BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan kemiskinan yang absolut Todaro (1998). Tujuan utama dari

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan di Indonesia secara keseluruhan

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

PENDAHULUAN. berbagai kegiatan pembangunan nasional diarahkan kepada pembangunan yang merata ke

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain (principal). Zimmerman (1997) menyatakan bahwa agency problem

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Development Programme) sejak tahun 1996 dalam seri laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang diterjemahkan sebagai kesejahteraan hidup. Secara ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional dan internasional dengan pemerataan dan pertumbuhan yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (IPM), pembangunan manusia didefinisikan sebagai a process

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibuat dan dipopulerkan oleh United Nations

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia pada umumnya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan dikeluarkannya Undang-undang No 22 Tahun 1999 dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

I. PENDAHULUAN. adanya otonomi daerah maka masing-masing daerah yang terdapat di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk mencapai cita-cita tersebut pemerintah mengupayakan. perekonomian adalah komponen utama demi berlangsungnya sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berwewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat terealisasi, maka beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam perkembangannya seringkali terjadi adalah ketimpangan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci bagi keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Berapapun besarnya

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang dijadikan pedoman

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan khususnya pembangunan manusia dapat dinilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

EVALUASI TERHADAP POTENSI PENDAPATAN DAERAH DARI SEKTOR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (Studi Kasus di Pemda Kabupaten Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Krisis ekonomi di Indonesia memiliki pengaruh yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB I PENDAHULUAN. oleh krisis ekonomi yang menyebabkan kualitas pelayanan publik terganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan tersendiri dalam pembangunan manusia,hal ini karena. sistem pemerintahan menjadi desentralisasi.

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran daerah

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi yang mensyaratkan perlunya pemberian otonomi seluas-luasnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan pemberdayaan dalam pengambilan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada Bab IV, maka hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN. Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kebijakan pemerintah Indonesia tentang Otonomi Daerah, yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan ke arah desentralisasi. Salinas dan Sole-Olle (2009)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB I PENDAHULUAN. hakekatnya adalah upaya untuk meningkatkan kapasitas pemerintahan daerah sehingga tercipta

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap mental yang sudahterbiasa dan lembaga-lembaga nasional termasuk pula percepatan/akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan yang absolut Todaro (1998). Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan meratanya distribusi pendapatan (Arsyad dalam Yasa dan Arka 2015). Indeks Pembangunan Manusia merupakan indeks komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam tiga hal mendasar pembangunan manusia,yaitu (1) lamanya hidup yang diukur dengan harapan hidup pada saat lahir (2) tingkat pendidikan (3) tingkat kehidupan yang layak, Mirza (2012). Indeks Pembangunan Manusia telah memainkan dua peran kunci dalam bidang pembangunan ekonomi yang diterapakan: (1) sebagai alat untuk mempopulerkan pembangunan manusia sebagai pemahaman baru tentang kesejahteraan, dan (2) sebagai alternatif untuk PDB perkapita sebagai cara untuk mengukur tingkat pembangun 1

an untuk perbandingan antar negara dan antar waktu (Elizabeth dalam Yasa dan Arka 2015). Laporan Indeks Pembangunan Manusia pada tahun 2015 yang dikeluarkan Badan PBB Urusan Program Pembangunan (UNDP) menyatakan Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami kemajuan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia menempati peringkat ke 110 dari 187 negara, dengan nilai indeks 0,684 berdasarkan beberapa indikator, yaitu angka harapan hidup, harapan tahun bersekolah, dan pendapatan nasional bruto. Peringkat tersebut menunjukkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia berada ditingkat medium atau menengah. Jika dihitung dari sejak tahun 1980 hingga 2014, berarti Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mengalami kenaikan 44,3 persen (UNDP; 2015). Undang-Undang Nomor 32 dan 33 tahun 2004 Undang-Undang Nomor 22 dan 25 tahun 1999,mengubah orientasi Pemerintah daerah dari pertanggungjawaban secara vertical menjadi horizontal.perubahan tersebut mengakibatkan daerah harus memberi porsi yang lebih besar dari mitra kerja (stakeholder) di daerahnya,seperti DPRD,LSM,Perguruan tinggi,asosiasi dan lain-lain dalam menentukan kebijakan porsi yang besar bagi daerah yang mengelola keuangan daerahnya.ini berarti tanggungjawab menggali sumbersumber keuangan daerah dan manfaatkan penerimaan daerah (belanja daerah) lebih banyak berada di daerah.. Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terdiri dari 29 kabupaten dan 6 kota ini tentu saja memiliki berbagai 2

persoalan yang harus diselesaikan, diantaranya adalah masalah pertumbuhan ekonomi dan kesenjangan distribusi pendapatan. Aspek pemerataan pendapatan merupakan hal yang penting untuk dipantau, karena pemerataan hasil pembangunan merupakan salah satu strategi dan tujuan pembangunan nasional di Indonesia. Nilai IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2013 sampai 2015. Pada tahun 2013 nilai Indeks Pembangunan Manusia tertinggi ada pada Kota Surakarta dengan angka 0,79 sedangkan Kabupaten yang memiliki nilai Indeks Pembangunan Manusia terendah adalah Kabupaten Brebes dengan angka 0,70. Untuk tahun 2014 Indeks Pembangunan Manusia tertinggi ada pada Kota Salatiga dengan angka 0,80 dan terendah adalah Kabupaten Pemalang dengan angka 0,62. Selanjutnya untuk tahun 2015 nilai Indeks Pembangunan Manusia tertinggi dimiliki oleh Kota Salatiga dengan angka 0,81 dan terendah adalah Kabupaten Brebes dengan angka 0,63 ( BPS,Jawa Tengah 2015). Dari data di atas dapat di ketahui bahwa perkembangan penduduk miskin di jawa tengah dari tahun ketahun berfluktuatif hal ini dapat dilihat dari nilai Indeks Pembangunan manusia yang belum merata, sehingga diperlukan beberapa program untuk meminimalisasi tingkat fluktuasinya dan dengan demikan pembangunan manusia dapat lebih stabil. Kemiskinan dapat menjadikan efek yang cukup serius bagi pembangunan manusia karena masalah kemiskinan merupakan sebuah masalah yang kompleks yang sebenarnya bermula dari kemampuan daya beli masyarakat yang tidak 3

mampu untuk mencukupi kebutuhan pokok sehingga kebutuhan yang lain seperti pendidikan dan kesehatan pun terabaikan. Hal tersebut menjadikan gap pembangunan manusia diantara keduanya pun menjadi besar dan pada akhirnya target capain IPM yang ditentukan oleh pemerintah menjadi tidak terealisasikan dengan baik. Peran pemerintah dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia juga dapat berpengaruh melalui realisasi belanja Negara dalam pelayanan publik. Peran pemerintah dalam kebijakan pelaksanakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal didasarkan pada pertimbangan bahwa daerahlah yang lebih mengetahui kebutuhan dan standar pelayanan bagi masyarakat di daerahnya,sehingga pemberian otonomi daerah diharapkan dapat memacu peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah melalui peningkatan pertumbuhan ekonomi ( Mirza,2012 ). Kebijakan pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan tercermin dari alokasi anggarannya Swandewi (2014). Dana perimbangan dalam hal ini di turunkan pemerintah yang berfungsi untuk mendanai kebutuhan masing-masing daerah. Dalam rangka pelaksanaan pemerintahan di daerah, sesuai dengan UU No.33 tahun 2004 pemerintah daerah memiliki sumber- sumber penerimaan terdiri atas: 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), 2) Dana Perimbangan, 3) Pinjaman Daerah, dan 3) Lain-lain Penerimaan yang sah. Berdasarkan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, 4

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan bertujuan mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah. Terdapat penelitian tentang dana perimbangan,pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan terhadap kesejahteraan masyarakat. Swandewi (2012) dalam penelitiannya tentang Pengaruh Dana Perimbangan dan Kemandirian Keuangan Daerah terhadap Keserasian Anggaran dan Kesejahteraan Masyarakat pada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa dana perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat pada Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Mirza (2012) dalam penelitiannya tentang pengaruh Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi,dan Belanja Modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009. Yasa dan Arka (2015) dalam penelitiannya tentang pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,dan Disparitas Pendapatan Antar Daerah terhadap kesejahteraan Masyarakat Provinsi Bali.Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Disparitas Pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Bali. 5

Melihat adanya keterkaitan antara dana perimbangan,pertumbuhan ekonomi,disparitas pendapatan antar daerah dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan apa yang dinyatakan pada penelitian sebelumnya,maka dari itu penelitian ini berusaha mengetahui pengaruh dana perimbangan,pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar daerah terhadap kesejahteraan masyarakat Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini mereplikasi penelitian Yasa dan Arka (2015) yang meneliti pengaruh pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar daerah terhadap kesejahteraan masyarakat dengan objek penelitian kota dan kabupaten di provinsi Bali tahun 2001-2012. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada tahun penelitian,objek penelitian dan penambahan variabel dana perimbangan..dengan adanya perbedaan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Bali tahun 2015 yaitu 73,27 dan angka tersebut masuk dalam kategori tinggi (70-80) sedangkan Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 hanya masuk dalam kategori sedang (60-70) dengan Indeks Pembangunan Manusia 69,49 BPS (2015). Maka peneliti termotivasi untuk mengetahui seberapa besar Dana Perimbangan,Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas Pendapatan mempengaruhi Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi Jawa Tengah. Alasan penambahan variabel dana perimbangan adalah untuk mengetahui pengaruh dana perimbangan terhadap kesejahteraan masyarakat kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Tengah dengan jumlah 29 kabupaten dan 6 kota. Dalam beberapa penelitian menemukan hasil dana perimbangan 6

berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat seperti dalam penelitian Swandewi (2014) mendapatkan hasil dana perimbangan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat. Penelitian dari Jayastra,dkk (2015) dana perimbangan berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Sejalan dengan beberapa hasil penelitian,sehingga penambahan variable dana perimbangan tepat untuk di gunakan. B. PerumusanMasalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas,maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah yaitu: 1. Apakah dana perimbangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah? 2. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah? 3. Apakah disparitas pendapatan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan dalam perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh dana perimbangan terhadap kesejahteraan masyarakat pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. 7

2. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap kesejahteraan masyarakatpada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. 3. Untuk mengetahui pengaruh disparitas pendapatan antar daerah terhadap kesejahteraan masyarakat pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak antara lain: 1. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan danpengetahuan mengenai pengaruh dana perimbangan,pertumbuhan ekonomi dan disparitas pendapatan antar daerah terhadap kesejahteraan masyarakat pada kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah 2. BagiAkademik Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi tambahan untuk penelitian selanjutnya dan juga dapat dijadikan sebagai pengembangan literatur akuntansi sektor publik. 3. Bagi Pemerintah Sebagai bagian dari kontribusi kepada pemerintah daerah sebagai bahan acuan, petunjuk dan masukan dalam menjalankan perekonomian. 8