BAB I PENDAHULUAN. Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap

dokumen-dokumen yang mirip
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II TAHUN 2004 TENTANG WAKAF. A. Dasar pemikiran lahirnya UU No 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti zakat, infak, shadaqah, hibah, dan wakaf. Lembaga-lembaga ekonomi

BAB III WAKAF HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DALAM PASAL 16 UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. tahan lama (zatnya) kepada seseorang atau nadzir (penjaga wakaf), baik berupa

MANFAAT DAN HAMBATAN DALAM PENGELOLAAN WAKAF UANG * Oleh Drs. H. Asrori, S.H., M.H

MANAJEMEN WAKAF DI KOTA MALANG PASCA PENETAPAN BADAN WAKAF INDONESIA KOTA MALANG. Abdur Rozzaq ABSTRAK

PROFIL BADAN WAKAF INDONESIA. Ditulis oleh Web Master Sabtu, 12 Juni :54

BAB I PENDAHULUAN. masjid Quba sebagai wakaf pertama, kemudian beliau membangun masjid Nabawi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat dalam rangka ibadah ijtima iyah (ibadah sosial). kepada Allah SWT dan ikhlas karena mencari ridho-nya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN WAKAF INDONESIA

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGGANTIAN NAZHIR HARTA BENDA WAKAF TIDAK BERGERAK BERUPA TANAH

KAJIAN ATAS GANTI RUGI TANAH DAN/ATAU BANGUNAN WAKAF DALAM PENGADAAN TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PRAKTEK PEMBINAAN NAZHIR DI WILAYAH KECAMATAN KEBONAGUNG KABUPATEN DEMAK MENURUT PP NO 42 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW bersabda, apabila manusia meninggal dunia, maka

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Oleh Mulya E. Siregar, Direktur Perbankan Syariah Bank Indonesia.

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF BERGERAK BERUPA UANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Keuangan mulai tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat. Hal ini dapat. dilihat dari terus meningkatnya perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengelolaan Pengembangan Wakaf Uang Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2006 Pasal 48 Pada Bank BPD DIY Syariah

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG ADMINISTRASI PENDAFTARAN WAKAF UANG

Manajemen Aset Wakaf Jumat, 01 November :16

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian badan, seperti shalat, puasa atau juga melalui bentuk pengabdian berupa

BAB V PENUTUP. bahwa pergeseran pemahaman wakaf tuan guru di Lombok menjiwai karakteristik

RESUME TESIS WAKAF DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM (Study Naratif Wakaf Produktif dan Pengembangannya melalui Investasi)

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu kewajiban yang bersifat dogmatis dan hanya mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

BAB IV ANALISIS PERWAKAFAN DI KJKS BMT AL-FATTAH PATI. A. Praktek Perwakafan Uang di KJKS BMT AL-FATTAH Pati

BAB IV ANALISIS WAKAF UANG DI KSPPS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG BABAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan demikian itu, tidak hanya karena kelalaian atau ketidak mampuan. sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukan wakaf.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu ibadah wajib. Selain zakat fitrah yang menjadi kewajiban setiap

PENDAHULUAN. Belakangan ini di Indonesia muncul berita yang mengejutkan berbagai

PEMENUHAN SYARAT DAN KEABSAHAN BADAN PENYELENGGARA DAN LAHAN DALAM PENDIRIAN DAN PERUBAHAN BENTUK PTS SERTA PENAMBAHAN PS

ANALISIS PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NO 1 TAHUN 2009 TERHADAP IMPLEMENTASI SETORAN WAKAF YANG DI BANK SYARIAH MANDIRI

BAB IV HAK DAN KEWAJIBAN NAZHIR YAYASAN PONDOK PESANTREN MODERN AL-QUR AN BUARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara besar dengan mayoritas penduduknya beragama

Sambutan Presiden RI pada Pencanangan Gerakan Nasional Wakaf Uang, 8 Januari 2010 Jumat, 08 Januari 2010

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum dengan menyerahkan sebagian dari harta bendanya untuk

TATA CARA DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana di ketahui bahwa negara Indonesia mayoritas. kepentingan keagamaan, seperti pembangunan rumah ibadah maupun kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang sudah mapan. Dalam hukum Islam, wakaf tersebut termasuk

SISTEM EKONOMI ISLAM DAN KESEJAHTERAAN UMAT

III. Upaya Strategis Pengembangan Wakaf Salah satu upaya strategis pengembangan wakaf yang dilakukan oleh Pemerintah C.q. Departemen Agama adalah

BAB IV PENARIKAN HARTA WAKAF MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu ibadah yang paling penting. Dalam Al-Qur an kerap kali

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF MASJID DAN WAKAF QUR AN DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH SURABAYA

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP TUGAS NADIR LANGGAR WAKAF AL QADIR DESA JEMUR NGAWINAN KECAMATAN WONOCOLO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

BAB V PENUTUP. dan pelaksanaan wakaf tunai di Tabung Wakaf Indonesia Dompet Dhuafa. Jakarta diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Oleh Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, Guru Besar Fakultas Syariah UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENGELOLAAN WAKAF UANG DI BAITUL MAAL HIDAYATULLAH SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. wakaf yaitu, ajaran Islam mengenai wakaf, peraturan perundang-undangan dan

BAB I P E N D A H U L U A N

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. oleh semua negara di dunia. Kemiskinan tidak bisa dianggap mudah untuk

BAB I PENDAHULUAN. para pemeluknya. Keduanya disebut dengan dua kalimat hablum minallah wa

BAB II KONSEP WAKAF DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO. 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DAN KONSEP TANAH FASUM (FASUM) DALAM HUKUM PERTANAHAN DI INDONESIA

WAKAF SEBAGAI ALTERNATIF PENDANAAN PENGUATAN EKONOMI MASYARAKAT INDONESIA

EFEK MULTIPLIER WAKAF UANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP PROGRAM PENGENTASAN KEMISKINAN

Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Oktober :57 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 28 Oktober :12

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG TEORI WAKAF TUNAI

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang di dunia. Indonesia

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO 41 TAHUN 2004 TERHADAP PENERAPAN WAKAF BERJANGKA DI BANK SYARIAH BUKOPIN CABANG WARU SIDOARJO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

BAB IV ANALISIS TERHADAP WAKAF BERJANGKA WAKTU DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004

BAB II DESKRIPSI UMUM WAKAF DAN PERUBAHAN STATUS HARTA BENDA WAKAF MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

Tanab Wakaf. \ ~eri\lnterian Agama RI Direktorat jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Wakaf. Tahun zou

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain adalah untuk memajukan

PENDAYAGUNAAN ZAKAT PRODUKTIF DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat L-ZIS Assalaam Solo)

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghilangkan kesenjangan sosio-ekonomi masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PROSES PERALIHAN HAK ATAS TANAH WAKAF (Studi kasus di KUA Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di


17. Qahaf, Mundzir, 2005, Manajemen Wakaf Produktif, Khalifa, Jakarta 18. Soekamto, Soerjono, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta.

Raffles City Hotel 04 Oktober Oleh : Drs. H. Mulya Hudori, M.Pd Kabag Tata Usaha Kementerian Agama Provinsi Bengkulu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Wakaf

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Zakat Center Thoriqotul Jannah (Zakat Center) merupakan salah satu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di tengah problem sosial masyarakat Indonesia dan tuntutan terhadap kesejahteraan ekonomi akhir-akhir ini, keberadaan lembaga wakaf menjadi cukup strategis. Di samping sebagai salah satu aspek ajaran Islam yang berdimensi spiritual, wakaf merupakan ajaran yang berdimensi spiritual, wakaf juga merupakan ajaran yang merupakan ajaran yang menekankan pentingnya kesejahteraan ekonomi (dimensi sosial). Karena itu, pendefinisian ulang terhadap wakaf agar memiliki makna yang lebih relevan dengan kondisi riil persoalan kesejahteraan menjadi penting. 1 1 Achmad Djunaidi dkk, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Jakarta : Departemen Agama RI, 2008), h. 2 1

2 Dalam Islam, wakaf merupakan ibadah yang bercorak sosial ekonomi yang nyata. Dalam sejarah Islam klasik, wakaf telah memainkan peran yang sangat signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan kaum muslimin, baik di bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan sosial dan kepentingan umum, kegiatan keagamaan, pengembangan ilmu pengetahuan serta peradaban Islam secara umum. Wakaf juga merupakan salah satu sumber dana sosial potensial yang erat kaitannya dengan kesejahteraan umat di samping zakat, infaq dan shadaqah. Di Indonesia, wakaf telah dikenal dan dilaksanakan oleh umat Islam sejak agama Islam masuk di Indonesia. Sebagai salah satu institusi keagamaan yang erat hubungannya dengan sosial ekonomi, wakaf telah banyak membantu pembangunan secara menyeluruh di Indonesia, baik dalam pembangunan sumber daya manusia maupun dalam pembangunan sumber daya sosial. Tak dapat dipungkiri, bahwa sebagian besar rumah ibadah, perguruan Islam dan lembagalembaga keagamaan Islam lainnya dibangun di atas tanah wakaf. Dari paparan di atas, diperoleh gambaran betapa pentingnya kedudukan wakaf dalam masyarakat muslim dan betapa besarnya peranan uang dalam perekonomian dewasa ini. Hanya saja potensi wakaf yang besar tersebut belum banyak didayagunakan secara maksimal oleh pengelola wakaf (nazhir). Padahal wakaf memiliki potensi yang krusial untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat, terutama dengan konsep wakaf uang, terlebih lagi di saat pemerintah tidak sanggup lagi menyejahterakan rakyatnya.

3 Istilah wakaf uang belum begitu familiar di tengah masyarakat Indonesia, hal ini bisa dilihat dari pemahaman masyarakat Indonesia yang memandang wakaf hanya sebatas pada pemberian berbentuk barang tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan yang diperuntukkan untuk tempat ibadah, kuburan, pondok pesantren, rumah yatim piatu dan pendidikan semata. 2 Kemanfaatan benda wakaf masih berkisar pada hal-hal yang bersifat fisik sehingga tidak memberikan dampak ekonomi secara signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat. Banyaknya harta benda wakaf yang ada di Indonesia belum mampu mengatasi masalah kemiskinan. Benda yang bergerak seperti uang misalnya pada hakikatnya juga merupakan salah satu bentuk instrumen wakaf yang memang diperbolehkan dalam Islam yang dipelopori oleh M. A. Mannan, seorang ekonom yang berasal dari Bangladesh. Wakaf uang dipandang sebagai salah satu solusi yang dapat membuat wakaf menjadi lebih produktif. Apabila wakaf uang mampu dikelola dan diberdayakan oleh suatu lembaga profesional, maka wakaf uang akan sangat membantu dalam mensejahterakan ekonomi umat, memenuhi hak-hak masyarakat serta mengurangi penderitaan masyarakat. Pengelolaan wakaf uang secara produktif untuk kesejahteraan masyarakat menjadi tuntutan yang tidak bisa dihindari lagi. Indonesia yang tergolong negara yang sering mengalami krisis ekonomi memerlukan partisipasi banyak pihak. 3 Karena itu sudah selayaknya umat Islam khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya menekankan pentingnya pembentukan sebuah Lembaga Wakaf 2 Achmad Djunaidi dkk, Paradigma, h.30 3 Achmad Djunaidi dkk, Menuju Era Wakaf Produktif, (Depok : Mumtaz Publishing, 2008), h. 90

4 Nasional yang berdasarkan Undang-Undang tentang Wakaf yang mampu mengelola wakaf khususnya wakaf uang secara profesional dan produktif, 4 seperti BWI. Badan Wakaf Indonesia yang selanjutnya disebut BWI lahir sebagai jawaban bagi pengembangan pengelolaan perwakafan Indonesia lebih profesional dan modern sehingga menghasilkan manfaat wakaf yang dapat mensejahterakan umat. Badan Wakaf Indonesia menduduki peran kunci, selain berfungsi sebagai nazhir, BWI juga sebagai pembina nazhir sehingga harta benda wakaf dapat dikelola dan dikembangkan secara produktif. Dalam menentukan tujuannya, BWI menetapkan strategi secara tepat dan relevan sesuai dengan visi dan misi BWI dalam mengelola dan mengembangkan wakaf uang secara produktif. Setelah strategi ditentukan, maka dibutuhkan suatu perencanaan, pengorganisasian, dan pelaksanaan yang efisien dan produktif, sehingga tujuan wakaf uang sebagai media untuk mensejahterakan masyarakat dapat terpenuhi. Pola organisasi dan kelembagaan BWI harus merespon terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf yang selanjutnya disebut UU Wakaf dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2006 tentang pelaksanaan UU Wakaf, disebutkan Badan Wakaf Indonesia (BWI) merupakan lembaga independen yang bertugas untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia yang bertempat di Jakarta sebagai center Negara Indonesia. Berdirinya BWI diharapkan sebagai kunci dalam 4 Pasal 49 ayat (2) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004

5 pemberdayaan, pengembangan serta pengelolaan wakaf secara produktif, sehingga wakaf dapat berfungsi untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. BWI sebagai lembaga wakaf amanah negara harus mempromosikan programnya untuk mensosialisasikan wakaf uang pada masyarakat luas, sehingga BWI juga harus mempunyai strategi-strategi dalam melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan padanya. BWI yang menghimpun wakaf uang, mengelolanya, mengembangkannya serta menyalurkannya harus tepat pada mauquf alaih. Oleh karena itu penelitian ini penting dilaksanakan untuk dapat mengungkap dan mengkaji, konsep dan aplikasi BWI dalam pengembangan wakaf uang ditinjau dari Undang-Undang wakaf, serta peran BWI dalam pengembangan wakaf uang. Harapannya penelitian ini bisa menjadi acuan lembaga-lembaga yang berpartisipasi mengembangkan wakaf uang sesuai dengan Undang-Undang Wakaf dari berbagai segi. B. Rumusan Masalah Penelitian ini difokuskan untuk menjawab pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana peran BWI dalam pengembangan wakaf uang di Indonesia? 2. Bagaimana kesesuaian konsep dan praktik wakaf uang di BWI dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf?

6 C. Tujuan Penelitian Dengan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi dan mendiskripsikan peran BWI dalam pengembangan wakaf uang di Indonesia. 2. Mengidentifikasi dan mendiskripsikan kesesuaian konsep dan praktik wakaf uang di BWI dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengembangan keilmuan hukum bisnis syar ah dengan wakaf uang dan diharapkan menjadi rujukan bagi penelitian selanjutnya. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan atau pedoman untuk pengembangan wakaf uang di BWI atau masyarakat luas yang ingin ikut berperan dalam pengembangan wakaf uang. Wakaf uang sudah sering disebut dan digaungkan di kalangan masyarakat, sehingga hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat menjadi rujukan atau pedoman yang tepat dan diterapkan secara langsung yang sesuai dengan udang-undang dan peraturan yang terkait.

7 E. Definisi Operasional 1. Wakaf Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerah akan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syari ah ( Pasal 1 UU No. 41 Tahun 2004). 2. Wakif Wakif Adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya (Pasal 1 UU No. 41 Tahun 2004). 3. Mauquf alaih Pihak yang ditunjuk untuk memperoleh manfaat dari peruntukan harta benda wakaf sesuai pernyataan kehendak Wakif yang dituangkan dalam Akta Ikrar Wakaf disebut Mauquf alaih (Pasal 1 UU No. 41 Tahun 2004). 4. Wakaf Uang Wakaf Uang adalah wakaf yang dilakukan seseorang, kelompok orang, lembaga atau badan hukum dalam bentuk uang tunai (Fatwa MUI tentang Wakaf Uang).

8 5. BadanWakaf Indonesia (BWI) Badan wakaf Indonesia adalah lembagai independen dalam pelaksanaan tugasnya untuk memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia. (Pasal 47 UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf) F. Sistematika Pembahasan Penulisan skripsi akan diorganisasi dalam 5 bab.bab I adalah pendahuluan. Dalam bab ini akan dipaparkan gambaran dasar penelitian yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian definisi operasional, dan sistematika penulisan. Bab I ini menjadi dasar atau alasan dilakukannya penelitian. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian dapat diketahui melalui bab ini. Bab II merupakan tinjauan pustaka yang mencakup penelitian terdahulu dan kerangka teori. Dalam bab ini menguraikan teori dan konsep yang menjadi dasar bagi penulis untuk menganalisis dan menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah yang telah ditetapkan. Dalam bab ini peneliti terlebih dahulu menguraikan tentang pengertian wakaf uang, mulai dari pengertian, perkembangan konsep wakaf uang serta pelaksanaannya. Dijelaskan pula profil serta peran BWI yang sebagai tempat objek penelitian. Bab yang memuat mengenai jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, pendekatan penelitian, metode pengumpulan data, metode pengolahan data adalah

9 Bab III. Bab ini berjudul Metode Penelitian yang bertujuan untuk menentukan langkah-langkah dan metode-metode yang digunakan dalam proses penelitian. Data-data yang telah diperoleh dari subyek penelitian atau informan penelitian yang kemudian dianalisis untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan diuraikan dalam Bab IV, yaitu hasil penelitian dan Pembahasan. Bab ini bertujuan untuk memaparkan hasil penelitian yang telah dianalisis. Bab yang terakhir yaitu Bab V berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban secara singkat dari rumusan masalah, sedangkan saran adalah usulan kepada pihak-pihak terkait atau pihak-pihak yang memiliki kewenangan lebih terhadap tema penelitian. Saran ini diberikan demi kebaikan bagi masyarakat atau bagi peneliti yang akan melakukan penelitian di masa yang akan datang.