BAB IV METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian

I-I Gambar 5.1. Tampak atas gerusan pada pilar persegi

BAB V SIMULASI MODEL MATEMATIK

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir 2. Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta NIM :

BAB III METODE PENELITIAN

Kata Kunci : Vektor kecepatan, pola aliran, PIV, pemodelan, pilar jembatan 1 Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir 3 Dosen Pembimbing I

Gambar 4.1 Kotak Dialog Utama HEC-RAS 4.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE CSU

ANALISIS MODEL FISIK GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN

BAB VI ANALISIS HIDROLIKA PENAMPANG SUNGAI DENGAN SOFTWARE HEC-RAS

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 6.1 Gerusan Berdasarkan Eksperimen. Gerusan Pilar Ys Kanan Kiri. Jenis Aliran Sub kritik Super kritik. Jenis. Satuan. No.

HEC-RAS Model Matematik Aliran Satu Dimensi (disadur dari buku Manual HEC-RAS)

NASKAH SEMINAR 1. ANALISIS MODEL FISIK TERHADAP GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN (Studi Kasus Pilar Kapsul dan Pilar Tajam Pada Aliran Subkritik)

BAB V ANALISIS HIDROLOGI DAN HIDROLIKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

BAB III METODOLOGI Rumusan Masalah

PEMODELAN & PERENCANAAN DRAINASE

dimana: Fr = bilangan Froude U = kecepatan aliran (m/dtk) g = percepatan gravitasi (m/dtk 2 ) h = kedalaman aliran (m) Nilai U diperoleh dengan rumus:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB VI ANALISIS HIDROLIKA

NASKAH SEMINAR 1. ANALISIS MODEL MATEMATIK GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN DENGAN ALIRAN SUBKRITIK (Studi Kasus Pilar Kapsul dan Pilar Tajam)

SIMULASI ALIRAN 1-DIMENSI PAKET PROGRAM HIDRODINAMIKA HEC-RAS JENJANG LANJUT: JUNCTION AND INLINE STRUCTURES MODUL PELATIHAN DENGAN BANTUAN

PENGARUH VARIASI DEBIT ALIRAN TERHADAP GERUSAN MAKSIMAL DI BANGUNAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM HEC-RAS

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN GENANGAN BANJIR SUNGAI MUKE DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DAN UPAYA PENGENDALIANYA

Nizar Achmad, S.T. M.Eng

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR ANALISIS NUMERIK GERUSAN LOKAL PADA PILAR (Studi Kasus Pilar Persegi dan Pilar Lingkaran, Aliran Subkritik)

SIMULASI ALIRAN 1-DIMENSI HEC-RAS BAHAN KULIAH DENGAN BANTUAN JENJANG DASAR SIMPLE GEOMETRY RIVER

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN. Modul Pelatihan HEC-RAS

PENGARUH BENTUK PILAR JEMBATAN TERHADAP POTENSI GERUSAN LOKAL

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

Gambar 3. 1 Wilayah Sungai Cimanuk (Sumber : Laporan Akhir Supervisi Bendungan Jatigede)

Laju Sedimentasi pada Tampungan Bendungan Tugu Trenggalek

Dosen Pembimbing: Rahmah Dara L., ST. MT.

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

HALAMAN PERNYATAAN. Analisis Model Matematik Gerusan Lokal Pada Pilar Jembatan Dengan Aliran Subkritik (Studi Kasus Pilar Kapsul dan Pilar Tajam)

PEMODELAN ALIRAN 1D PADA BENDUNGAN TUGU MENGGUNAKAN SOFTWARE HEC-RAS

Studi Pengaruh Sudut Belokan Sungai Terhadap Volume Gerusan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III Metode Penelitian Laboratorium

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

sungai, seperti Gambar 2. Di dalam menu tersebut data koordinat potongan melintang sungai dari hasil pengukuran topografi dimasukkan melalui icon

Gambar 3.1 Daerah Rendaman Kel. Andir Kec. Baleendah

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Jenjang Strata-1 (S1), Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

SIMULASI ALIRAN 1-DIMENSI PAKET PROGRAM HIDRODINAMIKA HEC-RAS JENJANG DASAR: SIMPLE GEOMETRY RIVER MODUL PELATIHAN DENGAN BANTUAN

TUGAS AKHIR. Disusun Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 di Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

KAJIAN ANGKUTAN SEDIMEN PADA SUNGAI BENGAWAN SOLO (SERENAN-JURUG)

BAB III METODA ANALISIS

BAB VI ANALISIS HIROLIKA DAN PERENCANAAN KONSTRUKSI

PENGARUH POLA ALIRAN DAN PENGGERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN DENGAN MODEL DUA DIMENSI ABSTRAK

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi

I. PENDAHULUAN. Hujan merupakan komponen masukan yang paling penting dalam proses

KAJIAN KAPASITAS KALI (SUNGAI) WULAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU HEC-RAS 4.0

PENGARUH PASANG SURUT TERHADAP ENDAPAN PADA ALIRAN SUNGAI KAHAYAN DI PALANGKA RAYA

TUGAS AKHIR ANALISIS MODEL FISIK. GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN (Studi Kasus : Pilar Lingkaran dan Pilar Persegi, Aliran Subkritik)

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK BENDUNG TIPE GERGAJI DENGAN UJI MODEL FISIK DUA DIMENSI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM)

BAB III METODA ANALISIS. desa. Jumlah desa di setiap kecamatan berkisar antara 6 hingga 13 desa.

TESIS. Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung. Oleh

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013

STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR

ANALISIS NUMERIK GERUSAN LOKAL PADA PILAR

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran drainase Antasari, Kecamatan. Sukarame, kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung.

PENGARUH BENTUK PILAR TERHADAP PENGGERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN DENGAN MODEL DUA DIMENSI. Vinia Kaulika Karmaputeri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN LABORATORIUM

KAJIAN KEDALAMAN GERUSAN DISEKITAR ABUTMEN JEMBATAN TIPE WING WALL DAN SPILLTHROUGH TANPA PROTEKSI UNTUK SALURAN BERBENTUK MAJEMUK

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini adalah di saluran Ramanuju Hilir, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung.

ANALISIS DAN EVALUASI KAPASITAS PENAMPANG SUNGAI SAMPEAN BONDOWOSO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM HEC-RAS 4.1

PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM)

ANALISIS BENTUK PILAR JEMBATAN TERHADAP POTENSI GERUSAN LOKAL (Model Pilar Berpenampang Bujur Sangkar, Bulat dan Jajaran Genjang) Oleh: Anton Ariyanto

STUDI NUMERIK PERUBAHAN ELEVASI DAN TIPE GRADASI MATERIAL DASAR SUNGAI

ANALISIS POLA ALIRAN PERMUKAAN SUNGAI DENGKENG MENGGUNAKAN HYDROLOGIC ENGINEERING CENTER RIVER ANALYSIS SYSTEM (HEC-RAS)

Transkripsi:

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal jurnal dan segala referensi yang mendukung guna kebutuhan penelitian. Sumber yang diambil adalah sumber yang berkaitan dengan pengaruh adanya gerusan lokal terhadap perbedaan bentuk pilar yang menggunakan penelitian model fisik (Eksperimen). Sumber lain yang penulis kutip juga diambil dari beberapa karya tugas akhir mengenai gerusan lokal. Sedangkan untuk studi literature aplikasi yang digunakan berasal dari modul tata acara penggunaan software Hec-Ras 5.0.3. 4.2 Pengambilan Data (Eksperimen) 1. Bahan Pada penelitian ini, bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut: a. Pasir (sedimen) Pasir yang digunakan berasal dari gunung kidul yang memiliki ukuran butiran tidak seragam yaitu berukuran 0,85 mm sampai 0,075 mm. Volume pasir yang dibutuhkan sebesar 0,23 m3. b. Air yang digunakan sudah tersedia di laboratorium Keairan dan Lingkungan jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keairan dan Lingkungan Jurusan Teknik Sipil, dengan peralatan sebagai berikut: 21

22 a. Multy Purpoese Teaching Flume Eksperimen dilakukan pada alat flume test dengan panjang saluran 5,00 meter, lebar 0,46 meter dan tinggi 0,4 meter. Bagian utama pada alat ini terbuat dari acrylic dengan tebal 10 milimeter yang dibentuk seperti saluran terbuka dengan penampang persegi. Secara keseluruhan, flume test dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu upstream channel, middle channel (observation area), dan downstream channel. Pada bagian flume test sebelum upstream channel terdapat bagian dissipation energy channel yang terbuat dari bak fiber dengan panjang 1,50 meter dan lebar 0,75 meter. Pada bagian ini, turbulensi/olakan air yang dipompa masuk ke dalam flume test dengan jet pump dengan input dari bak penampung diredam menggunakan synthetic grass sebelum dialirkan masuk bagian upstream channel. Pada bagian upstream channel air di yang mengalir diberikan ruang untuk kestabilan aliran sebelum memasuki area observasi atau pengamatan dan selanjutnya mengalir pada bagian downstream channel. Setelah itu, air yang mengalir akan masuk bagian bak pengukur (discharge measurement channel) dengan panjang 1,50 meter dan lebar 0,70 meter. Pada bagian ini, jarak 1,00 m dari bagian hulu, terdapat ambang peluap segitiga (Thompson s Weir) untuk mengetahui debit air terukur dalam flume test. Air kemudian mengalir ke bak penampung akhir dan kembali dipompa ke bak penampung awal untuk kembali disirkulasi selama proses eksperimen. Gambar 4.1 menunjukkan skema alat percobaan (flume test) dari tampak atas dan tampak samping

23 Saluran Pengukur Debit 1.50 m Peredam Energi Hulu Aliran 1.50 m 1.25 m Daerah Observasi 2.50 m Hilir Aliran 1.25 m Bak Penampung Air Tampungan Air di Hulu Saluran Air (a) (4) (2) (3) (5) (1) (1) (b)

24 (1) (2) Jet Pump Synthetic (3) Laser Gauge (5) (4) Camera Grass Thompson s Weir Gambar 4. 1 Skema alat percobaan flume test, (a) tampak atas dan (b) tampak perspektif samping. b. Stopwatch Alat ini digunakan untuk menentukan waktu tiap satuan waktu yang ditentukan untuk pengambilan data kedalaman gerusan, pola aliran, kecepatan aliran pada saat running. Alat ini juga digunakan bersamasama alat tampung air untuk mngukur debit aliran pada flume. c. Laser Gauge Alat ini digunakan untuk mengukur elevasi dasar saluran dan kedalaman gerusan. d. Waterpass Alat ini digunakan untuk mengetahui perbedaan ketinggian dari suatu tempat. e. Mistar dan Meteran Alat ini digunakan untuk mengukur tinggi muka air dengan meletakkan mistar tersebut pada dinding saluran transparan pada bagian hulu, tengah dan hilir serta acuan guna pembacaan data kedalaman gerusan di sekitar pilar. Skala di tulis di pilar untuk membaca proses gerusan ketika running. f. Model pilar Model pilar yang digunakan terbuat dari plat besi dengan bentuk dan ukuran model pilar yang digunakan adalah pilar dengan bentuk penampang segi empat dengan tinggi 15 cm dan panjang sisi 7,62 cm,

25 pilar dengan bentuk lingkaran dengan tinggi 15 cm, diameter lingkaran 7,62 cm. 7,62 cm 15 cm Tampak atas pilar lingkaran Tampak perspektif pilar lingkaran 7,62 cm 15 cm 7,62 cm Tampak atas pilar segi empat Tampak perspektif pilar segi empat Gambar 4.2 Model pilar yang digunakan. g. Thompson s Weir (sudut 900) Alat ini digunakan untuk mengukur debit yang mengalir pada saluran (flume). Peluap segitiga ini terbuat dari bahan acrylic. h. Jet Pump Alat ini digunakan untuk memmompa air untuk disalurkan menuju flume

26 i. Sediment tracking Alat ini digunakan untuk menganalisis kecepatan aliaran pada saluran dengan cara menaburkan sediment tracking pada aliran yang sudah stabil. Sediment tracking ini berupa manik-manik berwarna putih. j. Kamera 120 fps Kamera digunakan untuk pengambilan data serta dokumentasi selama percobaan berlangsung. 3. Persiapan Pelaksanaan Eksperimen a. Pembuatan miniatur pilar yang terbuat dari plat besi dengan bentuk dan ukuran model pilar yang digunakan adalah pilar dengan bentuk penampang segi empat dengan tinggi 15 cm dan panjang sisi 7,62 cm, pilar dengan bentuk lingkaran dengan tinggi 15 cm, diameter lingkaran 7,62 cm. b. Menyiapkan material dasar saluran (pasir) yang berukuran 0,085 mm sampai 0,075 mm. c. Material dasar saluran disebarkan disepanjang flume dengan tebal 10 cm, lebar saluran 46 cm. d. Melakukan pengecekan terhadap peralatan yang digunakan dalam penelitian, memastikan alat dalam keadaan baik dan layak untuk digunakan. e. Melakukan pengecekan terhadap stopwatch yang akan digunakan. f. Memastikan alur running. 4. Kasus Eksperimen dan Properti Material a. Setelah pasir ditebarkan dalam flume serta miniatur pilar terpasang, pompa dihidupakan dengan debit yang telah ditentukan. b. Kamera yang terpasang pada bagian peluap segitiga, bagian atas saluran, dan dinding saluran siap dihidupkan c. Memastikan tinngi muka air pada saluran dan tinggi air pada peluap segitiga stabil pada menit ke-1, kemudian manik-manik (sediment tracking) siap ditaburkan.

27 d. Running dihentikan apabila kolam penampung sudah penuh selama 7 menit. e. Percobaan dilanjutkan kembali dengan mengganti bentuk pilar. pasir ditebarkan dan diratakan kembali. Pada penelitian ini dilakukan pengujian dalam kondisi aliran subkritis dengan slope 0.004 dan dasar saluran movable bed, jenis dasar saluran movable bed menggunakan material sedimen heterogen dengan diameter berukuran 0,085 mm sampai 0,075 mm, sepanjang saluran dengan tebal sedimen 10 cm. Kondisi setiap pengujian ditunjukkan oleh Gambar 4.3. water surface Slope 0.004 movable bed Gambar 4.3. Pengujian pada kondisi moveable bed. Untuk memperoleh data yang diperlukan, beberapa penyederhanaan dilakukan pada penelitian ini, diantaranya: a. Saluran dimodelkan dengan penampang persegi dan berbentuk lurus memanjang. b. Pengaruh vegetasi pada pengujian tidak dimodelkan. c. Pengujian dalam kondisi movable bed dilakukan penyeragaman dasar saluran (gradasi uniform) pada diameter 1,00 milimeter.

28 d. Bagian awal dan akhir flume test pada kondisi movable bed diberikan peredam gerusan berupa beronjong kerikil untuk meminimalisir terjadinya gerusan berlebih pada area upstream dan downstream. water surface sediment tracking movable bed Gambar 4.4. Kondisi dasar saluran pada flume kondisi movable bed. 4.3 Metode Eksperimen Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara; pertama pengamatan pergerakan aliran air dan sedimen secara lateral atau memanjang dan yang kedua pengamatan berdasarkan profil potongan melintang pada saluran. Pergerakan aliran air diamati dengan menggunakan bantuan sediment tracking, butiran plastik dengan diameter 5,00 milimeter, yang ditaburkan ke dalam area flume dalam interval waktu tertentu. Pergerakan aliran air secara lateral atau memanjang dan secara cross sectional atau melintang diamati menggunakan kamera yang diletakkan di atas area observasi untuk merekam dan mengambil gambar pergerakan sediment tracking selama pengujian dilakukan. Pergerakan sediment tracking tersebut kemudian menjadi dasar dalam analisa untuk vektor kecepatan aliran air dalam dua dimensi. Sedangkan pengamatan pada dasar saluran, khususnya untuk pengujian dengan movable bed dilakukan pengukuran berkala menggunakan alat laser gauge pada beberapa section untuk memperoleh potongan melintang dasar saluran. Pengambilan data cross section dilakukan setelah aliran air dalam flume berhenti. Pengukuran debit aliran air dilakukan pada bagian bucket atau bak penampung akhir setelah air mengalir melewati downstream channel. Untuk

29 pengujian pada kondisi movable bed, sedimen yang bergerak karena pengaruh gaya yang diberikan oleh aliran air ditangkap menggunakan sediment trap, kain berpori-pori kecil, pada bagian bucket sebelum jatuh mengalir ke area pengukuran debit. Peluap segitiga yang diletakkan di dalam area bucket digunakan untuk mengukur debit aliran yang mengalir pada flume test selama pengujian dilakukan. Kalibrasi peluap segitiga dilakukan pada koefisien debit dengan variasi debit aliran terukur sebelum pengujian dilakukan. 4.4 Simulasi Model Matematik (HEC-RAS) Dalam mempelajari aliran hidraulika, maka perlu dilakukan pemodelan/ simulasi yang dapat menggambarkan kondisi suatu saluran. HEC-RAS 5.0.3 adalah salah satu software yang dapat digunakan untuk pemodelan. HECRAS 5.0.3 merupakan model satu dimensi aliran permanen (steady flow) dan satu/dua dimensi aliran tak permanen (unsteady flow). Pada analisa ini dapat dilakukan menggunakan steady flow untuk menganalisa gerusan yang terjadi disekitar pilar dengan metode Colorado State University (CSU). 4.5 Analisis Hasil Hasil perolehan data aliran untuk setiap pilar dengan debit yang sama. Selanjutnya akan diperoleh vektor kecepatan aliran melalui analisis rekaman sediment tracking, selain itu diperoleh data coss section melintang saluran dan memanjang saluran sehingga dapat dianalisis kedalaman gerusan yang terjadi pada setiap pilar. Selanjutnya dilakukan analisis perbandingan gerusan yang terjadi antara hasil eksperimen dan model matematik (HEC-RAS) dengan menggunakan Formula Colorado State University (CSU).

30 4.6 Alur Simulasi Model Matematik (HEC-RAS) Mulai Input Data : 1. Geometri dan debit 2. Layout 3. Cross section Manning (n) Simulasi Aliran Apakah V simulasi = V eksperimen H simulasi = H eksperimen Ya Parameter Aliran Simulasi - H, Kedalaman -V, Kecepatan (Input Variabel CSU) K1,K2,K3,K4, V1, Y1, Angle, D50, dan D95 Proses Simulasi Gerusan A Tidak

31 A Apakah Kedalaman Gerusan Simulasi = Kedalaman Gerusan Eksperimen Tidak Ya Selesai Gambar 4.5. Flowchart simulasi model matematik. 4.7 Data yang Diinput Diketahui untuk simulasi pemodelan matematik dibutuhkan parameter yang mendukung untuk simulasi dapat dilakukan, berikut adalah parameter yang dibutuhkan untuk me-running pemodelan pada HEC-RAS. Tabel 4.1. Parameter hidraulika eksperimen pada aliran subkritik No Parameter Nilai Satuan 1 Panjang Saluran 5,00 m 2 Lebar Saluran utama 0,46 m 3 Kedalaman Aliran Hulu 0,028 m 4 Angka Slope 0,004 5 Angka Manning 0,01151 6 Debit Aliran 0,00437 m3/s

32 No Parameter 7 8 Nilai Satuan Kecepatan Aliran Persegi 0,3211 m/s Lingkaran 0,3125 m/s a. Dimensi Pilar Persegi Panjang 0,0762 Lebar 0,0762 m m b. Dimensi Pilar Lingkaran m Diameter 0,0762 9 Ukuran Sedimen 50% (D50) 0.975 mm 10 Ukuran Sedimen 95% (D95) 1.860 mm 11 Angka Froude, F 0,5596 4.8 Langkah - Langkah Simulasi HEC-RAS 1. Buka software HEC-RAS 5.0.3 Untuk membuka software HEC-RAS dapat dilakukan dengan klik icon HEC-RAS pada desktop lalu akan muncul layar seperti Gambar 4. 6. Gambar 4.6. Tampilan awal HEC-RAS 5.0.3. 2. Membuat project baru a. Langkah langkah untuk membuat project baru dengan cara: Klik menu file Klik new project (lihat Gambar 4.7)

33 Gambar 4.7. Langkah membuat project baru. b. Pilih penyimpanan dan folder yang akan digunakan pada kolom title beri nama file yang akan dibuat OK (Gambar 4.8) Gambar 4.8. Langkah membuat project baru. 3. Memilih satuan. Klik menu options unit system (Gambar 4.9) pilih system international (metric system) OK (Gambar 4.10). Gambar 4.9. Langkah memilih satuan. Gambar 4.10. Langkah memilih satuan.

34 4. Menginput data geometri a. Klik icon untuk menginput/mengedit data geometri. Gambar 4.11. Langkah menginput data geometri. Gambar 4.12. Langkah menginput data geometri. b. Klik icon river reach untuk membuat skema saluran sesuai dengan bentuk sungai yang diinginkan, alur sungai dibuat dari hulu ke hilir Klik dua kali untuk mengakhiri pembuatan saluran Beri nama pada kolom river dan reach (Gambar 4.13). Gambar 4.13. Langkah menginput data geometri.

35 Gambar 4.14. Skema saluran. 5. Menginput tampang melintang saluran. a. Klik icon cross section Akan muncul tampilan editor tampang melintang Klik options klik add new cross section untuk membuat tampang melintang saluran yang baru (Gambar 4.15) beri nama tampang melintang yang akan dibuat OK (Gambar 4.16). Gambar 4.15. Langkah membuat tampang melintang saluran baru. b. Isi kolom river station dengan penomoran cross section isi kolom station dengan titik titik koordinat yang diawali dari bagian kiri dan elevation dengan titik elevasi isi kolom downstream reach lengths dengan LOB (left overbank) jarak antar bantaran kiri, Channel (main

36 channel) jarak saluran utama, dan ROB (right overbank) jarak antar bantaran kanan Isi koefisien manning pada manning s n values isi kolom main channel bank station untuk menemtukan batas bibir saluran Klik tombol apply data untuk menampilkan data yang telah dibuat. Gambar 4.16. Tampang melintang pada river station 10 (hulu). c. Untuk membuat cross section yang lain cukup klik options klik copy current cross section (Gambar 4.17) isikan kolom river station sesuai dengan urutan tampang (Gambar 4.18). Gambar 4.17. Langkah meng-copy tampang lintang.

37 Gambar 4.18. Langkah meng-copy tampang lintang. Gambar 4.19. Skema saluran dan tampang lintangnya. 6. Membuat struktur melintang pada sungai a. Klik icon bridge culvert data Klik menu options Klik add a bridge and/or culvert untuk membuat data baru (Gambar 4.20) isikan river station dimana struktur berada OK (Gambar 4.21). Gambar 4.20. Langkah membuat/menambahkan struktur melintang sungai.

38 Gambar 4.21. Langkah membuat/menambahkan struktur melintang sungai. b. Klik options Pilih internal bridge cross section untuk menginput tampang melintang pada struktur (Gambar 4.22) Isikan tampang melintang pada struktur OK (Gambar 4.23). Gambar 4.22. Langkah menginput tampang melintang struktur (Jembatan). Gambar 4.23. Langkah menginput tampang melintang struktur (Jembatan).

39 c. Klik icon deck / roadways untuk menginput lantai jembatan (Gambar 4.24) Isikan data elevasi lantai jembatan sisi atas dan sisi bawah Klik tombol copy US to DS OK (Gambar 4.25). Gambar 4.24. Langkah menginput data lantai jembatan. Gambar 4.25. Langkah menginput data lantai jembatan. d. Klik icon Pier untuk menginput data pilar jembatan (Gambar 4.26) Isi letak pilar jembatan pada centreline station upstream dan centreline station downstream Isi tebal pilar pada pier width isi elevasi pilar pada elevation Klik tombol copy up to down untuk menyalin data pilar hulu ke hilir OK (Gambar 4.27).

40 Gambar 4.26. Langkah menginput data pilar jembatan. Gambar 4.27. Langkah menginput data pilar jembatan. e. Klik icon sloping abutment untuk menginput data abutmen (Gambar 4.28) Isi data abutmen bagian kiri dengan memasukan stasiun dan elevasi abutmen (Gambar 4.29) Klik add Isi data abutmen bagian kanan OK (Gambar 4.30).

41 Gambar 4.28. Langkah menginput data abutmen jembatan. Gambar 4.29. Langkah menginput data abutmen jembatan. Gambar 4.30. Langkah menginput data abutmen jembatan.

42 f. Klik icon HTab Param (Gambar 4.31) Isi elevasi muka air maksimum pada head water maximum elevation OK (Gambar 4.32). Gambar 4.31. Langkah menginput parameter hidraulik jembatan. Gambar 4.32. Langkah menginput parameter hidraulik jembatan. Gambar 4.33. Hasil input bridge culvert data. 7. Klik menu file Klik save geometry data (Gambar 4.34)

43 Gambar 4.34. Langkah menyimpan data geometri. 8. Menginput data debit a. Klik icon steady flow untuk menginput data debit (Gambar 2.35) Klik menu file New flow data (Gambar 2.36) Beri nama untuk file yang dibuat dan pilih folder penyimpanan OK (Gambar 2.37). Gambar 4.35. Langkah membuat data debit. Gambar 4.36. Langkah membuat data debit.

44 Gambar 4.37. Langkah membuat data debit. b. Pada kolom PF1 isi dengan data debit (Gambar 2.38) Klik tombol reach boundary conditions Pada kolom upstream dan downstream klik tombol normal depth lalu diisi dengan nilai kemiringan saluran (slope) (Gambar 2.39) OK (Gambar 2.40). Gambar 4.38. Langkah menginput data debit. Gambar 4.39. Langkah menginput data debit.

45 Gambar 4.40. Langkah menginput data debit. c. Klik menu file Klik save flow data (Gambar 2.41) Gambar 4.41. Langkah menyimpan data debit. 9. Klik icon untuk menampilkan simulasi debit steady yang telah dibuat (Gambar 2.42) Klik file > new plan data beri nama file dan short ID dan klik mixed pada flow regime lalu klik compute (Gambar 2.43) Jika proses running steady flow telah berhasil maka klik tombol close (Gambar 2.44) Gambar 4.42. Langkah running data steady flow.

46 Gambar 4.43. Langkah running data steady flow. Gambar 4.44. Langkah running data steady flow. 10. Menginput data hidraulik a. Klik icon hydraulic design computations (Gambar 2.45) Klik menu file Klik new hydraulic design data (Gambar 2.46).

47 Gambar 4.45. Langkah membuat data hidraulik. Gambar 4.46. Langkah membuat data hidraulik. b. Mengisi data untuk simulasi gerusan pilar (Gambar 2.47) Pilih pier untuk mensimulasi gerusan yang ada dipilar Klik maximum V1 Y1 Pada pier# pilih apply to all piers Pada shape pilih bentuk pilar (square nose:ujung pilar berbentuk kotak ; round nose:ujung pilar cylindrical:pilar berbentuk lingkaran ; berbentuk lingkaran ; sharp nose:ujung pilar berbentuk tajam; group of cylinders: pilar dari kumpulan lingkaran)

48 Pada a isi dengan tebal pilar Pada D50 isi dengan diameter sedimen saat 50% Y1 diisi dengan kedalaman aliran hulu V1 diisi dengan kecepatan rata-rata Fr1 akan terisi secara otomatis Pada method pilih CSU equation untuk menggunakan persamaan CSU K1 diisi dengan faktor koreksi bentuk penampang pilar Angle diisi berdasarkan sudut datang aliran pada pilar L diisi dengan panjang pilar K2 diisi dengan faktor koreksi arah datang aliran air K3 diisi dengan faktor koreksi kondisi dasar permukaan dan gundukan K4 diisi dengan faktor koreksi ketahanan dasar saluran Pada D95 isi dengan diameter sedimen saat 95% c. Klik compute untuk memulai simulasi gerusan (Gambar 2.47) Gambar 4.47. Langkah mengisi data simulasi gerusan

49 Gambar 4.48. Hasil simulasi gerusan pada pilar.