HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA SMA PROGRAM AKSELERASI DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut muncul banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif

SUBJECTIVE WELL-BEING (KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF) DAN KEPUASAN KERJA PADA STAF PENGAJAR (DOSEN) DI LINGKUNGAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa di mana individu banyak mengambil

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

Rizki Ramadhani. Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Intisari

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL BEING DAN HARDINESS PADA SISWA SMA PROGRAM AKSELERASI DENGAN PROGRAM REGULER DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PADA LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Hariandja dalam Tunjungsari (2011) stres adalah ketegangan

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pasal 31 ayat 1 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa tiap-tiap warga negara

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan. Dalam mencapai Drajat Sarjana S1 Psikologi. Disusun Oleh : ANA ARIFA SARI F

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu di dunia ini melewati fase-fase perkembangan dalam

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SUBJECTIVE WELL- BEING SISWA SMA NEGERI 1 BELITANG NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. maupun swasta namun, peningkatan jumlah perguruan tinggi tersebut tidak dibarengi

BAB III METODE PENELITIAN. data bersifat kuantitatif statistik, dan bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah

Diajukan oleh : Rochmad Ikhsanudin F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

ALTRUISME DENGAN KEBAHAGIAAN PADA PETUGAS PMI NASKAH PUBLIKASI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai. Derajat Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

KORELASI ANTARA BIMBINGAN BELAJAR ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SDN PREMULUNG NO.94 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2014/ 2015 NASKAH PUBLIKASI

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA ANTARA GURU YANG TELAH BERSERTIFIKASI DENGAN YANG BELUM BERSERTIFIKASI DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

//HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP IKLIM SEKOLAH DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA SMP. Naskah Publikasi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhui sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

PRESTASI BELAJAR DI TINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN FASILITAS BELAJAR PADA MATA KULIAH KOMPUTER AKUNTANSI I

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN KEKERASAN DI TELEVISI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA SISWA SD N TRANGSAN 03 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA ANGGOTA LANUD ADI SOEMARMO YANG MENJELANG PENSIUN.

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN PADA IBU YANG HAMIL PERTAMA

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 3 PURWOKERTO. Al Khaleda Noor Praseipida

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA. Skripsi

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN KEPATUHAN SISWA MENTAATI TATA TERTIB SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SD N 01 GEDONGAN TAHUN 2014/2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

PERBEDAAN KINERJA GURU YANG TELAH BERSERTIFIKASI DENGAN NON SERTIFIKASI DI KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

PENGARUH JAM BELAJAR MASYARAKAT DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS TINGGI SD NEGERI 02 KALISORO TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULAN. adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Jenjang pendidikan tertinggi

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. strategis di era globalisasi. Dengan adanya kemajuan tersebut, sesungguhnya

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA KARYAWAN PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KINERJA KARYAWAN

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI

Hubungan antara Self-Efficacy dengan Subjective Well-Being pada Siswa SMA Negeri 1 Belitang

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN NARSISME PADA REMAJA PENGGUNA FACEBOOK NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT NASKAH PUBLIKASI

Manajemen program akselerasi belajar: studi kasus di SMA Negeri 3 Jombang / Iva Faradiana

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

PENYESUAIAN DIRI DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP LINGKUNGAN SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV pasal 5 ayat 3 tentang

RATNA PRATIWI F

HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN ORGANISASI DENGAN DISIPLIN KERJA KARYAWAN PT. TYFOUNTEX INDONESIA GUMPANG - KARTASURA ABSTRAKSI. Derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS SISWA DI ORGANISASI SEKOLAH DAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan dan Fakultas Ekonomi

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN KONFORMITAS KELOMPOK DENGAN PEILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA SMA PROGRAM AKSELERASI DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : MEGA CIPTA WAHYUNINGSIH F. 100 090 307 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA SMA PROGRAM AKSELERASI DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: MEGA CIPTA WAHYUNINGSIH F. 100 090 307 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 ii

HUBUNGAN ANTARA OPTIMISME DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF REMAJA SMA PROGRAM AKSELERASI DI KOTA SURAKARTA Mega Cipta Wahyuningsih 1) Wiwien Dinar Pratisti 2) Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara optimisme dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa siswi di SMA Negeri 1 Surakarta yang menempuh program akselerasi yang berasal dari kelas XI akselerasi 1 dan kelas XI akselerasi 2 dengan jumlah subjek 46 orang. studi populasi, yaitu menggunakan semua anggota populasi yang ada sebagai subjek penelitian.. Alat ukur yang digunakan adalah skala optimisme, skala dukungan sosial, skala kesejahteraan subjektif, dan wawancara. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 15.0 dengan teknik analisis regresi ganda, maka hasil perhitungan diperoleh yaitu nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,34; p = 0,071 (p > 0,05). Sumbangan efektif variabel optimisme dan dukungan sosial terhadap kesejahteraan remaja SMA program akselerasi sebesar 11,5 %. Berdasarkan hasil analisis, diketahui variabel optimisme mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 83,11 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 67,5 yang berarti sikap optimisme pada subjek tergolong tinggi. Variabel dukungan sosial diketahui rerata empirik (RE) sebesar 99,72 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 82,5 yang berarti dukungan sosial pada subjek tergolong tinggi. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan positif antara optimisme dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta. Kata kunci : Optimisme, Dukungan Sosial, Kesejahteraan Subjektif. 1) Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta v

PENDAHULUAN Pendidikan di Indonesia sudah mengalami kemajuan yang begitu pesat. baik dari segi kurikulum yang ditawarkan maupun program penunjang yang dirasa mampu untuk mendukung peningkatan kualitas pendidikan. Salah satu program pendidikan yang saat ini sedang ramai yang maksimal bagi siswa yang memiliki bakat serta potensi istimewa. Hal tersebut sesuai dengan Amanat UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada bab IV bagian kesatu pasal 5 ayat 4 yang berbunyi: warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. diperbincangkan adalah tentang Pada kenyataannya, program akselerasi atau program percepatan belajar untuk pendidikan dasar dan menengah. Program akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari waktu enam tahun menjadi lima tahun pada jenjang SD dan tiga tahun menjadi dua tahun pada jenjang SMP dan SMA (Nulhakim, 2008). Tujuan dari pengadaan program ini adalah untuk fenomena yang muncul di kalangan masyarakat sampai sekarang ini ialah kontroversi tentang penyelenggaraan program akselerasi di berbagai kalangan. Awalnya dengan hadirnya program akselerasi ini diharapkan dapat mengakomodasi kemampuan siswa berbakat sehingga dapat menghemat waktu studi. Namun bagi sebagian kalangan yang kontra mengatakan bahwa hadirnya memberikan pelayanan pendidikan 1

program akselerasi menimbulkan permasalahan psikologis bagi siswa. Masalah penyesuaian sosial biasanya siswa akselerasi lebih Evaluasi penyelenggaraan mengutamakan prestasi akademik program akselerasi yang dilaksanakan oleh Zuhdi tahun 2006 juga menyebutkan bahwa terdapat beberapa dampak psikologis siswa setelah beberapa waktu penyelenggaraan program akselerasi, diantaranya pada masa transisi tiga bulan pertama, siswa mengalami stress karena merasa kaget dengan pemberian materi yang begitu cepat. sehingga mereka cenderung mengurangi waktu untuk aktivitas lain sehingga kesempatan untuk melakukan hubungan sosial dengan teman sebaya menjadi berkurang. Siswa akselerasi cenderung kurang aktif dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dengan alasan capek, malas, atau ingin tidur di rumah (Maimunah, 2009). Hal tersebut sesuai dengan hasil Kesejahteraan sujektif wawancara yang dilakukan peneliti yang menyebutkan bahwa mereka mengalami stress pada saat awal masuk program akselerasi. Materi disampaikan secara cepat, tugas sekolah banyak, dan ulangan mendadak menyebabkan mereka merasa tertekan. merupakan evaluasi seseorang tentang hidup mereka, termasuk penilaian kognitif terhadap kepuasan hidupnya serta evaluasi afektif dari mood dan emosi (Diener & Lucas, 1999).Istilah kesejahteraan subjektif merupakan evaluasi individu terhadap kehidupannya. Penilaian ini secara kognitif berupa pandangan 2

terhadap kepuasan serta afeksi seperti perasaan kegembiraan atau tidak mengalami depresi. Hasil penelitian Jersild (Darmayanti, 2012) mengungkapkan bahwa terdapat keragaman hal-hal yang dapat menyebabkan seseorang berbahagia berdasarkan pada tingkat perkembangan usianya. Bagi remaja usia 15-18 tahun, hal-hal yang dapat mendatangkan bahagia adalah: (1) bagi orang lain atau bagi kemanusiaan secara umum. Peneliti sempat melakukan wawancara dengan salah satu siswa akselerasi di kota Surakarta. Dari hasil wawancara tersebut diperoleh gambaran bahwa remaja khususnya remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta bahwa dukungan sosial khususnya dari orang tua dan teman memiliki peranan yang sangat pergi rekreasi beramai-ramai, penting ketika sedang mengalami melakukan kegiatan dengan keluarga; (2) mencapai peningkatan diri, berhasil di sekolah, dan merasa penting atau berarti di lingkungannya; (3) memperoleh hubungan baik dengan orang lain, bersahabat karib, dan mendapatkan teman yang pasti; (4) melakukan aktifitas pribadi yang menyenangkan, seperti bermain (games); dan (5) merasa bermanfaat banyak masalah serta kendala baik yang berhubungan dengan studi maupun persoalan remaja lainnya. Orang tua dan teman sebaya yang memberikan dukungan penuh berupa motivasi mampu memberikan efek positif bagi remaja untuk bangkit dan kembali bersemangat. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Conventry, Gilespie, Heath, dan Martin pada tahun 2004 yang 3

menunjukkan bahwa dukungan sosial berpengaruh terhadap kesejahteraan subjektif serta kesehatan yang positif pada individu. Selain itu, sikap optimistis juga memiliki peranan dalam kehidupan seorang remaja untuk mencapai apa yang diinginkan, semisal tujuan hidup, masa depan, atau hanya sebatas keberhasilan dalam bidang studi tertentu. Ketika sikap optimistis tersebut muncul meskipun hanya sedikit dan dalam kondisi mendesak saja tetapi hal tersebut memberikan sumbangan energi positif yang cukup besar menyangkut keberhasilan seorang remaja dalam mencapai tujuannya. Berdasarkan fenomena dan uarian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara optimisme dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta? Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Hubungan antara optimisme dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta 2. Hubungan antara optimisme dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi 3. Hubungan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi 4. Tingkat optimisme pada remaja SMA program akselerasi 5. Tingkat dukungan sosial pada remaja SMA program akselerasi 6. Tingkat kesejahteraan subjektif pada remaja SMA program akselerasi 7. Sumbangan efektif optimisme dan dukungan sosial terhadap 4

kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif (mixed methods) dengan variabel bebas yaitu optimisme dan dukungan sosial, sedangkan variabel tergantungnya adalah kesejahteraan subjektif. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa program akselerasi di SMA Negeri 1 Surakarta. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 siswa dari kelas XI Akselerasi 1 dan 22 siswa dari kelas XI Akselerasi 2. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data secara kualitatif melalui interview. Analisis data dalam penelitian menggunakan dua metode, yaitu secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis data kuantitatif menggunakan teknik analisis regresi ganda pada program SPSS 15.0 untuk mengetahui hubungan antara dua variabel bebas dengan variabel tergantung. Sedangkan analisis data secara kualitatif dengan menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Analisis isi (content analysis) adalah suatu teknik dalam penelitian yang berguna sebagai petunjuk yang dapat diulang dan valid dari data yang sesuai dengan konteks. Dengan teknik ini, peneliti mencari bentuk, struktur, dan pola yang beraturan di dalam tulisan dan kemudian memberi kesimpulan terhadap apa yang telah ditemuinya (Moleong, 2011). 5

HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil kategorisasi skor tinggi tetapi kesejahteraannya rendah, sedangkan perhitungan teknik analisis regresi linier berganda diperoleh nilai koefisien korelasi R sebesar 0,34; F regresi = 2,807 dan p = 0,071 (p>0,05). Hasil ini menunjukkan ketika optimisme dan dukungan sosialnya memiliki kategorisasi skor rendah kesejahteraannya justru memiliki kategorisasi skor tinggi. Dari hasil perhitungan secara bahwa tidak ada hubungan antara kuantitatif menunjukkan bahwa variabel optimisme dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi. Salah satu faktor penyebabnya adalah ketidak konsistenan hasil kategorisasi subjek. Dari 46 subjek hanya terdapat 13 subjek yang memiliki kategorisasi skor optimisme, dukungan sosial, dan kesejahteraan subjektif yang konsisten. Sisanya yaitu 33 subjek memiliki kategorisasi skor tidak konsisten, bahkan ada subjek yang sedikit unik, ketika optimisme dan dukungan sosialnya memiliki hipotesis mayor yang diajukan peneliti ditolak. Hal tersebut menyebabkan peneliti melakukan pengambilan data untuk mendukung hasil tersebut. Pengambilan data pendukung bisa dilakukan dengan pendekatan kuantitatif melalui analisis statistik maupun pendekatan kualitatif melalui wawancara. Akan tetapi, dalam kasus ini peneliti cenderung memilih untuk melakukan penggalian data secara kualitatif. Hal ini disebabkan karena subjek dalam penelitian ini adalah remaja jadi lebih cocok apabila dilakukan 6

dengan pendekatan secara individual yaitu dengan wawancara. secara kualitatif (pendekatan individual) dengan metode wawancara. Hasil penggalian data secara kualitatif yaitu menggunakan metode wawancara terhadap 12 (dua belas) remaja SMA program akselerasi diperoleh hasil bahwa menurut pandangan mereka hal-hal yang menyebabkan siswa akselerasi merasa sejahtera itu diantaranya mendapatkan prestasi yang bagus, contohnya diajar oleh guru yang kompeten, bisa diterima di SMAN 1 sebagai siswa akselerasi, ketika bisa mengerjakan tugas dengan baik, pada saat mendapatkan nilai bagus. Sedangkan hal lain yang bisa membuat siswa akselerasi merasa sejahtera adalah ketika memiliki banyak teman, mendapat liburan, dan bisa membahagiakan orang tua. Akan tetapi, realitanya siswa akselerasi cenderung dibatasi ruang geraknya oleh pihak sekolah. Mereka tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan yang tidak ada sangkut pautnya dengan pelajaran, misalnya saja mereka dilarang untuk tidak mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dan organisasi di sekolah. Hal tersebut membuat mereka kehilangan kesempatan berinteraksi dengan teman-teman sebaya mereka di luar program akselerasi. Bila dikaitkan dengan fase perkembangan remaja, maka kepuasan terhadap hidup yang dijalani pada masa remaja, mencakup aspek kepuasan atas aktivitas yang dilakukan bersama teman, keluarga, kegiatan di sekolah, maupun lingkungan di sekitarnya, dan juga aktivitas yang menyenangkan dirinya sendiri. Akan tetapi, sebagai seorang remaja, siswa akselerasi cenderung 7

lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar tanpa memperhatikan hal-hal lain di sekitarnya. Kondisi ini menyebabkan siswa akselerasi lebih mengutamakan prestasi akademik. Mereka cenderung mengurangi waktu untuk aktivitas lain sehingga kesempatan untuk melakukan hubungan sosial dengan teman sebaya menjadi berkurang, sedangkan hakikat seorang remaja itu dapat dikatakan sejahtera, puas, dan bahagia apabila ia mampu berhubungan baik dengan lingkungannya serta merasa berarti dan bermanfaat bagi sekitarnya (Jersild dalam Mappiare, 1982). Sedangkan hasil perhitungan antar variabel diperoleh nilai koefisien korelasi (r) variabel optimisme terhadap kesejahteraan subjektif sebesar 0,328 dan p = 0,013 menunjukkan ada hubungan positif antara optimisme dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta. Nilai koefisien korelasi (r) variabel dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif sebesar 0,275 dan p = 0,032 dimana p<0,05. Hal tersebut menunjukkan ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta. Dari data tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel bebas satu dengan variabel tergantung dan varabel bebas dua dengan variabel tergantung. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Ho-Cha (dalam Darmayanti, 2012) bahwa aspek kepribadian seperti optimisme berpengaruh terhadap kesejahteraan. dimana p<0,05. Hasil tersebut Remaja yang memiliki optimisme 8

dalam hidup dan berorientasi pada pusat kendali internal akan menjadi waspada dan responsif terhadap maupun dukungan positif bagi mereka untuk bangkit dan kembali bersemangat atas berbagai tuntutan pengaruh-pengaruh yang dan kewajiban yang harus mereka bertentangan dengan harga diri dan jalani. norma lingkungan. Apabila mereka Variabel optimisme tidak bisa mengelola sikap optimisme dengan baik maka akan timbul masalah underachievement (Syarifa, A., Mustami ah, D., & Sulistiani, D., 2011). Sedangkan teori bottom up menjelaskan bahwa kesejahteraan subjektif dipengaruhi oleh faktorfaktor eksternal, situasional atau lingkungan (misalnya; kepuasan terhadap standar hidup, pekerjaan, memiliki rerata empirik (RE) sebesar 83,11 dan rerata hipotetik (RH) 67,5 yang berarti sikap optimisme subjek tergolong tinggi. Kondisi ini dapat diinterpretasikan bahwa optimisme yang tergolong tinggi dikarenakan subjek memiliki sikap yang terbentuk dari aspek permanence, pervasiveness, dan personalitazion. (Seligman dalam Nurtjahjanti & Ratnaningsih, 2011) keluarga, waktu senggang, Sedangkan variabel lingkungan, komunitas). Begitu pula dengan peran orang tua dan teman sebaya yang memberikan dukungan penuh kepada remaja SMA program dukungan sosial diketahui memiliki rerata empirik (RE) sebesar 99,72 dan rerata hipotetik (RH) 82,5 yang berarti dukungan sosial memiliki akselerasi yang berupa motivasi peranan yang tinggi dalam 9

kehidupan subjek. Dari hasil interview terhadap subjek terlihat bahwa dukungan sosial akan menimbulkan rasa semangat dan kepercayaan diri. Selain itu mereka beranggapan bahwa dukungan sosial itu memiliki pengaruh terhdap kesejahteraan karena dengan adanya dukungan dari sekitar membuat mereka menjadi lebih bersemangat dan percaya diri sehingga memudahkan mereka untuk menyelesaikan segala sesuatu dengan maksimal sehingga mereka merasa sejahtera. Sumbangan efektif (SE) variabel optimisme dan dukungan sosial terhadap kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi diluar variabel optimisme dan dukungan sosial. Menurut Campbell (Ariati, 2010) faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif diantaranya, harga diri positif, kontrol diri, ekstraversi, relasi sosial yang positif, memiliki arti, dan tujuan dalam hidup. Sedangkan dari hasil wawancara menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi kesejahteraan subektif remaja SMA program akselerasi, diantaranya keberhasilan dalam hal pencapaian prestasi, misalnya saat mereka diterima di sekolah dengan predikat favorit di kotanya, kemudian subjektif remaja SMA program berkesempatan menempuh akselerasi sebesar 11,5% ditunjukkan oleh koefisien korelasi (0,34)² dikali 100%. Berarti masih terdapat 88,5% yang mempengaruhi kesejahteraan pendidikan di program akselerasi, lalu bisa menyelesaikan tugas sekolah dengan baik serta mendapatkan nilai yang memuaskan. 10

Hal-hal lain yang dianggap dapat mempengaruhi kesejahteraan remaja SMA program akselerasi adalah mendapatkan liburan di tengah aktifitas siswa akselerasi yang cukup padat, kemudian mereka akan merasa sejahtera ketika memiliki banyak teman, serta bisa membahagiakan kedua orang tua itu menjadi tujuan penting dalam kehidupan mereka. Tujuh dari dua belas siswa akselerasi yang telah diwawancara mengatakan hal yang paling utama yang bisa membuat mereka merasa sejahtera adalah ketika mereka mendapatkan prestasi yang bagus. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan utama mereka adalah untuk mencapai hasil terbaik dalam hal prestasi. Ketika mereka berusaha dengan maksimal untuk mencapai prestasi terbaik dan hasilnya pun memuaskan maka mereka akan merasa puas dan bahagia. Puas merupakan komponen kognitif dari kesejahteraan sedangkan bahagia merupakan komponen afek positif. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Tidak ada hubungan positif antara optimisme dan dukungan sosial dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta. 2. Ada hubungan positif antara optimisme dengan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta. Artinya semakin tinggi optimisme maka semakin tinggi pula kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi 3. Ada hubungan positif antara dukungan sosial dengan 11

kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi di kota Surakarta. Artinya semakin tinggi dukungan kesejahteraan subjektif sebesar 11,5%. Hal ini berarti masih terdapat 88,5% variabel lain yang dapat sosial maka semakin tinggi pula mempengaruhi kesejahteraan kesejahteraan subjektif remaja SMA program akselerasi. 4. Tingkat optimisme pada subjektif remaja SMA program akselerasi di luar variabel optimisme dan dukungan sosial. subjek tergolong tinggi. Hal inditunjukkan oleh rerata empirik sebesar 83,11 sedangkan rerata hipotetik sebesar 67,5 5. Tingkat dukungan sosial subjek tergolong tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh rerata empirik sebesar 99,72 sedangkan rerata hipotetik sebesar 82,5. 6. Tingkat kesejahteraan subjektif subjek tergolong tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh rerata empirik 82,7 sebesar sedangkan rerata hipotetik sebesar 67,5 7. Sumbangan efektif optimime dan dukungan sosial terhadap DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2010. Perbedaan Tingkat Stres Akademik dan Strategi Pengelolaannya antara Siswa Program Akselerasi dengan Kelas Reguler. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Ariati, J. 2010. Subjective Well Being (Kesejahteraan Subjektif) dan Kepuasaan Kerja pada Staf Pengajar (Dosen) dan Lingkungan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip Vol 8 No 2 Hal 117-123 Oktober. Compton, W.C. 2005.Introduction to Positive Psychology. New York : Thomson Wodsworth. Coventry W.L., Gillespie, N.A., Heath, A.C. & Martin, N.G. 2004. Perceived Social Support In a Large Community Sample : Age Changes Through Adulthood. Social Psichiatry 12

and Psychiatric Epidemiology, vol 39 (8) 625-636. Darmayanti, N. 2012. Model Kesejahteraan Subjektif Remaja Penyintas Bencana Tsunami Aceh 2004. Ringkasan Disertasi. Yogyakarta: Program Doktor Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Diener, E., Suh, E., Lucas, R.E. & Smith, H.L.1999. Subjective Well Being-Three Decades of Progress. Psychological Bulletin, vol.125 (276-302. Ghufron & Risnawita S. 2011. Teori- Teori Psikologi. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Maimunah, S. 2009. Naskah Publikasi: Gambaran Penyesuaian Sosialdan Emosi Siswa Program Akselerasi. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang. Disnakertrans Jawa Tengah. Jurnal Psikologi UNDIP Vol 10 No 2 Oktober. Syarifa, A., Mustamia ah, D., Sulistiani, W. 2011. Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dengan Komitmen Terhadap Tugas (Task Commitment) Pada Siswa Akselerasi Tingkat SMA. Insan vol 13 no 1. Surabaya: Universitas Hang Tuah Zuhdi, A. 2006. Program Akselerasi (Masih Mencari Bentuk yang Ideal Atau Evaluasi Terhadap Pelaksanannya). http//:www.ditplb.or.id Mappiare, A. 1982.PsikologiRemaja. Surabaya: Usaha Nasional. Moleong, L. J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Nulhakim, T. R. 2008. Program Akselerasi Bagi Siswa Berbakat Akademik. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No 073 tahun ke-14 Juli 2008. Nurtjahjanti & Ratnaningsih. 2011. Hubungan Kepribadian Hardiness dengan Optimisme pada CTKI Wanita di BLKLN 13