Oleh : Tri Budi Amperadi 1 dan Ahmad 2. Dosen Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Kutai Kartanegara 2.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN GROUND VIBRATION DARI KEGIATAN BLASTING DEKAT KAWASAN PEMUKIMAN UNTUK MENCAPAI KONDISI AMAN DI PENAMBANGAN BATUBARA.

ANALISIS POWDER FACTOR DAN FRAGMENTASI HASIL LEDAKAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN KUZ-RAM PADA TAMBANG BATUBARA DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

EVALUASI PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMBONGKARAN OVERBURDEN DI PIT 4 PT DARMA HENWA SITE ASAM-ASAM

PRODUKTIVITAS KINERJA MESIN BOR DALAM PEMBUATAN LUBANG LEDAK DI QUARRY BATUGAMPING B6 KABUPATEN PANGKEP PROPINSI SULAWESI SELATAN

STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE

BAB I PENDAHULUAN. PT Cibaliung Sumberdaya (PT CSD) merupakan salah satu Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan

ANALISIS BIAYA PELEDAKAN PADA PROSES PEMBONGKARAN BATUGAMPING PT. SEMEN BOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN

PRODUKTIVITAS ALAT MUAT DAN ANGKUT PADA PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PIT 8 FLEET D PT. JHONLIN BARATAMA JOBSITE SATUI KALIMANTAN SELATAN

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan 28

PENGARUH GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP FRAGMENTASI BATUANPADA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA SITE ADARO PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN LUBANG LEDAK, BURDEN DAN SPACING TERHADAP PEROLEHAN FRAGMENTASI BATUGAMPING

BAB V. PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan. Keakuratan No. Blast

OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENAMBANGAN BATU KAPUR PADA BULAN APRIL 2017 DI BUKIT KARANG PUTIH PT. SEMEN PADANG ELSA RAHMA AFRILA

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO SARI...

KAJIAN TEKNIS PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT LIEBHERR 9400 DALAM KEGIATAN PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RAHMAN ABDIJAYA JOB SITE PT ADARO INDONESIA

ANALISIS KEMAJUAN PENAMBANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN SOFTWARE DAN PRISMOIDAL DI KALIMANTAN TIMUR

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI

EVALUASI PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RIUNG MITRA LESTARI SITE RANTAU

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN

KAJIAN TEKNIS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM UPAYA MEMENUHI SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT

ANALISIS GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP UKURAN FRAGMENTASI OVERBURDEN PADA TAMBANG BATUBARA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA JOBSITE ADARO KALIMANTAN SELATAN

DAFTAR ISI RINGKASAN ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

RANCANGAN TEKNIS PENGEBORAN DAN PELEDAKAN OVERBURDEN

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR JOINT TERHADAP FRAGMENTASI PELEDAKAN DAN PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT PT SEMEN PADANG (PERSERO), TBK.

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

GEOMETRI PELEDAKAN MENURUT ANDERSON OLEH KELOMPOK IV

EVALUASI ISIAN BAHAN PELEDAK MENGGUNAKAN ANALISIS DISTRIBUSI UKURAN FRAGMEN PADA PELEDAKAN BATUAN PENUTUP DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA

ABSTRAK P ABSTRACT. 1) Reny Susanti. 2) Tedy Agung Cahyadi, ST, MT. 1) Mahasiswa Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta

KAJIAN TEKNIS PEMBORAN LUBANG LEDAK DI PT. SISJOBSITE PT AI KECAMATAN JUAI KABUPATEN BALANGAN KALIMANTAN SELATAN

EVALUASI PRODUKSI OVERBURDEN PADA FRONT KERJA EXCAVATOR HITACHI SHOVEL

ANALISIS FLYROCK UNTUK MENGURANGI RADIUS AMAN ALAT PADA PELEDAKAN OVERBURDEN PENAMBANGAN BATUBARA

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang

DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ( Design and testing tools planting corn seeds)

ANALISIS PENGARUH POWDER FACTOR TERHADAP HASIL FRAGMENTASI PELEDAKAN PADAPT. SEMEN BOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN

ANALISA PERHITUNGAN BIAYA PENGUPASAN OVERBURDEN PADA ALAT BULLDOZER DI PT. ALAM RAYA ABADI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

2 Dosen Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional.

Yogyakarta, Agustus 2013 Penulis, AJI DZULIANDA DAFTAR ISI. vii

KAJIAN TEKNIS PENGUPASAN TANAH PENUTUP DI TAMBANG BANKO BARAT PIT 3 BARAT PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UPTE

PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS EXCAVATOR PADA PEKERJAAN PASANG/SUSUN BATU GUNUNG UKURAN KG DAN KG

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penambangan terdiri dari tahapan penggalian, pemuatan, dan

KAJIAN TEKNIS KERJA ALAT GALI MUAT UNTUK PENGUPASAN LAPISAN TANAH PUCUK PADA LOKASI TAMBANG BATUBARA DI PIT

EVALUASI KINERJA ALAT CRUSHING PLANT DAN ALAT MUAT DALAM RANGKA PENINGKATAN TARGET PRODUKSI BATUBARA PADA PT MANDIRI CITRA BERSAMA

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

EVALUASI PERIMETER BLASTING TERHADAP TINGKAT GETARAN TANAH (GROUND VIBRATION) PADA PRE BENCH PIT AIR LAYA PT. BUKIT ASAM (PERSERO), TBK

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... repository.unisba.ac.id. Halaman

BAB II I S I Kecepatan pemboran suatu alat bor juga dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :

Jl. Raya Palembang Prabumulih KM.32 Indralaya, Sumatera Selatan, Indonesia ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan modal yang maksimal. Kebutuhan modal yang maksimal. menyebabkan perusahaan tambang berusaha agar kegiatan penambangan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Didalamnya terkandung kekayaan migas dan non-migas.

OPTIMALISASI JUMLAH ALAT ANGKUT JENIS HD785 PADA PIT A MENGGUNAKAN METODE SIMULASI MONTE CARLO DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRODUKSI OVERBURDEN DI PT X

Proposal Kerja Praktek Teknik Pertambangan Universitas Halu Oleo

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR

ANALISA HASIL MESIN PEMIPIL JAGUNG SKALA UKM. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

ENIM, SUMATERA SELATAN

Oleh : Tri Budi Amperadi 1 dan Edward Andi Ashari Sinaga 2. Dosen Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Kutai Kartanegara 2.

STUDI TEKNIS PENGEBORAN 3 STEEL DAN 4 STEEL UNTUK PENYEDIAAN LUBANG LEDAK DI PT SEMEN TONASA KABUPATEN PANGKEP PROVINSI SULAWESI SELATAN

KUANTIFIKASI PENGARUH TAHANAN KEMIRINGAN DAN KECEPATAN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR HD785-5 DI SITE PT INCO SOROWAKO

ANALISIS GROUND VIBRATION PADA PELEDAKAN OVERBURDEN DI PANEL 4 PIT J PT. KALTIM PRIMA COAL, SANGATTA, KALIMANTAN TIMUR

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan khususnya terhadap batubara. Batubara merupakan

Oleh : Sujiman 1 dan Nuryanto 2 ABSTRAK

Farisyah Melladia Utami, Angga Kurniawan, Muhammad Wahyudi ABSTRAK

Rezky Anisari (1) 1. PENDAHULUAN

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

KAJIAN PENATAAN LAHAN PT. ANTAM (PERSERO) TBK UNIT BISNIS PERTAMBANGAN BAUKSIT TAYAN KECAMATAN TAYAN HILIR KABUPATEN SANGGAU KALIMANTAN BARAT SKRIPSI

EVALUASI PRODUKSI ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI PADA PT PAMA PERSADA NUSANTARA DISTRIK KCMB

Artikel Pendidikan 23

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN PADA KEBERHASILAN PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN FRAGMENTASI HASIL PELEDAKAN

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

DAFTAR ISI. IV. HASIL PENELITIAN Batas Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) vii

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015

EVALUASI KINERJA EXCAVATOR BACKHOE

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin banyak berdirinya perusahaan perusahaan. pertambangan Batubara di Indonesia termasuk di Propinsi Jambi, salah

PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur)

Oleh : Santika Adi Pradhana Prodi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta No. Hp : ,

ANALISIS GEOMETRI JALAN DI TAMBANG UTARA PADA PT. IFISHDECO KECAMATAN TINANGGEA KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB

KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI TON/BULAN DI PT SEMEN PADANG INDARUNG SUMATERA BARAT

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... Bab

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

PENGARUH GEOMETRI TERHADAP PRODUKSI PELEDAKAN BATUAN PENUTUP SUATU PENDEKATAN STATISTIK

Jl. Raya Palembang Prabumulih KM.32 Indralaya, Sumatera Selatan, Indonesia ABSTRAK ABSTRACT

Analisa Pengaruh Variasi Jarak Mata Pisau Dengan Piringan Terhadap Hasil Irisan Singkong Pada Slicing Machine

STUDI TEKNIS PENGARUH PENGGUNAAN SEKAM PADI TERHADAP AKTIVITAS PELEDAKAN DI PT. SEMENBOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI JALAN HAULING PADA PT. GURUH PUTRA BERSAMA SITE DESA GUNUNG SARI KECAMATAN TABANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

ANALISIS GEOMETRI JALAN DI TAMBANG UTARA PADA PT. IFISHDECO KECAMATAN TINANGGEA KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA

TECHNICAL STUDY OF EMULSION AS SUBSTITUTE ANFO FOR USE BLASTING OVERBURDEN ABOUT PRODUKTIVITY OF HITACHI EX-2600 PT KIDECO JAYA AGUNG

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

ANALISIS KESERASIAN ALAT MEKANIS (MATCH FACTOR) UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

Transkripsi:

KAJIAN TEKNIS MMU ( MOBILE MANUFACTURE UNIT ) PADA KEGIATAN PENGISIAN BAHAN PELEDAK DI PT. AEL INDONESIA SITE MSJ SEPARI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : Tri Budi Amperadi 1 dan Ahmad 2 ABSTRACT The purpose of MMU technical study on explosive charging activity is to know the productivity of MMU fill the explosion hole so it can know the amount of MMU that is used according to blast production target. The research method is done by doing observation, recording, measurement and data collection result of field activity. Based on the results of observations MMU working process known to the cycle time of the MMU is taking position, hose down, charging, and hose up. From the cycle time of the MMU can know the productivity of MMU and the amount of MMU required. The MMU cycle time measured each explosion hole of each blasting site by the number of rows or rows and the inclination of different locations at the time of position. Time hose down and up will be affected the depth of the blast hole, the deeper the blast hole will be the longer time hose down and up. Charging time is affected by the amount of explosive of each explosive hole used. The measurement result of MMU position is 11.84 seconds and maneuver is 63.07 seconds, so the calculation of time taking position is the ratio between the result of straight and straight times plus the number of times the number of maneuvers and the time of maneuver is divided by the total number of blast holes. Time hose up and down and charging can be known with the measurement of the speed of hose down 0.79 meters / sec, hose up 0.82 meters / second and charging 4.66 kg / second. The measurement results revealed the total time of the MMU to determine the productivity of the MMU. From result of measurement and calculation got average of productivity of MMU that is 21.391 kg explosive with amount of MMU used 0,52 1 unit. 1. Dosen Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Kutai Kartanegara 2. Mahasiswa Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Kutai Kartanegara

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 2 ABSTRAK Tujuan dari kajian teknis MMU pada kegitan pengisian bahan peledak yaitu untuk mengetahui produktivitas MMU mengisi lubang ledak sehingga dapat mengetahui jumlah MMU yang digunakan sesuai target produksi peledakan. Metode penelitian yang dilakukan dengan cara melakukan pengamatan, pencatatan, pengukuran dan pengumpulan data hasil kegiatan lapangan. Berdasarkan hasil pengamatan proses kerja MMU diketahui waktu edar MMU yaitu waktu ambil posisi, hose turun, charging, dan hose naik. Dari waktu edar MMU dapat diketahui produktivitas MMU dan jumlah MMU yang dibutuhkan. edar MMU diukur setiap lubang ledak setiap lokasi peledakan dengan jumlah row atau baris dan kemiringan lokasi yang berbeda pada waktu ambil posisi. hose turun dan naik akan dipengaruhi kedalaman lubang ledak, semakin dalam lubang ledak akan semakin lama waktu yang hose turun dan naik. Charging dipengaruhi jumlah bahan peledak tiap lubang ledak yang digunakan. Hasil pengukuran waktu ambil posisi MMU yaitu saat lurus 11,84 detik dan manuver 63,07 detik, sehingga perhitungan waktu ambil posisi yaitu perbandingan antara hasil kali jumlah lurus dan waktu lurus ditambah hasil kali jumlah manuver dan waktu manuver dibagi dengan jumlah total lubang ledak. hose naik dan turun serta charging dapat diketahui dengan hasil pengukuran kecepatannya yaitu hose turun 0,79 meter/detik, hose naik 0,82 meter/detik dan charging 4,66 kg/detik. Hasil pengukuran diketahui total waktu edar MMU unruk menentukan produktivitas MMU. Dari hasil pengukuran dan perhitungan didapatkan rata-rata produktivitas MMU yaitu 21.391 kg bahan peledak dengan jumlah MMU yang digunakan 0,52 1 unit.

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 3 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang. Pada kegiatan penambangan batubara terdiri dari tahapan penambangan mulai dari land clearing, pengupasan tanah penutup, pemboran dan peledakan, penggalian dan pemuatan, pengangkutan (hauling), dan reklamasi. Produksi peledakan akan mempengaruhi produksi pengupasan over burden sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui produksi MMU mengisi lubang ledak. Tujuannya untuk mengetahui produktivitas MMU, meningkatkan produksi peledakan sesuai produktivitas MMU dan mengetahui jumlah MMU yang digunakan sesuai target produksi peledakan. 2. Maksud dan Tujuan. Maksud dari penelitian ini adalah mengkaji secara teknis pengisian bahan peledak menggunakan MMU ke lubang ledak untuk membuat perencanaan peledakan sesuai target produksi peledakan. Tujuan dari penelitian ini adalah : a. Mengetahui produktivitas MMU mengisi lubang ledak. b. Mengetahui jumlah kebutuhan MMU yang digunakan sesuai target produksi peledakan 3. Perumusan Masalah. Menghitung nilai waktu edar MMU menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan statistik sederhana. Menghitung produktivitas MMU dari rumus turunan produksi alat (Ir. Partanto Prodjosomanto, 1993). 4. Metode Penelitian. 1. Studi Pustaka. a. Tahap ini dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka/literatur yang menjadi sumber referensi yang berkaitan dengan metode-metode produktivitas alat dan alat pengisi bahan peledak yang bersifat teoritis. b. Mencari informasi awal mengenai keadaan daerah penelitian, seperti lokasi daerah penelitian, referensi dari peneliti-peneliti terdahulu, kondisi geologi regional serta daerah penelitian. 2. Observasi lapangan. Melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap objek kajian yang sedang berlangsung yaitu berkaitan dengan kegiatan peledakan yaitu aktivitas pengisian bahan peledak menggunakan MMU. 3. Permasalahan. Mengkaji dan mengevaluasi secara teknis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas MMU dankemampuan MMU memenuhi target yang telah ditentukan. 4. Pengambilan Data. a. Pengambilan Data Primer Pengambilan data primer dilakukan dengan cara studi lapangan dan observasi (pengamatan langsung) di lapangan, mulai dari pengisian

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 4 material bahan peledak sampai pengisian ke lubang ledak. Adapun data yang diambil : Data tahapan kegiatan MMU saat melakukan pengisian material bahan peledak di gudang handak, pengangkutan sampai pengisian atau charging ke lubang ledak. Mengambil gambar atau foto menggunakan kamera. Mengukur waktu tahapan kerja MMU mulai dari pengisian bahan peledak ke MMU, pengangkutan, dan pengisian ke lubang ledak untuk mengetahui waktu edar MMU mengisi bahan peledak setiap lubang ledak menggunakan stop watch. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui produktivitas MMU dan jumlah MMU yang digunakan sesuai target produksi peledakan. b. Pengambilan Data Skunder. Data sekunder meliputi pengambilan data : Data peta lokasi perusahaan untuk mengetahui lokasi kesampaian daerah. Data kapasitas muatan MMU dan target produksi peledakan untuk mengetahui penggunaan jumlah MMU sesuai target produksi. Data Shot Plan untuk mengetahui jumlah lubang ledak, bahan peledak dan geometri peledakan. 5. Akuisi Data. Merupakan pengelompokan dari data-data yang diambil untuk proses selanjutnya. Seperti waktu edar MMU saat charging bahan peledak ke lubang ledak, waktu pengisian material bahan peledak Ammonium Nitrate dan Emulsion ke MMU (reload) saat charging. 6. Pengolahan Data. Tahap pengolahan data merupakan pengolahan data hasil dari kegiatan di lapangan. Pengolahan data tersebut terdiri dari : Menentukan tahapan waktu edar MMU sesuai tahapan kerjanya yang diamati di lapangan. Nilai waktu edar diolah dengan statistik dari data yang diambil di lapangan untuk menghasilkan nilai waktu edar setiap pengisian ke lubang ledak dengan kedalaman yang berbeda. Hal ini bertujuan mengetahui produktivitas MMU dan jumlah penggunaan MMU. 7. Mengolah data kecepatan pompa dan penarikan selang pengisi untuk untuk mengetahui kecepatan rata-ratanya agar dapat menghitung nilai waktu dari kedalaman lubang berbeda. 8. Pembuatan draf hasil penelitian. 9. Kesimpulan.

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 5 II. HASIL PENELITIAN 1. Pengamatan Kegiatan Penelitian. Kegiatan MMU yang diamati pada lokasi penelitian yaitu mulai dari loading bahan peledak ke MMU, pengangkutan, pengisian bahan peledak ke lubang ledak (charging), quality control bahan peledak dan reload. 2. Pengukuran Edar dan Reload MMU. edar MMU dari tahapan kerjanya terdiri dari waktu untuk mengambil posisi, waktu Hose (selang pengisi) turun, waktu pengisian (Charging), waktu hose (selang pengisi) naik. Rumus perhitungan total waktu edar MMU yaitu : CT = P + Hd + C + Hu Keterangan : CT = Total waktu edar MMU (detik) P = mengambil posisi (detik) Hd = Hose turun (detik) C = pengisian (detik) Hu = Hose Naik (detik) reload akan mempengaruhi produktivitas MMU dari waktu yang tersedia untuk mengisi lubang ledak karena proses charging terhenti. Terhentinya disebabkan muatan bahan peledak di MMU habis sementara lubang yang tersedia belum selesai. Sehingga dilakukan loading bahan peledak ke MMU yang membutuhkan waktu mengisi handak emulsion 13.000 kg dan AN 5.400 kg secara bersamaan. reload akan diukur mulai MMU stop charging, yaitu waktu keluar dari lokasi ke tempat reload. pengisian bahan peledak ( reload) ke MMU hingga kembali memulai charging atau waktu masuk ke lokasi peledakan. Pengukuran reload MMU dilakukan 1 kali selama penelitian. Berikut hasil pengukuran waktu reload MMU dalam menit. Tabel 1. Reload MMU (menit). No Keluar Reload masuk Total Keterangan 1 2 29 3 34 Reload di lapangan 2 3 28 5 36 Reload di lapangan Rata-rata 35 3. Perhitungan Edar MMU. Perhitungan waktu edar MMU untuk menghasilkan nilai waktu rata-rata setiap waktu edar perlubang ledak. Jadi untuk mengeluarkan nilai rata-rata dari data waktu edar MMU yang didapat digunakan metode perhitungan statistik mean dengan menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Hasil perhitungan waktu ambil posisi, hose turun, charging dan hose naik akan dibuat rekapitulasi nilai waktu

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 6 edar atau total cycle time (CT) MMU. Untuk memudahkan pembacaan hasil perhitungan total waktu edar MMU yang didapat tiap lokasi peledakan dikalikan 60 untuk dikonfersi menjadi menit. Berikut hasil total waktu edar MMU tiap lokasi peledakan selama penelitian : No Tabel 2 Total Edar MMU (menit) tiap lokasi. Ambil Posisi (s) Hose Turun (s) Charging (s) Hose Naik (s) Total edar (s) Total Edar (menit) 1 1 21,71 18,50 67,19 8,36 115,76 1,93 2 2 22,43 14,44 50,61 6,79 94,28 1,57 3 3 15,69 11,78 41,86 5,46 74,79 1,25 4 4 14,54 10,01 33,63 4,91 63,10 1,05 5 5 20,04 13,52 45,43 6,63 85,62 1,43 6 6 17,94 6,65 21,29 3,42 49,30 0,82 7 7 14,65 8,24 27,67 4,04 54,60 0,91 8 8 19,05 12,68 42,62 6,22 80,57 1,34 4. Perhitungan Produktivitas MMU. Produktivitas MMU saat charging dapat diketahui jika nilai total waktu edar untuk mengetahui waktu jumlah trip perjam dan jumlah bahan peledak perlubang ledak telah diketahui. Perhitungan produktivitas MMU yaitu untuk mengetahui jumlah bahan peledak yang diproduksi MMU perjam (kg/jam). Adapaun nilai produktivitas MMU perjam tiap lokasi dengan kondisi lokasi rata dan kemiringan lokasi 21 selama penelitian sebagai berikut : Burden Tabel 3. Produktivitas MMU tiap lokasi peledakan. Spasi Depth Hole PF (kg/m 3 ) Bahan Peledak (kg) Edar (menit) Produktivitas MMU (kg/jam) 1 9 10,5 14,6 0,227 313 1,93 9.739 2 9 10,5 11,4 0,219 236 1,57 9.008 3 9 10,5 9,3 0,222 195 1,25 9.391 4 9 10,5 7,9 0,21 157 1,05 8.944 5 9 10,5 10,67 0,21 212 1,43 8.902 6 9 10,5 5,25 0,20 99 0,82 7.245

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 7 No Burden Spasi Depth Hole PF (kg/m 3 ) Bahan Peledak (kg) Edar (menit) Produktivitas MMU (kg/jam) 7 9 10,5 6,5 0,21 129 0,91 8.504 8 9 10,5 10,01 0,21 199 1,34 8.875 Dari Produktivitas MMU dapat diperhitungkan produksi MMU perwaktu tersedia sampai dilakukan peledakan. Produksi MMU perwaktu tersedia yaitu jumlah bahan peledak yang diisi kelubang ledak dari waktu yang disediakan untuk mengisi lubang ledak sebelum kegiatan peledakan. yang disediakan di PT. Leighton yaitu 3 jam yaitu mulai jam 8:30 sampai jam 11:30. Handak MMU perunit (kg) Tabel 4. Produksi MMU perwaktu tersedia (kg/3jam) tiap lokasi. Produktivi tas MMU (kg/jam) tersedia (jam) Produksi perunit (jam) Reload (Jam) Sisa Produksi (jam) Produksi Handak sisa waktu (kg) Produksi perwaktu tersedia (kg/3 jam) 1 18.000 9.740 3 1,85 0,58 0,57 5.537 23.537 2 18.000 9.009 3 2,00 0,58 0,42 3.771 21.771 3 18.000 9.392 3 1,92 0,58 0,50 4.697 22.697 4 18.000 8.945 3 2,01 0,58 0,40 3.617 21.617 5 18.000 8.903 3 2,02 0,58 0,39 3.516 21.516 6 18.000 7.246 3 2,48 0,58-0,07 0 18.000 7 18.000 8.505 3 2,12 0,58 0,30 2.553 20.553 8 18.000 8.876 3 2,03 0,58 0,39 3.450 21.450 Pada tabel 4 didapat data skunder berupa kapasitas MMU dan waktu tersedia untuk mengisi bahan peledak ke lubang ledak. Produksi MMU per 3 jam didapat dari jumlah bahan peledak perload ditambah jumlah bahan peledak yang dapat diproduksi MMU disisa waktu. 5. Perhitungan Kebutuhan MMU. Jumlah MMU yang dibutuhkan dapat diketahui apabila hasil produksi MMU perwaktu tersedia dan target produksi bahan peledak telah diketahui. Berikut hasil perhitungan kebutuhan MMU sesuai produksi MMU perwaktu tersedia 3 jam dengan produktivitas MMU. No Tabel 5. Jumlah kebutuhan MMU perlokasi. Produksi Target Produksi MMU / 3 jam Handak (kg) (kg) Jumlah MMU 1 1 23.537 14.359 0,61 2 2 21.771 10.212 0,57 3 3 22.697 6.678 0,37

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 8 No Produksi MMU / 3 jam (kg) Target Produksi Handak (kg) Jumlah MMU 4 4 21.617 13.772 0,64 5 5 21.516 16.091 0,75 6 6 18.000 2.617 0,15 7 7 20.553 16.332 0,79 8 8 21.450 9.660 0,45 Rata-rata 21.391 11.215 0,52 Pada tabel 5 didapat data primer hasil perhitungan produksi MMU per 3 jam dan data skunder yaitu target produksi bahan peledak tiap lokasi peledakan selama penelitian. Dari data tersebut dilakukan perhitungan untuk mengetahui jumlah kebutuhan MMU. Jumlah kebutuhan MMU yaitu perbandingan antara target produksi bahan peledak dengan produksi MMU per waktu tersedia 3 jam. 6. Hambatan MMU Saat Pengisian Handak ke Lubang Ledak. Hambatan yang ditemui di lapangan saat MMU mengisi lubang ledak yaitu hambatan yang tidak dapat dihindari saat hujan dan hambatan teknis saat pengisian bahan peledak. Hambatan teknis seperti kemiringan lokasi, dimensi tempat kerja dan naiknya primer saat proses pengisian atau charging bahan peledak. III. PEMBAHASAN. 1. Produktivitas MMU. Produktivitas MMU yaitu jumlah bahan peledak perlubang dikali satu jam dalam menit dibagi waktu edar MMU perlubang. Rumus perhitungan ini adalah dari rumus persamaan dari produksi alat (Ir. Partanto Prodjosomanto,1993) yaitu mengetahui jumlah trip perjam dengan perhitungan perbandingan 60 dengan Cycle Time (waktu edar) kemudian dikalikan dengan jumlah bahan peledak perlubang ledak (kg) untuk mendapatkan produktivitas MMU memproduksi bahan peledak (kg/perjam). Produktivitas MMU tiap lokasi peledakan selama penelitian sebagai berikut : No Depth Hole Bahan Peledak (kg) Edar (menit) Produktivitas MMU (kg/jam) Kondisi 1 1 14,6 313 1,93 9.740 Grade 21 2 2 11,4 236 1,57 9.009 Grade 21 3 3 9,3 195 1,25 9.392 Rata 4 4 7,9 157 1,05 8.945 Rata 5 5 10,67 212 1,43 8.903 Rata 6 6 5,25 99 0,82 7.246 Rata

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 9 No Depth Hole Bahan Peledak (kg) Edar (menit) Produktivitas MMU (kg/jam) Kondisi 7 7 6,5 129 0,91 8.505 Rata 8 8 10,01 199 1,34 8.876 Rata Pada tabel diatas dapat dilihat produktivitas MMU selama penelitian berbeda tiap lokasi, ini karena perbedaan geometri peledakan, persentasi manuver dan kondisi lokasi peledakan sehingga total waktu edar berbeda. Jadi jika pada peledakan selanjutnya kita dapat memperhitungkan produktivitas MMU perjam dari geometri peledakan yang digunakan, persentase ambil posisi lurus dan manuver, dan pada kondisi lokasi rata. rata dijadikan acuan karena standar lokasi peledakan yaitu dengan grade 0. 2. Jumlah Kebutuhan MMU. Jumlah kebutuhan MMU dapat diketahui apabila telah diketahui produksi bahan peledak MMU per waktu tersedia dan target produksi peledakan. Adapun perbandingan produksi MMU perwaktu tersedia dan target produksi bahan peledak untuk mengetahui jumlah kebutuhan MMU tiap peledakan sebagai berikut : No Produksi handak Target Produksi Kebutuhan / 3 jam (kg) Handak (kg) MMU 1 1 23.537 14.359 0,61 2 2 21.771 10.212 0,57 3 3 22.697 6.678 0,37 4 4 21.617 13.772 0,64 5 5 21.516 16.091 0,75 6 6 18.000 2.617 0,15 7 7 20.553 16.332 0,79 8 8 21.450 9.660 0,45 Rata-rata 21.391 11.215 0,52 Pada tabel diatas dapat dilihat perbandingan produksi bahan peledak MMU per 3 jam dengan target produksi bahan peledak tiap peledakan, rata-rata target produksi peledakan tiap peledakan lebih kecil 45% dari pada produksi MMU per 3 jam. Dari delapan kali peledakan rata-rata produksi bahan peledak MMU per 3 jam sebesar 21.391 kg dan target produksi bahan peledak tiap peledakan sebesar 11.215 kg. Sehingga ini juga berpengaruh dengan hasil jumlah kebutuhan MMU yaitu 0,52 1 unit, yang mana perbandingan hasil kebutuhan MMU 0,52 dengan 1 unit MMU yang digunakan tidak efisien dengan selisih 48%. Jadi upaya untuk meningkatkan produksi peledakan setiap peledakan yaitu mengetahui produktivitas MMU dengan geometri peledakan yang telah

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 10 direncanakan, sehingga dapat disesuaikan antara target produksi peledakan dengan produksi MMU perwaktu tersedia. Dan begitu juga apabila target produksi peledakan telah ditentukan maka dari geometri peledakan yang digunakan dan kondisi lokasi rata dengan pesentase manuver diketahui maka dapat diperhitungkan produksi MMU perwaktu tersedia dan jumlah MMU yang dibutuhkan setiap peledakan saat waktu istirahat. 3. Hambatan Teknis MMU Saat Charging. 3.1. Kemiringan Peledakan. Kondisi lokasi peledakan yang miring hingga kemiringan yang tinggi dapat mengakibatkan MMU terguling dan membutuhkan waktu ambil posisi MMU yang lama. Menghindari potensi MMU terguling atau kehilangan keseimbangan sebaiknya dibuat lokasi peledakan berbentuk tangga atau trap. Kemiringan lokasi dengan kemiringan 21 yaitu melakukan pengisian bahan peledak dengan arah MMU berpindah lubang mengikuti arah kemiringan permukaan. (a) (b) Gambar 1. (a). Permukaan lokasi sebelum dibuat trap. (b). Permukaan lokasi setelah dibuat trap. 3.2. Dimensi Tempat Kerja. Dimensi tempat kerja yang mempengaruhi pengisian bahan peledak dengan MMU yaitu jarak lubang dengan tanggul pengaman. Jarak tanggul dengan lubang ledak pada lokasi 1 penelitian, di bagian barat lokasi jarak tanggul dengan lubang ledak berjarak 2 meter. Jarak antara lubang dan tanggul membuat MMU harus melakukan manuver atau berbelok lebih banyak untuk berpindah ke lubang antar baris (row) dan saat mengambil posisi letak hose pengisi tidak berada di atas lubang ledak, sehingga harus menarik atau mengarahkan hose menjadi jauh membuat waktu pengisian lebih lama. Jarak antara lubang dengan tanggul sebaiknya 1 kali panjang unit, sehingga membuat MMU mudah manuver saat mengambil posisi ke lubang antar baris. Panjang MMU yaitu 11,4 meter, jadi jarak antara lubang dengan tanggul minimal 11,4 meter.

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 11 3.3. Naiknya Primer Kepermukaan Bahan Peledak Saat Charging. Hambatan yang sering muncul saat pengisian bahan peledak pada lubang berair adalah naiknya primer kepermukaan bahan peledak yang diisi. Naiknya primer karena retract hose atau penarikan otomatis hose lebih lambat dari pada kecepatan pengisian. Sementara jika penarikan hose lebih cepat akan membuat bahan peledak tercampur air yang dapat mengakibatkan gagal ledak. Berikut gambar ilustrasi jika hose terlalu cepat atau lambat saat charging. (a) (b) Gambar 5.2. a. Retract (penarikan) hose cepat dan retract lambat saat charging. Primer naik ke permukaan bahan peledak saat charging dapat dihindari dengan cara menyesuaikan kecepatan retract hose atau penarikan selang pengisi otomatis dengan kecepatan pengisi. Menyesuaikan kecepatan hose dan kecepatan pengisian yaitu dengan rumus retract hose : = de (isian handak permeter) Kg/detik Dimana : - Retract Speed = Kecepatan penarikan hose otomatis charging. - de = Isian bahan peledak permeter (kg/m). - Rate Kg/detik = Kecepatan pengisian atau charging (kg/detik). Hasil penelitian didapatkan data primer kecepatan charging yaitu 4,66 kg/detik sama dengan 280 kg/menit dan data skunder isian bahan peledak permeter (de) yaitu 40,3 kg/meter. sehingga kecepatan retract hose saat charging dapat diketahui dengan rumus persamaan retract hose sebagai berikut : 40,3 kg/meter Retract Speed = 4,66 kg/detik = 8,65 Jadi kecepatan penarikan selang pengisi saat charging yaitu 8,65 detik/meter, sehingga harus dilakukan kalibrasi hose dengan menggunakan stopwatch dan meteran. Kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 12 konvensional nilai penunjukan alat ukur menjadi standar untuk suatu ukuran. Kalibrasi dengan cara penarikan hose dilakukan dengan cara menyetel pada switch auto hose pada MMU kemudian mengukur waktu lama hose hingga mencapai 8,65 detik dengan panjang hose 1 meter. IV. KESIMPULAN. 1. Berdasarkan hasil penelitian pengukuran waktu edar MMU yaitu waktu ambil posisi, hose turun, charging, dan hose naik. Produksi MMU perwaktu tersedia 3 jam dari delapan lokasi pengukuran yaitu rata-rata 21.391 kg/3 jam. Jumlah rata-rata bahan peledak tiap lokasi peledakan yaitu 11.215 kg, sehingga jumlah produksi bahan peledak berkurang 48 % dari produksi MMU per 3 jam. Produktivitas MMU secara teoritis dapat dihitung dengan mengetahui kondisi lokasi, persentase manuver dari total lubang ledak perlokasi, kecepatan hose turun dan naik, dan charging untuk menghitung total waktu edar, dan geometri peledakan yang digunakan. 2. Berdasarkan perhitungan perbandingan produksi MMU perwaktu tersedia dengan target produksi peledakan, rata-rata kebutuhan MMU tiap lokasi peledakan yaitu rata-rata 0,52 1 unit.

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 13 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2012, MMU Module 02 Loading and Charging PT. AEL Mining Services Indonesia Anonim, 2015, Priming and Loading OF Blast-Holes SOP PT. AEL Mining Services Indonesia Koesnaryo S, 2001, Rancangan Peledakan Batuan Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yokyakarta. Saptono S, 2006, Teknik Peledakan Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yokyakarta. Partanto, Prodjosumarto, (1993), Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik Pertambangan ITB, Bandung. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Mineral dan Batubara, 2011, Pelaksanaan peledakan pada Kegiatan Penambangan Bahan Galian. Kursus Juru Ledak Kelas II, Direktorat Jenderal Pertambangan Umum Pusat Pengembangan Tenaga Pertambangan Bandung. Quadratullah MF, 2014 Statistika Terapan Yogyakarta. Syarifudin, 2007 Inti Sari Fisika SMA Ciputat Tangerang.