ANALISIS PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PASANGAN USIA SUBUR DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DESA KABBA KABUPATEN PANGKEP

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

MA RIFATUL AULIYAH Subject : Dukungan Suami, MKJP, Akseptor KB DESCRIPTION ABSTRACT

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS SUKAWARNA TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang keluarga berencana (KB) yang telah dilaksanakan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI RUMAH BERSALIN RACHMI PALEMBANG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA PASIRANGIN KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sensus Penduduk tahun 2010 sebesar 237,6 juta jiwa dengan laju

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP KEPUTUSAN IBU DALAM MEMILIH ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR. Arisna Kadir

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk merupakan modal dasar dalam mewujudkan pembangunan

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA PRODUKTIF TERHADAP METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin nyata. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi IUD pada Wanita PUS di Desa Pasekan Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN PUS TENTANG ALAT KONTRASEPSI IMPLAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NUANGAN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


ANALISA DAMPAK PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP TOTAL ANGKA KELAHIRAN DI PROVINSI MALUKU

KARAKTERISTIK AKSEPTOR METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DAN NON MKJP DI BPS Ny A DESA SUMBERWONO KECAMATAN BANGSAL KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KOTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGENTAN 2 TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan wanita untuk merencanakan kehamilan sedemikian rupa sebagai

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS JOMBANG-KOTA TANGERANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKIKUTSERTAAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

UNIVERSITAS SILIWANGI FAKULTAS ILMU KESEHATAN PEMINATAN KESEHATAN REPRODUKSI SKRIPSI, NOVEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

Pengaruh Keinginan Pasangan Usia Subur (Pus) dalam Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: ASFARIZA YUDHI PRABOWO

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

Transkripsi:

ANALISIS PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PASANGAN USIA SUBUR DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DESA KABBA KABUPATEN PANGKEP Hendriani Syam STIKES Nani Hasanuddin Makassar Alamat korepondensi: hendrianisyam@yahoo.com.id ABSTRAK Program keluarga berencana merupakan suatu upaya untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Upaya yang dilakukan untuk mensukseskan program KB yaitu dengan meningkatkan pemakaian kontrasepsi jangka panjang. Implant merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui lebih mendalam mengenai Analisis pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. Studi ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dengan teknik FGD serta In-depth interview. FGD dilakukan pada informan kunci yaitu 9 istri pasangan usia subur pengguna implant dan 10 istri pasangan usia subur bukan pengguna implant. Wawancara mendalam dilakukan pada informan lain yaitu bidan didesa,, PLKB, ibu (mertua) serta suami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendukung dalam penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: informasi penting sekali dalam pemilihan alat kontrasepsi implant, serta adanya dukungan suami. Penghambat dalam penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: kurangnya informasi yang jelas sehingga akseptor takut untuk memakai implant serta akseptor sudah terlanjur memakai alat kontrasespsi yang lain dan sudah merasa cocok dengan alat kontrasepsi yang digunakan, tidak semua tenaga kesehatan mendapatkan pelatihan tentang implant, kurangnya promosi serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant di masyarakat. Perlu meningkatkan promosi serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant di masyarakat, diadakan pelatihan-pelatihan tentang implant, pemberian reward kepada calon akseptor implant serta tenaga kesehatan pemberi pelayanan, masyarakat diharapkan selalu mengakses informasi yang benar dan akurat tentang alat kontrasepsi implant. Kata kunci: Implant, istri pasangan usia subur, pendukung dan penghambat. ABSTRACT Family planning is an attempt to control growth population. The efforts has been conducted to success the family planning programs that was to improve the long-term contraception usage. Implants is one of the long-term contraception methods. This study aims to find out more in-depth about the supporting and inhibiting Analysis of the fertile couple wive in usage of implants contraception. The study was used qualitative design with phenomenological approach. Data was collected through focus group discussions and in-depth interview technique. FGDs was conducted at key informants that are 9 fertile couples wives as user of implant and 10 fertile couples wives as non-user of implant. Indepth interviews was conducted on other informants that are the midwife in the public health centre, private midwives, PKB, in-laws and husband. The results showed that the supporting factor in usage of implant that were: important information in the selection of contraceptive implant, as well as the support of her husband. Limiting factor in the use of contraceptive implant, namely: the lack of clear information, as well as the mother was already wearing kontrasespsi other tools and was comfortable with the contraceptives are used, not all health workers receive training on the implant, lack of promotion and dissemination of contraceptive implant in the community. Need to improve the promotion and dissemination of contraceptive implants in the community, held trainings on implants, granting rewards to prospective implant acceptors as well as health personnel service providers, people are expected to always access the correct and accurate information about contraceptive implant. Keywords: Implant, wife of couples of childbearing age, enabling and inhibiting. 25

PENDAHULUAN Laju pertumbuhan penduduk yang pesat menjadi masalah utama yang sedang di hadapi oleh suatu Negara, apabila tidak dikendalikan maka akan terjadi ledakan penduduk yang cukup tinggi pada beberapa tahun mendatang, ledakan penduduk tersebut tentu dapat menimbulkan ancaman seperti kemiskinan serta kelaparan. Laju pertumbuhan penduduk ditentukan oleh tingkat kelahiran dan kematian. Adanya perbaikan pelayanan kesehatan menyebabkan tingkat kematian penduduk rendah, sedangkan laju tingkat kalahiran tetap tinggi hal ini merupakan penyebab utama ledakan penduduk (Prawirohardjo, 2010) Bila di bandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia menduduki peringkat 4 dari 236 Negara. Pada tahun 2013/2014 Peringkat pertama dalam jumlah penduduk adalah negara republik China dengan jumlah penduduk sebanyak 1.343.239.923 jiwa, disusul kemuadian India sebanyak 1.205.073.612 jiwa. Untuk negara Malasyia jumlah penduduknya sebesar 29.179.952 jiwa, Singapur jumlah penduduknya sebesar 5.353.493 jiwa, Brunei jumlah penduduknya sebesar 408.786 jiwa, sedangkan indonesia jumlah penduduknya 237.641.326 jiwa. (Badan Pusat Statistik dan Macro Internasional. 2013). Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat bervariasi dari tahun 2002 sampai tahun 2003 pertumbuhan penduduk sebesar 2,72 %. Pada tahun 2003 sampai tahun 2004 sebesar 1,69 %, serta pada tahun 2005 mengalami penurunan sebesar 1,34 %, pertumbuhan penduduk pada tahun 2006 yaitu sebesar 5,3 %, dan tahun 2009 menjadi 2,4 %. Dengan kata lain jumlah penduduk Indonesia mengalami kenaikan antara 230-240 jiwa (BPS, 2010). Salah satu strategi dari pelaksanaan program KB dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2010-2014 adalah meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, Implant, tubektomi dan Vasektomi (BPS, 2014). Berdasarkan data yang didapat dari Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2013 tercatat 997.109 akseptor pengguna program KB di Provinsi Sulawesi Selatan, jumlah ini melampaui target yang ditetapkan tahun 2013 sebanyak 51.043 akseptor. Dengan jumlah pengguna alat kontrasepsi suntik sebanyak 439.462 akseptor (44,074%), pil sebanyak 313.811 akseptor (31,472%), implan sebanyak 107.219 akseptor (10,753%), IUD sebanyak 48.599 akseptor (4,874%), kondom sebanyak 68.633 akseptor (6,883%), MOW sebanyak 17.643 akseptor (1,769%), dan MOP sebanyak 1.742 akseptor (0,175%) (BKKBN, 2013). Berdasarkan data yang di dapatkan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep sampai dengan September 2014 sebesar 76,67% dari 53.641 pasangan usia subur dengan akseptor MOP 0,02%, akseptor IUD 0,72%, akseptor MOP 0,82%, akseptor Implant 4,21%, akseptor Kondom 5,05%, akseptor Pil 24,19%, sedangkan akseptor suntik sebanyak 41,70%. Berdasarkan data jumlah akseptor Kb untuk kecamatan Minasatene tahun 2014 dengan jumlah PUS 4.351, dengan jumlah akseptor KB sebesar 72%, akseptor MOP 0 (0%), akseptor MOW sebanyak 3 (0,06 %), akseptor IUD sebanyak 12 (0,27%), akseptor Implant sebanyak 23 (0,05%), akseptor kondom sebanyak 43 (0,09%), akseptor pil sebanyak 1269 (29,16%), akseptor Suntik sebanyak 1771 (41%). Berdasarkan data jumlah akseptor KB untuk Desa Kabba tahun 2014 jumlah Pasangan usia Subur sebanyak 670, dengan jumlah akseptor KB sebesar 557 (83,13%), akseptor MOP 0 (0%), akseptor IUD 3 (0,44%), akseptor Implant 4 (0,59%), akseptor MOW (0,74%), akseptor kondom 16 (2,38%), akseptor Pil 215 (32,08%), akseptor suntik 310 (42,26%). Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Analisis pendukung dan penghambat pasangan usia subur dalam peggunaan alat kontrasepsi implant di desa Kabba, Kecamatan Minasatene, Kabupaten Pangkep, Propinsi Sulawesi Selatan. METODE PENELITIAN Studi ini menggunakan rancangan kualitatif melalui pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi merupakan penelitian yang berfokus pada penemuan fakta yang ada. Penelitian ini berusaha menggali secara mendalam mengenai gambaran pengalaman nyata yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada partisipan yang digunakan untuk membantu peneliti mengkaji tentang Analisis pendukung dan penghambat pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. (Saryono, 2013) Pengambilan data dilakukan didesa Kabba Kecamatan Minasatene Kabupaten Pangkep pada tanggal 23 februari sampai dengan 10 Maret 2015. Informan pada penelitian ini di bagi menjadi dua yaitu informan kunci dan informan lain. Yang termasuk dalam informan kunci adalah Istri yang memakai kontrasepsi implant sebanyak 9 orang dan istri yang tidak memakai kontrasepsi implant sbanyak 10 orang. Dan informan lain disini adalah bidan 26

didesa sebanyak 1 orang, PLKB sebanyak 1 orang, dan suami sebanyak 4 orang dan Ibu (mertua) sebanyak 4 orang. Cara pemilihan informan yaitu dengan cara purposive sampling partisipan pada pemilihan ini tidak diarahkan pada jumlah tetapi berdasarkan pada asas kesesuain dan kecukupan sampai mencapai saturasi data. Oleh karena itu pemilih partisipan pada penelitian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar partisipan benar-benar dapat mewakili terhadap fenomena yang diteliti (Mukhtar,2013). Dimana partisipan yang diambil dapat memberikan informasi yang berharga bagi peneliti yaitu partisapan harus jujur dalam menjawab semua pertanyaan, dan partisaipan dapat diajak kerja sama dalam kegiatan Tanya jawab 1. Karena penelitian berbentuk kasus, maka informan penelitian tidak terlalu besar (sebanyak 5-8 partisipan), akan sangat mendukung kedalamn hasil penelitian disamping pertimbangan keterbatasan kemampuan, dan waktu. 2. Informan dipilih secara purposive 3. Penetuan jumlah informan dianggap telah memadai pada saat informasi yang didapat telah mencapai saturasi. (Saryono 2013). Instrumen dalam penelitian ini adalah Informasi yang diperoleh dalam FGD dan wawancara mendalam direkam menggunakan alat perekam, catatan lapangan, dan foto sebagai dokumentasi. (Saryono,2013) Prosedur pengumpulan data dimulai, setelah ujian proposal dan mendapat surat ijin penelitian dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tamalatea, kemudian peneliti menyerahkan ke kepala desa kabba dengan tembusan ke Puskesmas Minasatene. Peneliti memberikan penjelasan tentang maksud penelitian dan memberikan informed consent. Setelah partisipan setuju dengan kontrak tersebut, kemudian partisipan diminta untuk menandatangani informed consent. Pada tahap pelaksanaan peneliti melakukan FGD dengan istri pasangan usia subur yang menggunakan serta yang tidak menggunakan alat kontrasepsi implant dan melakukan wawancara mendalam pada informan lain yang dianggap penting untuk diambil informasinya. Informan lain dalam penelitian ini adalah bidan desa 1 orang, penyuluh KB (PKB) 1 orang, suami 10 orang dan mertua sebanyak 10 orang. Setelah melakukan FGD kemudian FGD dilakukan sebanyak dua kali yaitu FGD pertama dilakukan pada istri pasangan usia subur pengguna implant sebanyak 9 orang dan FGD kedua dilakukan pada istri pasangan usia subur bukan pengguna implant sebanyak 10 orang. dengan lama wawancara antara 30-40 menit pada setiap pertemuan. Apabila ada data yang perlu ditambahkan atau dikonfirmasi, dilakukan member checking. Transkrip hasil penelitian dibuat setelah selesai melakukan FGD dan wawancara mendalam. FGD dan wawancara mendalam dilakukan sendiri oleh peneliti tanpa bantuan orang lain. Pengumpulan data tidak hanya dilakukan dengan wawancara, peneliti juga membuat catatan lapangan (field note) yang berisikan deskripsi tentang tanggal, waktu dan informasi dasar tentang suasana saat wawancara seperti interaksi sosial dan aktifitas berlangsung saat wawancara dilakukan. Catatan lapangan di buat segera setelah proses wawancara selesai dari masing-masing partisipan agar tidak terjadi kesalahan. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Desa Kabba Pustu Kabba merupakan rawat inap dan merupakan salah satu pustu yang ada di Kecamatan Minasatene. Pustu ini terletak di Jalan Tonasa 1. Pustu Kabba memiliki luas wilayah kerja sekitar 10,20 (km²). Jika dilihat secara geografis, pustu Kabba ini memiliki batas-batas wilayah kerja yaitu sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bt.Langkasa, sebelah utara berbatasan dengan desa Panaikang dan sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Bt.Kio. Pustu Kabba mencakup 4 RW yang terdiri Rw 1 Soreang, Rw 2 Galung Boko, Rw 3 Taraweang Kabba dan Rw 4 Kabba dalam. Jumlah tenaga kerja yang ada di pustu Kabba 4 orang dengan spesifikasi sebagai berikut: tenaga bidan Pns 1 0rang, tenaga bidan sukarela 2 orang, tenaga perawat suka rela 1 orang. Bidan yang ada di pustu belum mendapat pelatihan untuk pemasangan implant dan IUD. Upaya kesehatan Pustu Kabba dilakukan untuk mencapai tujuan dari pembangunan kesehatan. Upaya-upaya kesehatan yang dilakukan oleh pustu Kabba dibagi menjadi tiga yaitu upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan wajib terdiri dari upaya promosi kesehatan (Promkes), upaya kesehatan ibu dan anak (KIA/KB), upaya kesehatan lingkungan (Kesling), upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P2M) serta upaya pengobatan. 27

Upaya kesehatan pengembangan merupakan upaya yang dikembangkan dan dijalankan oleh pustu Kabba yang disesuaikan dengan kemampuan dan situasi dan kondisi di Pustu. Upaya pengembangan yang dilakukan oleh Pustu Kabba yaitu upaya kesehatan lanjut usia, Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jenis-jenis pelayanan kontrasepsi sebagai program penunjang dalam pemberian pelayanan keluarga berencana yang dilayani oleh Pustu Kabba terdiri dari alat kontrasepsi suntikan, pil, serta kondom. Sedangkan akseptor KB yang ingin mendapatkan pelayanan kontrasepsi implant dan kontrasepsi IUD dilakukan di puskesmas Minasatene, dan untuk pelayanan kontrasepsi mantap baik untuk wanita (tubektomi) maupun kontrasepsi mantap pria (vasektomi) dilakukan dengan merujuk ke Rumah Sakit. Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan informan. Lokasi penelitian bagi informan FGD pengguna implant bertempat di Puskeskasmas Minasatene, Kecamatan Minasatene, sedangkan lokasi penelitian bagi informan FGD bukan pengguna implant dilakukan Pustu Kabba Desa Kabba. B. Karakteristik Informan Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu informan kunci dan informan lain. Pengambilan data pada informan kunci dilakukan dengan FGD dengan membagi menjadi dua kelompok yaitu FGD bagi pengguna implant sebanyak 9 orang dan FGD bukan pengguna implant sebanyak 10 orang. Wawancara mendalam dilakukan pada informan lain yaitu Bidan di Pustu, PLKB, mertua, dan suami. Karakteristik informan FGD dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan dan alamat informan. Karakteristik informan FGD dapat disajikan pada tabel di bawah ini. KESIMPULAN 1. Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant a. Persepsi istri pasangan usia subur bagi pengguna implant tergolong baik karena rata-rata informan memiliki pandangan yang positif tentang implant. b. Persepsi istri pasangan usia subur bukan pengguna implant tergolong kurang baik karena ratarata informan kurang mengetahui tentang alat kontrasepsi implant dan takut untuk memakai implant, yang mengakibatkan akseptor KB bukan pengguna implant tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi implant. 2. Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant a. Sikap istri pasangan usia subur bagi pengguna implant tergolong baik yang terlihat dalam pernyataan bahwa penggunaan implant setuju dalam pemakaian alat kontrasepsi implant karena efektif serta dapat digunakan jangka panjang untuk menunda kehamilan dan menjaga jarak kehamilan, tidak sering kontrol, tidak mudah lupa serta mempunyai tingkat kegagalan yang rendah. b. Sikap istri pasangan usia subur bukan pengguna implant kurang setuju karena mereka takut pada saat pemasangan dan efek samping dari pemasangan dan pelepasan implant disamping itu keterbatasan mereka untuk memperoleh informasi tentang alat kontrasepsi implant. Di karenakan istri jarang menonton TV apa lagi baca koran dan mengakses di internet jadi mengenai Isu-isu terkait seputar implant juga tidak tahu. 3. Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant a. Pengalaman istri pasangan usia subur pengguna implant sangat bervariasi seperti menstruasi tidak teratur dan lebih lama, tidak menstruasi, flek di wajah, takut mengangkat beban yang berat karena takut implant patah atau rusak, gatal-gatal dan bengkak sehabis pemasangan, nyaman dan praktis serta tidak ribet karena tidak usah kontrol berulang-ulang. b. Pengalaman istri pasangan usia subur bukan pengguna implant yaitu tidak pernah mempunyai pengalaman dalam penggunaan implant karena informasi yang diperoleh tentang alkon implant kurang sehingga memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi lain. 4. Budaya pada istri pasangan usia subur dalam memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant Budaya pada istri pasangan usia subur tidak mempengaruhi dalam memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant. Hal ini dinyatakan dari pernyataan suami yang mengatakan bahwa tidak ada budaya yang mempengaruhi dalam memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant. 5. Dukungan suami bagi istri pasangan usia subur yang memakai dan yang tidak memakai alat kontrasepsi implant. Dukungan suami baik pengguna dan bukan pengguna alat kontrasepsi implan semuanya mendukung istrinya dalam penggunaan alat kontrasepsi dan menyerahkan sepenuhnya pada istri dalam pemakaian alat kontrasepsi apapun. 28

SARAN 1. Bagi Tenaga Kesehatan Perlu meningkatkan promosi serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant di masyarakat dengan melaksanakan penyuluhan tentang KB serta memberikan penjelasan tentang isu-isu kontroversial yang berkembang di masyarakat terhadap efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian alat kontrasepsi implant. 2. Bagi Dinas Kesehatan Dan BKKBN a. Perlu ditingkatkannya pelaksanaan pelatihan-pelatihan tentang implant untuk menambah kompetensi serta keterampilan dalam memberikan pelayanan implant. b. Perlu memberikan anggaran untuk pemberian reward atau tanda jasa bagi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan implant untuk memotivasi dalam memberikan pelayanan khususnya KB implant. c. Pemberian reward kepada calon akseptor implant agar mempunyai keinginan untuk menggunakan implant sehingga cakupan KB implant dapat ditingkatkan. 3. Bagi Masyarakat Masyarakat sebaiknya selalu mencari serta mengakses informasi yang benar dan akurat tentang hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant termasuk efek samping dari penggunaan implant kepada tenaga kesehatan, TV, media massa maupun internet. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant dengan sampel yang lebih besar agar hasil yang diperoleh dapat di generalisasi. DAFTAR PUSTAKA BKKBN. 2010. Pembangunan Kependudukan dan Keluarga berencana. BKKBN. 2012. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia BKKBN. 2013. Laporan Umpan Balik Analisis dan Evaluasi Data Hasil Pelkon dan Dallap Provinsi Sulawesi Selatan. BKKBN. 2014. Angka Kelahiran Menurut Umur (ASFR) Sulawesi Selatan. Diakses dari http://www.bkkbn.go.id tanggal 10 Januari 2015. Badan Pusat Statistik. 2010. Sulawesi Selatan Badan Pusat Statistik (2011). Data Jumlah Penduduk Indonesia Per Provinsi, Sensus Penduduk 2010. Jakarta Badan Pusat Statistik dan Macro Internasional. 2007. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia. BPS. Depkes, 2007. Profil Kesehatan Indonesia 2005, Jakarta. Prawirohardjo, 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC Purwanto, S. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka. Saryono & Anggraeni. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Numed Winkjosastro. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.. 29