BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V SIMPULAN DAN SARAN. menemukan masih terdapat beberapa perusahaan yang belum melakukan

STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang digunakan sebagai kantor atau pabrik, peralatan, kendaraan dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

BAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak seragam.

Koreksi Editorial SAK

BAB 2 LANDASAN TEORI

DENGAR PENDAPAT PUBLIK & SOSIALISASI SAK

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS

SUMBER DAYA MINERAL. Dwi Martani

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian dunia dimana batasan penghambat menjadi semakin berkurang

DRAF EKSPOSUR PSAK 73 SEWA

BAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang telah bergabung dengan International

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan sangat berperan penting dalam menarik investor.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pencabutan PSAK 44: Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Informasi laporan keuangan merupakan unsur penting bagi investor, kreditor

DENGAR PENDAPAT PUBLIK DRAF EKSPOSUR ISAK 33: TRANSAKSI VALUTA ASING DAN IMBALAN DI MUKA

TOPIK 15 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA DI PERSIMPANGAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ED AMANDEMEN PSAK 62: KONTRAK ASURANSI. Menerapkan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan dengan PSAK 62: Kontrak Asuransi

IKATAN AKUNTAN INDONESIA (INSTITUTE OF INDONESIA CHARTERED ACCOUNTANTS)

DENGAR PENDAPAT PUBLIK DRAF EKSPOSUR AMENDEMEN PSAK 71: INSTRUMEN KEUANGAN TENTANG FITUR PERCEPATAN PELUNASAN DENGAN KOMPENSASI NEGATIF

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan suatu investasi atau operasi perusahaan dengan minimal

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam industri pertambangan dan energi, proses menemukan sumber daya alam

SELAMAT DATANG PUBLIC HEARING EXPOSURE DRAFT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH ( ED SAK EMKM

BAB I PENDAHULUAN. tentang Instrumen Keuangan:Pengakuan dan Pengukuran. Sebelum

Pertambangan Umum. Pernyataan. Exposure draft. (revisi 2011) Akuntansi. Exposure draft ini dikeluarkan oleh. Standar Akuntansi Keuangan

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. perusahaan dengan para external stakeholder. Menurut PSAK 1 (2009) tujuan dari

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penting bagi perusahaan dan juga pemegang kepentingan lainnya. Penyusunan laporan

Eksplorasi dan Evaluasi. Exposure draft ini dikeluarkan oleh. Standar Akuntansi Keuangan

ANALISIS PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI PSAK HASIL ADOPSI IFRS PADA PT. MARTINA BERTO, TBK TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. et al., 2011). Kelompok pemakai laporan keuangan terdiri dari investor, kreditor,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional dan. intemasional, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan

PUBLIC HEARING ED PSAK 110 (2014) : Akuntansi Sukuk

Draf Eksposur ini diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

STANDAR AKUNTANSI TERKAIT TAX AMNESTY DAN ISSUE-ISSUE TERKAIT

BAB 1 PENDAHULUAN. yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui,

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA

Pedoman Tugas Akhir AKL2

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

ED PSAK 1. penyajian laporan keuangan. exposure draft

BAB I PENDAHULUAN. merupakan output dari proses akuntansi yang menjadi sarana komunikasi atas hasil pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan Jasa Migas merupakan kegiatan usaha jasa layanan di bidang

PUBLIC HEARING DSAK IAI

KONTRAK ASURANSI Menerapkan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan dengan PSAK 62: Kontrak Asuransi

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (DSAK IAI) melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. properti di Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang signifikan sekitar 20% di

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam

UP DATE KONVERGENSI IFRS DI INDONESIA

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas beberapa alasan yang menjadi latar belakang

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

BULETIN TEKNIS PENERAPAN KETENTUAN TRANSISI ISAK 27: PENGALIHAN ASET DARI PELANGGAN

ED ISAK 26. exposure draft interpretasi Standar Akuntansi Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Permasalahan. PSAK atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan adalah suatu standar

01. Tujuan Pernyataan ini adalah melengkapi pengaturan dalam PSAK 62: Kontrak Asuransi.

Pernyataan Pencabutan

Draf Eksposur ini diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan juga mengambil cara lain yaitu dengan menjual sahamnya kepada para

SOSIALISASI PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG KETERBUKAAN ATAS INFORMASI ATAU FAKTA MATERIAL OLEH EMITEN ATAU PERUSAHAAN

1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul Edward, Tanujaya (2012)

Perjanjian Konstruksi Real Estat

BAB I PENDAHULUAN. dipilih pada suatu industri untuk investor domestik maupun investor internasional.

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejak tahun 2010 Indonesia masuk dalam daftar negara yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh

DAFTAR STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN BERLAKU SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2011 PSAK / ISAK / PPSAK UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam penyajian informasi laporan keuangan dibutuhkan sebuah aturan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perumnas Regional I merupakan salah satu perusahaan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan laporan keuangan menurut Kerangka Dasar Penyusunan dan

ED PSAK 62 KONTRAK ASURANSI

BAB III METODE PENELITIAN


Indonesian Institute Of Certified Public Accountants TECHNICAL newsflash

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan konsep dasar akuntansi, yakni konsep kesatuan usaha (entity theory),

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

ED ISAK 15 PSAK 24 - BATAS ASET IMBALAN PASTI, PERSYARATAN PENDANAAN MINIMUM, DAN INTERAKSINYA EXPOSURE DRAFT INTERPRETASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

UPDATE PENGEMBANGAN SAK Simposium Nasional Akuntansi XVIII

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS TERHADAP POS POS LAPORAN KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian perdagangan bebas seperti AFTA (ASEAN Free Trade Area), kemudian ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) serta Indonesia

KONVERGENSI IFRS DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERPAJAKAN: Hasil Penelitian Komprehensif dan Terlengkap atas Seluruh PSAK pasca Konvergensi IFRS

RELEVANSI NILAI OTHER COMPREHENSIVE INCOME DAN KOMPONEN-KOMPONEN OTHER COMPREHENSIVE INCOME UNTUK TUJUAN PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI

PENERAPAN PSAK 50, 55, DAN 60 ATAS CADANGAN KERUGIAN PENURUNAN NILAI PIUTANG PADA PT. CLIPAN FINANCE INDONESIA Tbk

PSAK 25 (Revisi 2009) Perubahan Estimasi. Taufik Hidayat,.SE,.Ak,.MM Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan informasi tentang kinerja entitas di masa lalu, namun juga menyajikan informasi

Transkripsi:

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan untuk melihat bagaimana implementasi PSAK 33 revisi tahun 2011 serta PSAK 64 pada laporan keuangan 40 perusahaan yang terdiri dari 17 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan 23 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Australia, penulis menemukan masih terdapat beberapa perusahaan yang belum melakukan implementasi PSAK 33 dan 64 secara tepat dalam laporan keuangan perusahaannya. Kesimpulan akan diulas secara bertahap dimulai dari PSAK 33 kemudian PSAK 64 beserta masing-masing aktivitas yang terkait di dalamnya dengan perbandingan penilaian kualitas laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Bursa efek Australia. 1. Dalam PSAK 33, untuk aktivitas pengupasan lapisan tanah, jumlah perusahaan yang telah melakukan pengungkapan terhadap seluruh kriteria pengakuan dan pengukuran yang ditentukan yaitu hanya sebanyak 19 perusahaan (47,50%) dari total 40 perusahaan yang menjadi objek penelitian. 19 Perusahaan tersebut terdiri dari 7 (41,76%) perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan 12 (52,17%) sisanya berasal dari perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Australia. 127

2. Masih banyak perusahaan yang belum melakukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan secara lengkap untuk pengukuran dan pengakuan PSAK 33 baik pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maupun Bursa Efek Australia. Terdapat 10 (58,82%) perusahaan terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan 11 (47,82%) perusahaan terdaftar di Bursa Efek Australia yang tidak melakukan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan secara lengkap atas pengakuan dan pengukuran pengupasan lapisan tanah. 21 Perusahaan tersebut tidak melakukan pengungkapan secara detail mengenai bagaimana pengukuran dan pengakuan seperti yang disebutkan dalam kriteria dan standar dalam PSAK 33. Untuk perusahaan di Indonesia, yang mana 11 perusahaan melakukan klasifikasi beban atas pengupasan lapisan tanah kedalam akun yang berbeda-beda dan di sepanjang tahun 2012 semua perusahaan di Indonesia melakukan pengakuan dan pengukuran pengupasan lapisan tanah sebagai beban yang ditangguhkan. Setiap perusahaan melakukan aktivitas pengupasan lapisan tanah di tahun 2012 tetapi tidak semua perusahaan melakukan pengungkapan secara detail/ lengkap. Sedangkan untuk perusahaan di Australia, perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan secara detail dikarenakan tidak adanya aktivitas pengupasan lapisan tanah pada tahun 2012 seperti data yang dapat ditelusuri oleh peneliti. Sejak tidak ada standar akuntansi pertambangan khusus yang mengacu pada IFRS untuk mengatur aktivitas pengupasan lapisan tanah, maka perusahaan di Australia tidak dapat dikatakan tidak mengikuti standar yang dipakai di Indonesia. Karena itu, persentase yang rendah untuk penilaian pengukuran dan pengakuan dalam perusahaan di Australia tidak dapat 128

dijadikan kesimpulan bahwa ketepatan kegiatan pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan aktivitas pengupasan lapisan yang dilakukan perusahaan masih rendah. Lain halnya dengan perusahaan di Indonesia terlihat bahwa kualitas catatan laporan keuangan masih lebih rendah dibandingkan dengan pengungkapan yang dilakukan di Australia. 3. Dalam PSAK 33 tidak dituliskan adanya ketentuan untuk melakukan amortisasi atas biaya pengupasan lapisan tanah yang ditangguhkan tetapi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan perusahaan yang terdaftar di Australia melakukan provisi atas pengupasan lapisan tanah. Untuk hasil yang lebih relevan, peneliti melakukan penelitian lebih lanjut dengan melakukan penelitian terdahap 5 sampel perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Singapura dan hasil mengungkapkan bahwa kelima perusahaan tersebut juga melakukan amortisasi atas biaya pengupasan lapisan tanah yang ditangguhkan. Penggunaan amortisasi untuk pengupasan lapisan tanah yang ditangguhkan nyatanya disukai oleh setiap perusahaan pertambangan. Hal ini dikarenakan dengan adanya penggunaan amortisasi atas biaya pengupasan lapisan tanah membuat aset disetiap perusahaan lebih konstan dari satu periode ke periode berikutnya dibandingkan dengan biaya pengupasan lapisan tanah yang ditangguhkan tanpa amortisasi menyebabkan nilai aset dapat berkurang signifikan. Dapat disimpulkan penggunaan amortisasi dalam biaya pengupasan lapisan tanah yang ditangguhkan perlu ditambahkan kedalam ketentuan PSAK 33, karena baik di Australia dan Singapura juga melakukan hal yang sama dengan hal positif yang menyertainya bagi perusahaan. 129

4. Untuk aktivitas pengelolaan lingkungan hidup, sebanyak 28 perusahaan (70%) melakukan penyajian atas provisi lingkungan hidup dalam statement of financial position dimana 30% perusahaan melakukan hal sebaliknya. Dari 7 perusahaan (41,17%) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak melakukan provisi pengelolaan lingkungan hidup, dan sebanyak 5 perusahaan (21,73%) yang terdaftar di Bursa Efek Australia tidak melakukan provisi pengelolaan lingkungan hidup. Mengingat provisi pengelolaan lingkungan sangat diperlukan pengungkapannya dalam perusahaan pertambangan, maka dapat disimpulkan 30% perusahaan tersebut tidak memiliki kualitas laporan keuangan yang baik. Dimana perusahaan di Australia tetap lebih unggul dibandingkan perusahaan di Indonesia. Hal ini dikarenakan ada kemungkinan, perusahaan di Indonesia tidak menaati peraturan yang sudah dikeluarkan dan disepakati di negara Indonesia meskipun sudah ada peraturan jelas yang mengaturnya. 5. Dalam aktivitas ini peneliti melakukan penilaian lebih lanjut berdasarkan pengungkapan mutasi pengelolaan lingkungan hidup serta pengungkapan amortisasinya. Dari 70% perusahaan, sebanyak 6 perusahaan (60%) dari 10 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melakukan pengungkapan mutasi dimana sebanyak 11 perusahaan (61%) dari 18 perusahaan di Australia yang melakukan pengungkapan mutasi pengelolaan lingkungan hidup. Dilihat dari persentase pengungkapan mutasi baik di Indonesia maupun di Australia memiliki tingkat yang seimbang. Sebanyak 11 perusahaan tidak melakukan pengungkapan mutasi yang mana perusahaan di Australia lebih tinggi tingkat pengungkapannya, hanya (38,88%) yang tidak 130

mengungkapkan dimana Indonesia sebanyak 40% yang tidak melakukan pengungkapan. Untuk hal pengungkapan amortisasi provisi pengelolaan lingkungan hidup, di Indonesia hanya terdapat 1 perusahaan yang melakukan pengungkapan secara detail atas pengukuran amortisasi dimana seluruh perusahaan di Australia melakukan pengungkapan secara detail atas pengukuran amortisasi provisi pengelolaan lingkungan hidup. Dalam hal ini perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Australia lebih memiliki kualitas yang lebih baik dalam hal penyajian biaya amortisasi yang dibebankan dalam provisi lingkungan hidup, yang pada akhirmya pembaca laporan keuangan di Australia lebih memahami mutasi pengelolaan lingkungan hidup dibandingkan dengan yang di Indonesia. 6. Dalam PSAK 64, terbagi kedalam beberapa penilaian yang dilakukan oleh penulis untuk memastikan kualitas laporan keuangan yang disajikan mengenai aset eksplorasi dan evaluasi. Untuk melakukan penelitian lebih dalam atas penerapan PSAK 64, peneliti melakukan penilaian pemenuhan kelayakan ketentuan untuk menerapkan PSAK 64. Dari hasil penelitian, terdapat 5 perusahaan yang tidak layak untuk menerapkan PSAK 64. 4 Diantaranya merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam tahap awal penilaian ruang lingkup PSAK 64, perusahaan di Australia lebih unggul yang mana hanya terdapat 1 perusahaan yang tidak memiliki kriteria layak untuk menerapkan IFRS 6. 7. Dalam pengukuran pada saat pengakuan aset eksplorasi dan evaluasi masih banyak perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan sama sekali 131

atas biaya-biaya yang menjadi dasar dalam pengukuran awal pengakuan aset eksplorasi dan evaluasi. Sebanyak 9 perusahaan (10%) yang mana 4 perusahaan di antaranya memang merupakan perusahaan yang tidak layak melakukan penerapan PSAK 64. Sebanyak 5 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak melakukan pengungkapan dimana hanya 2,5 % yaitu Iluka yang tidak melakukan pengungkapan. Sedangkan sisanya melakukan pengungkapan biaya-biaya yang digunakan sebagai pengukuran awal aset eksplorasi dan evaluasi meskipun tidak seluruh biaya yang tertulis dalam PSAK 64/IFRS 6. Hanya terdapat 3 perusahaan yang sepenuhnya melakukan pengungkapan biaya yang tertulis dalam PSAK 64/IFRS 6. Dari sample yang digunakan oleh penulis, dari 5 perusahaan Indonesia dengan rata-rata persentase yang didapatkan dari masing-masing komponen didapatkan sebanyak 27,33 % yang memenuhi keseluruhan pengungkapan komponen biaya ekslporasi dan evaluasi dengan Australia mendapati persentase yang lebih baik yaitu sebesar 48,33%. 8. Terdapat setidaknya 3 perusahaan yang melakukan penggabungan akun atas beban eksplorasi dan pengembangan. 2 Diantaranya berasal dari perusahaan Indonesia. Dalam hal ini, seharusnya dilakukan pemisahan akun dengan kata lain beban pengembangan tidak boleh dimasukkan jadi satu akun dengan beban eksplorasi. Dengan adanya pemisahan akun akan lebih baik bagi kualitas laporan keuangan sehingga dapat dimengerti dan mendapatkan jumlah biaya eksplorasi secara lebih cepat. 132

9. Dalam hal pengukuran setelah pengakuan, hanya terdapat 1 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Australia yang menggunakan model revaluasi dalam melakukan pengukuran atas aset ekslporasi dan evaluasi. sebanyak 97% perusahaan menggunakan model biaya. Sejak tidak ada ketentuan yang mendasari bahwa perusahaan harus memilih salah satu model revaluasi/ biaya atau dengan kata lain perusahaan bebas untuk memilih metode biaya/ revaluasi. Setiap perusahaan mengungkapkan dengan baik metode mana yang dipilih, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam hal ini seluruh perusahaan baik di Indonesia maupun di Australia sudah memenuhi kriteria PSAK 64/IFRS 6. 10. Dalam hal penyajian klasifikasi aset eksplorasi dan evaluasi, standar tidak memaksa perusahaan untuk memilih aset untuk diklasifikasikan sebagai aset berwujud/ aset takberwujud. Untuk perusahaan di Indonesia, tidak ada pengungkapan secara lebih detail kemana kah klasifikasi aset tersebut, dalam catatan atas laporan keuangan hanya disebutkan salah satu berdasarkan kebijakan perusahaan. Setidaknya terdapat 6 perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan. Sedangakan di Australia, masing-masing perusahaan melakukan pengungkapan kemana kah aset tersebut diklasifikasikan berdasarkan sifatnya. Sehingga terdapat perbedaan diantara kedua negara, untuk Indonesia hanya terdapat salah satu aset yang digunakan untuk mengklasifikasikan aset eksplorasi sedangakan di Australia setiap perusahaan pasti menggunakan kedua bentuk aset tersebut untuk mengklasifikasikan aset ekslporasi. Dalam hal ini, laporan keuangan Australia lebih berkualitas dibandingkan Indonesia, karena dengan adanya klasifikasi 133

seperti yang dilakukan oleh Australia dapat berguna untuk pemahaman bagi pembaca laporan keuangan. 11. Dalam hal klasifikasi ulang aset ekslporasi, masing-masing negara memiliki bagian perusahaan yang tidak melakukan reklasifikasi. Masih banyak perusahaan di Australia, yaitu 14 perusahaan (23%) yang tidak melakukan reklasifikasi pada 30 Juni 2007 sedangkan Indonesia terdapat 8 perusahaan atau hanya sekitar (14%) pada 31 Desember 2011. Di dalam standar tidak dituliskan bahwa perusahaan perlu melakukan reklasifikasi atas aset ekslporasi, tetapi dengan adanya reklasifikasi dapat membantu perusahaan dalam menyajikan aset eskplorasi sebagai penyambut untuk melakukan penerapan PSAK 64 di tahun 2012. 12. Secara keseluruhan laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Australia lebih berkualitas dibandingakan dengan laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penulis membuat kesimpulan bahwa perusahaan Australia lebih berkualitas dalam laporan keuangannya adalah karena pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan dicatatakan secara lebih lengkap dengan memperhatikan setiap detail-detail yang tertulis dalam IFRS 6. Tidak ada penyimpangan yang dilakukan oleh pencatatan akuntansi pertambangan yang dilakukan baik di Australia maupun di Indonesia, hanya permasalahan seberapa detail pengungkapan yang seharusnya dicatatkan dalam catatan atas laporan keuangan. 134

13. Tidak ada dampak berarti/signifikan yang dialami oleh perusahaan di Indonesia maupun Australia atas penerapan PSAK 33 dan PSAK 64/IFRS 6. 5.2 Saran Berdasarkan perbandingan kegiatan pengungkapan aktivitas pengupasan lapisan tanah dan pengelolaan lingkungan hidup dalam PSAK 33 revisi tahun 2011 serta aktivitas eksplorasi dan evaluasi dalam PSAK 64/IFRS 6, terlihat bahwa setiap persentase di setiap bagian-bagian penilaian menggambarkan bahwa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Australia lebih baik dari segi pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangannya dibandingkan dengan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Australia. 1. Sudah seharusnya kenyataan ini memberikan motivasi bagi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk melakukan penerapan terhadap PSAK 33 dan PSAK 64 secara lebih tepat dan lengkap. Dengan penerapan PSAK 33 dan PSAK 64 yang sesuai dan lengkap, tentu akan membuat perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dapat memiliki laporan keuangan yang dapat bersaing dan diperbandingkan dengan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek luar negeri. Sehingga akan semakin banyak investor asing yang berniat untuk menanamkan modalnya di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Agar perusahaan Indonesia dapat selalu update dengan setiap perubahan yang terjadi di dalam standar akuntansi yang selalu mengalami perkembangan dalam usahanya untuk berkonfergensi dengan IFRS, maka inisiatif dari perusahaan diperlukan. Inisiatif tersebut dapat berupa ikut sertanya 135

karyawan bagian akuntansi dalam seminar dan pelatihan yang diadakan oleh IAI yang berkaitan dengan topik perkembangan PSAK pertambangan terbaru. 2. Hal ini juga seharusnya menjadi perhatian bagi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam). Sebagai pihak yang berwenang untuk mengawasi jalannya pasar modal Indonesia, institusi pemerintahan tersebut harus dapat memastikan bahwa semua laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek harus memenuhi kualitas yang disyaratkan yaitu dengan melakukan pembinaan terhadap aspek pengungkapan laporan keuangan agar semua item dalam laporan keuangan diungkapkan dengan wajar dan memadai sehingga akan memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sanksi yang tegas juga dapat diberikan Bapepam kepada perusahaan yang masih tidak mematuhi peraturan baik yang telah tercantum di dalam PSAK maupun aturan-aturan dalam pengungkapan laporan keuangan perusahaan secara publik. Sesuai dengan Undang-Undang Pasal 5 tentang Pasar Modal, Bapepam memiliki wewenang untuk membekukan atau membatalkan pencatatan suatu Efek pada Bursa Efek atau menghentikan transaksi Bursa atas Efek tertentu untuk jangka waktu tertentu guna melindungi kepentingan pemodal; 3. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pembuatan standar akuntansi juga harus selalu memberikan sosialisasi standar akuntansi yang baru, seperti dengan menyelenggarakan seminar dan pelatihan mengenai PSAK yang dikeluarkan. Penerapan Standar Akuntansi Keuangan yang sesuai dalam penyajian laporan keuangan perusahaan akan meningkatkan kualitas dari laporan keuangan perusahaan. Dengan menyajikan informasi mengenai kondisi 136

keuangan perusahaan yang sebenarnya, semua pihak yang memiliki kepentingan dalam perusahaan akan dapat melakukan pengambilan keputusan secara tepat dan tidak akan menyesatkan para pengguna laporan keuangan tersebut. Pada tanggal 27 Mei 2013, DSAK telah menyetujui ED PPSAK 12: Pencabutan PSAK 33: Aktivitas Pengupasan Lapisan Tanah dan Aktivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Pertambangan Umum. Sehubungan pengaturan pengupasan lapisan tanah telah ada pengaturannya dalam IFRIC 20, maka entitas dapat menggunakan ISAK 29 yang diadopsi dari IFRIC 20 tersebut. Untuk provisi pengelolaan lingkungan hidup entitas dapat mengacu pada PSAK 57: Provisi, Liabilitas Kontijensi, dan Aset Kontijensi. ED PPSAK 12 mengatur mengenai ketentuan transisi secara retrospektif yang akan efektif mulai 1 Januari 2014. 5.3 Keterbatasan-keterbatasan Penulisan skripsi ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: 1. Penelitian ini memiliki jumlah sampel yang kecil dikarenakan berfokus pada perusahaan pertambangan di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia laporan keuangan yang disajikan sulit untuk diteliti karena masih menggunakan format scan yang tidak bisa di cari dengan menggunakan kata kunci. Sedangkan untuk laporan keuangan di Australia menggunakan format yang dapat dicari dengan mudah bagian yang ingin diteliti. Namun karena keterbatasan waktu, membuat jumlah sampel yang teliti tidak bisa banyak. 137

Disarankan untuk penelitian yang akan datang, peneliti menggunakan jumlah sampel yang jauh lebih besar. 2. Penelitian hanya berdasarkan perbandingan di negara Indonesia dengan Australia, untuk penelitian selanjutnya disarankan dapat memperluas wilayah objek penelitian menjadi lebih luas, misalnya dengan membandingkan perusahaan pertambangan di 3 benua berbeda (Amerika, Inggris, Indonesia) 3. Periode penelitian ini hanya menggunakan periode 1 tahun yaitu tahun 2012 yang dikarenakan tanggal efektif penerapan PSAK 33 dan PSAK 64 baru dimulai pada 1 Januari 2012. 4. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan laporan keuangan perusahaan pertambangan dari situs Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Bursa Efek Australia (AUX) sehingga perolehan data secara sekunder (tidak langsung). 138