VALIDITAS RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT PADA APENDISITIS KOMPLIKATA DI RSUP SANGLAH DENPASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG, PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis

PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

VALIDITAS DIAGNOSTIK C-REACTIVE PROTEIN (CRP) PADA PASIEN DENGAN APENDISITIS AKUT SKOR ALVARADO 5-6

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

TESIS VALIDITAS DIAGNOSTIK SKOR TZANAKIS PADA APENDISITIS AKUT DI RSUP SANGLAH DENPASAR BALI

VALIDITAS DIAGNOSIS SKOR APPENDICITIS INFLAMMATORY RESPONSE (AIR) PADA APENDISITIS AKUT DI RS SANGLAH DENPASAR BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

VALIDITAS NEW INJURY SEVERITY SCORE (NISS) DALAM MENDETEKSI TERJADINYA KOAGULOPATI PADA PASIEN MULTIPLE TRAUMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ

BAB I PENDAHULUAN. bagian kanan bawah (Anderson, 2002).Komplikasi utama pada apendisitis adalah

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

VALIDITAS DIAGNOSTIK SKOR PULP ( PEPTIC ULCER PERFORATION

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

TES DIAGNOSTIK (DIAGNOSTIC TEST)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif

ABSTRAK. UJI DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN TUBEX-TF DAN WIDAL TERHADAP BAKU EMAS KULTUR Salmonella typhi PADA PENDERITA TERSANGKA DEMAM TIFOID

I KOMANG AGUS SETIAWAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN SEFALOSPORIN DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI APPENDISITIS AKUT PADA ANAK AKIBAT KETERLAMBATAN APPENDEKTOMI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

I. PENDAHULUAN. pada wanita dengan penyakit payudara. Insidensi benjolan payudara yang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

ABSTRAK. GAMBARAN VALIDITAS INDEKS MENTZER DAN INDEKS SHINE & LAL PADA PENDERITA β-thallassemia MAYOR

I. PENDAHULUAN. sikap yang biasa saja oleh penderita, oleh karena tidak memberikan keluhan

KEHAMILAN NORMAL DENGAN PREEKLAMSI BERAT SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TEKANAN DARAH DAN DERAJAT PROTEINURIA

Diagnostic & Screening

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

ABSTRAK. Pembimbing II : Penny S M., dr., Sp.PK., M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan prevalensi penyakit kronik degeneratif yang. berhubungan dengan usia merupakan outcome utama akibat

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana stroke merupakan penyebab kematian ketiga yang paling

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

5.2 Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Lokasi

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Reliabilitas Pemeriksaan Appendicogram dalam Penegakan Diagnosis Apendisitis di RSUD Dr. Pirngadi Medan Periode

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pascaoperasi (postoperative mortality) adalah kematian yang

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. priyanto,2008). Apendisitis merupakan peradangan akibat infeksi pada usus

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pedoman penyelanggaran pelayanan Intensive Care Unit (ICU) di

BAB III METODE PENELITIAN

Relationship Between Nurse Knowledge, Attitude, Workloads with Medical Record Completion at the Emergency Unit, Sanglah Hospital, Denpasar

ABSTRAK PREVALENSI DAN GAMBARAN PASIEN KARSINOMA NASOFARING DI RSUP DR. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh

BAB I Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. Salah satu dari tujuan Millenium Development. Goal(MDGs) adalah menurunkan angka kematian balita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kuman dapat tumbuh dan berkembang-biak di dalam saluran kemih (Hasan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah sindroma yang bercirikan defisit neurologis onset akut yang

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. dengan apendisitis akut perforasi di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kejadiannya secara internasional diperkirakan lebih dari 3000 orang dalam 1 juta

ABSTRAK. Lidya K S Arung, 2015 Pembimbing Utama : Dani, dr., M.Kes. Pembimbing Pendamping: Dr. Philips Onggowidjaja, S.Si.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain penelitian

PERBEDAAN RASIO NEUTROFIL/LIMFOSIT PADA PENDERITA APENDISITIS AKUT TANPA PERFORASI DAN DENGAN PERFORASI SKRIPSI

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE

ABSTRAK. UJI VALIDITAS INDEKS MENTZER SEBAGAI PREDIKTOR β-thalassemia MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA POPULASI ANEMIA HIPOKROM MIKROSITER

BAB 1 PENDAHULUAN. apendisitis akut (Lee et al., 2010; Shrestha et al., 2012). Data dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa insiden

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian observasional analitik

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Selatan dan 900/ /tahun di Asia (Soedarmo, et al., 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang. disebabkan oleh Salmonella typhi yang masih dijumpai secara luas di

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi FK USU / RSUP Haji Adam

CUT OFF POINT GAP SCORE

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula

Transkripsi:

ORIGINAL ARTICLE VALIDITAS RASIO NEUTROFIL LIMFOSIT PADA APENDISITIS KOMPLIKATA DI RSUP SANGLAH DENPASAR Dewi Prima Christian 1, I Gede Suwedagatha 2, Nyoman Golden 3, I Ketut Wiargitha 2 1 Program Pendidikan Dokter Spesialis Bedah, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Indonesia. Korespondensi: oniel_od@yahoo.com 2 Subbagian Bedah Trauma dan Bedah Akut, Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, Indonesia. 3 Subbagian Bedah Saraf, Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah, Denpasar, Indonesia. ABSTRAK Tujuan: untuk mengetahui validitas rasio neutrofil limfosit (RNL) pada apendisitis komplikata. Metode: penelitian dilakukan secara observasional analitik dengan menggunakan desain studi kohort dengan mengambil sampel penderita apendisitis akut yang menjalani apendisektomi di RSUP Sanglah Denpasar, periode Oktober-Desember 2015. Data dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu RNL dengan cut of point >5 dan RNL dengan cut of point 5 dan kemudian disesuaikan dengan temuan pemeriksaan histopatologi anatomi sebagai standar baku emas, komplikata dan non-komplikata. Data tersebut kemudian dianalisis dengan analisis statistik deskriptif, analisis kurva ROC, dan uji diagnostik. Hasil: pada penelitian ini diperoleh 62 sampel, dengan median umur 23 tahun, 32 orang penderita lakilaki, 30 orang penderita perempuan, 28 apendisitis non-komplikata, dan 34 apendisitis komplikata. Dari area under curve ROC 0,6229 dengan 95% CI didapatkan cut of point RNL >5 pada apendisitis komplikata, RNL 5 pada apendisitis non-komplikata. Uji diagnostik didapatkan nilai sensitivitas 85,3%, spesifisitas 39,3%, dan tingkat akurasi 64,5%. Simpulan: RNL merupakan tolak ukur sederhana yang lebih baik untuk meramalkan apendisitis akut dibandingkan dengan penilaian Alvarado Score dan USG abdomen serta valid untuk membedakan apendisitis komplikata dan non-komplikata melalui cut of point RNL. Kata kunci: apendisitis akut, apendisitis komplikata, apendisitis non-komplikata, rasio neutrofil limfosit (RNL). THE VALIDITY NEUTROPHIL LYMPHOCYTE RATIO OF COMPLICATED APPENDICITIS IN SANGLAH GENERAL HOSPITAL DENPASAR Dewi Prima Christian 1, I Gede Suwedagatha 2, Nyoman Golden 3, I Ketut Wiargitha 2 1 Genaral Surgery Training Programme, Faculty of Medicine, Udayana University, Sanglah General Hospital, Denpasar, Indonesia. 2 Trauma and Acute Care Surgery Division, Surgery Department, Faculty of Medicine Udayana University, Sanglah General Hospital, Denpasar, Indonesia. 3 Neurosurgery Division, Surgery Department, Faculty of Medicine Udayana University, Sanglah General Hospital, Denpasar, Indonesia. ABSTRACT Objective: The purpose of this study is to know the validity neutrophil lymphocyte ratio (NLR) of complicated appendicitis. Methods: A cohort study with observational analytic was performed on patients whom diagnosed for acute appendicitis those undergoing appendectomy from October - December 2015. The data were into two grouped according to cut of point NLR >5 and NLR 5. This group was associated with postoperative histopathological examination as a gold standard, complicated 1 Jurnal Bedah Nasional

Volume 1 Number 1 Januari 2017 Validitas Rasio Neutrofil Limfosit and uncomplicated appendicitis. This study was analysed with descriptive analysis, ROC curve and diagnostic test. Results: from total 62 sample, median age 23 years old, 32 males, 30 females, 28 uncomplicated appendicitis, 34 complicated appendicitis. The area under curve ROC 0.6229 with 95% CI got the cut of point NLR were >5 associated with complicated appendicitis and NLR 5 assosiated with uncomplicated appendicitis. The results were sensitivity 85.3%, spesificity 39.3%, and accuracy rate 64.5%. Conclusion: Based on this study it can be concluded, that NLR is the better marker and simple for diagnosis rather than Alvarado Score and USG, and valid to differentiate between complicated and uncomplicated appendicitis through cut of point NLR. Keywords: acute appendicitis, complicated appendicitis, uncomplicated appendicitis, neutrophil lymphocyte ratio (NLR). PENDAHULUAN Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan kasus pembedahan darurat nyeri perut akut sekitar 10% terbanyak, terjadi pada semua golongan usia terutama usia 20-30 tahun dengan angka insiden paling banyak ditemukan pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan 1,4: 1. 1 Di Amerika Serikat angka insiden apendisitis akut adalah 1 per 1000 orang. Risiko seseorang terkena apendisitis akut sepanjang hidupnya adalah sekitar 6-9%. 2 Kasus apendisitis akut memerlukan penanganan yang tepat serta penegakan diagnosis yang cepat. Keterlambatan diagnosis akan berdampak pada komplikasi yang akan terjadi, seperti gangrenosa, perforasi bahkan dapat terjadi peritonitis generalisata. Morbiditas dan mortalitas akan meningkat sesuai dengan peningkatan komplikasi yang ditemukan. 3 Apendisitis komplikata dapat terjadi oleh karena beberapa faktor baik dalam kecepatan penegakan diagnosa atau keterlambatan pasien akibat kurangnya pengetahuan. Beberapa pasien yang menunjukkan gejala dan tanda apendisitis yang tidak khas dapat menyebabkan kesalahan dalam diagnosis dan keterlambatan dalam hal penanganannya. Beberapa pasien yang datang dengan gejala dan tanda apendisitis yang tidak khas akan dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti USG abdomen yang akan memakan waktu lebih lama dalam penegakan diagnosis serta memerlukan biaya yang lebih mahal. Pemeriksaan dengan USG memiliki kelemahan, yakni masih bersifat subjektif (operator dependent), tidak banyak memberikan informasi yang akurat serta tidak dapat membedakan apendisitis komplikata dan non-komplikata. Pemeriksaan lainnya yaitu menilai Alvarado Score, namun sistem skoring ini pun masih memiliki kelemahan yaitu bersifat subyektif dan tidak bisa membedakan apendisitis non-komplikata dan komplikata. 4 Salah satu pemeriksaan lainnya pada pasien apendisitis adalah pemeriksaan laboratorium dengan menilai leukosit dan juga neutrofil. Pemeriksaan ini merupakan tes yang sensitif untuk apendisitis tetapi memiliki sensitivitas yang rendah untuk diagnostik apendisitis dan belum bisa dipakai untuk membedakan apendisitis komplikata dan non-komplikata. Adapun pemeriksaan lainnya yang terbukti memiliki sensitivitas lebih tinggi untuk mendiagnosis apendisitis yaitu menilai angka neutrofil dan limfosit kemudian dirasiokan. Hasil rasio neutrofil limfosit 2

Dewi Prima Christian yang tinggi akan menunjukkan inflamasi yang berat seperti apendisitis komplikata. 5 Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti ingin meneliti lebih lanjut mengenai validitas dari rasio neutrofil limfosit pada apendisitis komplikata. Keuntungan dari pemeriksaan ini yaitu pemeriksaan bersifat obyektif, murah, cepat dan tersedia di semua rumah sakit. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya di RSUP Sanglah Denpasar dan selama ini parameter pemeriksaan lanjutan pada apendisitis akut di RSUP Sanglah Denpasar hanya dengan berdasarkan hasil labotarorium rutin, Alvarado Score, dan USG abdomen. METODE Penelitian ini merupakan penelitian uji diagnostik observasional analitik dengan menggunakan desain studi kohort. Subyek penelitian saat awal dipisahkan berdasarkan cut of point neutrofil limfosit >5 dan 5 yang diadopsi dari penelitian Kahramanca. 4 Penilaian neutrofil limfosit tersebut diambil dari sampel darah penderita. Kemudian dari hasil tersebut di observasi melalui operasi apakah hasil tersebut merupakan apendisitis komplikata atau nonkomplikata. Tempat penelitian adalah di instalasi rawat darurat (IRD) bedah RSUP Sanglah Denpasar Bali. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember tahun 2015. Adapun kriteria inklusi adalah semua pasien apendisitis akut yang datang ke IRD bedah RSUP Sanglah Denpasar dari bulan Oktober sampai Desember tahun 2015 dan menjalani operasi. Kriteria eksklusi diantaranya penderita menolak ikut serta dalam penelitian, penderita dengan komorbid diabetes melitus, infeksi kronis, keganasan, dan imunokompromise, pasien yang sudah mendapatkan terapi antibiotik Jurnal Bedah Nasional dan analgetik sebelumnya, dan pasien dengan kehamilan. HASIL Telah dilakukan uji diagnostik rasio neutrofil limfosit terhadap 62 sampel penderita apendisitis akut dan telah menjalani operasi apendisektomi selama bulan Oktober hingga Desember 2015 dengan hasil histopatologi sebagai standar baku emas. Dari 62 penderita apendisitis akut tersebut, berdasarkan umur didapatkan nilai median 23 tahun dan interquartile range (IQR) 15 tahun, yang mana umur minimal yang didapatkan pada usia 14 tahun dan maksimal pada usia 69 tahun. Berdasarkan variabel jenis kelamin, dari 62 penderita tersebut didapatkan penderita laki-laki lebih banyak dengan jumlah 32 penderita (51,6%) sedangkan pada perempuan didapatkan 30 penderita (48,4%). Gambaran nilai rasio neutrofil limfosit pada penderita apendisitis akut didapatkan nilai median (IQR) 7,9% (5,4%), dimana rasio neutrofil limfosit minimal yang didapatkan pada nilai 2,0% dan maksimal pada nilai 27,4%. Berdasarkan diagnosis histopatologi anatomi dari 62 sampel penderita tersebut didapatkan 34 (54,84%) penderita dengan hasil histopatologi apendisitis komplikata dan 28 (45,16%) penderita dengan hasil histopatologi apendisitis non-komplikata. Berikut di bawah ini data analisa hasil pemeriksaan tersebut berupa tabel 1. Kurva ROC (receiver operating characteristic) bertujuan untuk mengetahui kemampuan dari rasio neutrofil limfosit dalam mendiagnosis apendisitis komplikata dengan hasil histopatologi anatomi sebagai baku emas serta untuk mencari titik potong terbaik dari rasio neutrofil limfosit untuk 3

Volume 1 Number 1 Januari 2017 dinyatakan positif negatif. Dari 62 penderita, didapatkan area under curve ROC 0,6229 dengan interval kepercayaan (CI) 95% dan titik potong terbaik dari rasio neutrofil limfosit pada apendisitis komplikata adalah >5 (gambar 1). Tabel 1. Gambaran Karakteristik Subjek dan Variabel Penelitian Variabel n = 62 Umur Median (IQR) Min-Max Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Rasio neutrofil / limfosit Median (IQR) Min-Max Diagnosis Non-komplikata Komplikata 23 (15) 14-69 32 (51,6%) 30 (48,4%) 7,9 (5,4%) 2,0-27,4 28 (45,2%) 34 (54,8%) Gambar 1. Kurva ROC kemampuan rasio neutrofil limfosit dalam memprediksi apendisitis komplikata dengan hasil histopatologi anatomi sebagai baku emas Pada uji validitas rasio neutrofil limfosit pada apendisitis komplikata bertujuan untuk mencari sensitivitas dan spesifisitas serta akurasi dengan menggunakan tabel 2x2 seperti dibawah ini (tabel 2). Validitas Rasio Neutrofil Limfosit Tabel 2. Uji Validitas Rasio Neutrofil Limfosit dan Hasil Histopatologi Sampel Penderita Apendisitis Akut di RSUP Sanglah Bulan Oktober-Desember Tahun 2015 Histopatologi RNL Apendisitis Komplikata Apendisitis Non- Komplikata Total > 5 29 17 46 5 5 11 16 Total 34 28 62 Keterangan: Sensitivitas 29/(29+5)x100% = 85,3% Spesifisitas 11/(11+17)x100% = 39,3% Accuracy Rate 29+11/(29+17+5+11)x100% = 64,5% Positive Predictive Value 29/(29+17)x100% = 63% Negative Predictive Value 11/(5+11)x100% = 68,8% DISKUSI Pada hasil penelitian ini, ratio neutrofil limfosit dapat dijadikan tolak ukur atau parameter yang lebih baik, lebih cepat dan lebih murah untuk mendiagnosis apendisitis akut dibandingkan dengan menggunakan parameter yang sebelumnya seperti Alvarado Score dan USG abdomen. Kelebihan rasio neutrofil limfosit ini juga dapat membedakan apendisitis komplikata dan non-komplikata. Kelemahan Alvarado Score adalah bersifat subjektif dimana skor yang dihasilkan akan tergantung dari penilaian pemeriksa, tidak mudah digunakan untuk menilai pada pasien dengan gejala yang tidak khas, dan tidak bisa membedakan apendisitis komplikata dan non-komplikata. Sedangkan kelemahan USG abdomen yaitu bersifat subjektif, memiliki tingkat akurasi yang rendah, biaya lebih mahal, penilaian tergantung operator, dan tidak dapat membedakan apendisitis komplikata atau non-komplikata. Berdasarkan hasil uji diagnostik rasio neutrofil limfosit pada apendisitis komplikata di RSUP Sanglah Denpasar, 4

Dewi Prima Christian didapatkan nilai sensitivitas sebesar 85,3%, nilai spesifisitas 39,3%, dan tingkat akurasi 64,5%, artinya bahwa hasil ini memiliki kemampuan mendeteksi dini diagnosis apendisitis komplikata. Hasil pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan penelitian dari Kahramanca yang mendapatkan hasil lebih rendah yaitu sensitivitas 70,8%, spesifisitas 48,5% dan tingkat akurasi 52%. Dari hasil yang berbeda ini, peneliti memiliki beberapa argumentasi mengapa penelitian ini mendapatkan hasil yang lebih tinggi, yaitu sampel yang dipilih adalah penderita yang benar-benar menderita apendisitis akut dengan tanda klinis yang jelas tanpa disertai penyakit infeksi lainnya. Keluhan terbanyak saat pasien datang adalah dengan nyeri perut kanan bawah yang khas disertai demam 38 0 C dan muntah, tampak dari laboratorium nilai neutrofil meningkat tajam dan nilai limfosit menurun dan saat dirasiokan nilainya tinggi sesuai dengan gejala klinis apendisitis komplikata. Terbukti pada hasil histopatologi anatomi bahwa semua penderita benar terdiagnosa paling banyak apendisitis komplikata (54,8%) dan apendisitis non-komplikata (45,2%). Berbeda dengan penelitian dari Kahramanca, sampel yang diambil adalah semua pasien yang telah menjalani operasi apendisektomi dengan diagnosis yang belum pasti penyakit tersebut murni apendisitis akut. Berdasarkan data tersebut, keluhan pasien yang datang paling banyak dengan nyeri perut dan tidak semua memiliki riwayat klinis yang khas menunjukkan apendisitis. 4 Pada penelitian ini menggunakan desain studi kohort prospektif sehingga data yang didapatkan dari sampel lebih akurat. Berbeda dengan penelitian Kahramanca yang menggunakan desain penelitian retrospektif sehingga data yang didapatkan Jurnal Bedah Nasional kurang akurat karena sampel yang diambil tidak ter-screening dengan baik saat awal. Terbukti pada hasil histopatologi, banyak pasien didapatkan dengan negative apendisitis serta didapatkan penderita ternyata disertai riwayat infeksi lain dalam perjalanan perawatan paska operasi. Peneliti menyimpulkan bahwa nilai sensitivitas, spesifisitas dan tingkat akurasi sangat dipengaruhi oleh cara pengambilan sampel yang benar dan desain penelitian. Pada hasil penelitian ini didapatkan nilai cut of point rasio neutrofil limfosit pada apendisitis komplikata adalah >5 dan nonkomplikata 5 berdasarkan kurva ROC dengan nilai area under curve ROC 0,6229 dan 95% CI. Hasil ini termasuk tingkat sedang untuk screening diagnosa apendisitis komplikata dan non-komplikata melalui cut of point. Namun hasil ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian sebelumnya Kahramanca, mendapatkan nilai area under curve ROC sebesar 0,609 dan 95% CI. Peneliti menyadari bahwa pada hasil penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan dimana faktor-faktor risiko yang mempengaruhi nilai rasio neutrofil limfosit pada apendisitis komplikata tidak diteliti lebih lanjut sehingga mempengaruhi nilai validitas yang didapatkan pada penelitian ini. Faktor-faktor risiko tersebut berupa usia, batasan waktu pasien menderita apendisitis hingga dilakukan apendisektomi, batasan pengambilan sampel darah yang berhubungan dengan nilai neutrofil, dan follow up pasien setelah dilakukan operasi. Faktor-faktor ini juga berhubungan dengan tindakan approach apendisektomi (insisi Gridiron/ laparatomi), risiko morbiditas, mortalitas serta prognosis pasien apendisitis akut. Parameter RNL pada apendisitis komplikata akan lebih berguna apabila 5

Volume 1 Number 1 Januari 2017 penelitian ini dilanjutkan sehingga kedepannya prognosis pasien apendisitis akan lebih baik. SIMPULAN Sensitifitas rasio neutrofil limfosit pada apendisitis komplikata adalah 85,3%. Spesifitas rasio neutrofil limfosit pada apendisitis komplikata adalah 39,3%. Akurasi rasio neutrofil limfosit pada apendisitis komplikata adalah 64,5%. Nilai prediksi positif rasio neutrofil limfosit pada apendisitis komplikata adalah 63%. Nilai prediksi negatif rasio neutrofil limfosit pada apendisitis komplikata adalah 68,8%. Cut of point rasio neutrofil limfosit pada apendisitis komplikata adalah >5. Cut of point rasio neutrofil limfosit pada apendisitis non komplikata adalah 5. Rasio neutrofil limfosit pada apendisitis akut ini dapat digunakan sebagai tolak ukur yang lebih baik untuk screening diagnosis apendisitis komplikata dan non komplikata dibandingkan dengan penilaian berdasarkan Alvarado score ataupun USG abdomen saja. Validitas Rasio Neutrofil Limfosit Emergency Surgery. United Kingdom: Elsevier;2008.p.108-12. 4. Kahramanca S, Özgehan G, Şeker D, et al. Neutrophil-To-Lymphocyte Ratio As A Predictor Of Acute Appendicitis. Ulus Travma Acil Cerrahi Derg. 2014;20:19-22. 5. Nasution A. Hubungan Antara Jumlah Leukosit Dengan Apendisitis Akut Dan Apendisitis Perforasi (tesis). Pontianak: RSU Dokter Soedarso;2011. DAFTAR PUSTAKA 1. Froggatt P, Harmston C. Acute Appendicitis. In: Cosse, C., editor. Intestinal Surgery II. Oxford: Elsevier;2011.p.372-6. 2. Humes DJ, Simpson J. Clinical Presentation of Acute appendicitis: Clinical Sign-Laboratory Finding- Clinical Scores, Alvarado Score and Derivate Scores. In: Keyzer C, Gevenois PA, editors. Imaging of Acute Appendicitis in Adults and Children. United Kingdom: Springer;2011.p.13-21. 3. Simpson J, Scholefield J. Acute Appendicitis. In: Scholefield J, editor. 6