BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN"

Transkripsi

1 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang menggunakan desain prospektif. Analisis statistik bivariat menggunakan uji Pearson chi square bila variabel kategorik berdistribusi normal atau Fisher exact test bila tidak berdistribusi normal (Sastroasmoro, 28), selanjutnya dilakukan analisis statistik multivariat menggunakan uji regresi logistik biner (Dahlan, 211) Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan karena RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit rujukan tertinggi di Sumatera Utara dan rumah sakit pendidikan dengan sarana dan prasarana yang memadai untuk melaksanakan penelitian ini dengan jumlah kasus yang cukup tinggi, yaitu 6 kasus pada tahun 29 (Ivan, 29) Populasi Penelitian Adapun populasi penelitian terdiri dari populasi target dan populasi terjangkau sebagaimana dijelaskan di bawah ini: a. Populasi target: pasien anak dengan keluhan nyeri perut dan diduga apendisitis. b. Populasi terjangkau: pasien anak yang berobat ke RSUP HAM dengan keluhan nyeri perut dan diduga apendisitis Kriteria Inklusi dan Eksklusi Subjek penelitian dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagaimana dirinci di bawah ini: a. Kriteria inklusi : Pasien anak dengan keluhan nyeri perut yang diduga apendisitis Bersedia mengikuti penelitian 21

2 Kriteria eksklusi : Onset nyeri perut lebih dari 72 jam Anak yang memiliki riwayat operasi apendektomi Anak yang belum bisa berbicara atau tidak kooperatif Terdapat bukti adanya infeksi selain infeksi saluran cerna, seperti infeksi saluran kemih dan infeksi saluran pernapasan Cara Pengambilan Sampel dan Besar Sampel Pengambilan sampel akan dilakukan dengan cara consecutive sampling. Jumlah sampel minimal yang dihitung berdasarkan rumus (Sastroasmoro, 28): x = zα + zβp,5 x ln (1+r/1r) Keterangan : zαr : 1,645 (simpangan baku pada kesalahan tipe I 5% one tailed) zβr : 1,645 (baku pada kesalahan tipe II 5% one tailed) r :,736 (koefisien korelasi yang diperoleh dari pilot study) x 1 = 1, ,645,5 x ln (1,736/1+,736) x 1 = x 2 = 16 orang = 12, = 15,25 Maka jumlah sampel minimal penelitian ini adalah 16 orang untuk kelompok uji dan 16 orang untuk kelompok kontrol.

3 3.6. Kerangka Konsep Jenis kelamin Umur Nyeri perut saat batuk, perkusi, lompat Penurunan nafsu makan Demam Mual atau muntah Apendisitis akut Nyeri perut kuadran kanan bawah Leukositosis Neutrofilia Migrasi nyeri perut PAS 6 Variabel independen Variabel dependen

4 3.7. Definisi Operasional Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan istilahistilah yang didefinisikan sebagai berikut : Apendisitis akut pada anak adalah diagnosis apendisitis akut pada individu yang belum mencapai ulang tahun ke18 ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan dikonfirmasi melalui pemeriksaan histopatologi berupa gambaran infiltrasi neutrofilik pada muskularis propria jaringan apendiks. Jenis kelamin adalah jenis kelamin yang tertulis pada rekam medis pasien, dibagi menjadi dua kelompok yaitu lakilaki dan perempuan. Umur adalah umur dalam hitungan tahun pada saat pasien masuk dalam penelitian sesuai dengan tanggal lahir yang tertera pada rekam medis, dibagi menjadi dua kelompok yaitu < 1 tahun dan > 1 tahun berdasarkan rerata umur subjek penelitian. Nyeri perut saat batuk, perkusi, atau melompat adalah rasa nyeri pada perut yang dikeluhkan pasien atau yang diperoleh dari anamnesis dimana nyeri terutama dirasakan saat pasien batuk atau melompat, atau pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri saat perkusi abdomen. Penurunan nafsu makan adalah nafsu makan yang berkurang dibandingkan dengan saat pasien tidak merasakan nyeri perut, diperoleh dari auto anamnesis atau alloanamnesis terhaap orang tua atau pengasuh pasien. Demam adalah suhu aksila > 38, C yang diukur dengan termometer digital terkalibrasi (Satria, 215). Nyeri perut kuadran kanan bawah adalah rasa nyeri pada perut yang terlokalisasi di kuadran kanan bawah yang diperoleh dari anamnesis atau pemeriksaan fisik saat palpasi abdomen. Leukositosis adalah peningkatan jumlah leukosit > 1./mm 3 dari pemeriksaan darah lengkap yang tertulis pada rekam medis pasien saat pasien masuk dalam penelitian (Satria, 215). Neutrofilia adalah peningkatan jumlah neutrofil > 7.5/mm pemeriksaan darah lengkap yang tertulis pada rekam medis pasien saat pasien masuk dalam penelitian (Satria, 215). 3 dari

5 Migrasi nyeri perut adalah nyeri perut berpindah, dimana awalnya nyeri dirasakan pada regio epigastrium, kemudian rasa nyeri pindah ke regio periumbilikus dan akhirnya menetap di kuadran kanan bawah yang diperoleh dari anamnesis pasien. Nilai PAS > 6 adalah jumlah dari variabelvariabel PAS yang ditemukan pada pasien berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta laboratorium, dibagi menjadi dua kelompok yaitu > 6 dan < 6 berdasarkan hasil penelitian Satria (215) Teknik Pengambilan Data Penelitian Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data primer Pediatric Appendicitis Score (PAS) yang diperoleh dari autoanamnesis dan alloanamnesis, serta pemeriksaan fisik dan darah lengkap. Semua pasien anak yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dicatat data demografinya dan dihitung nilai PASnya. Subjek penelitian dengan nilai PAS < 6, diobservasi selama 72 jam di rumah sakit dan dioperasi apendektomi bila nilai PAS meningkat. Namun, bila nilai PAS tidak meningkat subjek penelitian dianggap tidak menderita apendisitis akut dan tidak dioperasi apendektomi, lalu dikonsulkan ke departemen pediatri. Sebaliknya, subjek penelitian dengan nilai PAS > 6 dioperasi apendektomi. Jaringan apendiks subjek penelitian yang telah dioperasi apendektomi diperiksa histopatologinya. Subjek penelitian dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu apendisitis akut dan bukan apendisitis akut. Teknik pengambilan data dilakukan secara tersamar tunggal dimana ahli patologi anatomi yang memeriksa histopatologi jaringan apendiks subjek penelitian tidak mengetahui nilai PAS subjek penelitian tersebut Pengolahan dan Analisis Data Data penelitian akan dianalisis dengan bantuan program komputer SPSS versi 17 dengan proses sebagai berikut : a. Editing: memeriksa ketepatan dan kelengkapan data pada lembar pengamatan subjek penelitian. b. Coding: pemberian kode dan penomoran.

6 c. Entry : memasukkan data ke dalam komputer. d. Cleaning: memeriksa semua data yang telah dimasukkan ke dalam komputer untuk menghindari kesalahan dalam pemasukan data e. Saving: penyimpanan data. f. Analisis data: pada analisis data karakteristik variabelvariabel penelitian dilaporkan dalam persentase bila variabel kategorik, sedang untuk variael numerik dilaporkan dalam mean + standard deviasi bila variabel berdistribusi normal atau median (maximum minimum) bila data tidak berdistribusi normal. Dilakukan uji normalitas terhadap setiap variabel, bila variabel berdistribusi normal maka uji normalitas yang digunkan adalah KolmogorovSemirnov, sedangkan bila tidak berdistribusi normal maka uji normalitas yang digunakan adalah ShapiroWilk. Setiap variabel diuji dengan Pearson chi square atau Fisher s exact test untuk mengetahui signifikansi hubungan variabel tersebut dengan kejadian apendisitis akut pada anak, selanjutnya dihitung sensitivitas, spesifisitas, serta akurasinya (Sastroasmoro, 28). Variabelvariabel yang memiliki nilai p <,25 dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik biner untuk mengetahui variabelvariabel apa saja yang paling berhubungan dengan kejadian apendisitis akut pada anak dan mendapatkan persamaan logistik menggunakan variabelvariabel tersebut untuk memprediksi kejadian apendisitis akut pada anak. Variabelvariabel yang memiliki nilai p <,5 dianggap memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian apendisitis akut (Dahlan, 211).

7 BAB 4 HASIL PENELITIAN Penelitian ini melibatkan 36 orang subjek penelitian. Karakteristik subjek penelitian dirinci pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, umur, suhu tubuh, jumlah leukosit, jumlah neutrofil dan apendisitis akut pada anak Variabel n = 36 Jenis kelamin a Lakilaki 2 (55,56 %) a Perempuan 16 (44,44 %) b Umur 11,67 + 4,2 tahun Suhu tubuh 38,2 (36,5 39,3) o c C 3 c Jumlah leukosit ( ) /mm Jumlah neutrotil 8.538,13 ( ) sel/mikroliter Apendisitis akut Bukan apendisitis akut a a 18 (5 %) 18 (5 %) Keterangan: a : n (%) untuk data kategorik b : mean + standard deviasi untuk data numerik berdistribusi normal c : median (minimum maximum) untuk data numerik tidak bedistribusi normal c Dari tabel 4.1. dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian dengan jenis kelamin lakilaki 2 orang dan perempuan 16 orang. Berdasarkan analisis data Shapiro Wilk variabel umur memiliki nilai p >,5 maka data tersebut berdistribusi normal; sedangkan variabel suhu tubuh, jumlah leukosit, dan jumlah neutrofil tidak berdistribusi normal dengan nilai p <,5. Rerata umur subjek penelitian adalah 11,67 + 4,2 tahun. Median suhu tubuh subjek penelitian 38,2 o C dengan suhu terendah 36,5 o C dan suhu tertinggi 39,3 o C. Median jumlah leukosit subjek penelitian /mm 3 dengan nilai minimum 5.6/mm 3 dan maksimum 34.7/mm 3. Median jumlah neutrofil 8.538,13 sel/mikroliter dengan nilai minimum 1495 sel/mikroliter dan maksimum sel/mikroliter. Dari 36 orang subjek penelitian, sebanyak 18 orang menderita penyakit apendisitis akut (kelompok studi), sedangkan 18 orang bukan penderita apendisitis akut (kelompok kontrol). 27

8 Tabel 4.2. Hubungan jenis kelamin dengan apendisitis akut pada anak Jenis Kelamin Kelompok Kelompok bukan Total apendisitis akut apendisitis akut Perempuan Lakilaki Total Dari tabel 4.2. dapat disimpulkan bahwa penderita apendisitis akut pada anak jumlah perempuan hampir sama dengan lakilaki. Perbandingan perempuan dengan lakilaki 1,25 : 1. Jenis kelamin memiliki sensitivitas 55,56 %, spesifisitas 66,67 %, dan akurasi 61,11 % dalam menunjang diagnosis apendisitis akut pada anak. Berdasarkan rerata usia subjek penelitian 11,67 + 4,2 tahun, umur subjek penelitian dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok umur > 1 tahun dan kelompok umur < 1 tahun. Tabel 4.3. Hubungan kelompok usia dengan apendisitis akut pada anak Kelompok umur Kelompok Kelompok bukan Total apendisitis akut apendisitis akut > 1 tahun < 1 tahun Total Dari tabel 4.3. dapat disimpulkan bahwa kelompok umur > 1 tahun lebih banyak dijumpai pada kelompok apendisitis akut, yaitu sebanyak 11 orang. Sedangkan pada kelompok bukan apendisitis akut usia > 1 tahun dijumpai sebanyak 61,11 %. Berdasarkan Fisher s exact test, tidak ada perbedaan yang signifikan variabel kelompok usia pada kelompok apendisitis akut dibandingkan dengan kelompok bukan apendisitis akut (nilai p =,5). Kelompok umur > 1 tahun memiliki sensitivitas 61,11 %, spesifisitas 33,33 %, dan akurasi 47,22 % untuk menunjang diagnosis apendisitis akut pada anak.

9 Tabel 4.4. Hubungan nyeri perut saat batuk, perkusi, atau melompat dengan apendisitis akut pada anak Nyeri perut saat batuk, perkusi atau melompat Ya Tidak Kelompok apendisitis akut Kelompok bukan apendisitis akut Total Total Dari tabel 4.4. dapat disimpulkan bahwa keluhan nyeri perut saat batuk, perkusi, atau melompat lebih sering dijumpai pada kelompok apendisitis akut yaitu sebanyak 15 orang. Berdasarkan Fisher s exact test, keluhan nyeri perut saat batuk, perkusi, atau melompat secara signifikan lebih sering dijumpai pada kelompok apendisitis akut daripada kelompok bukan apendisitis akut (nilai p =,). Keluhan nyeri perut saat batuk, perkusi, atau melompat memiliki sensitivitas 83,33 %, spesifisitas 77,78 %, dan akurasi 8,55 % dalam menunjang diagnosis apendisitis akut pada anak. Tabel 4.5. Hubungan penurunan nafsu makan dengan apendisitis akut pada anak Penurunan nafsu Kelompok Kelompok bukan Total makan apendisitis akut apendisitis akut Ya Tidak Total Dari tabel 4.5. dapat disimpulkan bahwa keluhan nafsu makan menurun dijumpai dengan jumlah yang sama pada kelompok apendisitis akut dan bukan apendisitis akut, yaitu sebanyak 13 orang. Berdasarkan Fisher s exact test, penurunan nafsu makan pada kelompok apendisitis akut tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan kelompok bukan apendisitis akut (nilai p =,644). Penurunan nafsu makan memiliki sensitivitas 72,22 %, spesifisitas 38,46 %, akurasi 5 % dalam menunjang diagnosis apendisitis akut pada anak.

10 Tabel 4.6. Hubungan demam dengan apendisitis akut pada anak Demam Kelompok Kelompok bukan Total apendisitis akut apendisitis akut Ya Tidak Total Dari tabel 4.6. dapat disimpulkan bahwa demam lebih sering dijumpai pada kelompok apendisitis akut, yaitu sebanyak 17 orang. Berdasarkan Fisher s exact test, demam secara signifikan lebih sering dijumpai pada kelompok apendisitis akut daripada kelompok bukan apendisitis akut (nilai p =,4). Demam memiliki sensitivitas 94,44 %, spesifisitas 5 %, dan akurasi 72,22 % dalam menunjang diagnosis apendisitis akut pada anak. Tabel 4.7. Hubungan keluhan nyeri perut kuadran kanan bawah dengan apendisitis akut pada anak Nyeri perut kuadran Kelompok Kelompok bukan Total kanan bawah apendisitis akut apendisitis akut Ya Tidak Total Dari tabel 4.7. dapat disimpulkan bahwa keluhan nyeri perut kuadran kanan bawah dijumapi pada semua pasien dalam kelompok apendisitis akut. Berdasarkan Fisher s exact test, keluhan nyeri perut kuadran kanan bawah secara signifikan lebih sering dijumpai pada kelompok apendisitis akut daripada kelompok bukan apendisitis akut (nilai p =,1). Nyeri perut kuadran kanan bawah memiliki sensitivitas 1 %, spesifisitas 33,33 %, dan akurasi 66,67 % dalam menunjang diagnosis apendisitis akut pada anak. Tabel 4.8. Hubungan leukositosis dengan apendisitis akut pada anak Leukositosis Kelompok apendisitis akut 14 4 Kelompok bukan apendisitis akut 6 12 Total Ya 2 Tidak 16 Total

11 Dari tabel 4.8. dapat disimpulkan bahwa leukositosis lebih sering dijumpai pada kelompok apendisitis akut pada anak, yaitu sebanyak 14 orang. Berdasarkan Fisher s exact test, leukositosis secara signifikan lebih sering dijumpai pada kelompok apendisitis akut dibandingkan dengan kelompok bukan apendisitis akut (nilai p =,9). Leukositosis memiliki sensitivitas 77,78 %, spesifisitas 66,67 %, dan akurasi 72,22 % dalam mendiagnosis apendisitis akut pada anak. Tabel 4.9. Hubungan mual atau muntah dengan apendisitis akut pada anak Mual atau muntah Kelompok Kelompok bukan Total apendisitis akut apendisitis akut Ya Tidak Total Dari tabel 4.9. dapat disimpulkan bahwa keluhan mual atau muntah tidak lebih sering dijumpai pada kelompok apendisitis akut, yaitu sebanyak 12 orang paa kelompok apendisitis akut dan 13 orang pada kelompok bukan apendisitis akut. Berdasarkan Fisher s exact test, tidak ada perbedaan yang signifikan variabel keluhan mual atau muntah pada kelompok apendisitis akut dibandingkan dengan kelompok bukan apendisitis akut (nilai p =,5). Keluhan mual atau muntah memiliki sensitivitas 66,67 %, spesifisitas 27,78 %, dan akurasi 47,22 % dalam menunjang diagnosis apendisitis akut pada anak. Tabel 4.1. Hubungan neutrofilia dengan apendisitis akut pada anak Neutrofilia Kelompok Kelompok bukan Total apendisitis akut apendisitis akut Ya Tidak Total Dari tabel 4.1. dapat disimpulkan bahwa neutrofilia lebih sering dijumpai pada kelompok apendisitis akut, yaitu sebanyak 12 orang. Berdasarkan Fisher s exact test, neutrofilia lebih sering dijumpai pada kelompok apendisitis akut dibandingkan dengan kelompok bukan apendisitis akut, tetapi secara statistik

12 tidak signifikan (nilai p =,91). Neutrofilia memiliki sensitivitas 66,67 %, spesifisitas 61,11 %, dan akurasi 63,89 % dalam menunjang diagnosis apendisitis akut pada anak. Tabel Hubungan nyeri perut bermigrasi dengan apendisitis akut pada anak Nyeri perut yang Kelompok Kelompok bukan Total bermigrasi apendisitis akut apendisitis akut Ya Tidak Total Dari tabel dapat disimpulkan bahwa keluhan nyeri perut yang bermigrasi lebih sering dijumpai pada kelompok apendisitis akut, yaitu sebanyak 1 orang. Berdasarkan Fisher s exact test, nyeri perut yang bermigrasi lebih sering dijumpai pada kelompok apendisitis dibandingkan dengan kelompok bukan apendisitis akut, tetapi secara statistik tidak signifikan (nilai p =,37). Nyeri perut yang bermigrasi memilki sensitivitas 55,56 %, spesifisitas 55,56 %, dan akurasi 55,56 % dalam mendiagnosis apendisitis akut pada anak. Tabel Hubungan nilai PAS dengan apendisitis akut pada anak Kategori PAS Hasil histopatologi Total Apendisitis akut Bukan apendisitis akut PAS > 6 PAS < Total Dari tabel dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan cut off point nilai PAS > 6, sebanyak 85,7 % subjek penelitian memiliki hasil histologi apendisitis akut, sebanyak 9,5 % subjek penelitian memiliki hasil histologi proses radang kronis spesifik tuberkulosis, dan 4,8 % subjek penelitian memiliki hasil histologi divertikulum Meckle. Sedangkan pada nilai PAS < 6 1 % subjek penelitian yang setelah diobservasi selama tiga hari tetap memiliki nilai PAS < 6 dan dianggap bukan apendisitis. Berdasarkan Fisher s exact test, nilai PAS > 6 secara signifikan memiliki insidensi apendisitis akut pada anak lebih tinggi daripada nilai PAS < 6 (nilai p =,). Nilai PAS > 6 memiliki

13 sensitivitas 1 %, spesifisitas 83,33 %, dan akurasi 91,67 % dalam menunjang diagnosis apendisitis akut pada anak. Tabel Signifikansi hubungan variabelvariabel dikotomi subjek penelitian dengan apendisitis akut pada anak Variabel Jenis kelamin (perempuan) Umur ( > 1 tahun) Nyeri perut saat batuk, perkusi, atau melompat Penurunan nafsu makan Demam Mual atau muntah Nyeri perut kuadran kanan bawah Leukositosis Neutrofilia Migrasi nyeri perut Nilai PAS > 6 Nilai p,157,5,,644,4,5,1,9,91,37, Dari tabel dapat disimpulkan bahwa variabel yang memiliki nilai p <,25 adalah jenis kelamin (nilai p =,157); nyeri perut saat batuk, perkusi, atau melompat (nilai p =,); demam (nilai p =,4); nyeri perut kuadran kanan bawah (nilai p =,1); leukositosis (nilai p =,9); neutrofilia (nilai p =,91); nilai PAS > 6 (nilai p =,). Variabelvariabel tersebut dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik biner sebagaimana dirinci pada tabel 4.14.

14 Tabel Analisis multivariat jenis kelamin; nyeri perut saat batuk, perkusi, melompat; demam, nyeri perut kanan bawah, nilai PAS > 6 dengan apendisitis akut pada anak menggunakan uji regresi logistik biner Step 1 Nilai PAS > 6 Leukositosis Neutrofilia Nyeri perut kanan bawah Demam Nyeri perut saat batuk Perempuan Konstanta Step 2 Nilai PAS > 6 Neutrofilia Nyeri perut kanan bawah Demam Nyeri perut saat batuk Perempuan Konstanta Step 3 Nilai PAS > 6 Neutrofilia Nyeri perut kanan bawah Demam Nyeri perut saat batuk Konstanta Step 4 Nilai PAS > 6 Neutrofilia Demam Nyeri perut saat batuk Konstanta Koefisien (B) 56,117 1,787 38,42,875 38,15 19,351,577 57,482 56,66 36,792,893 38,532 19,345,595 58,4 56,658 36,775,539 38,783 19,596 58,511 56,894 36,777 38,783 19,593 58,27 Nilai p (sig.),997 1,,999 1,,998,998 1,,998,997,998 1,,997,998,998,997,998 1,,997,998,997,997,998,997,998,997 OR (Exp.B),167 3,322,417 1,781 9,28 9,516,41 1,814 1,552 9,362,584 2,577 9,379 1,91 Minimum CI 95% Maksi Mum

15 Dari tabel diketahui bahwa berdasarkan hasil analisis uji regresi logistik biner tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai PAS > 6 maupun leukositosis; neutrofilia; nyeri perut kuadran kanan bawah; demam; nyeri perut saat batuk, perkusi, atau melompat; jenis kelamin perempuan dalam menjunjang diagnosis apendisitis akut pada anak (nilai p >,5). Dapat disimpulkan bahwa nilai PAS > 6 equivalen dengan variabelvariabel lain untuk memprediksi apendisitis akut pada anak. Oleh karena itu, tidak dapat dirumuskan persamaan logistik menggunakan variabelvariabel tersebut di atas untuk memprediksi kejadian apendisitis akut pada anak.

16 BAB 5 PEMBAHASAN Risiko menderita apendisitis akut berdasarkan jenis kelamin bervariasi pada beberapa penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan apendisitis akut pada anak perempuan hampir sama dengan lakilaki, dengan perbandingan 1,25 : 1 (nilai p =,157). Hasil penelitian Narsule et al. (211) pada 22 pasien anak yang dilakukan apendektomi di Amerika Serikat, dimana apendisitis akut pada anak lebih sering dijumpai pada lakilaki daripada perempuan, dengan perbandingan 1,16 : 1. Hasil penelitian Saucier et al. (213) menunjukkan bahwa insidensi apendisitis akut pada anak relatif sama baik pada lakilaki maupun perempuan, yaitu 1,8 : 1. Begitu juga pada penelitian Goulder (28) yang melaporkan bahwa insidensi apendisitis akut pada anak lakilaki berbanding perempuan sebesar 1 : 1. Dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan kejadian apendisitis akut pada anak. Ratarata umur subjek penelitian pada kelompok apendisitis akut pada anak adalah 11,61 + 4,2 tahun. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Saucier et al. (213), dimana ratarata usia penderita apendisitis akut pada anak 1,7 + 3,64 tahun. Begitu juga dengan hasil penelitian Mandeville et al. (211), dimana median usia penderita apendisitis akut pada anak adalah 9,8 tahun. Hal ini sesuai dengan literatur, bila ditinjau dari segi usia, insidensi apendisitis akut meningkat secara bertahap sejak lahir, mencapai puncak pada usia belasan tahun, dan menurun secara perlahanlahan pada lansia. Hal ini karena hiperplasia limfoid lebih sering dijumpai pada usia tersebut (Craig, 213). Keluhan nyeri perut kuadran kanan bawah dijumpai pada 1 % subjek penelitian dalam kelompok apendisitis akut pada anak. Hasil penelitian ini juga tidak jauh berbeda dengan penelitian Samuel (22), dimana keluhan nyeri perut kuadran kanan bawah dialami oleh 84 % penderita apendisitis akut pada anak. Begitu juga penelitan Goldman et al. (28), dimana keluhan nyeri perut kanan bawah dijumpai pada 8 % penderita apendisitis akut pada anak. Pasien dengan apendiks normal bisa mengeluhkan nyeri perut kuadran kanan bawah yang disebabkan oleh inflamasi dalam rongga abdomen, misalnya enteritis dan penyakit 36

17 gastrointestinal lainnya (Wu et al., 212). Hal ini sesuai dengan literatur bahwa walaupun nyeri abdomen kuadran kanan bawah ditemukan pada 96 % pasien, ini bukan merupakan temuan spesifik (Craig, 213). Bila dibandingkan dengan kelompok bukan apendisitis keluhan nyeri perut kuadran kanan bawah secara signifikan lebih sering dijumpai pada kelompok apendisitis akut pada anak (nilai p =,1). Adapun patofisologi nyeri perut kuadran kanan bawah adalah pada apendisitis akut, terjadi inflamasi pada apendiks, terbentuk eksudat pada permukaan serosa dari apendiks. Ketika eksudat mencapai peritoneum parietal, timbul nyeri yang lebih intens dan terlokalisasi pada abdomen kuadran kanan bawah. Hal ini disebut juga gejala klasik apendisitis (Lee, 213). Nyeri saat batuk, perkusi, melompat dijumpai pada 83,3 % kelompok apendisitis akut pada anak. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Goldman (28), dimana nyeri saat batuk/ perkusi/ melompat dijumpai pada 72 % penderita apendisitis akut pada anak. Sedangkan penelitian Samuel (22), menunjukkan bahwa nyeri saat batuk/ perkusi/ melompat dijumpai pada 96 % penderita apendisitis akut pada anak. Keluhan nyeri perut kuadran kanan bawah memiliki hubungan yang paling kuat bila dibandingkan dengan gambaran klinis lain, dimana keluhan ini secara signifikan lebih sering dijumpai pada kelompok apendisitis akut pada anak dibandingkan dengan kelompok bukan apendisitis akut pada anak (nilai p =,). Hal ini sesuai dengan literatur bahwa temuan fisik yang paling spesifik pada apendisitis adalah nyeri lepas, nyeri pada perkusi, dan rigiditas (Craig, 213). Demam dijumpai pada 94,4 % kelompok apendisitis akut pada anak. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Samuel (22), dimana demam dijumpai pada 87 % penderita apendisitis akut pada anak. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Goldman (28), dimana demam hanya dijumpai pada 59 % penderita apendisitis akut pada anak. Dapat disimpulkan bahwa demam tidak selalu dijumpai pada apendisitis akut pada anak. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan imunitas setiap anak. Pada anak dengan sistem imun yang kuat, reaksi inflamasi akan lebih hebat dan memicu demam, sedangkan pada

18 anak dengan sistem imun yang lemah, reaksi inflamasi tidak adekuat sehingga demam tidak dijumpai. Imunitas anak dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti status gizi, usia, ada atau tidaknya komorbid lain yang menyebabkan penekanan sistem imun, dll. Bila dibandingkan dengan kelompok bukan apendisitis akut, demam secara signifikan lebih sering dijumpai pada kelompok apendisitis akut (nilai p =,4). Jumlah leukosit lebih dari 1./mm 3 (leukositosis) dijumpai pada 77,8 % penderita apendisitis akut pada anak. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Samuel (22), dimana leukositosis dijumpai pada 81 % penderita apendisitis akut pada anak. Begitu juga penelitian Goldman (28), dimana leukositosis dijumpai pada 88 % penderita apendisitis akut pada anak. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa jumlah leukosit meningkat pada 7 9 % kasus apendisitis akut. Hasil penelitian ini menunjukkan leukositosis memiliki sensitivitas 77,78 %, spesifisitas 66,67 %, dan akurasi 72,22 % dalam menunjang diagnosis apendisitis akut pada anak. Berdasarkan tiga buah penelitian terdahulu, jumlah leukosit lebih dari sel/µl memiliki akurasi diagnosis apendisitis yang rendah, dengan sensitivitas 19 6 %, spesifisitas %. Sementara itu, berdasarkan 4 penelitian lain jumlah leukosit lebih dari sel/µl memiliki spesifisitas yang rendah (29 76 %) tapi sensitivitas mencapai 92 % (DynaMed, 213). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa leukositosis tidak akurat untuk mendiagnosis apendisitis akut pada anak. Hal ini karena leukositosis tidak hanya disebabkan oleh apendisitis akut pada anak, tetapi juga disebabkan oleh proses inflamasi dan infeksi lainnya. Peningkatan jumlah neutrofil lebih dari 7.5/mm 3 (neutrofilia) 66,7 % penderita apendisitis akut pada anak. Hasil penelitian Samuel (22) mengemukakan bahwa peningkatan jumlah neutrofil dijumpai pada 8 % penderita apendisitis akut pada anak. Begitu juga dengan penelitian Goldman (28), dimana peningkatan jumlah neutrofil dijumpai pada 84 % penderita apendisitis akut pada anak.

19 Hasil penelitian ini menunjukkan neutrofilia memiliki sensitivitas 66,67 %, spesifisitas 61,11 %, dan akurasi 63,89 % dalam mendiagnosis apendisitis akut pada anak. Berdasarkan literatur diketahui bahwa jumlah neutrofil kurang dari 7.5/mm 3 dapat mengeksklusi apendisitis pada anak (level 2 [mid level] evidence) (DynaMed, 213). Nyeri perut yang bermigrasi dijumpai pada 55,6 % penderita apendisitis akut pada anak. Hasil penelitian ini ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Goldman (28), dimana nyeri perut yang bermigrasi dijumpai pada 46 % penderita apendisitis akut pada anak. Sedangkan penelitian Samuel (22) menunjukkan bahwa nyeri perut yang bermigrasi dijumpai pada 8 % penderita apendisitis akut pada anak. Hasil penelitian ini menunjukkan keluhan nyeri perut yang bermigrasi memiliki sensitivitas 55,56 %, spesifisitas 55,56 %, dan akurasi 55,56 % dalam menunjang diagnosis apendisitis akut pada anak. Nyeri perut yang bermigrasi merupakan gejala klasik apendisitis. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa gejala klasik apendisitis hanya dijumpai pada 55 % kasus, yaitu jika apendiks berada di anterior (Lee, 213). Gejala diawali oleh nyeri perut di periumbilikus yang memberat dalam 24 jam. Nyeri menjadi lebih tajam dan berpindah ke fosa iliaka kanan, lalu menetap (Lee, 213 dan DynaMed, 213). Mual atau muntah dijumpai pada 66,7 % penderita apendisitis akut pada anak. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Goldman (28), dimana mual atau muntah dijumpai pada 75 % penderita apendisitis akut pada anak. Sedangkan penelitian Samuel (22) menunjukkan bahwa mual/ muntah dijumpai pada 86 % penderita apendisitis akut pada anak. Hasil penelitian ini menunjukkan keluhan mual atau muntah memiliki sensitivitas 66,67 %, spesifisitas 27,78 %, dan akurasi 47,22 % dalam menunjang diagnosis apendisitis akut pada anak. Mual atau muntah terjadi karena obstruksi apendiks yang terus berlangsung menyebabkan tekanan intraluminal terus meningkat sehingga terjadi distensi apendiks. Distensi apendiks merangsang nyeri viseral yang khas di daerah epigastrik atau periumbilikus karena apendiks dipersarafi oleh pleksus saraf torakal sepuluh (T 1) (Saucier, 213 dan Minkes, 213).

20 Penurunan nafsu makan dijumpai pada 72,2 % penderita apendisitis akut pada anak. Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Goldman (28) dimana penurunan nafsu makan dijumpai pada 68 % penderita apendisitis akut pada anak. Sedangkan penelitian Samuel (22) menunjukkan bahwa penurunan nafsu makan dijumpai pada 88 % apendisitis akut pada anak. Hasil penelitian ini menunjukkan keluhan penurunan nafsu makan memiliki sensitivitas 72,22 %, spesifisitas 38,46 %, akurasi 5 % dalam menunjang diagnosis apendisitis akut pada anak. Nyeri viseral yang timbul akibat obstruksi apendiks menyebabkan penderita apendisitis akut mual atau muntah sehingga nafsu makan menurun. Pada nilai PAS > 6, sebanyak 1% subjek penelitian memiliki hasil histologi apendisitis akut, sedangkan pada nilai PAS < 6 terdapat dua subjek penelitian yang setelah diobservasi selama tiga hari tetap memiliki nilai PAS < 6 dan dianggap bukan apendisitis. Nilai > 6 secara signifikan memiliki insidensi apendisitis akut pada anak lebih tinggi daripada nilai PAS < 6 (nilai p =,). Dengan menggunakan cutoffpoint nilai PAS > 6 memiliki sensitivitas 1 %, spesifisitas 83,33 %, dan akurasi 91,67 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan literatur bahwa PAS > 6 yang telah divalidasi memiliki sensitivitas 1 % dan spesifisitas 92 % (Humes et al., 211). Dua penelitian prospektif yang mengikutsertakan 588 orang dan 287 orang anak menunjukkan bahwa PAS > 6 memiliki sensitivitas % dan spesifisitas 65 5 % (Schneider et al., 27 dan Mandeville et al., 211). Menurut hasil penelitian Wu et al. (212) yang mengikutsertakan orang anak, nilai PAS > 6 memiliki sensitivitas 94,9 %, spesifisitas 61,1 %. Menurut hasil penelitian Goulder (28) nilai PAS > 6 memiliki sensitivitas 87 % dan spesifisitas 59 %. Dapat disimpulkan bahwa PAS > 6 memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang baik bila PAS dilakukan validasi. Variabelvariabel independen yang dimasukkan ke dalam uji regresi logistik biner adalah variabel yang dari analisis bivariat memiliki nilai p <,25 (Dahlan, 211). Pada penelitian ini, dengan menggunakan uji regresi logistik biner tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai PAS > 6 maupun jenis kelamin; nyeri perut saat batuk, perkusi, atau melompat; demam; nyeri perut kuadran kanan

21 bawah; leukositosis; serta neutrofilia dalam menunjang diagnosis apendisitis akut pada anak (nilai p >,5). Dapat disimpulkan bahwa nilai PAS > 6 equivalen dengan variabelvariabel lain menunjang diagnosis apendisitis akut pada anak. Oleh karena itu, tidak dapat dirumuskan persamaan logistik menggunakan variabelvariabel tersebut di atas untuk memprediksi kejadian apendisitis akut pada anak. Walaupun demikian, nilai PAS > 6 dapat membantu dokter untuk menduga apendisitis akut pada anak karena berdasarkan Fisher s exact test nilai PAS > 6; nyeri perut saat batuk, perkusi, atau melompat memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan kejadian apendisitis akut pada anak (nilai p =,). Bila dibandingkan dengan variabelvariabel lain, nilai PAS > 6 memiliki keakuratan yang paling baik dalam menegakkan diagnosis apendisitis akut pada anak (akurasi = 91,67 %) sehingga dapat direkomendasikan sebagai alat untuk menunjang diagnosis apendisitis akut pada anak secara cepat di unit gawat darurat, terutama pada sarana pelayanan kesehatan primer dimana alat pencitraan seperti ultrasonografi, apendikogram, dan CTscan tidak tersedia (Satria, 215). Keputusan akhir untuk mendiagnosis apendisitis akut pada anak berada pada klinisi yang diambil berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penelitianpenelitian terdahulu belum ada yang meneliti tentang analisis multivariat keakuratan PAS dalam menegakkan diagnosis apendisitis akut pada anak. Namun, analisis multivariat telah dilakukan pada sistem skoring yang serupa, yaitu Alvarado score. Berdasarkan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik pada 232 orang pasien, variabelvariabel pada Alvarado score yang memiliki hubungan signifikan dengan diagnosis apendisitis akut adalah penurunan nafsu makan (nilai p =,12), peningkatan jumlah neutrofil segmen > 75 % (nilai p =,23), dan nyeri lepas (nilai p =,46) sehingga direkomendasikan sebagai prediktor untuk mendiagnosis apendisitis akut pada anak secara cepat di unit gawat darurat (Merhi et al., 214).

22 BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN 6.1. Simpulan Berdasarkan uji regresi logistik biner tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai PAS > 6 maupun jenis kelamin; nyeri perut saat batuk, perkusi, atau melompat; demam; maupun nyeri perut kuadran kanan bawah dengan apendisitis akut pada anak (nilai p >,5). Berdasarkan analisis multivariat nilai PAS > 6 setara dengan variabelvariabel lain (jenis kelamin, nyeri; nyeri perut saat batuk, perkusi, atau melompat; demam; serta nyeri perut kuadran kanan bawah) untuk memprediksi apendisitis akut pada anak. Oleh karena itu, tidak dapat dirumuskan persamaan logistik menggunakan variabelvariabel tersebut di atas untuk memprediksi kejadian apendisitis akut pada anak Saran Keputusan akhir untuk mendiagnosis apendisitis akut pada anak tetap berada pada klinisi yang dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. 42

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Apendisitis akut adalah penyebab paling sering dari nyeri abdomen akut yang memerlukan tindakan pembedahan. Diagnosis apendisitis akut merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. bedah pada anak yang paling sering ditemukan. Kurang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sekitar 5%-10% dari seluruh kunjungan di Instalasi Rawat Darurat bagian pediatri merupakan kasus nyeri akut abdomen, sepertiga kasus yang dicurigai apendisitis didiagnosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis, merupakan salah satu penyebab paling umum pada kasus akut abdomen yang memerlukan tindakan pembedahan.

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Apendisitis adalah suatu peradangan pada apendiks, suatu organ tambahan seperti kantung yang terletak pada bagian inferior dari sekum atau biasanya disebut usus buntu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI.

BAB 4 HASIL. Grafik 4.1. Frekuensi Pasien Berdasarkan Diagnosis. 20 Universitas Indonesia. Karakteristik pasien...,eylin, FK UI. BAB 4 HASIL Dalam penelitian ini digunakan 782 kasus yang diperiksa secara histopatologi dan didiagnosis sebagai apendisitis, baik akut, akut perforasi, dan kronis pada Departemen Patologi Anatomi FKUI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. 35 BAB III METODE PENELITIAN III.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu penyakit saraf. III.2. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis akut adalah peradangan/inflamasi dari apendiks vermiformis (umbai cacing). 1,2 Penyakit ini diduga inflamasi dari caecum (usus buntu) sehingga disebut typhlitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Apendisitis adalah salah satu penyebab akut abdomen paling banyak pada anak dan paling sering jadiindikasi bedah abdomen emergensi pada anak.insiden apendisitis secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik

BAB III METODE PENELITIAN. Kariadi Semarang pada periode Maret Juni neutrofil limfosit (NLR) darah tepi sebagai indikator outcome stroke iskemik BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Hematologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan case control yang dilakukan dengan menggunakan desain studi observasional analitik. B. Lokasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu tempat terjadinya inflamasi primer akut. 3. yang akhirnya dapat menyebabkan apendisitis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Salah satu penyakit bedah mayor yang sering terjadi adalah. 1 merupakan nyeri abdomen yang sering terjadi saat ini terutama di negara maju. Berdasarkan penelitian epidemiologi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr.Kariadi Semarang setelah ethical BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Penyakit Dalam. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini apendisitis merupakan penyebab terbanyak dilakukannya operasi pada anak-anak. Selain itu apendisitis yang ditandai dengan keluhan nyeri perut kanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang bersamaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian kanan bawah (Anderson, 2002).Komplikasi utama pada apendisitis adalah

BAB I PENDAHULUAN. bagian kanan bawah (Anderson, 2002).Komplikasi utama pada apendisitis adalah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Apendisitis akut merupakan peradangan apendiks vermiformis yang memerlukan pembedahan dan biasanya ditandai dengan nyeri tekan lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan 79 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN Penelitian telah dilaksanakan selama kurun waktu 6 bulan, yaitu antara bulan September 2010 sampai dengan bulan Februari 2011 di Poli Rawat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Pelayanan Kesehatan Peran PMO : - Pengetahuan - Sikap - Perilaku Kesembuhan Penderita TB Paru Gambar 3.1 Kerangka Konsep B. Hipotesis 1. Terdapat hubungan pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis

BAB I PENDAHULUAN. lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson, 2002). Apendisitis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan peradangan apendiks vermiformis yang memerlukan pembedahan dan biasanya ditandai dengan nyeri tekan lokal di perut bagian kanan bawah (Anderson,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian A.1. Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah Ilmu Bedah khususnya tentang appendisitis. A.2. Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian respirologi. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan anak, sub ilmu 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Bedah Digestif 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di RSUP Dr.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang/FK Universitas Diponegoro, Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi. 4.2 Tempat dan Waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Obstetri dan Ginekologi 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Januari-Desember

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendiks diartikan sebagai bagian tambahan, aksesori atau bagian tersendiri yang melekat ke struktur utama dan sering kali digunakan untuk merujuk pada apendiks vermiformis.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Geriatri. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu. Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu. Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak dengan mengaitkan bidang Ilmu Penyakit Dalam, khususnya bidang infeksi tropis yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan kohort retrospektif B. Tempat dan Waku Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 16 BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 3.1. Kerangka Teori Patogenesis Definisi Inflamasi KGB yang disebabkan oleh MTB Manifestasi Klinis a. keras, mobile, terpisah b. kenyal dan terfiksasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP dr. Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif.

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang keilmuan penelitian ini adalah ilmu anestesiologi dan terapi intensif. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30

BAB I PENDAHULUAN. dengan dokter, hal ini menyebabkan kesulitan mendiagnosis apendisitis anak sehingga 30 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insiden kematian apendisitis pada anak semakin meningkat, hal ini disebabkan kesulitan mendiagnosis appendik secara dini. Ini disebabkan komunikasi yang sulit antara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Gerontologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional. 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional. Menurut Notoadmojo (2010) dalam penelitian cross sectional variabel sebab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian mengenai Identifikasi Permasalahan Dosis dan Terapi Obat pada Pasien Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) Rawat Inap Pengguna Askes

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik observasional yaitu penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi bagaimana dan mengapa

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Bagian Ilmu Kesehatan Anak, khususnya Sub Bagian Neurologi dan Sub Bagian Infeksi dan Penyakit Tropik. 3.2. Tempat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat analitik prospektif dengan time series design. 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apendisitis merupakan kasus paling sering dilakukan pembedahaan pada anak, walaupun pemeriksaan untuk apendisitis semakin canggih namun masih sering terjadi keterlambatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007

BAB 3 METODA PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf. RSUP Dr. Kariadi Semarang pada periode Desember 2006 Juli 2007 50 BAB 3 METODA PENELITIAN 3.1. Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Syaraf 3.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di Bangsal Rawat Inap UPF Penyakit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan observasi

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1.Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya bagian Hematologi Onkologi. 4.2.Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Imunologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Instalasi Rawat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. kandungan khususnya berhubungan dengan kedokteran ginekologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. kandungan khususnya berhubungan dengan kedokteran ginekologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah di bidang ilmu kebidanan dan kandungan khususnya berhubungan dengan kedokteran ginekologi. 4.2 Tempat dan waktu

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011 Adelia, 2012, Pembimbing 1: Laella K.Liana, dr., Sp.PA., M.Kes Pembimbing 2: Hartini Tiono, dr.,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study yang merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanda dan gejala klasik apendisitis akut pertama kali dilaporkan oleh Fitz pada tahun 1886 (Williams, 1983). Sejak saat itu apendisitis akut merupakan salah satu kegawatdaruratan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

Lampiran 1 Evidence Levels and Strength of Recommendations

Lampiran 1 Evidence Levels and Strength of Recommendations Lampiran 1 Evidence Levels and Strength of Recommendations Evidence Levels 1. Evidence obtained from > 1 randomized controlled clinical trial and/or systematic review of randomized trials. 2. Evidence

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu. Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah bidang Ilmu Mikrobiologi Klinik dan ilmu penyakit infeksi. 4.1.2 Ruang

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Penyakit Dalam, sub ilmu Pulmonologi dan Geriatri. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat peneltian ini adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari

BAB 1 PENDAHULUAN. vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Apendisitis merupakan peradangan akut pada apendiks vermiformis. Apendiks vermiformis memiliki panjang yang bervariasi dari 7 sampai 15 cm (Dorland, 2000)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kejadian TBC Usia Produktif Kepadatan Hunian Riwayat Imunisasi BCG Sikap Pencegahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah neurologi dan psikiatri. 3.2 Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan 43 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan Cross Sectional, dimana data antara variabel independen dan dependen akan dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. RUANG LINGKUP PENELITIAN 1. Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang ilmu Obstetrik dan Ginekologi. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis, yaitu divertikulum pada caecum yang menyerupai cacing, panjangnya bervariasi dari 7 sampai 15 cm, dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya sub bidang geriatri dan ilmu manajemen rumah sakit. Kariadi Semarang, Jawa Tengah. sampai jumlah sampel terpenuhi.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya sub bidang geriatri dan ilmu manajemen rumah sakit. Kariadi Semarang, Jawa Tengah. sampai jumlah sampel terpenuhi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang ilmu penyakit dalam, khususnya sub bidang geriatri dan ilmu manajemen rumah sakit. 4.2 Tempat dan waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Bedah khususnya Bedah Ortopedi.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Bedah khususnya Bedah Ortopedi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Bedah khususnya Bedah Ortopedi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Dalam menjalankan tugas sebagai seorang dokter, satu hal yang rutin dilakukan adalah menegakkan diagnosis penyakit pasien. Penegakkan diagnosis ini berperan penting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. apendisitis akut (Lee et al., 2010; Shrestha et al., 2012). Data dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa insiden

BAB 1 PENDAHULUAN. apendisitis akut (Lee et al., 2010; Shrestha et al., 2012). Data dari WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa insiden BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis adalah salah satu kasus bedah abdomen yang paling sering terjadi di dunia. Apendektomi menjadi salah satu operasi abdomen terbanyak di dunia. Sebanyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi bakteri yang berkembang menjadi sepsis, merupakan suatu respons tubuh terhadap invasi mikroorganisme, bakteremia atau pelepasan sitokin akibat pelepasan endotoksin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi kasus-kontrol (case control) yaitu suatu penelitian untuk menelaah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. clearance disetujui sampai jumlah subjek penelitian terpenuhi. Populasi target penelitian ini adalah pasien kanker paru.

BAB III METODE PENELITIAN. clearance disetujui sampai jumlah subjek penelitian terpenuhi. Populasi target penelitian ini adalah pasien kanker paru. 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Onkologi Medik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di RSUP Dr.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan tindakan pembedahan. Keterlambatan dalam penanganan kasus apendisitis akut sering menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup penelitian A.1. Tempat Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. A.2. Waktu Waktu pelaksanaan bulan September Oktober 2011. A.3. Disiplin Ilmu Disiplin ilmu

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN POST APPENDIKTOMI HARI KE II DI RUANG CEMPAKA RSUD PANDANARAN BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang bagian saraf dan rehabilitasi medik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang bagian saraf dan rehabilitasi medik BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup bidang ilmu saraf dan rehabilitasi medik 2. Ruang Lingkup Tempat Penelitian ini berlokasi di RSUP

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya Ilmu Geriatri dan Ilmu Kesehatan Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP. Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP. Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2013 di RSUP.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa. 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kesehatan jiwa. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Anak, khususnya bidang nutrisi dan penyakit metabolik. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr. 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Anak khususnya bidang kardiologi dan bidang nutrisi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 21 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 5.1 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : o Penularan melalui darah o Penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik komparatif dengan pendekatan Analitik Observasional, dimana data antara variabel independen dan dependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang beralamat di Jalan Kolonel

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria masih menjadi masalah kesehatan di daerah tropis dan sub tropis terutama Asia dan Afrika dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Patel

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub-bagian Gastroentero-Hepatologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Rumah

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Berdasarkan kerangka konsep dan hipotesis yang telah diuraikan diatas, maka penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain potong lintang (Crosssectional).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu observasional, analitik, studi kasus kontrol untuk melihat perbandingan akurasi skor wells dengan skor padua dalam memprediksi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif.

BAB IV METODE PENELITIAN. obstetri dan ginekologi. analisis data dilakukan sejak bulan Maret Juni menggunakan pendekatan retrospektif. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, disiplin ilmu yang dipakai adalah obstetri dan ginekologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

BAB I PENDAHULUAN. bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007) Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap kerusakan hati bersifat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini mencakup bidang Ilmu Patologi Klinik, dan Ilmu Gizi Klinik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran, BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang Penelitian ini adalah penelitian bidang Pendidikan Kedokteran, khususnya bagian ilmu kesehatan anak divisi alergi & imunologi dan fisiologi.

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan landasan teori, dibuat kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Edukasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis. 3.2. Waktu dan tempat Penelitian dilakukan di Departemen

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bagian Rekam Medik RSUP Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Tropis. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup pada penelitian ini meliputi ilmu kedokteran fisik dan rehabilitasi medik. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Ruang lingkup tempat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Karakteristik Penelitian ini dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi pada tanggal 10 oktober- 12 november 2012. Data merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis

Lebih terperinci