RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 24/PUU-X/2012 Tentang Tembakau Dianggap Sebagai Zat Adiktif Yang Mempunyai Sifat Merugikan I. PEMOHON 1. Drs. Achmad Wazir Wicaksono, (Ketua PW LPPNU Jawa Timur)..Pemohon I; 2. A. Yunan Athoillah, M.Si, (Sekretaris PW LPPNU Jawa Timur)...Pemohon II; 3. Luthfi Aris Sasongko, S.Tp., M.Si.(Ketua PW LPPNU Jawa Tengah)..Pemohon III; 4. Helmy Purwanto, S.T., M.T. (Sekretaris PW LPPNU Jawa Tengah).. Pemohon IV; 5. Safroni Isrososiawan, M.M., (Ketua PW LPPNU NTB) Pemohon V; 6. Muhammad Yusuf, M.Si., (Sekretaris PW LPPNU NTB) Pemohon VI; 7. Ahmad Asir, S.Ag., M.Pd.(Ketua PC LPPNU Pamekasan)...Pemohon VII; 8. Abd. Basith, SP. (Sekretaris PC LPPNU Pamekasan).. Pemohon VIII; 9. Alif Muhlis, S.Ag..(Ketua PC LPPNU Temanggung)...Pemohon IX; 10. Drs. Khoiron (Sekretaris PC LPPNU Temanggung)... Pemohon X; 11. Ir. Deni Ranggajaya, (petani Tembakau).. Pemohon XI; 12. Dendin Samsudin (petani Tembakau)...Pemohon XII;.Selanjutnya disebut Para Pemohon. Kuasa Hukum: Andi Najmi Fuaidi, S.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Januari 2012. II. POKOK PERKARA
Pengujian Pasal 113 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon dalam permohonan sebagaimana dimaksud menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji adalah : 1. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang dibawahnya dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi 2. Pasal 24C ayat (1) UUD Tahun 1945 Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenanganya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum 3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. IV. KEDUDUKAN PEMOHON ( LEGAL STANDING) Para Pemohon menjelaskan dalam permohonannya bahwa Pemohon I s.d. Pemohon X adalah pengurus wilayah dan/atau cabang dari lembaga pengembangan pertanian NU (LPPNU) dilingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan NTB yang menaruh perhatian pada kelangsungan hidup dan kesejahteraan para petani tembakau, sedangkan Pemohon XI dan Pemohon XII adalah petani tembakau. Para Pemohon ini adalah sekumpulan orang yang memiliki kepentingan yang sama yang merasa dirugikan hak-hak konstitusionalnya atas berlakunya
ketentuan Pasal 113 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DIUJI A. NORMA MATERIIL Norma yang diujikan, adalah : 1. Pasal 113 ayat (2) Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau, produk yang mengandung tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cairan dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya. B. NORMA UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 Norma yang dijadikan sebagai penguji, yaitu : Pasal 28D ayat (1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. VI. Alasan-alasan Para Pemohon Dengan diterapkan UU a quo Bertentangan Dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, karena : 1. Bahwa para Pemohon mendalilkan Pasal 113 ayat (2) UU a quo telah memberikan rumusan bahwa tembakau memiliki konotasi yang negative dan hanya bersifat merugikan bagi masyarakat, dan hal ini berpotensi untuk ditafsirkan oleh pihak-pihak tertentu sebagai larangan untuk menanam tembakau; 2. Bahwa Pasal 113 ayat (2) UU a quo bersifat diskriminatif karena yang secara tegas disebutkan mengandung zat adiktif hanya tembakau hal ini jelas-jelas merugikan khususnya bagi petani tembakau karena mereka menanam, membudidayakan dan memanfaatkan tembakau sesuatu yang dianggap hanya merugikan bagi masyarakat; 3. Bahwa dengan semikian, rumusan Pasal 113 ayat (2) UU a quo menimbulkan ketidakpastian dari perspektif bahasa maupun perspektif teologis yang bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945.
VII. PETITUM 1. Mengabulkan permohonan Para Pemohon untuk seluruhnya; 2. Menyatakan Pasal 113 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063) bertentangan dengan Undang- Undang Dasar Negara republic Indonesia Tahun 1945 khususnya Pasal 28D ayat (1) UUD 1945; 3. Menyatakan Pasal 113 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063) tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat; 4. Atau apabila Majelis Hakim Konstitusi berpendapat dan menganggap Pasal 113 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063) tetap mempunyai kekuatan hukum mengikat dan berlaku, mohon agar Majelis Hakim Konstitusi dapat memberikan tafsir konstitusional terhadap ketentuan a quo dengan menyatakan konstitusional bersyarat (conditionally constitutional) Artinya, konstitusional sepanjang dimaknai bahwa: (1) Bunyi Pasal 113 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063) selengkapnya menjadi berbunyi: Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain tembakau, produk yang mengandung tembakau, produk yang mengandung tembakau, padat, cairan dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya disamping dapat menimbulkan kerugian, tetapi juga dapat memberikan kegunaan atau kemanfaatan bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya.
(2) Ketentuan Pasal 113 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063) tidak memberikan larangan dan/atau hukuman terhadap penanaman, pembudidayaan maupun pemanfaatan tembakau; 5. Memerintahkan pemuatan Putusan Ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya; 6. Apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon agar Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi dapat memutus yang seadiladilnya (ex aequo et bono).