daerah dikatakan endemis apabila dalam 3 tahun terakhir, setiap tahunnya terdapat penderita DBD atau yang karena keadaan lingkungannya antara lain karena penduduknya yang padat, mempunyai hubungan transportasi yang ramai dengan wilayah lainnya, sehingga mempunyai risiko yang tinggi terjadinya KLB (Hasanuddin I, 2009). Strata endemisitas DBD adalah tingkatan untuk mengetahui apakah suatu daerah tersebut endemis tinggi, sedang atau rendah di suatu daerah. Dalam menentukan tingkat endemisitas berdasarkan Insiden Rate yaitu untuk endemis tinggi bila IR >5 per 10.000 penduduk, endemis sedang dengan IR 3-5 per 10.000 penduduk dan endemis rendah IR < 3 per 10.000 penduduk (Dinkes Tegal, 2009). Hasil penelitian menunjukan bahwa daerah endemis lebih banyak kontainer yang positif aedes aegepty dibanding daerah non endemis. Dan risiko penularan penyakit DBD lebih tinggi pada daerah endemis, selain itu semakin banyak container yang positif jentik aedes, maka akan

25 meningkatkan endemisitas daerah tersebut (Hikmawati, I, Dedy P, Setiyabudi, R, 2009) E. Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan teori di atas maka dapatlah disusun Kerangka Teori penelitian sebagai berikut : Agent - Keberadaan nyamuk Aedes aegepty - Keberadaan virus dengue Environtment - Letak Geografis - Musim Endemisitas DBD Host - Kadar trombosit - Kadar hematokrit keganasan virus (Virulensi) - Umur - Jenis kelamin - Pendidikan - Pekerjaan - Nutrisi - Populasi - Mobilitas penduduk Gambar 2.1 Kerangka teori Sumber : Sutaryo 2005, Noor 2008, Djunaedi 2006, Hadinegoro dan Satari, 2002

26 F. Kerangka konsep Dalam penelitian ini tidak semua faktor dapat dipakai karena penelitian dilakukan berdasarkan kelengkapan data rekam medis rumah sakit. Oleh karena itu dipilih beberapa variabel yang datanya lengkap pada rekam medis dan dianggap cukup penting yang mempengaruhi kadar trombosit dan hematokrit. Variabel yang digunakan antara lain daerah endemis dan non endemis Demam Berdarah Dengue. Variabel Dependent (terikat) Variabel Independent (bebas) - Kadar Trombosit - Kadar Hematokrit Endemis dan Non Endemis DBD Gambar 2.2 Kerangka konsep G. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Ho : Tidak ada perbedaan kadar trombosit dan hematokrit dengan daerah endemis dan non endemis Demam Berdarah Dengue. Ha : Ada perbedaan kadar trombosit dan hematokrit dengan daerah endemis dan non endemis Demam Berdarah Dengue.