BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISA PERFORMANSI BWA

Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang)

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA. radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A.

PERANCANGAN JALUR GELOMBANG MIKRO 13 GHz TITIK KE TITIK AREA PRAWOTO UNDAAN KUDUS Al Anwar [1], Imam Santoso. [2] Ajub Ajulian Zahra [2]

BAB III PERENCANAAN MINILINK ERICSSON

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI TRANSMISI MICROWAVE RADIO LINK DIGITAL

Kata Kunci : Radio Link, Pathloss, Received Signal Level (RSL)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Hasil Perhitungan Link Budget

LINK BUDGET. Ref : Freeman FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan adalah dengan melakukan pengukuran interference test yaitu

BAB IV PERENCANAAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING

ANALISIS COVERAGE AREA WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) b DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

Perancangan Jalur Gelombang Mikro 13 Ghz Titik Ke Titik Area Prawoto Undaan Kudus

BAB IV ANALISIS PERENCANAAN MINILINK ERICSSON

Sistem Transmisi KONSEP PERENCANAAN LINK RADIO DIGITAL

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS PERFORMANSI PERANGKAT SIEMENS RADIO ACCESS LOW CAPACITY

Materi II TEORI DASAR ANTENNA

BAB IV ANALISIS KEGAGALAN KOMUNIKASI POINT TO POINT PADA PERANGKAT NEC PASOLINK V4

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

ANALISIS LINK BUDGET PADA PEMBANGUNAN BTS ROOFTOP CEMARA IV SISTEM TELEKOMUNIKASI SELULER BERBASIS GSM

PERANCANGAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING

PERANCANGAN JARINGAN TRANSMISI GELOMBANG MIKRO PADA LINK SITE MRANGGEN 2 DENGAN SITE PUCANG GADING

Survei Topografi dalam Penentuan Line of Sight (LoS) BTS (Base Transceiver Station)

BAB IV DATA DAN ANALISA SERTA APLIKASI ANTENA. OMNIDIRECTIONAL 2,4 GHz

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan oleh adanya penempatan BTS (Base Tranceiver Station) untuk

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

Radio dan Medan Elektromagnetik

Istilah istilah umum Radio Wireless (db, dbm, dbi,...) db (Decibel)

PENGARUH SPACE DIVERSITY TERHADAP PENINGKATAN AVAILABILITY PADA JARINGAN MICROWAVE LINTAS LAUT DAN LINTAS PEGUNUNGAN

TEKNIK DIVERSITAS. Sistem Transmisi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini dirasakan sangat

Pengukuran Coverage Outdoor Wireless LAN dengan Metode Visualisasi Di. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

BAB IV EVALUASI KINERJA SISTEM KOMUNIKASI SATELIT

BAB III SISTEM JARINGAN TRANSMISI RADIO GELOMBANG MIKRO PADA KOMUNIKASI SELULER

BAB IV. Pada bab ini akan dibahas mengenai perhitungan parameter-parameter pada. dari buku-buku referensi dan dengan menggunakan aplikasi Java melalui

4.2. Memonitor Sinyal Receive CPE/SU Full Scanning BAB V. PENUTUP Kesimpulan Saran...

PERFORMA TRANSMISI DAN PROPAGASI RADIO PADA JARINGAN WLAN

SIMULASI LINK BUDGET PADA KOMUNIKASI SELULAR DI DAERAH URBAN DENGAN METODE WALFISCH IKEGAMI

BAB III PERFORMANSI AKSES BWA

SURVEI TOPOGRAFI UNTUK MENENTUKAN GARIS TAMPAK PANDANG BASE TRANSCEIVER STATION (BTS)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


BAB II JARINGAN MICROWAVE

ANALISIS UNJUK KERJA RADIO IP DALAM PENANGANAN JARINGAN AKSES MENGGUNAKAN PERANGKAT HARDWARE ALCATEL-LUCENT 9500 MICROWAVE PACKET RADIO (MPR)

Perancangan Sistem Komunikasi Radio Microwave Antara Onshore Dan Offshore Design of Microwave Radio Communication System Between Onshore and Offshore

ANALISIS PERHITUNGAN FRESNEL ZONE WIRELESS LOCAL AREA NETWORK (WLAN) DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR RADIO MOBILE

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV ANALISA DAN IMPLEMENTASI RADIO COMBA DI BANK MANDIRI TAMAN GALAXY

BAB III PERANCANGAN SISTEM

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY

SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei 2014

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN Analisis Hasil Pengukuran di Area Sekitar UMY

SALURAN GELOMBANG MIKRO

Spektrum Electromagnetic

BAB III FUNGSI DAN DASAR KERJA RADIO COMBA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA JARINGAN

BAB III IMPLEMENTASI JARINGAN VSAT

BAB III. sebagai penghubung antara suatu jaringan dengan jaringan yang lainnya. Oleh karena

PEMBUATAN PERANGKAT APLIKASI PEMANFAATAN WIRELESS SEBAGAI MEDIA UNTUK PENGIRIMAN DATA SERIAL

BAB III IMPLEMENTASI VSAT PADA BANK MANDIRI tbk

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

BAB IV DATA DAN ANALISA

LAPORAN PENELITIAN PRODUK TERAPAN OPTIMALISASI KINERJA JARINGAN TELEKOMUNIKASI UNTUK PENCAPAIAN JAKARTA SEBAGAI KOTA RAMAH LINGKUNGAN PENGUSUL

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi baik dari manusia maupun dunia maya semakin

ANALISIS, PERANCANGAN, DAN IMPLEMENTASI JARINGAN WIRELESS POINT TO POINT ANTARA KAMPUS A DAN KAMPUS B UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

Guide Media Unguide Media

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN MASALAH

BAB IV PENGUKURAN ANTENA

PT Berca Cakra Teknologi. Cambium Networks

BAB 4 ANALISIS PERFORMANSI JARINGAN

BAB IV ANALISA SISTEM PROTEKSI MS-SP RING PADA RING 2

Transmisi Signal Wireless. Pertemuan IV

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BABII. LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGUJIAN S-PARAMETER PADA PERANGKAT DUPLEXER DAN KABEL COAXIAL DENGAN FREKUENSI MHz

METODE PENGUJIAN ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

BAB III RADIO MICROWAVE

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO

Antenna NYOMAN SURYADIPTA, ST, CCNP

Wireless Fundamentals

ULANGAN HARIAN JARINGAN NIRKABEL

PERENCANAAN ANALISIS UNJUK KERJA WIDEBAND CODE DIVISION MULTIPLE ACCESS (WCDMA)PADA KANAL MULTIPATH FADING

BAB IV ANALISA DAN IMPLEMENTASI RADIO ETHERNET IP BASE (INTERNET PROTOKOL BASE) GALERI PT. INDOSAT

Analisis Kinerja Radio Frekuensi (RF) Interface Pada Perangkat Digital Microwave Digital Fixed Radio System (DFRS)

Jaringan VSat. Pertemuan X

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISA

Dukungan yang diberikan

I. PENDAHULUAN TNI AU. LATAR BELAKANG Perkembangan Teknologi Komunikasi. Wireless : bandwidth lebih lebar. Kebutuhan Sarana Komunikasi VHF UHF SBM

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FREKUENSI TINGGI DAN GELOMBANG MIKRO

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Instalasi dan Troubleshooting Jaringan Wireless

BAB III JARINGAN BWA WIMAX

Transkripsi:

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI IV.1 Analisa Planning Pada pekerjaan planning akan kami analisa beberapa plan yang sudah kami hitung pada bab sebelumnya yaitu path profile, RSL (Received Signal Level), dan Jarak. Tetapi pada bab ini yang kami bahas detil adalah analisa path profile dan RSL, karena untuk analisa jarak hanya menggunakan alat ukur IV.1.1 Analisa Jarak Pada point ini akan saya analisa perhitungan jarak yang telah dihitung dengan menggunakan rumus pada bab 3. Pada bab ini akan kami jelaskan menggunakan alat ukur GPS merk Garmin. Alat yang digunakan hanya GPS. Data yang diambil hanya nilai koordinat dari lokasi yang akan survey. Setelah nilai koordinat lokasi sudah didapatkan dengan menggunakan GPS maka dari alat itu juga kita bisa mengetahui nilai jarak kedua lokasi yang sudah diambil nilai koordinatnya. Tetapi ada perbedaan nilai sedikit, hal ini dapat dilihat pada perhitungannya sebagai berikut ; Cos θ = {sin (-6,262417) x sin (-6,24111)} + {cos (-6,262417) x cos (- 6,24111) x cos (106,86561-106,89376)} = {-0,10908 x -0,10871}+{0,99403 x 0,99407 x 0,9999} Cos θ = 0,999328962 θ = 0,036636394 = 0,000639426 rad Jari Jari bumi R = 6371 km Jarak Minimum R θ = 6371 x 0,000639426 = 4,07 km Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 57

Kalau menggunakan GPS hasilnya adalah 4,06 km beda sedikit dari dari nilai di GPS, dikarenakan kalau menggunakan perhitungan ada perbedaan pembuatan angka dibelakang. Dari hasil diatas dapat dilihat dari perhitungan dengan menggunakan GPS yaitu dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 4.1 Hasil pengukuran menggunakan GPS Seperti pada gambar GPS diatas bahwa koordinat kedua lokasi sudah disimpan pada memori GPS, maka kita sudah bisa membaca jarak dari kedua lokasi apabila kita masuk pada menu waypoint dan masukkan koordinat lawan sehingga pada DST (Distance) pada GPS muncul jarak antara 2 lokasi yaitu 4,06 km.dan pada perhitungan menggunakan factor rumus phytagoras karena bentuk dunia adalah bulat seperti bola maka ketentuan yang mengatur koordinat bujur lintang mirip dengan ketentuan matematika yang mengatur lingkaran. IV.1.2 Analisa Path Profile IV.1.2.1 Penentuan Jarak Setelah analisa jarak menggunakan GPS maka untuk path profile ini kita bisa mengetahui kontur tanah antara kedua lokasi yang telah kita ketahui koordinatnya, Sehingga LOS atau tidaknya kita dapat mengetahui. Posisi normal untuk site PGC Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 58

adalah 06 15 44,7 dan bujur timurnya 106 51 56,2 sedangkan kondisi titik normal site Borobudur adalah 06 14 38,8 dan bujur timurnya 106 53 50,0 dengan diketahui kedua koordinat tersebut maka dapat ditarik garis lurus imaginer untuk mengetahui jarak kedua titik tersebut sejauh 4,07 km, hal ini dapat dilihat pada perhitungan diatas maupun pada GPS. Pada analisa ini akan dibahas menggunakan software, dan pada sebelumnya telah dihitung dengan menggunakan perhitungan secara matematis. Pada jarak kedua titik telah dihitung dengan menggunakan rumus phytagoras, maka pada bab ini akan dibahas menggunakan software, dimana software tersebut adalah pathloss 4. Setelah mengetahui jarak kedua lokasi maka dapat diketahui juga nilai rugi yang dapat terjadi dikarenakan jarak antara kedua lokasi tersebut yang melalui udara. Secara software dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 4.2 Perhitungan Jarak menggunakan Pathloss 4.0 IV.1.2.2 Penentuan Topografi Untuk menentukan topografi link/jalur site PGC Borobudur dapat dilakukan survey dilapangan. Apabila jarak yang cukup jauh dan tidak dapat dijangkau oleh mata telanjang maka kita bias melihatnya dengan menggunakan software ini namun apabila jarak dekat kita juga tidak bias melihat kontur tanah Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 59

secara jelas, maka dari itu untuk dapat mengetahui kontur tanah itu dapat menggunakan peta digital yang tersedia. Peta digital yang tersedia tersebut adalah SRTM yang dipublikasikan oleh NASAC yaitu Badan Antariksa Amerika. Dengan jarak yang telah diketahui maka kita tinggal memasukkan data koordinat. hal ini dapat dilihat pada kontur tanah antara link PGC to Borobudur pada gambar dibawah ini : Gambar 4.3 Pathprofile Link PGC - Borobudur Pada gambar diatas menjelaskan bahwa kontur tanah antara titik PGC dan Borobudur, dimana pada sisi PGC kontur tanah lebih tinggi dari pada Borobudur dan ketinggian antena dan ditengah jalur terdapat halangan yang pendek sehingga tidak menganggu fresnel zone dari jalur link tersebut. Untuk informasi umum dari link jalur tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini ; Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 60

Gambar 4.4 Informasi Umum jalur link PGC Borobudur Gambar 4.5 Informasi Umum jalur link PGC Borobudur Pada gambar 4.4 dapat dijelaskan bahwa pada software juga bisa menghitung jarak antara 2 link dengan memasukkan koordinat lokasi dan juga nilai elevesi antena. Pada gambar 4.6 dijelaskan bahwa pada jarak range tertentu Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 61

terdapat pohon ataupun bangunan yang tidak mempengaruhi dari fresnel zone karena ketinggiannya yang cukup pendek yaitu 15 m. Setelah mengetahui kontur tanah antara dua titik koordinat lokasi itu maka kita bisa menentukan ketinggian antenna minimal yang akan diimplementasikan di kedua sisi agar tidak terjadi obstacle dan juga memenuhi kriteria Line of Sight yaitu bebasnya zone fresnel 1 dari semua bentuk penghalang yang dapat menyebabkan pembelokan, penghamburan, maupun perusakan signal yang dikirim oleh pemancar sehingga daya yang diterima disisi penerima tidak dapat optimum dan tidak dapt diprediksi nilainya. Dengan demikian nilainya harus menembus kriteria tersebut IV.2 Analisa Implementasi Setelah kita melakukan planning kita akan melakukan implementasi, dimana untuk implementasi ini melakukan perhitungan RSL,BER, serta nilai throughputnya. Pada saat implementasi kita harus berusaha sesuai dengan plan yang telah kita buat. Setelah implementasi pertama kita akan analisa RSL (Received Signal Level). IV.2.1 Analisa RSL (Received Signal Level) Pada saat planning RSL yang diharapkan telah dihitung pada bab 3. Dimana parameter untuk menentukan RSL adalah Transmit power, Frekuensi, Gain antenna, serta jarak link tersebut. Pada tahap terakhir implementasi adalah pointing dimana pointing adalah mengarahkan arah antenna agar mendapatkan nilai Received Sgnal Level yang diinginkan (maksimal) sesuai yang telah direncanakan. Pada pekerjaan pointing ini kita bisa monitor menggunakan AVO Meter pada posisi tegangan (Vdc) dimana pada saat monitor kita langsung bias monitor level signal penerimaan apabila nilai tegangan semakin besar maka nilai level penerimaannya akan semakin bagus. Hal ini dapat dilihat pada grafk dibawah ini ; Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 62

Gambar 4.6 Grafik Tegangan Vs level Penerimaan Dari gambar grafik diatas maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai voltasenya maka semakin tinggi nilai level penerimaannya sehingga apabila kita pointing mendapatkan nilai tegangan yang besar maka level penerimaan juga besar. Setelah melihat grafik diatas sekarang kita sudah bisa mendapatkan signal yang maksimal dalam hal ini kia juga melihat dari path profile apabila terdapat Fresnel zone seperti terlihat pada gambar 4.7 maka nilai RSL yang diterima disisi penerima maka akan terjadi pengurangan karena terjadi pembelokan dan juga peresapan yang menyebabkan LOS besar. Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 63

Gambar 4.7 Perumpamaan ada obstacle Apabila terdapat obstacle seperti diatas maka dapat mengurangi LOS yang didapat yaitu apabila nilai RSL tinggi maka akan mengurangi niai RSL tersebut atau bila dituliska dalam rumus yaitu sebagai berikut : Los Total = LFS + (2*Los feeder) + Los Obstacle Gain Antena Tx Gain Antenna Rx Tetapi apabila tidak ada obstacle maka sinyal level yang diterima akan sesuai dengan link budget yang telah diplan sebelumnya. Dan hal ini apabila kita masukkan dala tabel hubungan transmit power dan dan nilai RSL harus berbanding lurus dan juga frekuensi yang dipakai. Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 64

Tabel 4.1 Perbandingan Transmit Power dan RSL pada Frekuensi 7 Ghz No Transmit Power Diameter Antena Jarak RSL ( dbm ) ( m) ( Km ) ( dbm ) 1 27 0,6 4-35,1 2 25 0,6 4-37,1 3 23 0,6 4-39,1 4 21 0,6 4-41,1 5 19 0,6 4-43,1 6 17 0,6 4-45,1 7 15 0,6 4-47,1 8 13 0,6 4-49,1 9 11 0,6 4-51,1 10 9 0,6 4-53,1 11 7 0,6 4-55,1 12 5 0,6 4-57,1 Tabel 4. 2 Perbandingan RSL dan Transmit Power pada Frekuensi 13 Ghz No Transmit Power Diameter Antena Jarak RSL ( dbm ) ( m) ( Km ) ( dbm ) 1 27 0,6 4-29,1 2 25 0,6 4-31,1 3 23 0,6 4-33,1 4 21 0,6 4-35,1 5 19 0,6 4-37,1 6 17 0,6 4-39,1 7 15 0,6 4-41,1 8 13 0,6 4-43,1 9 11 0,6 4-45,1 Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 65

10 9 0,6 4-47,1 11 7 0,6 4-49,1 12 5 0,6 4-51,1 Tabel 4. 3 Perbandingan RSL dan Transmit Power pada Frekuensi 18 Ghz No Transmit Power Diameter Antena Jarak RSL ( dbm ) ( m) ( Km ) ( dbm ) 1 27 0,6 4-26,6 2 25 0,6 4-28,1 3 21 0,6 4-32,6 4 20 0,6 4-33,6 5 19 0,6 4-34,6 6 17 0,6 4-36,6 7 15 0,6 4-38,6 8 13 0,6 4-40,6 9 11 0,6 4-42,6 10 9 0,6 4-44,6 11 7 0,6 4-46,6 12 5 0,6 4-48,6 Dari tabel diatas maka dapat kita lihat bahwa semakin tinggi frekuensi yang digunakan pada jarak 4 km maka nilai RSL semakin besar dan juga apabila transmit power diturunkan maka nilai RSL semakin turun dan hal ini dapat dilihat apabila pada jarak pendek lebih baik menggunakan frekuensi tinggi dan apabila pada jarak jauh menggunakan frekuensi rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan menggunakan rumus dibawah ini : λ = c f Dimana λ : Panjang Gelombang ( m) Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 66

C : Gelombang Cahaya ( 3 x 10 8 m/s) F : Frekuensi yang digunakan ( Hz ) Sebagai contoh untuk perbandingan frekuensi 7 Ghz dan 13 Ghz dapat dihitung pada perhitungan dibawah ini 3x10 7x10 3x10 13x10 8 8 λ = λ = 9 9 λ = 0,042 m λ = 0,023 m Sehingga kita bias melihat bahwa semakin tinggi frekuensi yang digunakan maka semakin pendek panjang gelombangnya. Untuk RSL kita juga melihat juga threshold yang digunakan. Untuk setiap kapasitas radio mempunyai standard threshold yang berbeda karena mempunyai bandwidth yang berbeda pula. Hal ini dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.4 Modulasi dan Bit rate yang digunakan Tabel 4.5 Ukuran perangkat yang digunakan Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 67

Tabel 4.6 Standar Threshold perangkat yang dipakai. Setelah melihat 3 tabel diatas maka kita bisa membuat suatu analisa sampai sebagaimana nilai RSL itu dapat kita pakai, dan hal ini kita bisa melihat dari nilai fade margin dari suatu perangkat. Fade Margin suatu microwave mempuyai nilai standar teori adalah 30 dbm sehingga kita bisa memasukkan pada tabel dibawah ini : Tabel 4.7 Perhitungan Fade Margin Real hasil Implementasi Frek 7 Ghz No Transmit Power RSL Threshold Fade margin dbm dbm dbm dbm 1 27-36,1-85 -48,9 2 25-38,1-85 -46,9 3 23-40,1-85 -44,9 4 21-42,1-85 -42,9 5 19-44,1-85 -40,9 6 17-46,1-85 -38,9 7 15-48,1-85 -36,9 8 13-50,1-85 -34,9 9 11-52,1-85 -32,9 10 9-54,1-85 -30,9 11 7-56,1-85 -28,9 12 5-58,1-85 -26,9 Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 68

Dari tabel diatas maka dapat kita lihat, bahwa untuk dapat nilai aman dalam microwave yang telah kita implementasikan maka kita bisa menurunkan nilai transmit power minimal 9 dbm, hal ini untuk mencegah terjadinya error data yang akan melewati link yang telah kita bangun. Apabila nilai RSL sudah diatas -54 dbm maka data akan error dan nilai BER nya akan tinggi. Pada gambar 4.8 dan gambar 4.9 adalah untuk frekuensi 7 Ghz, sedangkan untuk frekuensi 13 Ghz nilainya berbeda dimana nilai fade margin dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4.8 Tabel Perhitungan fade margin untuk frek 13 Ghz No Transmit Power RSL Threshold Fade margin dbm dbm dbm dbm 1 27-29,08-84,5-55,42 2 25-31,08-84,5-53,42 3 23-33,08-84,5-51,42 4 21-35,08-84,5-49,42 5 19-37,08-84,5-47,42 6 17-39,08-84,5-45,42 7 15-41,08-84,5-43,42 8 13-43,08-84,5-41,42 9 11-45,08-84,5-39,42 10 9-47,08-84,5-37,42 11 7-49,08-84,5-35,42 12 5-51,08-84,5-33,42 13 3-53,08-84,5-31,42 14 1-55,08-84,5-29,42 Dari Tabel 4.8 kita dapat melihat bahwa untuk frek 13 Ghz pada posisi RSL yang sama yaitu pada posisi RSL -54 dbm tetapi nilai transmit power yang lebih rendah yaitu pada posisi transmit power 2 dbm. Sehingga pada saat implementasi kita sangat perlu memperhatikan link plan sehingga apakah RSL yang sudah kita dapat sudah memenuhi dari link plan Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 69

karena akan mempengaruhi performansi suatu perangkat. Secara diagram pengetesan fade margin dapat dilihat pada diagram dibawah ini ; Antenna Antenna ODU ODU IF Cable IF Cable IDU IDU LOKAL REMOTE Gambar 4.8 Diagram Pengetesan Fade Margin RSL Lokal RSL Remote Gambar 4.9 Capture RSL local dan Remote pada kondisi normal Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 70

Transmit Power Lokal RSL Remote Gambar 4.10 Capture pengetesan Fade Margin IV.2.2 Analisa BER Pada analisa ini merupkan analisa yang yang bisa mempengaruhi kualitas data yang dikirmkan sehingga pada saat pengiriman data apakah ada yang error atau tidak sehingga kita perlu memperhatikan pengetesan. Bit error rate didefinisikan dengan nilai total bit yang salah dibandingkan dengan jumlah total bit terkirim. Sent Bits 1101101101 Received Bits 1100101101 error # of Wrong Bit BER = # of Total Bit 1 = = 0,1 10 Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 71

Tipe bit error Ada dua tipe bit error : 1. Tipe Spaced error, yaitu terjadi bit yang salah pada interval yang acak,disebabkan adanya Noise. 2. Tipe Burst error, yaitu terjadi bit error secara berturut-turut atau secara bergroup. Disebabkan oleh masalah ingress atau intermitten. Pada analisa ini kita melihat BER pada plan yang telah kita buat dan implementasi dilapangan dimana untuk plan menggunakan software dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 4.11 BER pada RSL normal Pada gambar 4.11 BER menunjukan point 1,22 x 10-7 itu artinya setiap 10 juta data yang dikirimkan hanya 1,22 bit saja yang error. Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 72

Gambar 4.12 BER Pada RSL yang mendekati Threshold Pada gambar 4.12 menunjukan bahwa BER yaitu 7,57x10-6 artinya setiap satu juta bit yang dikirimkan ada 7,57 bit yang error. Dalam hal ini jelas kita tahu bahwa apabila nilai RSL semakin turun dan mendekati threshold maka nilai BER akan semakin tinggi. Maka pada saat implementasi kita harus sedapat mungkin sesuai dengan link plan yang telah kita buat. Untuk perhitungan untuk link yang sudah diimplementasikan adalah sebagai berikut : Data yang diterima : 743.586.611 Data yang rusak : 1 1-9 Maka BER Implementasi dilapangan adalah = = 1,34 x 10 743586611 Untuk plan yang diinginkan minimal adalah 7,57x10-6 sesuai dengan gambar 4.12. Untuk nilai BER data dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 73

Gambar 4.13 BER pada RSL Normal pada frek 13 Ghz Nilai BER pada kondisi normal pada jarak 4 km adalah 9x10-8 artinya dalam 100 juta pengiriman bit hanya ada 9 bit yang error sehingga pada jarak 4 km lebih aman untuk menggunakan frekuensi 13 Ghz dan Bit yang error lebih sedikit. Radio Unit Radio Unit Local site Remote site Network side DDF Indoor Unit Cabling of 2 Mb/s streams From indoor unit to DDF Transmission Analyzer BB measures on local site: 2 Mb/s single test Remote site: loop of each 2 Mb tributary Indoor Unit fig. :1 Gambar 4.14 Diagram Pengetesan mengunakan BER Tester Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 74

Pada gambar diatas menjelaskan bahwa konfigurasi pengetesan menggunakan BER Tester dimana pada sisi local perangkat dari DDF dikoneksikan ke BER Tester dan disisi remote pada sisi DDF LSA di loop dan prinsip kerja dari BER Tester adalah sebagai berikut : 1. Beban seolah-olah dikeluarkan dari BER Test dimana pada BER Tester mengeluarkan sinyal 2,048 Mbps. 2. Sinyal 2,048 Mbps dilewatkan melalui jaringan transmisi radio link 3. Apabila dalam waktu tertentu performansi radio link bagus maka BER bisa mencapai 10-11, untuk kondisi awal BER langsung adalah 10-6 dan bit error yang dimonitor adalah 0 Untuk alur kabel pengetesan dapat dilihat pada gambar dbawah ini : Radio Unit EXAMPLE Connection in loop for BER Test on 4x2 Radio Link Radio Unit Site A Site B Indoor unit Indoor unit DISTRIBUTOR DISTRIBUTOR Transmission Analyzer Gambar 4.15 Cara melakukan BER Test pada radio link Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 75

Gambar 4.16 BER Test Analyzer Untuk hasil BER Test implementasi dilapangan dapat kita lihat pada gambar berikut ini : Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 76

Gambar 4.17 Hasil BER Test Implementasi dilapangan Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 77

IV.2.3 Analisa Throughput Untuk analisa ini kita akan menganalisa apakah kapasitas dari radio yang kita pasang sesuai dengan apa yang sudah kita setting. Dan apakah berpengaruh pada RSL yang sudah kita set. Untuk itu maka kita lihat pada table berikut ini : Table 4.9 Kondisi throughput pada RSL yaitu -37 dbm dan BER 10E-11 No Data yang Data yang Hasil Kapasitas dikirim diterima Throughput 1 2 Mbps 8 Mbps 1,3 Mbps 7,8 Mbps 2 4 Mbps 8 Mbps 2,6 Mbps 7,8 Mbps 3 6 Mbps 8 Mbps 4,0 Mbps 7,8 Mbps 4 8 Mbps 8 Mbps 4,1 Mbps 7,8 Mbps 5 10 Mbps 8 Mbps 4,1 Mbps 7,9 Mbps Apabila secara matematis untuk data 8 Mbps dapat dihitung sebagai berikut : Throughput = Paket terima Paket kirim x 100% 4,1 = 100% = 51,25% 8 Secara tabel dapat dilihat pada tabel dibawah ini ; Tabel 4.10 Nilai rata-rata throughput No Data yang Data yang Hasil Kapasitas dikirim diterima Throughput 1 2 Mbps 8 Mbps 1,3 Mbps 65 % 2 4 Mbps 8 Mbps 2,6 Mbps 65 % 3 6 Mbps 8 Mbps 4,0 Mbps 66,67 % 4 8 Mbps 8 Mbps 4,1 Mbps 51,25 % 5 10 Mbps 8 Mbps 4,1 Mbps 41 % Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 78

Dari tabel diatas maka nilai rata rata throughput dari link yang dibangun adalah 65 + 65 + 66,67 + 51,25 + 41 = = 57,784% 5 Gambar 4.18 Test Pengiriman data sebesar 2 Mbps Gambar 4.19 Test Pengiriman data sebesar 6 Mbps Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 79

Gambar 4.20 Test Pengiriman data sebesar 8 Mbps Gambar 4.21 Test Pengiriman data sebesar 10 Mbps Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 80

Pada table 4.9 dan gambar 4.18 sampai dengan gambar 4.21 kita bisa melihat pada kapasitas radio adalah 8 Mbps, sehingga apabila ada pemberian beban data sebesar 2 Mbps sampa dengan 6 Mbps data masih bisa lewat, akan tetapi apabila dayang dikirimkan sudah melampau kapasitas yaitu 8 Mbps atau bahkan 10 Mbps maka data yang dikirmkan akan rusak atau tidak terkirim dan yang terkirim hanya batas maksimal dari kapasitas radio itu sendiri yaitu 8 Mbps atau lebih tepatnya +/- 7,9 Mbps hal ini dapat dilihat dari tabel 4.9 Untuk pengetesan data pada kondisi RSL mendekati threshold dapat dilihat pada tabel dibawah ini ; Tabel 4.11 Hasil Test data pada kondisi RSL mendekati Threshold No Data yang Data yang RSL Dikirim Diterima Data Rate 1 2 Mbps -82 dbm 1,3 Mbps 7,8 Mbps 2 4 Mbps -82 dbm 2,6 Mbps 7,9 Mbps 3 6 Mbps -82 dbm 3,9 Mbps 7,9 Mbps Gambar 4.22 Hasil Test dengan menggunakan beban data 2 Mbps Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 81

Gambar 4.23 Pengiriman data sebesar 4 Mbps Gambar 4.24 Terima data sebesar 4 Mbps Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 82

Gambar 4.25 test pengiriman Data sebesar 6 Mbps Kirim Data Terima Data Gambar 4.26 Test pengiriman data sebesar 6 Mbps Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 83

Gambar 4.27 Test pengiriman data sebesar 8 Mbps Gambar 4.28 Test pengiriman data sebesar 10 Mbps Gambar 4.29 Test pengiriman data sebesar 12 Mbps Pada gambar 4.27 sampai dengan gambar 4.28 bahwa besar data yang dikirimkan sudah tidak sesuai dengan data yang dikirimkan dikarenakan sudah mendekati kapasitas maksimal dari radio yaitu 8 Mbps, sehingga walaupun kita mengirimkan data sampai dengan 12 Mbps maka yang diterima hanya 7,4 Mbps Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 84

sesuai dengan gambar 4.29 karena throughput dari radio itu sendiri adalah 7,4 Mbps apalagi kita akan mengirimkan data ynag lebih besar maka data tidak akan lewat. Dan untuk membuktikan apakah data yang akan dikirim diterima atau tidaknya dipenerima maka kita akan melihat hasil test ping apabila kita beri beban data 4 Mbps sampai dengan 12 Mbps adalah sebagai berikut : Gambar 4.30 Test ping dengan beban 4 Mbps Gambar 4.31 Test ping dengan beban data 6 Mbps Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 85

Gambar 4.32 Test ping dengan beban 8 Mbps Gambar 4.33 Test ping dengan data 10 Mbps Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 86

Gambar 4.34 test ping dengan beban data 12 Mbps Dari gambar 4.30 sampai dengan gambar 4.34 kita bisa melihat bahwa apabila data yang dikirimkan masih lebih kecil dari 8 Mbps maka data akan lewat dengan aman dan tanpa error sehingga tidak akan terjadi cacat data, tetapi apabila data yang dilewatkan sudah melebihi kapasitas yaitu seperti pada gambar 4.34 maka data tidak akan lewat karena kapasitas maksimal hanya 8 Mbps maka apaibila data yang dilewatkan 12 Mbps maka data tidak akan lewat. Hal ini seperti diumpamakan seperti jalan raya yang akan dilewati mobil. Apabila kapasitas jalan adalah 8 mobil apabila mobil sudah mendekati 8 maka jalan akan padat dan apabila sudah melebihi 8 mobil maka akan macet bahkan tidak akan lewat. Demikian penjelasan pada bab 4 ini saya uraikan dan untuk kesimpulan akan dijelaskan pada bab selanjutnya. Analisa Implementasi dan Rancangan Transmisi Microwave Radio Link Digital Page 87