PENGARUH HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP RESILIENSI MAHASISWA DENGAN PENGALAMAN BULLYING DI PERGURUAN TINGGI

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan Fisik dan Seksual. Retrivied From

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN INTENSI PROSOSIAL PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN 2012

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN RESILIENSI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR JURUSAN X FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS VII DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 8 JAKARTA BARAT

KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA YANG MEMILIKI MINAT MUSIK BERBEDA SKRIPSI ZULFA DZATAROHMAH

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

Hubungan antara Social Support dengan Self Esteem pada Andikpas di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kelas II Bandung

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di tingkat perguruan tinggi, baik di universitas, institut

Sukirno, S. Kep 1 Giat Wantoro, S. Kep 2 Nofrans Eka Saputra, S. Psi, MA 3 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN:

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

Studi Mengenai Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Sikap pada Ibu yang Memiliki Anak Autism Spectrum Disorder Karya Ilmiah

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA SISWA KELAS X TEKNIK KOMPUTER JARINGAN 1 SMK NEGERI 1 WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS KOGNITIF DENGAN PROBLEM FOCUSED COPING PADA MAHASISWA FAST-TRACK UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN RESILIENSI ISTRI YANG MENGALAMI INVOLUNTARY CHILDLESS

PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR KECAMATAN PACITAN SKRIPSI

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

menyebutkan dunia kerja serta hidup berumah tangga 1. Seniger, menjelaskan bahwa

HUBUNGAN ANTARA PRESENTASI DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA DI SMA TARUNA NUSANTARA

ABSTRAK. dalam menghasilkan mahasiswa yang berkompeten. perilaku belajar sebesar 8,9%. Teknik pengambilan sampel dengan cara simple

Abstrak. Kata kunci: peers support, student engagement, dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informatif, dukungan penghargaan

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA, MOTIVASI BELAJAR, DAN GAYA BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS. Eddi Artanti Puji Lestari L.A

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DI LINGKUNGAN KAMPUS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

Fitriana Rahayu Pratiwi, Dian Ratna Sawitri. Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang Semarang 50275

PENGARUH SIKAP SISWA PADA MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI PERSAMAAN KUADRAT

PERSEPSI TERHADAP PERILAKU SENIOR SELAMA KADERISASI DAN KOHESIVITAS KELOMPOK MAHASISWA TAHUN PERTAMA

PENGATASAN STRES PADA PERAWAT PRIA DAN WANITA

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KEMANDIRIAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI KEDINASAN X

RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN

PENGARUH OPTIMISME DAN EMPATI TERHADAP EFIKASI DIRI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) BATURETNO BANGUNTAPAN YOGYAKARTA

ABSTRAK. viii Universitas Kristen Maranatha

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

: ISNAINI MARATUS SHOLIHAH NIM K

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

v Universitas Kristen Maranatha

PENGARUH KELEKATAN ORANGTUA TERHADAP STRESS COPING PADA MAHASISWA YANG MENYUSUN SKRIPSI DI PRODI RUMPUN IKK, UNJ

vii UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

PENGARUH OPTIMISME DAN EMPATI TERHADAP EFIKASI DIRI SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA (SSB) BATURETNO BANGUNTAPAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN STRES AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT PERTAMA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, keterampilan dan kepintaran secara intelektual, emosional dan

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN OPTIMISME MAHASISWA PSIKOLOGI UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan yang hangat dengan

Perbedaan Resiliensi Antara Siswa Yang Aktif Berorganisasi Dengan Siswa Yang Tidak Aktif Berorganisasi di SMA Negeri 1 Pandaan Pasuruan

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

Perbedaan Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari Orientasi Pusat Kendali Pada Mahasiswa. Atrie Bintan Lestari. Hendro Prabowo, SPsi

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Character Strength Orang Tua dari Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Bandung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri Akademik

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN EMOTIONAL QUOTIENT TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA N 4 BATAM TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Jurnal Counseling Care Volume 1, Nomor 1, Bulan April, 2017 PROFIL DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA SISWA DI SMP NEGERI KECAMATAN BATANG KAPAS PESISIR SELATAN

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kontribusi Pengelolaan Laboratorium Komputer Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran TIK SMP di Kota Padang

ABSTRACT ENVIRONMENTAL AUDIT ROLE IN SUPPORTING THE APPLICATION OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY IN. TELECOMMUNICATION INDONESIA, TBK

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

SKRIPSI. Oleh : Angelia Lukitasari Saragih NPM PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical

TINGKAT PRESTISE DAN PERSEPSI SISWA PADA CITRA SEKOLAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha

Rizki Ramadhani. Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Intisari

PERBEDAAN KOMPETENSI SOSIAL SISWA BOARDING SCHOOL DAN SISWA SEKOLAH UMUM REGULER

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING CAREGIVER PENDERITA GANGGUAN SKIZOFRENIA. Ignatia Widyanita Vania, Kartika Sari Dewi*

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang kemudian peneliti analisis pada bab sebelumnya, maka penulis dapat

ABSTRAK. (Kata kunci : College adjustment ) Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: financial self-efficacy, faktor sosiodemografi, pengelolaan keuangan pribadi

ABSTRAK. Kata Kunci : Kualitas Pelayanan, Brand Image

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

KEMATANGAN EMOSI DAN PERSEPSI TERHADAP PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL: Studi Korelasi pada Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

PENGARUH GENERAL ATTITUDE, ATTITUDE TOWARD ENTREPRENEURSHIP DAN PERCEPTION OF UNIVERSITY ENVIRONMENT TERHADAP ENTREPRENEURIAL INTENTION PADA MAHASISWA

HUBUNGAN SIKAP SISWA DALAM PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA-BIOLOGI SISWA KELAS VII MTSN PARAK LAWAS PADANG

PENGARUH MOTIVASI, DISIPLIN KERJA, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI PT. PERTAMINA RU VI BALONGAN

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

ABSTRACT. iii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES DALAM MENYUSUN SKRIPSI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Prosiding Psikologi ISSN:

GAMBARAN KECEMASAN ORANG TUA TERHADAP ORIENTASI MASA DEPAN ANAK TUNARUNGU DITINJAU DARI TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

PENGARUH MOTIVASI DAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA SISTEM KEUANGAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI

KATA PENGANTAR..iii. DAFTAR ISI vii. DAFTAR TABEL DAN BAGAN...xii. DAFTAR LAMPIRAN xiii Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah 10

BAB III METODE PENELITIAN. yang menjadi variabel dalam penelitian ini adalah : 2. Variabel Bebas : Kecerdasan Emosi dan Dukungan sosial

Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Self-Efficacy Mahasiswa Dalam Menyusun Skripsi (Relationship Between Social Support With Students Self-Efficacy

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DAN STRES AKADEMIK PADA SISWA SMK YANG MENGGUNAKAN KURIKULUM 2013

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA

PENGARUH RELASI SEBAYA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS V SD GUGUS 3 SEWON BANTUL

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR MAHASISWA MENGGUNAKAN ANALISIS JALUR (Studi Kasus Mahasiswa FMIPA USU Angkatan 2013) SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Penelitian ini

NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MUZAKKI MEMBAYAR ZAKAT, INFAQ DAN SEDEKAH (ZIS) MELALUI LEMBAGA AMIL ZAKAT DI YOGYAKARTA

Transkripsi:

PENGARUH HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP RESILIENSI MAHASISWA DENGAN PENGALAMAN BULLYING DI PERGURUAN TINGGI Sonia Alvina 1 Alumnus Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara. Fransisca Iriani R. Dewi 2 Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara fransiscar@fpsi.untar.ac.id ABSTRACT The aim of Study orientation and College Introduction (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus/Ospek) is to give early introduction for new students about a various aspects of college life. Orientation activity divided into university, faculty, and majoring orientation. The main university orientation activity which is held for three days would be extended in faculty and majoring for about 3 months or 1 year and should be attended by all of the new students. Orientation activity usually characterized by mentally challenging activitiy and strong stigma of harshness or violence. Orientation phenomenon is called hazing or bullying. Bullying is described as an oppression, bullying, hazing, extortion, exclusion, and intimidation. Bullying which is happen during orientation tend to valued as stressful situation, therefore each student have to have resilience. Resilience is one s ability to deal with and to overcome life stressor and perceiving negative experiences as a valuable experience so that one can change to a better life. Resilient people has a several determining factors, included self-esteem and social support. The aim of this research is to examine the significant effect of selfesteem and social support to student s resilience to deal with bullying experience in college. Sample in this research is 180 participants, using the snowball sampling technique and given measurement instrument such as questionnaires using a Likert scale to measure self-esteem, social support, and resilience. Data analysis in this research using Multiple Regression Analysis with a significance level 0.05. Based on data analysis obtained score R = 0,669, R 2 = 0,448. The result of this research concluded that there is a significant effect of self-esteem and social support to resilience. The result showed the proportion of variance explained by all the resilience independent variable is equal to 44.8%, while 55.2% is influenced by other variables outside of research. Keywords: self-esteem; social support; resilience; student ABSTRAK Orientasi pengenalan kampus (ospek) merupakan tradisi di perguruan tinggi. Ospek umumnya digunakan sebagai sarana pengenalan kampus. Kegiatan ospek biasanya identik dengan kegiatan yang menantang mental dan kuat akan stigmanya penuh dengan kekerasan. Fenomena ospek sering disebut sebagai perpeloncoan atau bullying.individu yang memiliki kemampuan bertahan dan tidak menyerah pada keadaan sulit dalam hidupnya, serta berusaha untuk mengatasi dan melewati kesulitan tersebut, akan bangkit dan menjadi lebih baik, disebut sebagai individu yang resilient. Faktor penentu resiliensi antara lain adalah harga diri dan dukungan sosial. Penelitian bertujuan menguji pengaruh harga diri dan dukungan sosial terhadap resiliensi pada mahasiswa dengan pengalaman bullying di perguruan tinggi. Sample yang berjumlah 180 orang diambil dengan teknik snowball sampling. Alat ukur menggunakan skala harga diri, dukungan sosial dan resiliensi. Analisis data menggunakan Multiple Regression Analysis pada taraf signifikan 0,05. Hasil penelitian menyatakan ada pengaruh signifikan antara harga diri dan dukungan sosial terhadap resiliensi. Hasil penelitian menunjukan proporsi varians dari resiliensi yang jelaskan oleh semua independet variabel adalah sebesar 66,9%, sedangkan 33,1% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian. Kata kunci: harga diri; dukungan sosial; resiliensi 156

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa adalah sebutan untuk individu yang sedang menjalani masa pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Ketika mahasiswa memasuki perguruan tinggi diadakanlah masa orientasi atau yang lebih dikenal dengan orientasi pengenalan kampus (ospek). Ospek biasanya untuk menyambut mahasiswa baru sebagai sarana pengenalan kampus. Tujuan ospek adalah untuk mengenalkan mahasiswa baru tentang kehidupan di universitas atau perguruan tinggi tersebut, seperti visi, misi, kurikulum, akademik dan lain lainnya. Kegiatan orientasi studi dan pengenalan kampus (ospek) terbagi atas ospek universitas, fakultas, dan jurusan. Kegiatan utama ospek dari universitas yang hanya tiga hari akan berkelanjutan di fakultas dan jurusan menjadi tiga bulan bahkan setahun dan itu wajib diikuti oleh mahasiswa baru. Beberapa tahun terakhir esensi dari ospek yang dilaksanakan mulai dipertanyakan. Kegiatan ospek identik dengan kegiatan yang menantang mental dan kuat akan stigmanya penuh dengan kekerasan (Resyalia, 2012). Kasus ospek dengan kegiatan perpeloncoan yang berkedok masa orientasi juga kini marak terjadi. Di beberapa kampus, masa orientasi dimanfaatkan oleh mahasiswa senior untuk mengerjai dan menindas juniornya. Tidak selalu berupa tindakan fisik, tapi juga melalui tugas-tugas yang tidak lazim dengan tujuan mempersulit mahasiswa baru dan menjatuhkan mental mereka. Tindakan perpeloncoan yang terjadi dalam masa ospek serupa dengan bullying, dalam penelitian Yayasan Semai Jiwa Amini (2008) menyatakan bahwa bullying adalah sebuah situasi di mana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok. Bullying dapat memberikan dampak negatif kepada seseorang seperti gejala fisik, mempengaruhi perilaku serta merasa memiliki gambaran terhadap dirinya sebagai pribadi yang negatif. Akan tetapi tidak semua korban bullying memiliki gambaran pribadi yang negatif. Korban bullying yang tangguh terhadap tekanan yang dialaminya dapat dikatakan memiliki resiliensi. Resiliensi sebagai konstruk psikologi mencoba menggambarkan bagaimana individu dapat keluar dari tekanan untuk menjadi individu yang resilient. Dalam hal ini banyak faktor yang mempengaruhi resiliensi, namun setidaknya ada dua faktor dan faktor tersebutlah yang kemudian penulis jadikan variabel bebas dalam penelitian ini, yaitu harga diri dan dukungan sosial. Harga Diri menurut Rosenberg (dalam Steinberg, 1993) adalah suatu sikap yang mengacu pada objek yang spesifik, yaitu diri (self). Harga diri juga diacu sebagai nilai diri atau citra diri. Seorang individu dapat merasa bahwa ia tidak hanya sebagai seorang manusia tetapi juga sebagai seorang manusia yang berharga. Sedangkan social support menurut Cohen et al. (dalam Sarafino 2002) bersumber dari tempat kerja, keluarga, pasangan suami istri, teman di lingkungan sekitar. Dukungan sosial secara efektif dapat mengurangi penyebab timbulnya stres psikologis ketika menghadapi masa-masa yang sulit. Kerangka hubungan harga diri dan dukungan sosial sebagai faktor bagi resiliensi dijelaskan Resnick et al. (2011), terdapat empat faktor yang memengaruhi resiliensi pada individu, yaitu: harga diri, dukungan sosial, spiritualitas atau keberagamaan dan emosi positif. Menurut Holahan, Moos, Schiaffino dan Revenson (dalam Reich et al., 2010), individu dengan harga diri yang tinggi diketahui memiliki penilaian yang lebih positif atas kejadian stress. Diharapkan dengan harga diri yang tinggi juga memiliki resiliensi yang tinggi. Hal senada juga yang diharapkan terhadap dukungan sosial. Dengan adanya dukungan sosial yang tinggi, baik itu dari teman, keluarga ataupun lingkungan sekitar maka resiliensi seseorang juga tinggi. 1.2. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah pengaruh harga diri dan dukungan sosial terhadap resiliensi pada mahasiswa dengan pengalaman bullying di perguruan tinggi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Harga Diri Myers (2013) mendefinisikan harga diri sebagai keseluruhan dari diri untuk menilai sifat dan kemampuan yang dimiliki. 157

Sedangkan Baron et al. (2009) berpendapat bahwa harga diri adalah sejauh mana kita memandang diri kita sendiri secara positif atau negatif dan sikap kita terhadap diri kita sendiri secara keseluruhan. Menurut Rosenberg Teori harga diri bersandarkan pada dua faktor (dalam Flynn, 2003), yaitu: (1) Pujian dari orang lain (reflected appraisal), komponen pujian menjelaskan bahwa perasaan orang terhadap diri mereka sendiri dipengaruhi dengan kuat oleh pemikiran orang lain terhadap diri mereka. maka, harga diri dianggap sebagai sebuah produk dari interaksi sosial, (2) Perbandingan sosial (sosial comparison), perbandingan sosial menyatakan bahwa apabila pemikiran orang lain terhadap diri pribadi tidak tersedia, orang akan menilai diri mereka sendiri melalui perbandingan dengan orang lain. 2.2. Dukungan Sosial Menurut Uchino (dalam Sarafino, 2010) mendefiniskan dukungan sosial sebagai perasaan nyaman, penghargaan, perhatian atau bantuan yang diperoleh seseorang dari orang lain atau kelompoknya. Sedangkan menurut Ogden (2007) dukungan sosial didefinisikan dalam beberapa cara, pertama kali didefinisikan dengan jumlah teman yang individu miliki. Menurut Cohen et al. (dalam Sarafino, 2002) mengklasifikasikan dukungan sosial dalam 5 kategori yaitu : emotional support, esteem support, tangible or instrumental support, informational support, dan network support. Kategori pertama yaitu emotional support, yang meliputi ekspresi empati, peduli dan perhatian terhadap orang lain. misalnya mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap apa yang dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian. Dukungan emosional akan membuat si penerima merasa berharga, nyaman, aman, terjamin, dan disayangi. Kategori kedua yaitu esteem support, bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu dan perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi. Kategori ketiga yaitu tangible or instrumental support, bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi kecemasan karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Kategori keempat yaitu informational support, bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, pengetahuan, petunjuk, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah. Kategori kelima yaitu network support, bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa menjadi anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktivitas sosial dengan kelompok. Dengan begitu individu akan memiliki perasaan senasib. 2.3. Resiliensi Menurut Reivich dan Shatte (2002), bahwa resiliensi adalah kapasitas untuk merespon secara sehat dan produktif ketika menghadapi kesulitan atau trauma, dimana hal itu penting untuk mengelola tekanan hidup sehari-hari. Sedangkan Connor dan Davidson (2003) mengatakan bahwa resiliensi merupakan kualitas seseorang dalam hal kemampuan untuk menghadapi penderitaan. Menurut Grotberg (1995) ada beberapa sumber dari resiliensi yaitu: (1) I Am, (2) I Have, dan (3) I Can. Sumber pertama yaitu faktor I Am merupakan kekuatan yang berasal dari dalam diri sendiri. Faktor ini meliputi perasaan, sikap, dan keyakinan di dalam diri Individu. Ada beberapa bagian-bagian dari faktor dari I Am yaitu: (a) perasaan dicintai dan perilaku yang menarik, (b) mencintai, empati, dan peduli, (c) bangga pada diri sendiri, (d) mandiri dan bertanggung jawab serta menerima konsekuensi dari perilakunya dan (e) kepercayaan diri, optimis, harapan, dan keyakinan. Sumber kedua yaitu I Have, faktor I Have merupakan dukungan eksternal dan sumber dalam meningkatkan daya lentur. Sebelum individu menyadari akan siapa dirinya (I Am) atau apa yang bisa dia lakukan 158

(I Can), individu membutuhkan dukungan eksternal dan sumberdaya untuk mengembangkan perasaan keselamatan dan keamanan yang meletakkan fondasi, yaitu inti untuk mengembangkan resilience. Aspek ini merupakan bantuan dan sumber dari luar yang meningkatkan resiliensi. Sumber-sumbernya adalah adalah sebagai berikut: (a) trusting relationships atau memiliki orang yang dapat dipercaya, (b) memiliki batasan dalam berprilaku dan aturan, (c) role model atau memiliki panutan yang baik, (d) mempunyai orang yang mendorong untuk menjadi mandiri dan (e) mendapatkan Akses pada kesehatan. Sumber ketiga yaitu I Can, merupakan kompetensi sosial dan interpersonal seseorang. Ada beberapa aspek yang mempengaruhi faktor I can yaitu: (a) Berkomunikasi, (b) Pemecahan masalah, (c) kemampuan mengelola berbagai perasaan, (d) kemampuan mengendalikan perilaku, (e) Mencari hubungan yang dapat dipercaya, (f) mampu mengerjakan pekerjaan hingga selesai dan (g) dapat menghasilkan ide-ide dan cara-cara baru untuk melakukan sesuatu yang juga dapat membantu dalam menghadapi kesulitan. 2.4. Bullying Bullying adalah situasi dimana terjadinya penyalahgunaan kekuatan/ kekuasaan yang dilakukan oleh seseorang/sekelompok orang sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya (Tim Yayasan Semai Jiwa Amini, 2008). Olweus (dalam Handbook of Bullying In School, 2009) bullying adalah suatu tindakan negatif atau agresif yang dilakukan secara berulang dan dalam periode waktu ke waktu. Terdapat beberapa jenis dan wujud bullying, tapi secara umum, praktik-praktik bullying dapat dikelompokan ke dalam tiga kategori yaitu (Tim Yayasan Semai Jiwa Amini, 2008), yaitu: (1) bullying fisik adalah jenis bullying kasat mata, (2) bullying verbal adalah bullying yang terdeteksi karena bisa tertangkap dengan indra pendengaran kita dan (3) bullying mental/psikologis adalah jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap mata atau telinga kita jika kita tidak cukup awas mendeteksinya. Praktik bullying ini terjadi diam-diam dan di luar radar pemantauan kita. Bullying sesungguhnya sebuah situasi yang tercipta ketika tiga karakter bertemu di satu tempat. Situasi ini tidak berubah-ubah bagaikan pentas pertunjukan dengan tiga aktor yang memainkan perannya masing-masing. Perilaku bullying dapat terjadi dengan adanya tiga aktor ini (Tim Yayasan Semai Jiwa Amini, 2008), yaitu: (1) Pelaku Bullying adalah merupakan aktor utama. Mereka adalah aggressor, provokator, dan juga inisiator dalam terjadinya bullying. (2) Korban Bullying adalah mereka yang menjadi sasaran penganiayaan dan penindasan dan (3) Saksi bullying adalah penonton sekaligus pemeran, saksi berperan serta dianggap dua cara: aktif berseru dan mendukung pelaku atau diam dan bersikap acuh tak acuh. III. METODE PENELITIAN Subyek penelitian berjumlah 180 orang dan memiliki karakteristik, yaitu mahasiswa berjenis kelamin pria dan wanita yang berada pada rentang usia 19-22 tahun dengan pengalaman bullying selama ospek fakultas. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel nonprobabilitas sampling. Jenis penarikan sampel yang digunakan adalah jenis penarikan sampel dengan teknik snowball sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Alat ukur pertama mengukur harga diri dengan menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari The Rosenberg Self-Esteem Scale berjumlah 20 butir yang terdiri dari 10 butir positif dan 10 butir negatif. Alat ukur kedua mengukur dukungan sosial menggunakan kuesioner yang diadaptasi dari International Support Evaluation List Shortened Version berjumlah 20 butir yang terdiri dari 10 butir positif dan 10 butir negatif. Alat ukur ketiga mengukur resiliensi yang peneliti rancang berdasarkan telaah pustaka. Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan teknik regresi yaitu multiple linier regression. 159

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh gambaran data untuk harga diri menggunakan skala 1 4 memiliki mean hipotetik (median) alat ukur yaitu 2 sedangkan mean empirik adalah 2.9957. Skor mean empirik lebih besar dibandingkan dengan skor mean hipotetik dengan demikian harga diri subyek dapat dikatakan tinggi. Dari data yang diperoleh, Gambaran data untuk dukungan sosial menggunakan skala 1 4 memiliki mean hipotetik (median) alat ukur yaitu 2 sedangkan mean empirik adalah 2.8668. Skor mean empirik lebih besar dibandingkan dengan skor mean hipotetik dengan demikian dukungan sosial subyek dapat dikatakan tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh, dilakukan uji pengaruh antara variabel harga diri dan dukungan sosial terhadap resiliensi. Berdasarkan analisis data dengan perhitungan nilai regresi diperoleh nilai R = 0,669, koefisien determinasi R²=0,448, nilai ini diperoleh dari pengkuadratan dari koefisien korelasi (0,669 x 0,669). Hal ini juga menujukkan bahwa 44,8% sumbangan X 1, X 2, terhadap Y sedangkan sisanya sebesar 55,2% dipengaruhi faktor lain (100%-66,9%). Disimpulkan terdapat pengaruh harga diri dan dukungan sosial terhadap resiliensi. Selanjutnya diperoleh data harga diri memiliki nilai t = 7,186 dan p = 0.000 < 0.05 artinya H 0 tidak dapat diterima dan H 1 diterima. Jadi terdapat pengaruh yang signifikan dari harga diri terhadap resiliensli. Selanjutnya juga diperoleh data dukungan sosial memiliki nilai t = 4,234 dan p = 0.000 artinya H 0 tidak dapat diterima dan H 1 diterima. Jadi terdapat pengaruh yang signifikan dari dukungan sosial terhadap resiliensi. Pengujian korelasi menggunakan perhitungan korelasi Pearson. Hasil analisis data menunjukkan bahwa korelasi harga diri dengan resiliensi diperoleh r = 0,626 dan p = 0,000 < 0,01, dengan demikian H 0 ditolak dan H 1 diterima. Sedangkan Hasil analisis data menunjukkan bahwa korelasi dukungan sosial dengan resiliensi diperoleh r = 0,535 dan p = 0,000 < 0,01, dengan demikian H 0 ditolak dan H 1 diterima. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan secara bersama-sama ada pengaruh harga diri dan dukungan sosial terhadap resiliensi. Dari hasil pengolahan data ini menghasilkan dua hal utama. Pertama, terdapat pengaruh dari harga diri terhadap resiliensi. Dalam hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi harga diri yang diperoleh semakin tinggi pula resiliensi yang dimiliki. Sebaliknya, semakin rendah harga diri semakin rendah resiliensi subyek. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Resnick et al. (2011), yang menyatakan individu yang memiliki harga diri yang baik membantu individu tersebut dalam menghadapi keterpurukan. Hal senada juga diungkapkan oleh Michinton (dalam Luthfi et al., 2009), individu dengan harga diri yang tinggi adalah individu yang menerima dirinya secara penuh tanpa syarat, ia juga mampu menghargai dirinya sebagai seorang manusia yang memiliki nilai. Penerimaan tanpa syarat berarti penerimaan dan penghargaan pada diri sendiri yang tidak tergantung pada apapun, menerima secara penuh diri sendiri apa adanya, merasa nyaman dengan apa yang dilakukan. Hal kedua yang bisa diperoleh yaitu terdapat pengaruh dukungan sosial terhadap resiliensi. Data dari hasil analisis menunjukan bahwa dukungan sosial terhadap resiliensi memiliki hasil yang signifikan. Semakin tinggi dukungan sosial yang diterima maka semakin tinggi resiliensi. Sebaliknya, semakin rendah dukungan sosial yang diterima individu maka semakin rendah pula resiliensinya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Resnick et al. (2011), menyatakan bahwa dukungan social dihubungkan dengan resiliensi menghasilkan kualitas hidup yang lebih tinggi. Berdasarkan dari hasil uji yang dilakukan per variabel antara variabel harga diri terhadap resiliensi dan dukungan sosial terhadap resiliensi, menunjukan bahwa variabel yang paling memiliki pengaruh nilai signifikan yang lebih tinggi melalui uji pengaruh (t) pada hasil adalah harga diri. Jadi resiliensi yang memberikan pengaruh adalah yang berasal dari dalam diri atau menurut teori Rosenberg adalah faktor I am. Hasil selanjutnya pada uji korelasi harga diri terhadap resiliensi dan dukungan sosial terhadap resiliensi. Pengujian korelasi pada kedua variabel sama-sama menggunakan perhitungan korelasi Pearson. Hasil data 160

menunjukan bahwa variabel harga diri mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan variabel resiliensi. Hal senada juga dinyatakan pada hasil data dukungan sosial bahwa variabel dukungan sosial mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan variabel resiliensi. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu mengenai proporsi pengambilan sampel penelitian. Peneliti pada awalnya ingin mencoba menggali fenomena bullying yang terjadi pada ospek mahasiswa di institut pemerintah dalam negeri dan perguruan tinggi negeri. Namun demikian karena tidak diperolehnya ijin dari institut pemerintah dalam negeri maka akhirnya hanya diperoleh sampel dari perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. Dengan demikian apabila ingin melakukan generalisasi maka penelitian ini hanya dapat mewakili fenomena resiliensi pada perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan mengenai pengaruh harga diri dan dukungan sosial terhadap resiliensi mahasiswa dengan pengalaman bullying di perguruan tinggi maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada harga diri dan dukungan sosial terhadap resiliensi. Hal ini menunjukkan bahwa kedua variabel independen (harga diri dan dukungan sosial) memberikan pengaruh pada variabel dependen (resiliensi). Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji F yang menguji seluruh independent variabel (IV) terhadap dependent variabel (DV). Maka hipotesis penelitian menyatakan ada pengaruh yang signifikan antara harga diri dan dukungan sosial terhadap resiliensi mahasiswa dengan pengalaman bullying di perguruan tinggi. Berdasarkan analisis mean empirik, kedua independent variable memiliki nilai mean empirik lebih besar dibandingkan dengan skor mean hipotetik dengan demikian dukungan sosial dan harga diri subyek tinggi. Lalu dari lima uji asumsi yang dilakukan, menunjukan bahwa keseluruhan data terdistribusi normal, 2 variabel memiliki hubungan linier, data bersifat homogen, tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dan tidak terdapat autokorelasi pada data penelitian. Saran yang berkaitan dengan manfaat teoretis bahwa penelitian ini dapat memberikan manfaat untuk bidang psikologi pendidikan, psikologi sosial, dan juga psikologi remaja. Untuk bidang psikologi remaja saran yang dapat diberikan adalah memberikan pengawasan kepada anak-anak remaja karena saat remaja merupakan masa kritis karena pada masa remaja merupakan masa di mana individu memiliki kontrol emosi yang lemah. Pada saat remaja individu bukan hanya dapat menjadi korban bullying karena memiliki kelemahan dalam dirinya tetapi bisa juga menjadi pelaku karena merasa dirinya berkuasa. Bullying dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Di perguruan tinggi pun kerap terjadi bullying yang dilancarkan para senior ke juniornya. Padahal jika ditelaah lebih lanjut, seharusnya perguruan tinggi merupakan sarana atau tempat untuk seorang, individu dalam mengembangkan kemampuan intelektual. kepribadian, khususnya dalam melatih keterampilan verbal dan kuantitatif, berpikir kritis dan moral reasoning bukan untuk ajang bullying. Bullying juga memberikan dampak negatif terhadap individu yang kurang memiliki resiliensi. Saran untuk bidang psikologi sosial dan psikologi pendidikan. Pendidikan di lingkungan sosial merupakan faktor penting bagi perkembangan kepribadian yang lebih baik. Dengan menciptakan suasana kondusif, sehingga terhindar dari perilaku bullying. Saran yang berkaitan dengan manfaat praktis adalah saran yang diberikan kepada instansi yang bergerak dalam dunia pendidikan seperti dosen, rektor, maupun pemerintah yaitu Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Masa orientasi tidak identik dengan kekerasan akan tetapi diganti dengan kegiatankegiatan yang lebih bermanfaat seperti seminar atau mengadakan kegiatan penelitian sesuai jurusan masing-masing. Masa orientasi yang terjadi saat ini memang memiliki dampak positif yaitu lebih mengakrabkan antar sesama mahasiswa dan lebih menghormati senior. Akan tetapi hal tersebut akan lebih baik jika di lakukan tanpa pemberian perilaku bullying sebelumnya. 161

Mengakrabkan dan menghormati senior dapat dengan cara menimbulkan respect ke sesama mahasiswa. Salah satu caranya adalah membuat acara pertemuan seperti malam keakraban yang di ikuti oleh senior dan junior, dalam acara tersebut dibuat rangkaian kegiatan yang positif tanpa harus adanya kegiatan bullying. DAFTAR PUSTAKA Baron, R. A., Branscombe, N. R., & Byrne, D. (2008). Social psychology (12 th ed). Boston: Pearson. Flynn, H. K. (2003). Self esteem theory and measurement: A critical review. Thirdspace: A Journal of Feminist Theory & Culture, 3 (1), 164-181. Greenberger, E., Chen, C., Dimitrieva, J., & Farruggia, S. (2003). Item-wording and the dimensionality of the rosenberg self esteem scale: do they matter?. Personality and Individual Differences, 35, 1241-1254. Grotberg, E. (1995). A guide to promoting resilience in children: Strengthening the human spfid. Netherlands: Bernard van Leer Foundations. Grothberg, E. (1999). Tapping your inner strength. Oakland:New Harbinger Publication, Inc. Grotberg, E. (2003). Resilience for today: Gaining strength from adversity. Westport: Preager Publisher. Kamisa. (1997). Kamus lengkap bahasa Indonesia. Surabaya: PT. Pustaka Utama Grafindo Myers, D. G. (2013). Social psychology (11 th ed). New York: McGraw-Hill International Edition. Murk, J.C. (2006). Self-esteem research, theory, and practice toward a positive (3 th ed). New York: Springer Publishing Company. Ogden, J. (2007). Health psychology: A textbook (4 th ed). New York: McGraw- Hill. Ostvik, K & Rudmin, F (2001). Bullying and hazing among norwegian army soldiers: Two studies of prevalences, context, and cognition. Military Psychology, 13(1), 17-39. Reich, J.W., Alex J. Z & John, S. H. (2010). Handbook of adult resilience. New York: The Guilford Press. Reivick, K & Shatte, A. (2002). The resilience factor: 7 essential skills for overcoming Llfe s inevitable obstacles. New York: Broadway Books. Resnick, B., Lisa P. G., & Karen A. R. (2011). Resilience in aging; concepts, research, and outcomes. London: Springer Science + Business Media, Inc. Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2010). Health psychology biopsychosoial interaction (7 th ed). New York: John Wiley & Sons, Inc. Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2002). Health psychology biopsychosoial interaction (4 th ed). New York: John Wiley & Sons, Inc. Sarason, I. G. (1983). Assessing social support: The social support questionnaire. Journal Of Personality And Social Psychology, 44 (1),127-139. Steinberg, L. (1993). Adolescence (3 rd New York: McGraw-Hill. ed). Tim Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA). (2008). Bullying: mengatasi kekerasan di sekolah dan lingkungan sekitar anak. Jakarta: Grasindo. Utomo, P (2006). Ospek dan pengembangan budaya akademik: memberi bobot arah orientasi pembinaan mahasiswa. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Universitas negeri Yogyakarta. 162