VI. KESIMPULAN DAN SARAN. dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oleh LSM Mitra Bentala dalam

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung sebagai pusat perdagangan, industri, dan pariwisata.

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. sepanjang km (Meika, 2010). Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perencanaan dalam pengelolaan Kawasan Wisata Senggigi

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PINTU KOTA KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG

Oleh. Staf Pengajar Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Lampung ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. lainnya. Keunikan tersebut terlihat dari keanekaragaman flora yaitu: (Avicennia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MOTTO KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Dalam tesis ini, penulis memandang bahwa masuknya pariwisata ke Atauro tidak bisa dilepaskan dengan hadirnya para penggerak yang disebut sebagai

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengembangan Sumberdaya Ekowisata Bahari Berbasis Masyarakat di Lombok Barat

STRATEGI SANITASI KABUPATEN HALMAHERA BARAT

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Kekayaan itu menyebar ke seluruh daerah termasuk Sumatera

I. PENDAHULUAN. Menurut Perda Nomor 6 Tahun 2011 tentang kepariwisataan, pengembangan dan

Hutan Mangrove Segara Anakan Wisata Bahari Penyelamat Bumi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

BAB V KESIMPULAN. pengembangan pariwisata dan olahraga di Indonesia. Sport tourism merupakan perpaduan antara olahraga dan rekreasi (wisata)

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. sebelumnya, dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

II. TINJAUAN PUSTAKA

NUR END NUR AH END JANU AH AR JANU TI AR

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB V PENUTUP. a. Forum Informal; b. Studi Banding; c. Focus Group Discussion (FGD); d.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rian Heryana, 2013

KRITERIA PENGEMBANGAN DESA SLOPENG SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN SUMENEP MIRA HAWANIAR

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

Tujuan Pembelajaran. Mahasiswa mampu memahami tinjauan kebijakan pariwisata Mahasiswa mengidentifikasi interaksi wisatawan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI BERBASIS KEARIFAN LOKAL DAN PENGUATAN KELEMBAGAAN DESA DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, melakukan perjalanan wisata dianggap sebagai suatu kebutuhan.

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

7. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII PENUTUP GUBERNUR JAMBI, H. HASAN BASRI AGUS

Paket Ekowisata Bahari Segara Anakan Kabupaten Cilacap sebagai Poros Wisata Bahari di Pulau Jawa

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

Holiday Resort, Senggigi-Lombok, 22 Mei 2017

PENDAHULUAN. karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan garis pantai mencapai

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG

BUPATI LOMBOK TENGAH RANCANGAN PERATURAN BUPATI LOMBOK TENGAH NOMOR... TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

III. METODE PENELITIAN. diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian

BAB VI PENUTUP. kualitas maupun kuantitas komponen wisata. Secara garis besar kegiatan

DOKUMEN RENCANA PENGEMBANGAN DESA PESISIR (RPDP) DESA YOPMEOS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ayo!!!Kita Wujudkan Cilacap Menjadi Daerah Pariwisata yang Menakjubkan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

SINERGI PEMBANGUNAN ANTAR SEKTOR DALAM PENGELOLAAN TERUMBU KARANG

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB VI PENUTUP. Pengelolaan obyek wisata minat khusus Kalisuci Cave Tubing merupakan

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

2018, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera. Lampung memiliki banyak keindahan, baik seni budaya maupun

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk baik manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Dari ketiga

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

7 ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PARIWISATA PESISIR YANG BERKELANJUTAN DI KAWASAN PESISIR BARAT KABUPATEN SERANG, PROVINSI BANTEN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BAB VI PENUTUP. Laporan Akhir PLPBK Desa Jipang Menuju Desa Yang Sehat, Berkembang dan Berbudaya 62

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, pengusaha yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA...

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam yang mengutamakan

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

REHABILITASI MANGROVE SEBAGAI UPAYA PENGELOLAAN TEMPAT PERINDUKAN NYAMUK DI DAERAH ENDEMIS MALARIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

120 VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu : 1. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat oleh LSM Mitra Bentala dalam pengembangan ekowisata di Desa Pulau Pahawang dengan tidak adanya kerang kerja pada unit usaha Mitra Wisata belum dapat dikatakan maksimal. Dalam hal ini indikatornya dilihat melalui tiga pendekatan pemberdayaan masyarakat dengan hasil bahwa : a. Upaya yang dilakukan selama ini belum cukup terarah, melihat adanya pergeseran pola, dimana pelaksanaan kegiatan Mitra Wisata tidak sesuai dengan arah dan tujuan awal pembentukannya pada saat lokakarya b. Belum sepenuhnya mengikutsertakan masyarakat, melihat dari cara pengambilan keputusan dalam penentuan paket perjalan wisata dimana masyarakat tidak diikutsertakan secara langsung. Selain itu setiap kegiatan wisata hanya mempekerjakan beberapa

121 anggota masyarakat namun tidak menjadikannya sebagai pelaku utama c. Sudah menggunakan pendekatan kelompok namun belum maksimal, peran kelompok BPDPM (Badan Pengelola Daerah Perlindungan Mangrove) di sini tidak dimaksimalkan, hanya sebatas penyedia bibit mangrove saja bagi kegiatan wisata saja, bukan mengakomodir wisatawan-wisatawan yang ada. Justru kelompok BPDPM yang menjadi binaan Mitra Bentala ini dibina kembali oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pesawaran menjadi kelompok sadar wisata (POKDARWIS). 2. Setelah data terkait Mitra Wisata diproses dengan menggunakan Matriks Logframe maka didapatlah sebuah kerangka kerja, dimana di dalam kerangka kerja tersebut terdapat beberapa kegiatan yang dapat dijadikan rekomendasi kegiatan untuk pengembangan ekowisata di Desa Pulau Pahawang, diantaranya yaitu : pembuatan struktur pelatihan manajemen keuangan pelatihan manajemen program legitimasi pengelolaan ekowisata pendanaan (pelatihan fundraising) pelatihan manajemen lembaga pelatihan mengenai ekosistem laut dan pesisir pelatihan SAR (search and Resque) pelatihan manajemen wisata

122 pelatihan pembuatan souvenir pelatihan pembibitan mangrove pelatihan pembuatan dan pengelolaan makanan khas pelatihan transplantasi terumbu karang pertemuan rutin (diskusi) penggabungan rencana strategis antarpihak terkait. Pelaksanaan aktivitas tersebut akan berujung pada tercapainya tujuan utama, yaitu adanya sebuah program ekowisata yang komprehensif, dengan asumsi semua pihak terkait saling bekerjasama, yang indikator pencapaiannya adalah adanya perubahan pola pengelolaan ekowisata menjadi lebih baik yang dibuktikan dengan adanya berkas program ekowisata yang komprehensif. B. Saran Mengacu pada hasil kesimpulan tersebut maka ada beberapa saran yang diharapkan akan menjadi masukan yang bermanfaat dalam rangka pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata di Desa Pulau Pahawang, yaitu : 1. LSM Mitra Bentala khususnya unit usaha Mitra Wisata dalam melaksanakan program pemberdayaan masyarakatnya perlu melalui tiga pendekatan pemberdayaan, yaitu : a. upaya harus terarah, dengan cara mengembalikan pola pelaksanaan kegiatan Mitra Wisata sesuai dengan arah dan tujuan awal pembentukannya pada saat lokakarya yaitu untuk mendampingi masyarakat dalam mengelola kepariwisataan

123 dengan tujuan akhir untuk menjadikan masyarakat sebagai pelaku utama ekowisata. b. mengikutsertakan masyarakat, dengan cara mengikutsertakan masyarakat desa disetiap pengambilan keputusan yang berkaitan dengan mereka dan juga jadikan masyarakat sebagai pelaku utama dalam kegiatan wisata tersebut, bukan hanya menjadi pekerja saja. Ada baiknya juga jika fasilitas penginapan untuk kegiatan wisata tersebut mengunakan rumah penduduk yang layak tinggal yang dilakukan secara bergilir guna meminimalisir kecemburuan sosial antarwarga desa c. menggunakan pendekatan kelompok, dengan cara membentuk satuan organisasi antara birokrasi dan LSM. Anggota BPDPM yang saat ini mendapat pembinaan lanjutan menjadi anggota kelompok sadar wisata (POKDARWIS) oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Pesawaran alangkah baiknya jika Mitra Wisata juga turut bersama sama membina kelompok sadar wisata tersebut. Sinergi semacam ini akan berdampak pada pengembangan ekowisata di Desa Pulau Pahawang menjadi lebih baik daripada birokrasi dan LSM berjalan sendiri-sendiri tidak ada keterpaduan. 2. Kemampuan menyusun kerangka program kerja yang baik mutlak diperlukan untuk memastikan bahwa program dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga mengacu dan selalu bertujuan untuk mencapai visi dengan melalui misi yang telah ditetapkan. Selain itu,

124 dengan adanya kerangka program kerja strategis yang disusun secara sistematis dan logis, akan membantu mempermudah lembaga dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian program, hal tersebut yang menjadi pertimbangan untuk memperoleh pendanaan dari lembaga donor. Oleh karena itu Penyusunan kerangka program pada organisasi nirlaba lebih tepat disusun dengan menggunakan Matriks Logframe, mengingat perencanaan program dengan menggunakan metode Logical Framework Approach (logframe) ini akan membantu mempermudah lembaga dalam melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pencapaian program. 3. Menuju pada rencana nyata pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan ekowisata tersebut maka seyogyanya LSM Mitra Bentala menyusun kegiatan program yang bersinergi dengan berbagai pihak yang terkait. Misalnya dengan menggabungkan program Mitra Bentala dengan Dinas Pariwisata yang kemudian dimasukkan ke dalam rencana strategis desa. Namun tidak hanya LSM, Dinas dan Pemerintah Desa saja, saat ini peran akademisi juga diperlukan, karena hal tersebut tidak hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah semata, tetapi juga menjadi tanggung jawab para akademisi kampus untuk turut serta membangun masyarakat.