BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori adalah landasan berpikir yang bersumber dari suatu teori yang sering diperlukan sebagai tuntunan untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam sebuah penelitian. 2.1.1 Teori Harapan (Expectancy Theory) Vroom (1994) mengetengahkan suatu teori yang disebut teori harapan. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seseorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasi untuk berupaya akan menjadi rendah. Teori harapan didasarkan pada harapan (expectancy), nilai (valence), dan pertautan (instrumentality) Teori harapan digunakan sebagai teori utama dari pendekatan terhadap rumusan masalah yang diajukan. Hal ini berkaitan dengan gambaran mengenai pengaruh persepsi investor dengan melihat motivasi yang ditunjukkan untuk mendapatkan suatu hasil tertentu dari investasi yang dipilih dengan memperhatikan tingkat risiko yang tercermin dalam rasio-rasio keuangan perusahaan emiten. 12
13 2.1.2 Teori Pasar Efisien Gumanti dan Utami (2002) menyebutkan bahwa salah satu terobosan penting dalam perkembangan teori keuangan perusahaan adalah dikedepankannya hipotesis pasar efisien (Efficient-Market Hypothesis) oleh Fama di tahun 1970. Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorang pun, baik investor individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh abnormal return dalam jangka waktu yang lama dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada. Artinya, harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada (stock prices reflect all available information). Jika pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar seperti ini disebut dengan pasar efisien (Jogiyanto, 2010). Menurut Fama (1970) dalam Jogiyanto (2010), menyajikan tiga macam bentuk utama dari efisiensi pasar yang berdasarkan ketiga macam bentuk dari informasi yaitu: 1) Efisiensi pasar bentuk lemah (weak form), 2) Efisiensi pasar bentuk setengah kuat (semistrong form), dan 3) Efisiensi pasar bentuk kuat (strong form). Studi dalam hipotesis pasar efisien bentuk setengah kuat disebut dengan studi peristiwa (event study). Menurut Mackinlay (1977), event study adalah bagaimana mengukur pengaruh suatu peristiwa tertentu terhadap suatu nilai perusahaan. Kegunaan event study adalah memberikan rasionalitas di dalam pasar bahwa efek suatu peristiwa akan segera dengan cepat terefleksikan pada harga suatu surat berharga di pasar modal. Lamasigi (2002) menyimpulkan bahwa event
14 study dikembangkan untuk menganalisis reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan. Peristiwa tersebut meliputi peristiwa ekonomi maupun peristiwa non-ekonomi untuk mengetahui ada tidaknya abnormal return yang diperoleh pemegang saham. Selain itu, juga dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi dari suatu peristiwa atau pengumuman. Jika suatu peristiwa atau pengumuman mengandung informasi maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Event study merupakan penelitian yang mengamati dampak dari pengumuman informasi terhadap harga sekuritas. Penelitian event study umumnya berkaitan dengan seberapa cepat suatu informasi yang masuk ke pasar dapat tercermin pada harga saham. Metode ini juga dapat digunakan untuk menguji efisiensi pasar modal, yaitu dengan melakukan pengukuran besarnya dampak suatu peristiwa dengan menilai kecepatan reaksi harga saham terhadap peristiwa yang bersangkutan. Semakin efisien suatu pasar modal, maka akan semakin cepat informasi diserap dan terefleksikan pada harga saham. Reaksi pasar dapat ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham dari masing-masing sekuritas dan dapat diukur menggunakan abnormal return. Abnormal return menurut Jogiyanto (2010) adalah selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya (actual return) dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return). Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Abnormal return terjadi karena terdapat informasi baru yang mengubah nilai perusahaan dan direaksi oleh investor dalam bentuk kenaikan atau penurunan harga pasar. Bila suatu
15 pengumuman mengandung informasi, maka pasar akan menerima abnormal return, dan sebaliknya jika suatu pengumuman tidak mengandung informasi maka pasar tidak akan menerima abnormal return (Hartono, 2010). Teori pasar efisien digunakan sebagai teori pendukung terhadap rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini. Penelitian ini berangkat dari konsep studi peristiwa (event study), yaitu adanya motivasi untuk menyelidiki kandungan informasi dari serangkaian peristiwa berkaitan dengan Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 dalam mempengaruhi persepsi investor ketika membuat keputusan investasi. 2.1.3 Abnormal Return Abnormal return menurut Jogiyanto (2010) adalah selisih antara tingkat keuntungan sebenarnya (actual return) dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (expected return). Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal merupakan return yang diharapkan oleh investor dengan mempertimbangkan tingkat risikonya. Selisih return akan positif jika return yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang dihitung, sedangkan return akan negatif jika return yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang dihitung (Rachmawati, 2005). Menurut Jogiyanto (2010), studi peristiwa menganalisis return tidak normal dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal return atau exces sreturn merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Sehingga dapat disimpulkan,
16 bahwa abnormal return terjadi karena dipicu oleh adanya kejadian atau peristiwa tertentu, misalnya hari libur nasional, suasana politik, kejadian-kejadian luar biasa, stock split, penawaran perdana, suspend, dan lain-lain. Abnormal return adalah selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi. Formulasinya adalah sebagai berikut (Jogiyanto, 2010): ARi,t = Ri,t E [Ri,t]... (1) Keterangan: ARi,t : abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Ri,t : return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t E [Ri,t]: return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t Menurut Brown dan Warner (1985) dalam Jogiyanto (2010) terdapat tiga model dalam mengestimasi expected return, yaitu sebagai berikut: 1) Mean-Adjusted Model Model disesuaikan rata-rata (Mean-Adjusted Model) menganggap bahwa return ekspektasi yang bernilai konstan sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode estimasi (estimation period):,=,... (2) Keterangan: E[Ri,t] : Expected Return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Ri,j : return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j T : lamanya periode estimasi, yaitu dari t 1 sampai dengan t 2
17 2) Market Model Perhitungan expected return dengan model pasar (Market Model) dilakukan dengan dua tahap, yaitu pertama membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi, dan kedua menggunakan model ekspektasi tersebut untuk mengestimasi expected return di periode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi Ordinary Least Square (OLS) dengan persamaan: R i,j = α i + β i.r Mj + e ij... (3) Keterangan: R i,j α i β i R Mj e ij : return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j : intercept untuk sekuritas ke-i : koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i : return indeks pasar pada periode estimasi ke-j : kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j 3) Market-Adjusted Model Model disesuaikan pasar (Market-Adjusted Model) menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. E[R i,t ] = R M,i,t... (4)
18 Keterangan: E[R i,t ] : expected return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t R M,i,t : return pasar dari sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t Dimana:,, =... (5) Dalam penelitian ini, expected return dihitung dengan menggunakan market-adjusted model karena model ini mengestimasi return sekuritas sebesar return indeks pasarnya, sehingga tidak perlu menggunakan periode estimasi. Kelebihan dari market adjusted model adalah model ini sederhana dan mudah dalam perhitungannya (Kiryanto et al:2008). Hal ini dilakukan untuk meyakinkan peneliti bahwa reaksi yang terjadi adalah akibat dari peristiwa yang diamati dan bukan karena peristiwa lain yang bisa mempengaruhi peristiwa yang akan diamati tersebut. 2.1.4 Rasio Leverage Rasio leverage digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya (Miranty, 2012). Rasio ini sering disebut financial leverage ratio. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan salah satu rasio yang masuk ke dalam kategori rasio leverage. DER merupakan tingkat penggunaan utang terhadap total shareholder s equity yang dimiliki perusahaan. DER dihitung dengan rumus (Miranty, 2012): =!"#$... (6)
19 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian tentang event study sebelumnya telah banyak dilakukan. Namun, penelitian sebelumnya dominan mengggunakan peristiwa yang berkaitan dengan faktor ekonomi seperti merger dan akuisisi. Penelitian event study yang berkembang belakangan ini mulai mengarah ke peristiwa non-ekonomi seperti peristiwa politik. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Munawarah (2009), Nurhaeni (2009), Gift dan Gift (2010), Sirait et al (2012), Anggarani (2012), Wardhani (2012), Nezerwe (2013), dan Hung (2013) merupakan peneliti yang telah melakukan penelitian mengenai reaksi pasar terhadap peristiwa non-ekonomi khususnya peristiwa politik. Hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan abnormal return disekitar pengumuman peristiwa yang menandakan bahwa informasi politik tersebut berpengaruh signifikan terhadap pasar modal. Dalam penelitian Saribu (2011) menyatakan bahwa varibel ROE, ROA, DER, dan EPS secara simultan berpengaruh terhadap harga saham. Pendapat tersebut diperkuat oleh Susilowati dan Turyanto (2011) yang juga menyatakan bahwa DER berpengaruh signifikan terhadap return saham. Rachmawati (2006) menyimpulkan bahwa variabel beta saham, ROA, dan DER secara parsial signifikan terhadap return perusahaan LQ-45 di BEI pada periode 2001-2004. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah event study yang digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan peristiwa yang sangat kontroversial berkaitan dengan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI 2014 yang
20 terdiri dari empat peristiwa penting yang berbeda dari Pemilu tahun-tahun sebelumnya, sampel yang digunakan lebih banyak karena tidak hanya melibatkan saham pada LQ45 yang diharapkan mampu mengeneralisasi hasil secara keseluruhan. Penelitian ini juga menggunakan abnormal return yang diproksikan dengan cumulative abnormal return serta menentukan return ekspektasi menggunakan model disesuaikan pasar (market-adjusted model) yang menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Selain itu, penelitian ini menambahkan variabel kontrol, yaitu rasio leverage yang diproksikan dengan debt to equity ratio (DER) untuk memperoleh analisis mendalam terhadap reaksi pasar pada event peristiwa serangkaian pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014.