ANALISIS SIKAP SOSIAL SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN DENGAN KURIKULUM 2013

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN MODEL WORD SQUARE BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA KELAS IV DI SDN 6 PANJER DALAM KEGIATAN MENGKOMUNIKASIKAN PEMBELAJARAN TEMA CITA-CITAKU DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

ANALISIS MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA PADA TIGA SD DI GUGUS VI KECAMATAN BULELENG

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ASESMEN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 TINGGARSARI

Oleh. I Putu Budhi Sentosa, NIM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD

Darmawati, Imam Mahadi dan Ria Syafitri Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

ARTIKEL ILMIAH OLEH: FITRIA DWITA A1C411031

TINGKAT MINAT SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN GULING DEPAN KELAS VIII TAHUN AJARAN 2016/2017 DI SMP NEGERI 7 KOTA MAGELANG

PENDAHULUAN. Andri Irawan

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

PENERAPAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN MEDIA MUATAN DALAM PENINGKATAN

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KARTU BERGAMBAR SENAM LANTAI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

PENERAPAN MODEL MAKE A MATCH

PENGGUNAAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DENGAN MEDIA BENDA KONKRET

PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING DENGAN TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN TIRON 02

ANALISIS PERTANYAAN GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IV SD DI GUGUS VI KECAMATAN BULELENG

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1, 2 3.

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS DAN SIKAP SOSIAL

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PERANAN GURU SEBAGAI FASILITATOR DAN MOTIVATOR DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DI KELAS XI SMK

PENERAPAN TEKNIK FORMASI REGU TEMBAK DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS V SD

STUDI EKSPLORASI KESULITAN GURU IPS SMP DI KOTA YOGYAKARTA DALAM PENILAIAN PEMBELAJARAN IPS BERDASARKAN KURIKULUM 2013

PENERAPAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NI KOMANG MEGASARI SARENGAT MUNCARNO

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN KEJURUAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SMK N 1 PURWOREJO

PROBLEMATIKA PELAKSANAAN PROSES PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 SD TAHUN AJARAN 2015/2016 DI KABUPATEN JOMBANG

PERSEPSI GURU TERHADAP PENILAIAN AUTENTIK YANG TELAH DISEMPURNAKAN DALAM PERMENDIKBUD NOMOR 23 TAHUN 2016 DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KOTTABARAT

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Kegiatan Belajar Peserta Didik

ARTIKEL KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI

PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING

STUDI EVALUASI IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI CIPP PADA SEKOLAH DASAR NEGERI DI WILAYAH PERKOTAAN KABUPATEN BADUNG

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI REDOKS

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR AKUNTANSI

PENGGUNAAN TEKNIK THINK PAIR SHARE DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SDN 1 SIDOGEDE

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEKNIK PASSING SEPAKBOLA

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PARTISIPASI SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENERAPAN INKUIRI TERBIMBING DI KELAS X

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

E-journal Prodi Edisi 1

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SEKILAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM READING

KESULITAN MAHASISWA PPG PENDIDIKAN FISIKA FKIP UNSYIAH DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI BANDA ACEH

HUBUNGAN BIMBINGAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA JURNAL. Oleh NUR LAILI KHUSNA NAZARUDDIN WAHAB RIYANTO M.TARUNA

PENERAPAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh MEYLISA EFRILIYANTI SARENGAT SITI RACHMAH SOFIANI

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DENGAN MORAL KERJA GURU DI SMK NEGERI 2 BUKITTINGGI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 WATES TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLABASKET

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE QUESTION STUDENTS HAVE DILENGKAPI DENGAN CHART TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII SMPN 17 PADANG

Kata kunci: pendekatan saintifik, pembelajaran, siswa kelas IV SD Negeri Pujokusuman 1

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1, 2,

ANALISIS PENGETAHUAN DAN KESULITAN BELAJAR SISWA TENTANG VIRUS DI KELAS X SMA NEGERI 2 TANJUNGBALAI TAHUN PEMBELAJARAN 2015/2016

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING

Model Berbasis Portofolio untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa pada Pembelajaran PKN

PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN PENILAIAN PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA DAN SIKAP SOSIAL KELAS IV SDN 2 TONJA

ANALISIS PEMAHAMAN KONSEP DALAM PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SD DI GUGUS II KECAMATAN BANJAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2015

FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN SENAM LANTAI MENURUT PENDAPAT PESERTA DIDIK KELAS X DI SMK NEGERI 1 KASIHAN KABUPATEN BANTUL

Oleh. Ni Wayan Purni Lestari,

Mukarromah et al., Penerapan Model Pembelajaran...

Rahayu 6, Chumi Z F 7, Ika L R 8

PENINGKATAN MINAT SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL COOPERATIVE STRATEGI PEER TUTORING DI KELAS V SD KARTIKA 1-11 PADANG

Sherli Malinda, Nyoman Rohadi dan Rosane Medriati

DESKRIPSI KETERAMPILAN KOMUNIKASI SISWA SMA NEGERI 9 PONTIANAK MELALUI METODE PRAKTIKUM PADA MATERI KSP

ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS V

PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DAPAT MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA

PENERAPAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MENUMBUHKAN RESPON POSITIF SISWA DALAM PELAJARAN PKN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Volume 02 Nomor 03 Tahun 2014,

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE KERJA KELOMPOK PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

Keywords: Scientific, concrete object media, Mathematics

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SDN 01 BOJONGSARI TAHUN AJARAN

PEMAHAMAN TEKS DISKUSI OLEH SISWA SMP NEGERI 2 PONTIANAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Dewi Mayangsari dkk, Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas...

PERSEPSI GURU PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN SENAM LANTAI DI SMP SE-KABUPATEN BANJARNEGARA

PENDEKATAN RESOURCE BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU JURNAL. Oleh

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MEDIA GRAFIS DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SDN 2 JEMBANGAN TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN PENILAIAN KINERJA PADA PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR

METODE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh DITA TRICANDRIA NINGSIH MUGIADI HERMAN TARIGAN

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1, 2,

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG PECAHAN MELALUI MODEL CIRC PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI RAHAYU TAHUN AJARAN 2012/2013

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

ARTIKEL ILMIAH. Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : LINDA FITRIA / 2011

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA BERKESULITAN BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 1 PEKANBARU

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN SIKAP PERCAYA DIRI DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh LENI SETIYAWATI RAPANI ASMAUL KHAIR

PENGEMBANGAN PERMAINAN KUARTET SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP KELAS VII SMP

PENGEMBANGAN VIDEO TUTORIAL UNTUK PEMBELAJARAN GAMBAR MANUFAKTUR SMK KELAS XI

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAPAT MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KOMPETENSI PENGETAHUAN PKn SISWA KELAS V

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS

HUBUNGAN KEBIASAAN DISIPLIN DI SEKOLAH DENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III SD SE-GUGUS 4 KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN SEDERHANA MELALUI MODEL KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE KELAS III SD

HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA JURNAL. Oleh MARYATI FITRIA AKHYAR SUGIYANTO

PENDEKATAN SCIENTIFIC BERMUATAN KARAKTER SIAP SIAGA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MITIGASI JURNAL. Oleh

PERAN GURU PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PRAMUKA DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL DIY TAHUN

Oleh: Erlanda Bayu Pratama, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta

Akbar et al., Peningkatan Minat dan Hasil Belajar...

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

PENERAPAN MEDIA GAMBAR PADA TEMA KEGIATAN SEHARI-HARI UNTUK PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DI SEKOLAH DASAR

Transkripsi:

ANALISIS SIKAP SOSIAL SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN DENGAN KURIKULUM 2013 Pande Putu Cahya Mega Sanjiwana 1, Kt. Pudjawan 2, I Gd. Margunayasa 3 1,3 Jurusan PGSD, 2 Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: pandecahya@yahoo.com 1, ketutpudjawan@gmail.com 2, pakgun_pgsd@yahoo.com 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sikap sosial siswa, mendeskripsikan program yang dilakukan dalam mengembangkan sikap sosial siswa, dan mendeskripsikan kendala yang ditemukan dalam mengembangkan sikap sosial siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitian ini adalah kelas V di SD Gugus Srikandi tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 128 orang, kepala sekolah berjumlah 3 orang, dan guru kelas V berjumlah 3 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, observasi, studi dokumen, dan wawancara. Data sikap sosial siswa dikumpulkan dengan instrumen lembar kuesioner, lembar observasi, dan catatan dokumen. Sedangkan data program yang dilakukan dalam mengembangan sikap sosial dan data kendala yang ditemukan dalam mengembangkan sikap sosial dikumpulkan dengan instrumen pedoman wawancara. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa (1) sikap sosial siswa kelas V di SD Gugus Srikandi dengan persentase 27,3% berada pada predikat sangat baik, 70,3% berada pada predikat baik, dan 2,4% berada pada predikat cukup, (2) program pengembangan sikap sosial yaitu mengadakan bakti sosial ke panti asuhan, dan (3) kendala yang ditemukan dalam mengembangkan sikap sosial yaitu jumlah siswa yang tidak sebanding dengan guru saat mengadakan bakti sosial. Berdasarkan hasil penelitian hanya sebagian kecil siswa kelas V yang memiliki sikap sosial di bawah kategori baik. Kata-kata kunci: pembelajaran dengan kurikulum 2013, sikap sosial Abstrak This research aims at describes the social attitude of the students, describes the program to develop the social attitude of the students and also describes problems that arise in developing students social attitude. The types of this research were qualitative. The subject of this research was the year V in SD Gugus Srikandi of the year 2014/2015 which has 128 students, 3 headmasters and 3 teachers of the year V. The method of collected the data was used questionnaire, observation, document study and interview. The students social attitude data were collected with questionnaire sheet, observations sheet and document note. Meanwhile, the data program that was used in developing the social attitude and constraints data that found in improving social attitude were collected with interview basis. The data that has been collected then analysed using descriptive analysis. The results of this research finds that (1) the social attitude of the year V in SD Gugus Srikandi with percentage 27,3% stands at very good level, 70,3% in good predicate and 2,4% in enough level, (2) the program that is used to develop social attitude like social service to orphanage and (3) the constraints in improving social attitude is the amounts of the students is not proportionate with the teacher in social service. Based on the results of this research, only small amounts of the students in year V that has the low category. Keywords: 2013 curriculum study, social attitude.

PENDAHULUAN Proses pendidikan pada kurikulum 2013 memberikan penekanan yang berbeda pada masing-masing aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan sesuai dengan jenjang pendidikan. Untuk pendidikan pada jenjang sekolah dasar mendapatkan penekanan yang lebih mengutamakan pembentukan sikap. Pembentukan sikap pada jenjang sekolah dasar mencapai 70 persen dari seluruh pembelajaran (Kemdiknas, 2013). Sejalan dengan hal tersebut maka seorang guru sekolah dasar diharapkan dalam pembelajaran kurikulum 2013 lebih mengutamakan aspek sikap siswa dibandingkan aspek keterampilan, dan pengetahuan. Pembentukan sikap siswa bisa dilakukan guru melalui pembelajaran tidak langsung seperti yang tertuang dalam permendikbud nomor 81 A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum 2013. Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata pelajaran. Pengembangan sikap yang dituntun oleh guru dapat membantu siswa dalam mengembangkan sikap menuju ke sikap yang lebih baik. Menurut Kurinasih (2014:65), Sikap merupakan sebuah ekspresi dan nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Cara seseorang memandang suatu permasalahan sangat bergantung pada sikap yang dimiliki, termasuk pula sikap yang dimiliki oleh siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang ditemui dalam proses pembelajaran. Menurut Gagne (dalam Susanto, 2012) dalam teorinya yang disebut the domains of learning menyatakan bahwa sikap merupakan faktor penting dalam belajar karena tanpa sikap, belajar tak akan berhasil dengan baik. Sejalan dengan pernyataan tersebut maka sebaiknya dari jenjang pendidikan sekolah dasar aspek yang diutamakan dapat terbentuk pada diri siswa adalah aspek sikap. Hal ini sesuai dengan harapan dari kurikulum 2013 yang lebih mengutamakan aspek sikap dibandingkan dengan aspek keterampilan dan pengetahuan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran pada kurikulum 2013 berdasarkan permendikbud nomor 81 A dalam membentuk sikap siswa beracuan pada kompetensi inti sikap yang terdapat dalam kompetenti inti 1 dan kompetensi inti 2. Kompetensi inti 1 berkaitan dengan sikap spiritual sedangkan kompetensi inti 2 berkaitan dengan sikap sosial. Pada setiap kegiatan pembelajaran pada kurikulum 2013 selain membelajarkan siswa pada aspek keterampilan dan pengetahuan guru juga memantau sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran. Sikap yang dipantau guru dalam kegiatan pembelajaran lebih menekankan sikap sosial. Hal ini diperkuat oleh aspek sikap sosial yang kompleks meliputi sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, dan percaya diri (Kurinasih, 2014). Sikap sosial adalah suatu sikap yang objeknya adalah kehidupan sosial manusia, baik di dalam kelompok atau di luar kelompok. Kehidupan sosial menyangkut aturan - aturan dan nilai-nilai sosial. Pengenalan kehidupan sosial dapat diperoleh melalui proses belajar dan interaksi dengan orang lain dalam kehidupan di keluarga, di sekolah, dan masyarakat. Interaksi akan membentuk sikap sosial seseorang, demikian pula interaksi membentuk sikap sosial siswa. Sikap sosial seseorang sebelum memasuki masa sekolah terbentuk terlebih dahulu di keluarga. Ketika mulai memasuki masa sekolah sikap sosial seseorang selain terbentuk di keluarga juga akan terbentuk di lingkungan sekolah, khususnya melalui interaksi yang dilakukan dengan guru, teman, atau anggota sekolah lainnya. Agar sikap sosial siswa yang terbentuk tidak menyimpang dari aspek sikap sosial yang diharapkan, maka tugas guru untuk memantau sikap sosial siswa terutama dari jenjang pendidikan terendah, termasuk jenjang pendidikan sekolah dasar.

Sikap sosial yang meliputi aspek jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, dan percaya diri diharapkan dapat tumbuh dan berkembang pada diri siswa dari jenjang pendidikan sekolah dasar. Menurut Mirasa (dalam Susanto, 2012) tujuan pendidikan sekolah dasar yaitu sebagai proses pengembangan kemampuan yang paling mendasar agar siswa belajar secara aktif karena adanya dorongan dalam diri dan adanya suasana yang memberikan kemudahan bagi perkembangan diri siswa secara optimal. Perkembangan diri siswa akan lebih optimal jika siswa dapat memiliki dan mengembangkan sikap sosial pada diri mereka. Sikap sosial mengajarkan siswa bagaimana bersikap dengan lingkungan sekitar yang didalamnya termasuk keluarga, guru, teman, dan masyarakat. Sikap sosial yang baik membuat siswa menjadi siswa yang cerdas, bukan hanya siswa yang pintar secara pengetahuan. Sikap sosial membuat siswa terbiasa menumbuhkan sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, dan percaya diri. Siswa yang cakap dan cerdas dengan mengedepankan aspek sikap sesuai dengan harapan dari kurikulum 2013 khususnya sikap sosial akan terbentuk dari jenjang pendidikan dasar, termasuk dari jenjang pendidikan sekolah dasar yang menggunakan pembelajaran dengan kurikulum 2013. Pembelajaran pada kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan (Daryanto, 2014). Pada masing-masing aspek kegiatan pembelajaran mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan akan mengembangkan sikap sosial yang ada pada diri siswa meliputi, jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, dan percaya diri. Berdasarkan hal tersebut pembelajaran dengan kurikulum 2013 semakin mematangkan sikap sosial siswa. Namun, pada kenyataan di lapangan pembelajaran dengan kurikulum 2013, khususnya di jenjang sekolah dasar yang diberikan penekanan lebih pada sikap sosial siswa agar membentuk siswa yang jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, sopan, dan percaya diri belumlah sesuai dengan apa yang diharapkan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas V di SD Cipta Dharma, SD No. 5 Sumerta, dan SD No. 1 Sumerta pada tanggal 5 Pebruari 2015, sikap sosial siswa belum tampak sepenuhnya. Hal ini terlihat saat kegiatan proses pembelajaran siswa masih terlihat berbicara dengan teman, mengganggu teman, ataupun siswa masih terlihat kurang memiliki tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Hal tersebut tentu menunjukkan sikap sosial siswa pada aspek tanggung jawab dan disiplin belum sesuai dengan harapan. Permasalahan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 6 Pebruari 2015 terhadap tiga orang guru kelas V di tiga SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur. Guru kelas V di tiga SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur mengatakan bahwa pada setiap proses pembelajaran guru selalu memantau sikap siswa termasuk sikap sosial siswa. Sikap sosial yang terlihat menyimpang seperti tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, tidak memperhatikan guru saat proses pembelajaran berlangsung, ataupun terlambat datang ke sekolah maka guru akan memberikan teguran, nasihat, ataupun pembinaan terhadap siswa terkait. Meskipun telah melakukan beberapa cara untuk mengatasi sikap sosial siswa yang menyimpang, permasalahan mengenai sikap sosial masih saja terjadi. Mengingat sikap sosial siswa akan terbentuk dari lingkungan, terutama lingkungan sekolah sangat menentukan bagaimana siswa bersikap terhadap lingkungan, menerima karakteristik teman yang berbeda-beda, dan siswa nantinya dapat diterima berada di tengah-tengah kelompok sosial, maka berbagai permasalahan mengenai sikap sosial siswa di tiga SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur perlu dikaji sehingga pihak sekolah dapat menentukan sikap dalam melakukan pembinaan terhadap siswa yang kiranya perlu dibina karena mengalami

permasalahan pada sikap sosial. Pembinaan yang dilakukan sekolah tentu harus sesuai dengan permasalahan sikap sosial yang ditemukan pada masing-masing siswa. Hal ini karena siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda, maka masalah mengenai sikap sosial yang dialami siswa akan berbeda-beda. Terkait dengan temuan permasalahan sikap sosial siswa sehingga di pandang perlu untuk melakukan penelitian sikap sosial siswa, khususnya sikap sosial siswa kelas V di SD Gugus Srikandi Kecamatan Denpasar Timur pada pembelajaran dengan kurikulum 2013 dengan judul Analisis Sikap Sosial Siswa Kelas V Pada Pembelajaran Dengan Kurikulum 2013. METODE Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Menurut Denzin (dalam Satori, 2011) penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Tempat penelitian ini di SD Cipta Dharma, SD No. 5 Sumerta, dan SD No. 1 Sumerta. Subjek penelitian adalah siswa kelas V, guru kelas V, dan kepala sekolah di SD Cipta Dharma, SD No. 5 Sumerta, dan SD No. 1 Sumerta. Secara rinci subjek penelitian di SD Cipta Dharma terdiri dari 40 orang kelas V, satu guru kelas V, dan kepala sekolah. Subjek penelitian di SD No. 5 Sumerta terdiri dari 44 orang kelas V, satu guru kelas V, dan kepala sekolah. Serta subjek penelitian di SD No. 1 Sumerta terdiri dari 44 orang kelas V, satu guru kelas V, dan kepala sekolah. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuesioner, observasi, studi dokumen, dan wawancara. Data yang diperoleh dari kuesioner adalah data yang tidak dapat diamati oleh peneliti dengan anggapan bahwa respondenlah yang paling mengetahui tentang dirinya dan pengalamannya sendiri serta data yang disampaikan adalah benar adanya. Metode Observasi yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu observasi partisipatif pasif. Menurut Sugiyono (2014: 311), Observasi partisipatif dapat digolongkan menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, partisipasi moderat, observasi yang terus terang dan tersamar, dan observasi yang lengkap. Metode wawancara yang dilakukan pada penelitian ini yaitu wawancara terstruktur kepada narasumber yang dapat memberikan informasi antara lain, guru kelas V dan kepala sekolah agar memperoleh informasi mengenai program yang dilakukan dalam mengembangkan sikap sosial siswa kelas V dan kendala yang ditemukan dalam mengembangkan sikap sosial siswa kelas V. Metode studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Menurut McMillan dan Schumacher (dalam Satori, 2011) dokumen merupakan rekaman kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa catatan anekdotal, surat, buku harian, dan dokumen-dokumen. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar kuesioner, lembar observasi, catatan dokumen, dan pedoman wawancara. Kuesioner yang digunakan berbentuk skala likert dengan kriteria penilaiannya didasarkan pada rubrik penilaian yang dirancang oleh peneliti dengan nilai maksimum setiap item pernyataan adalah 5 dan nilai minimum adalah 1. Skala Likert, kategori respon yang terdiri dari lima, mulai dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju, bila pernyataan itu sifatnya positif diberi skor 5, 4, 3, 2, 1, dan bila pernyataan itu bersifat negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, 5 (Suharsaputra, 2012). Lembar observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan mengamati aspek jujur, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya diri siswa pada saat pembelajaran berlangsung berdasarkan indikator yang disiapkan pada lembar observasi. Dokumen yang dimaksud yaitu arsip penilaian sikap sosial siswa yang dimiliki oleh guru kelas V. Pedoman wawancara dalam penelitian ini berisi tentang uraian penelitian yang dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan agar proses wawancara dapat berjalan dengan baik. Data penelitian yang telah terkumpul berupa sikap sosial, program pengembangan sikap sosial, dan kendala yang ditemukan dalam mengembangkan sikap sosial dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Data sikap sosial siswa secara umum di SD Cipta Dharma, SD No. 5 Sumerta, dan SD No. 1 Sumerta diperoleh melalui analisis lembar kuesioner yang diisi oleh siswa pada masing-masing sekolah. Data sikap sosial siswa diperoleh dengan menggabungkan aspek sikap sosial pada Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Sikap Sosial Siswa penelitian ini yang terdiri dari aspek jujur, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya diri. Data sikap sosial siswa secara umum di SD Cipta Dharma, SD No. 5 Sumerta, dan SD No. 1 Sumerta yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1. No Sekolah Predikat sikap sosial Frekuensi Persentase 1 SD Cipta Dharma Sangat Baik 12 30% Baik 28 70% Cukup - - Kurang - - Jumlah 40 100% 2 SD No. 5 Sumerta Sangat Baik 10 22,7% Baik 33 75% Cukup 1 2,3% Kurang - - Jumlah 44 100% 3 SD No. 1 Sumerta Sangat Baik 13 29,5% Baik 29 65,9% Cukup 2 4,6% Kurang - - Jumlah 44 100% Data sikap sosial pada masingmasing aspek diperoleh hasil yang relatif hampir sama pada masing-masing aspek sikap sosial di tempat penelitian ini yaitu di SD Cipta Dharma, SD No. 5 Sumerta, dan SD No. 1 Sumerta. Berikut penjabaran dari sikap sosial pada masing-masing aspek di SD Cipta Dharma, SD No. 5 Sumerta, dan SD No. 1 Sumerta. Data sikap sosial di SD Cipta Dharma pada aspek jujur, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya diri berdasarkan hasil analisis lembar kuesioner didapatkan hasil yang berbeda-beda pada masing-masing aspek. Pada aspek jujur dengan indikator mengungkapkan perasaan apa adanya didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 35%, siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 27,5%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 22,5%. Pada sikap sosial aspek jujur indikator mengerjakan ulangan dengan tidak menyontek, siswa yang berada pada 12,5%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 50%, siswa yang persentase 37,5%. Pada aspek tanggung jawab dengan indikator menerima resiko dari tindakan yang dilakukan, siswa yang berada pada 62,5%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 35%, dan siswa yang persentase 2,5%. Pada aspek toleransi dengan indikator mampu bekerjasama dengan siapapun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, serta keyakinan dan indikator menerima kesepakatan meskipun berbeda pendapat yang dimiliki terdapat persentase predikat yang sama. Siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 40%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 57,5%, dan siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 2,5%.

Pada aspek gotong royong dengan indikator menyelesaikan masalah dengan bekerjasama didapatkan hasil siswa siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 67,5% dan siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 32,5%. Pada aspek disiplin dengan indikator datang tepat waktu didapatkan hasil siswa yang berada pada 37,5%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 57,5%, dan siswa yang persentase 5%. Pada aspek sopan dengan indikator mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 42,5%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 50%, siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 5%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 2,5%. Pada aspek percaya diri dengan indikator berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dan predikat baik berada pada persentase yang sama yaitu 42,5% dan siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 15%. Berdasarkan hasil analisis lembar kuesioner didapatkan hasil yang berbedabeda pada masing-masing aspek sikap sosial di SD No. 5 Sumerta. Berikut penjabaran data sikap sosial di SD No. 5 Sumerta pada aspek jujur, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya diri. Pada aspek jujur indikator mengungkapkan perasaan apa adanya, siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 15,9%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 43,2%, siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 22,7%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 18,2%. Pada sikap sosial aspek jujur indikator mengerjakan ulangan dengan tidak menyontek, siswa yang berada pada 36,4%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 20,5%, siswa yang persentase 31,8%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 11,3%. Pada aspek tanggung jawab dengan indikator menerima resiko dari tindakan yang dilakukan siswa yang berada pada 38,7%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 54,5%, dan siswa yang persentase 6,8%. Pada aspek toleransi dengan indikator mampu bekerjasama dengan siapapun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, serta keyakinan siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 41%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 50%, siswa yang berada pada predikat cukup dan predikat kurang dengan persentase yang sama yaitu 4,5%. Pada aspek gotong royong dengan indikator menyelesaikan masalah dengan bekerjasama didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 59,1% dan siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 40,9%. Pada aspek disiplin dengan indikator datang tepat waktu didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 15,9%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 56,8%, siswa yang persentase 18,2%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 9,1%. Pada aspek sopan dengan indikator mengucapkan terimakasih setelah menerima bantuan orang lain didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 47,7%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 45,5%, dan siswa yang persentase 6,8%. Pada aspek percaya diri dengan indikator berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan didapatkan hasil siswa yang berada pada 29,5%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 38,6%, dan siswa

yang persentase 31,9%. Berdasarkan hasil analisis lembar kuesioner didapatkan hasil yang berbedabeda pada masing-masing aspek sikap sosial di SD No. 1 Sumerta. Berikut penjabaran data sikap sosial di SD No. 1 Sumerta pada aspek jujur, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya diri. Pada aspek jujur indikator mengungkapkan perasaan apa adanya, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 56,8%, siswa yang persentase 36,4%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 6,8%. Pada sikap sosial aspek jujur indikator mengerjakan ulangan dengan tidak menyontek, siswa yang berada pada 27,3%, siswa yang berada pada predikat baik dan cukup dengan persentase yang sama yaitu 34,1%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 4,5%.Pada aspek tanggung jawab dengan indikator menerima resiko dari tindakan yang dilakukan siswa yang berada pada predikat sangat baik dan predikat baik terdapat dalam persentase yang sama yaitu 50%. Pada aspek toleransi dengan indikator mampu bekerjasama dengan siapapun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, serta keyakinan siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 27,3%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 61,4%, dan siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 11,3%. Pada sikap sosial aspek toleransi indikator menerima kesepakatan meskipun berbeda dengan pendapat yang dimiliki, siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 40,9%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 52,3%, siswa yang berada di predikat cukup dengan persentase 4,5%, dan siswa yang berada di predikat kurang dengan persentase 2,3%. Pada aspek gotong royong dengan indikator menyelesaikan masalah dengan bekerjasama didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 65,9%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 29,5%, dan siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 4,6%. Pada aspek disiplin dengan indikator datang tepat waktu didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 31,8%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 56,8%, siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 9,1%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 2,3%. Pada aspek sopan dengan indikator mengucapkan terimakasih setelah menerima bantuan orang lain didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 40,9%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 52,3%, siswa yang persentase 2,3%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 4,5%. Pada aspek percaya diri dengan indikator berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan didapatkan hasil siswa yang berada pada predikat sangat baik dengan persentase 25%, siswa yang berada pada predikat baik dengan persentase 59,1%, siswa yang berada pada predikat cukup dengan persentase 13,6%, dan siswa yang berada pada predikat kurang dengan persentase 2,3%. Data program pengembangan sikap sosial dan kendala yang ditemukan dalam mengembangkan sikap sosial diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap guru kelas V dan kepala sekolah. Hasil wawancara yang diperoleh direduksi untuk menghilangkan data yang tidak diperlukan dan menggunakan hasil wawancara yang berkaitan dengan program pengembangan sikap sosial dan kendala yang ditemukan dalam mengembangkan sikap sosial. Hasil wawancara program pengembangan sikap sosial oleh kepala sekolah didapatkan hasil seperti Tabel 2.

Tabel 2. Hasil wawancara program pengembangan sikap sosial oleh kepala sekolah dan kendala yang ditemukan No. Kepala Sekolah 1 SD Cipta Dharma 2 SD No. 1 Sumerta 3 SD No. 5 Sumerta Program Pengembangan Sikap Sosial Memperingati hari ulang tahun sekolah dengan mengadakan bakti sosial ke panti asuhan dan petugas DKP. Memberikan pembinaan dan sosialisasi kepada siswa mengenai tertib berlalu lintas dengan mengundang polisi sebagai pembicara. Mengembangkan sikap sosial siswa melalui ekstra kurikuler pramuka dan penyelipan kegiatan pramuka jika memungkinkan dilakukan dalam proses pembelajaran Kendala yang ditemukan Mengawasi siswa saat bakti sosial karena jumlah siswa yang tidak sebanding dengan guru. Setiap tahun sekolah harus menentukan instansi-instansi terkait yang dapat memberikan sosialisasi kepada siswa, agar siswa tidak bosan dalam mendengarkan sosialisasi Jumlah siswa dan guru pembina yang tidak seimbang. Sementara hasil wawancara terhadap guru mengenai program yang dilakukan dalam mengembangkan sikap sosial siswa dan kendala yang ditemukan didapatkan hasil seperti Tabel 3. Tabel 3. Hasil wawancara program pengembangan sikap sosial oleh guru dan kendala yang ditemukan No. Guru Kelas V Program Pengembangan Sikap Sosial Kendala yang ditemukan 1 SD Cipta Dharma 2 SD No. 5 Sumerta 3 SD No. 1 Sumerta Aktivitas pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan di kelas adalah pembelajaran berkelompok. Aktivitas pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan di kelas adalah belajar kelompok, melakukan pertukaran informasi dengan teman sejawat atau biasa disebut tutor sebaya. Aktivitas pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan di kelas adalah pembelajaran berkelompok atau mengarahkan siswa belajar dengan kartu tanya. Saat belajar kelompok tidak semua siswa bekerja dengan baik dan terkadang pula siswa hanya banyak bicara dibandingkan dengan mengerjakan tugas. Siswa susah diberi tahu dan terkadang juga siswa bersangkutan mengganggu teman. Saat siswa membuat kartu tanya terkadang siswa menjiplak pertanyaan dibuku ataupun siswa meminta teman mereka untuk membuat pertanyaan. Berdasarkan hasil analisis data diketahui sikap sosial siswa kelas V di SD Cipta Dharma, SD No. 5 Sumerta, dan SD No. 1 Sumerta relatif hampir memiliki persentase yang sama pada masingmasing predikat sikap sosial.

Pada masing-masing aspek sikap sosial yaitu jujur, tanggung jawab, toleransi, gotong royong, disiplin, sopan, dan percaya diri didapatkan hasil dengan persentase yang relatif sama. Pada aspek tanggung jawab, toleransi, gotong royong, disiplin, dan sopan hanya sebagian kecil siswa yang berada di bawah predikat baik di tiga SD Gugus Srikandi yaitu kurang dari 15%. Sedangkan pada sikap sosial aspek jujur dan percaya diri cukup banyak siswa yang berada di bawah predikat baik di tiga SD Gugus Srikandi yaitu berada diatas 20%. Permasalahan sikap sosial siswa pada aspek jujur dan percaya diri diakui guru merupakan permasalahan utama yang dihadapi dalam mengembangkan sikap sosial siswa. Guru mengatakan untuk menumbuhkembangkan sikap sosial aspek jujur dan percaya diri diperlukan pembiasaan dan waktu yang relatif lama. Berdasarkan permasalahan tersebut, peran guru sangat diperlukan untuk dapat mengatasi permasalahan sikap sosial siswa pada aspek jujur dan percaya diri. Guru dalam hal ini sebagai pelaksana pembelajaran di kelas harus melakukan pembinaan ekstra pada sikap sosial siswa aspek jujur dan aspek percaya diri pada proses pembelajaran agar terjadi perubahan sikap sosial aspek jujur dan percaya diri ke arah yang lebih baik, namun tetap dengan tidak mengesampingkan dalam membina aspek sikap sosial lainnya meskipun hanya sebagian kecil siswa yang tidak tuntas. Untuk mengatasi permasalahan sikap sosial siswa pada aspek jujur dan percaya diri guru dapat menggunakan pendekatan integrasi intradisipliner untuk lebih mengembangkan sikap sosial siswa. Menurut Prastowo (2013) pendekatan integrasi intradisipliner adalah usaha mengintegrasikan kompetensi-kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan menjadi satu kesatuan utuh pada setiap mata pelajaran. Pendekatan integrasi intradisipliner akan mengembangkan sikap sosial karena pada proses pembelajaran siswa tidak hanya belajar materi pelajaran, tetapi juga mengembangkan kompetensi sikap yang dialami siswa saat proses pembelajaran, yang salah satunya adalah sikap sosial. Pendekatan integrasi intradisipliner akan menuntun siswa dalam perubahan sikap sosial yang lebih baik. Perubahan sikap sosial dalam pembentukan dan perkembangannya dari sikap sosial yang belum baik masih bisa berubah ke arah yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Gerungan (2004) yang menyatakan bahwa sikap tidak dibawa orang sejak dilahirkan tetapi dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Perkembangan sikap sosial siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Djaali (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap sosial yakni faktor indogen dan faktor eksogen yakni lingkungan. Faktor indogen atau dari dalam diri siswa sangat dipengaruhi oleh faktor eksogen. Sikap sosial siswa yang baik tentu harus didukung oleh faktor eksogen yang kondusif. Pada lingkungan yang pertama dikenal siswa yaitu keluarga siswa diajarkan hal kecil tetapi mendasar dengan memberikan contoh bagaimana bersikap terhadap orang lain. Pada ruang lingkup yang lebih luas di lingkungan masyarakat siswa menemukan karakter orang yang berbeda-beda sehingga siswa harus dapat bersikap dalam memilah dan memilih sikap yang harus diikuti berdasarkan pelajaran yang didapatkan dari lingkungan keluarga. Sehingga pada akhirnya sikap sosial siswa yang sebelumnya terbentuk di lingkungan keluarga dan masyarakat dapat membantu dalam mengembangkan sikap sosial siswa yang sudah baik ataupun merubah sikap sosial siswa yang belum baik pada proses pembelajaran di lingkungan sekolah. Sikap sosial siswa yang belum baik harus dirubah melalui proses belajar menuju ke arah sikap sosial yang baik agar sikap sosial memiliki kestabilan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmadi (2009) yang menyatakan sikap memiliki kestabilan yang bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap, stabil, dan melalui pengalaman. Pengalaman yang didapatkan mengarahkan siswa menuju perubahan sikap sosial ke arah sikap sosial yang baik. Perubahan sikap sosial siswa ke arah yang baik akan tercapai dengan adanya dukungan program pengembangan sikap sosial, baik program pengembangan dari guru kelas V ataupun dari kepala sekolah.

Berbagai program yang dirancang oleh guru kelas V dan kepala sekolah di tiga SD Gugus Srikandi menuntun siswa untuk konsisten dalam mengembangkan sikap sosial pada aktivitas pembelajaran ataupun pada kegiatan lain di sekolah yang berpusat pada siswa. Berbagai aktivitas pembelajaran yang berpusat pada siswa tersebut akan membantu siswa dalam mengembangkan sikap sosial pada diri mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (2002) yang menyatakan sebagian besar dari para psikologi sosial berpendapat bahwa sikap terbentuk dari pengalaman melalui proses belajar, termasuk proses belajar langsung. Sikap yang terbentuk melalui pengalaman langsung akan lebih kuat daripada sikap yang terjadi melalui proses belajar lainnya. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian tersebut simpulan penelitian ini adalah, pertama sikap sosial siswa kelas V di SD Cipta Dharma dengan persentase 30% berada pada predikat sangat baik dan 70% berada pada predikat baik, sikap sosial siswa kelas V di SD No. 5 Sumerta dengan persentase 22,7% berada pada predikat sangat baik, 75% berada pada predikat baik, dan 2,3% berada pada predikat cukup, sikap sosial siswa kelas V di SD No. 1 Sumerta dengan persentase 29,5% berada pada predikat sangat baik, 65,9% berada pada predikat baik, dan 4,6% berada pada predikat cukup. Kedua, program yang dilakukan dalam mengembangkan sikap sosial yaitu pembelajaran berkelompok, dan ketiga, kendala yang ditemukan dalam mengembangkan sikap sosial yaitu siswa mengganggu teman saat proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu guru disarankan agar lebih mengoptimalkan pembelajaran dengan kurikulum 2013 untuk lebih mematangkan pada pembentukan sikap sosial. DAFTAR RUJUKAN Ahmadi, Abu. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. Djaali. 2008. Psiokologi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Kemdiknas. 2013. Kemampuan Siswa Dapat Ditingkatkan Dengan Mengubah Metode Pembelajaran. Tersedia pada http://www. kemdiknas.go.id/kemdikbud/berita/ 1924 (diakses tanggal 18 Januari 2015). Kurinasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Cetakan Ke-1. Surabaya: Kata Pena. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 81 A tentang Implementasi Kurikulum. 2013. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: Diva Press. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka. Satori, Djam an dan Komariah, Aan. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian. Bandung: Refika Aditama. Susanto, Ahmad. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.