BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis, sejenis bakteri berbentuk batang (basil) tahan asam

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan penduduk Indonesia. Mycrobacterium Tuberculosis (Mansyur, 1999). Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. berobat dan putus berobat selama 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembagan laju penyakit di Indonesia dewasa ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit TB paru di Indonesia masih menjadi salah satu penyakit yang

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. menjangkit jutaan orang tiap tahun dan menjadi salah satu penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. infeksi di seluruh dunia setelah HIV. Pada tahun 2014, WHO melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di seluruh dunia. Sampai tahun 2011 tercatat 9 juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. penyakit di seluruh dunia, setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). negatif dan 0,3 juta TB-HIV Positif) (WHO, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

2016 GAMBARAN MOTIVASI KLIEN TB PARU DALAM MINUM OBAT ANTI TUBERCULOSIS DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT DUSTIRA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

I. PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis masih

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh kuman dari kelompok Mycobacterium

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif yaitu tahun,

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90


Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012) sepertiga populasi dunia yaitu sekitar dua milyar penduduk terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Lebih dari 8 juta populasi terkena TB aktif setiap tahunnya dan sekitar 2 juta meninggal. Lebih dari 90% kasus TB dan kematian berasal dari negara berkembang salah satunya Indonesia (Depkes RI, 2012) Menurut World Health Organization sejak tahun 2010 hingga Maret 2011, di Indonesia tercatat 430.000 penderita TB paru dengan korban meninggal sejumlah 61.000. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan kejadian tahun 2009 yang mencapai 528.063 penderita TB paru dengan 91.369 orang meninggal (WHO Tuberculosis Profile, 2012). Di Indonesia, tuberculosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dengan jumlah menempati urutan ke-3 terbanyak di dunia setelah Cina dan India, dengan jumlah sekitar 10% dari total jumlah pasien tuberculosis di dunia. Diperkirakan terdapat 539.000 kasus baru dan kematian 101.000 orang setiap tahunnya. Jumlah kejadian TB paru di Indonesia yang ditandai dengan adanya Basil Tahan Asam (BTA) positif pada pasien adalah 110 per 100.000 1

2 penduduk (Riskesdas, 2013). Di Jawa Tengah angka penemuan penderita TB paru dengan BTA positif tahun 2005 sebanyak 14.227 penderita, dengan rata-rata kasus atau case detection rate (CDR) sebesar 40,09% meningkat menjadi 17.318 penderita dengan CDR 49,82% tahun 2006. Berdasarkan data terbaru di provinsi Jawa Tengah sebesar 107/100.000 penduduk yang terdeteksi atau case detection rate (CDR) per kabupaten capainnya dibawah rata-rata sebanyak 18 Kabupaten dengan angka terendah berada di Kabupaten Boyolali (Riskesdas, 2013). Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus menyebutkan terjadi peningkatan kasus TB paru di Kabupaten Kudus pada tahun 2013. Angka kejadian TB paru pada tahun 2013 sebesar 130/100.000 penduduk, dengan tambahan kasus baru sebesar 53,72% dan persentase kasus tuberculosis yang dapat disembuhkan sebesar 89,3%. Puskesmas Jekulo adalah salah satu puskesmas di Kabupaten Kudus mengalami peningkatan penderita TB paru pada tahun 2012 angka CDR sebesar 55,1%, menjadi 60,9% pada tahun 2013 dan tahun 2014 meningkat menjadi 72,94% (Dinkes Kudus, 2013). Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis (Hiswani, 2004). Penularan melalui perantara ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberculosis paru (Depkes RI, 2012). Pengobatan TB paru dapat dilaksanakan secara tuntas dengan kerjasama yang baik antara penderita TB Paru

3 dan tenaga kesehatan atau lembaga kesehatan, sehingga penyembuhan pasien dapat dilakukan secara maksimal (Aditama, 2006) Penanganan TB paru oleh tenaga dan lembaga kesehatan dilakukan menggunakan metode Direct Observe Treatment Shortcourse (DOTS) atau observasi langsung untuk penanganan jangka pendek. DOTS terdiri dari lima hal, yaitu komitmen politik, pemeriksaan dahak di laboratorium, pengobatan berkesinambungan yang harus disediakan oleh negara, pengawasan minum obat dan pencatatan laporan (Resmiyati, 2011). Pasien tuberculosis yang menjalani tahap pengobatan di Puskesmas Jekulo pada bulan Agustus 2015 sebanyak 39 orang. Selama pengobatan terdapat pasien yang gagal sebanyak 16,6% yang artinya dari 39 orang penderita TB paru, lima diantara penderita tersebut, kembali berobat setelah lost to follow up atau berhenti berobat paling sedikit 2 bulan dengan pengobatan kategori 2 (kasus kambuh atau gagal dengan BTA positif) serta hasil pemeriksaan dahak menunjukkan BTA positif. Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan pasien dan dukungan dari keluarga. Tidak ada upaya dari diri sendiri atau motivasi dari keluarga yang kurang memberikan dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi kepatuhan pasien untuk mengkonsumsi obat. Apabila ini dibiarkan, dampak yang akan muncul jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya kuman tuberculosis yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi dan kuman tersebut terus menyebar pengendalian obat tuberculosis akan

4 semakin sulit dilaksanakan dan meningkatnya angka kematian terus bertambah akibat penyakit tuberculosis (Amin dan Bahar, 2007). Dari survei dengan cara observasi dan wawancara dengan lima orang penderita TB paru yang gagal di wilayah kerja Puskesmas Jekulo, empat dari lima orang penderita mengatakan bahwa mereka tidak tahu tentang penyakit TB paru yang dideritanya, penderita hanya mengatakan bahwa penyakitnya hanya batuk biasa dan biasanya langsung sembuh sendiri. Selain itu penderita juga mengatakan tidak mengetahui tentang apa itu TB paru, apa gejalanya, bagaimana penularanya dan bagaimana cara pengobatannya. Penderita TB paru mengatakan tidak tahu upaya apa yang harus dilakukan untuk menyembuhkan penyakitnya. Mereka juga tidak tahu jangka waktu pengobatanya oleh karena itu mereka tidak disiplin dalam minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan tentang kepatuhan pengobatan penyakit TB paru masih sangat kurang. Hasil observasi menunjukan bahwa masalah utama para penderita adalah kurangnya perilaku hidup bersih antara lain rumah yang lembab, kurangnya pencahayaan pada siang hari dan lingkungan rumah yang kotor. Berdasarkan hasil wawancara dengan keluarga penderita TB paru di wilayah kerja Puskesmas Jekulo, tiga dari lima keluarga penderita mengatakan bahwa mereka tidak tahu tentang penyakit TB paru, dan bahaya penularan untuk orang disekitarnya. Mereka kurang memperdulikan penyakit TB paru sehingga sering bergantian peralatan makan dan minum dengan penderita TB paru tanpa dicuci terlebih dahulu. Keluarga juga mengatakan bahwa dukungan keluarga

5 sangatlah kurang karena alasan kesibukan masing-masing. Karena kurangnya perhatian dan dukungan keluarga, penderita terkadang lupa minum obat secara rutin. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan dan perhatian keluarga terhadap kepatuhan minum obat penderita TB paru masih sangat kurang. Dari survey pendahuluan di Puskesmas Jekulo didapatkan hasil banyaknya masalah ketidakpatuhan minum obat. Hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya penderita yang tidak cepat sembuh dan sakitnya semakin lama karena mereka tidak minum obat secara teratur, malas berobat dan kurangnya dukungan keluarga. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian tentang Hubungan pengetahuan tuberculosis dan dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Jekulo Kabupaten Kudus B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini apakah pengetahuan penderita tuberculosis dan dukungan keluarga berpengaruh terhadap kepatuhan minum obat tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Jekulo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan penderita tuberculosis dan

6 dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Jekulo. 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : a. Pengetahuan penderita tuberculosis tentang dengan kepatuhan minum obat tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Jekulo Kudus. b. Dukungan keluarga terhadap kepatuhan minum obat tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Jekulo Kudus. c. Kepatuhan minum obat tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Jekulo Kudus. d. Hubungan pengetahuan penderita tuberculosis dengan kepatuhan minum obat tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Jekulo Kudus. e. Hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat tuberculosis di wilayah kerja Puskesmas Jekulo Kudus. D. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti Untuk mengembangkan wawasan dari ilmu keperawatan khususnya penyakit tuberculosis paru dan pengalaman langsung dalam melakukan penelitian. 2. Bagi puskesmas Sebagai bahan informasi untuk menentukan strategi dalam pemberantasan penyakit tuberculosis dan salah satu masukan informasi tentang salah satu

7 faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat. 3. Bagi institusi pendidikan Sebagai bahan atau sumber data bagi peneliti berikutnya dan bahan pertimbangan bagi yang berkepentingan untuk melanjutkan penelitian sejenis dan untuk publikasi ilmiah baik jurnal nasional maupun internasional 4. Bagi pengembangan riset keperawatan Memberikan informasi dalam pengembangan ilmu keperawatan terutama dalam keperawatan komunitas yang menjadi masalah kesehatan pada masyarakat. 5. Bagi masyarakat Menambah informasi mengenai penyakit tuberculosis paru dan pengobatannya sehingga dapat digunakan oleh masyarakat untuk membantu progam pemerintah dalam pemberantasan tuberculosis paru. 6. Bagi peneliti lain Menambah referensi, pengetahuan, informasi dan penyempurnaan penelitian untuk selanjutnya mengenai penyakit TB paru. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang TB paru antara lain : 1. Pasek (2013) Meneliti hubungan persepsi dan tingkat pengetahuan penderita tuberculosis paru dengan kepatuhan pengobatan. Lokasi penelitian Puskesmas Buleleng 1. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif observasional analitik cross

8 sectional. Penentuan sampel dilakukan secara simple random sampling. Besar populasi yang digunakan adalah 82 dan sampel berjumlah 40 orang. Pengujian hubungan antar variabel dengan analisis Regresi Logistik. Hasil penelitian Penderita TB paru dengan persepsi positif memiliki kemungkinan patuh dalam pengobatan sebesar 21,41 kali lebih besar daripada yang memiliki persepsi negatif. Hubungan tersebut signifikan (p= 0.018; OR= 21,41; CI 95% 1,69-270,86). Tingkat pengetahuan baik memiliki kemungkinan 16,81 kali lebih besar patuh terhadap pengobatan TB paru daripada yang tidak baik. Hubungan tersebut signifikan (p= 0,040; OR= 16,81; CI 95% 1,13-248, 574). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variable, metode dan lokasi penelitian. 2. Sholikhah (2012) meneliti hubungan antara tingkat pengetahuan dan mutu pelayanan kesehatan terhadap kepatuhan minum obat penderita tuberculosis paru. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Puskesmas Gatak Sukoharjo. Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Korelatif dengan Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan Propotional Random Sampling. Analisis statistik yang digunakan adalah Uji Kolmogorov Smirnov. Populasi penelitian sebanyak 65 orang dengan sampel 40 responden. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa hasil nilai uji pertama tentang hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan penderita minum obat penderita TB paru di Puskesmas Gatak adalah p value = (0,000 < 0,05) dengan nilai korelasi 2,669. Dan hasil kedua tentang hubungan mutu pelayanan kesehatan

9 terhadap kepatuhan penderita minum obat TB Paru di Puskesmas Gatak adalah p value = (0,498 > 0,05) dengan nilai korelasi 0,829. Peneliti tersebut menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat penderita TB Paru. Namun, tidak ada hubungan antara mutu pelayanan kesehatan terhadap kepatuhan minum obat penderita TB Paru. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel dan lokasi penelitian.