MATERI DAN METODE. Materi

dokumen-dokumen yang mirip
MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Kondisi Lahan, Lingkungan, dan Penanaman Pohon Singkong Utuh Teknik Pemanenan Singkong

BAB III MATERI DAN METODE. Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November

Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan Ransum Komplit Bahan Pakan Jenis Ransum Komplit 1 (%) Ransum A (Energi Tinggi) 2 Ransum B (Energi Rendah) 3 Rumput Gaja

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Bahan Alat Peubah yang Diamati

3 METODOLOGI. 3.3 Metode Penelitian. 3.1 Waktu dan Tempat

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat

MATERI DAN METODE. Metode

BAB III MATERI DAN METODE. Penanaman tumpangsari orok-orok dan jagung dilakukan di kebun percobaan

METODE. Materi. Alat. Rancangan

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi Volatil Fatty Acids (VFA), NH 3 dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Pengaruh Penambahan Urease pada Inkubasi Zeolit dan Urea

Lampiran 1 : Proses Amoniasi Daun Sawit, Pucuk Tebu dan Jerami Jagung. Bahan Penelitian (Daun Sawit, Pucuk Tebu dan Jerami Jagung) Dicoper.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul produksi VFA, NH 3 dan protein total pada fodder

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan

MATERI DAN METODE. Prosedur

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat

BAB III MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini meliputi penanaman kedelai di Green house

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang kadar protein kasar dan fermentabilitas secara in vitro

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. house) dan penelitian laboratorium yang dilaksanakan mulai bulan Juli-Desember

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pisang nangka diperoleh dari Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Gedebage, dan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Alat Bahan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang kehilangan BK, ADF dan N-ADF secara in vitro

MATERI DAN METODE. Materi

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji sorgum

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE. Memfiksasi Nitrogen Urea dan Potensinya sebagai Sumber Nitrogen Slow Release

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Rumput gajah diperoleh berasal dari kebun rumput di sekitar kandang sapi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian adalah biji sorgum

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. pada Ransum Sapi FH dilakukan pada tanggal 4 Juli - 21 Agustus Penelitian

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Jerami Jagung yang dipergunakan, sebanyak 80 kg yang berasal dari limbah

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. complete feed eceng gondok (Eichhornia crassipes) dengan kemasan silo berbeda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2016 di

Bab III Bahan dan Metode

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul kelarutan senyawa fenolik dan aktivitas antioksidan

MATERI DAN METODE. Materi

Okt ,30 75,00 257,00 Nop ,30 80,00 458,00 Des ,10 84,00 345,00 Jumlah 77,70 264, ,00 Rata-rata 25,85 88,30 353,34

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

III. METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan yaitu pengering kabinet, corong saring, beaker glass,

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 5-6 bulan di Laboratorium Ilmu dan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September Oktober Pengambilan

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL. Tujuan Praktikum Untuk pengambilan sampel yang akan digunakan untuk analisis.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-November 2014 di

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

MATERI DAN METODE. Prosedur Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Sintesis Protein Mikroba dan Aktivitas Selulolitik Akibat

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

KUALITAS SILASE TANAMAN JAGUNG PADA BERBAGAI UMUR PEMANENAN SKRIPSI

MATERI DAN METODE. Materi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

MATERI DAN METODE. Materi

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

3 MATERI DAN METODE PENELITIAN

KECERNAAN DAN FERMENTABILITAS TANAMAN OROK-OROK SECARA IN VITRO SEBAGAI BAHAN PAKAN YANG DITANAM SECARA TUMPANGSARI DENGAN JAGUNG MANIS SKRIPSI

III. BAHAN DAN METODE. Analisis kimia dilakukan di Laboratorium Tanah, dan Laboratorium Teknologi Hasil

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai frekuensi penyajian ransum yang berbeda terhadap kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

MATERI DAN METODE. Prosedur

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

III. METODE PENELITIAN

Kadar protein (%) = (ml H 2 SO 4 ml blanko) x N x x 6.25 x 100 % bobot awal sampel (g) Keterangan : N = Normalitas H 2 SO 4

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari Juni 2013 sampai dengan Agustus 2013.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Maret 2017 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan selama 5 bulan (November 2011-Maret 2012). Lokasi pengamatan dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen INTP, Fakultas Peternakan IPB, Darmaga, Bogor. Materi Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam pembuatan silase antara lain plastik antipanas berwarna putih ukuran 5 kg (28 x 50 cm), polybag (60 x 120 cm), alat pemotongan dan pencacahan tanaman, timbangan, blender (Cosmos), ph meter (Loviband), spektrofotometer (Model UV-200-RS), cawan conway, tabung fermentor, tabung reaksi, gelas ukur, pipet, buret, ruang asam, vortex (Genie-2), waterbath (Memmert), alat destilasi uap, tanur (Nabertherm) dan oven. Bahan yang digunakan dalam pembuatan silase ini adalah tanaman jagung, ransum komplit. Ransum komplit terdiri dari rumput lapang dan konsentrat (onggok, bungkil kedele, jagung, bungkil kelapa, DCP dan CaCO 3 ). Bahan yang digunakan untuk kebutuhan analisis laboratorium adalah cairan rumen sapi, aquadest, larutan fenol 5%, H 2 SO 4, larutan glukosa standar, vaselin, Na 2 CO 3 jenuh, asam borat berindikator, H 2 SO 4 0,005 N, larutan penyangga McDougall (NaHCO 3, Na 2 HPO 4. 2H 2 O, KCl, NaCl, MgSO 4.7H 2 O dan CaCl 2 ), larutan pepsin 0,2%, HCl 15%, NaOH 0,5 N dan HgCl 2. Prosedur Pembuatan Silase Tanaman jagung (Varietas Pertiwi-3) yang telah dipanen pada masing-masing umur kemudian dipisahkan masing-masing bagian yaitu batang, daun, klobot, biji dan tongkol. Bagian tersebut ditimbang bobotnya kemudian dicacah sepanjang ± 2 cm. Potongan bagian kemudian dicampur hingga homogen. Sebanyak 2 kg sampel dimasukkan ke dalam silo plastik 2 lapis berukuran 28 x 50 cm. Udara dalam kantung dikeluarkan dan silo ditutup rapat. 16

Ransum komplit disusun dari campuran 50% rumput lapang dan 50 % konsentrat untuk memenuhi kebutuhan kambing perah (65% TDN, 15% PK). Ransum tersebut digunakan sebagai silase kontrol. Ensilasi dilakukan selama 5 minggu. Tabel 3. Hasil Formulasi Bahan Pakan Ransum Komplit Bahan *Kandungan % BK Zat Nutrien Rumput lapang 50 BK 56,01 Onggok 15 Abu 9,52 Jagung 7,07 PK 15,05 Bungkil Kelapa 15,73 LK 3,08 Bungkil Kedelai 10,49 SK 20,88 DCP 1,24 TDN 67,06 CaCO₃ 0,47 Ca 0,75 P 0,55 Nutrisi (%BK) Keterangan : (*) Hasil Perhitungan. Kondisi awal bahan Proporsi Tanaman. Pengamatan kondisi tanaman jagung sebelum ensilasi dengan menimbang proporsi tiap bagian tanaman yaitu daun, biji, batang, klobot dan tongkol. Besarnya persentase bagian dihitung menggunakan rumus : Pengukuran Kandungan BK (%BK segar) Sebelum Ensilasi. Sebanyak 1 kg sampel bahan yang akan dibuat silase ditimbang berat awalnya (a). Pengeringan dilakukan setelah penimbangan sampel dengan oven 60 oc selama 3-7 hari kemudian ditimbang (b) dan digiling. Sebanyak 3-5 g (c) sampel yang telah digiling halus dimasukkan ke dalam cawan porselen kemudian dipanaskan dalam oven 105 oc hingga beratnya stabil kemudian dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke dalam eksikator. Cawan dan 17

sampel kemudian ditimbang (d) setelah 10 menit dieksikator. Bahan kering (%) dihitung menggunakan rumus : Pengukuran Kandungan PK (%BK) Sebelum Ensilasi. Sebanyak 0,2-0,3 g sampel yang telah digiling halus dimasukan ke dalam labu kjeldahl, lalu ditambahkan selenium mixture sedikit pada ujung sudip. Sampel kemudian ditambah dengan H 2 SO 4 sebanyak 20 ml lalu didestruksi. Destruksi dilakukan dengan memanaskan campuran tersebut diatas hot plate selama 6 jam hingga warna berubah menjadi bening. Sampel yang telah didestruksi kemudian diencerkan dengan aquadest sampai 120 ml lalu didestilasi menggunakan metode makro Kjeldahl (1883). Destilasi dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH tio sulfat (0,6 g NaOH kristal dalam 100 ml aquadest ditambah 0,15 g Na tiosulfat) sebanyak 10 ml ke dalam labu hasil destruksi kemudian didestilasi. Uap hasil destilasi dikondensasi dan ditampung dalam labu erlenmeyer bervolume 100 ml yang telah diisi dengan asam borat berindikator. Destilasi dihentikan jika volume tampungan mencapai 50 ml. Selanjutnya dilakukan titrasi menggunakan HCl 0,0115 N hingga warna berubah menjadi merah muda. Perhitungan persentase kadar N dan PK menggunakan rumus : Pengukuran Kandungan WSC (%) Sebelum Ensilasi. Pengukuran kandungan WSC sebelum ensilasi menggunakan metode fenol oleh Dubois (1956). Sebanyak 2 g sampel kering yang telah digiling ditambahkan dengan 10 ml aquadest yang telah dipanaskan. Campuran sampel dan aquadest kemudian diaduk dan digerus menggunakan mortar. Campuran tersebut kemudian disaring hingga endapan dan cairan terpisah. Supernatan sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10 ml kemudian tambahkan 1 ml larutan fenol 5% kemudian dihomogenkan dan ditambah 18

asam sulfat sebanyak 5 ml, lalu divortex. Larutan kemudian didinginkan dan diukur nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 490 nm. Pengamatan Karakteristik Fisik Pengamatan dilakukan dengan pengujian sensori untuk peubah aroma, tekstur dan warna. Perhitungan persentase bagian yang terkontaminasi jamur menggunakan rumus berikut : Pengamatan Karakteristik Fermentatif Pengukuran ph Silase. Pengukuran derajat keasaman atau ph menggunakan ph meter. Sebanyak 10 g silase dicampurkan dengan aquadest 100 ml. Campuran kemudian dihomogenkan dengan menggunakan blender selama 1 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Endapan kemudian dipisahkan dengan cairan. Cairan tersebut kemudian diukur ph-nya menggunakan ph meter. Pengukuran Kandungan BK Silase. Silase yang telah difermentasi selama 5 minggu dikeluarkan dari silo kemudian ditimbang berat setelah ensilasi. Silase segar ditimbang berat awalnya (a). Pengeringan silase dilakukan dengan oven 60 o C setelah penimbangan selama 3-7 hari dan setelah kering sampel ditimbang (b) lalu digiling. Sebanyak 3-5 g (c) silase yang telah digiling halus dimasukkan ke dalam cawan porselen kemudian dipanaskan dalam oven 105 o C hingga beratnya stabil. Cawan dan sampel kemudian dikeluarkan dari oven dan dimasukkan ke dalam eksikator. Cawan dan sampel setelah dingin ditimbang (d). Bahan kering (%) dihitung menggunakan rumus : Pengukuran Konsentrasi Asam Lemak Terbang (VFA) (mm). Supernatan hasil pencampuran 10 g silase segar dengan aquadest 100 ml digunakan dalam 19

pengukuran konsentrasi VFA silase. Sebanyak 5 ml NaOH 0,5N dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer dan dipasangkan ditempat penampungan hasil destilasi. Supernatan silase diteteskan sebanyak 5 ml ke dalam tabung destilasi dan kemudian ditambah 1 ml H 2 SO 4 15%. Uap air yang merupakan hasil pemanasan ditampung di dalam tabung erlenmeyer yang berisi NaOH hingga volume mencapai 250 ml. Penambahan indikator phenolpthalin dilakukan tepat setelahnya sebanyak 2-3 tetes hingga cairan berubah menjadi merah muda kemudian larutan dititrasi dengan HCl 0.5 N hingga warna menjadi bening. Perhitungan konsentrasi VFA total menggunakan rumus : Keterangan : a = volume titran blanko (ml) b = volume titran sampel (ml) Pengukuran Kehilangan Bahan Kering (%BK). Pengukuran kehilangan bahan kering dihitung dari selisih berat kering bahan awal sebelum ensilasi dengan berat setelah ensilasi. Pengukuran Kandungan PK (%BK) Silase. Sebanyak 0,2-0,3 g silase yang telah dikeringkan dan digiling halus dimasukan ke dalam labu kjeldahl, lalu ditambahkan selenium mixture sedikit pada ujung sudip. Sampel silase kemudian ditambah dengan H 2 SO 4 sebanyak 20 ml kemudian didestruksi. Destruksi dilakukan dengan memanaskan campuran tersebut diatas hot plate selama 6 jam hingga warna berubah menjadi bening. Sampel yang telah didestruksi kemudian diencerkan dengan aquadest sampai 120 ml lalu didestilasi menggunakan metode makro Kjeldahl (1883). Destilasi dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH tio sulfat (0,6 g NaOH kristal dalam 100 ml aquadest ditambah 0,15 g Na tiosulfat) sebanyak 10 ml ke dalam labu hasil destruksi kemudian didestilasi. Uap hasil destilasi dikondensasi dan ditampung dalam labu erlenmeyer bervolume 100 ml yang telah diisi dengan asam borat berindikator. Destilasi dihentikan jika volume tampungan mencapai 50 ml. Tahap selanjutnya adalah titrasi 20

menggunakan HCl 0,0115 N hingga warna berubah menjadi merah muda. Perhitungan persentase kadar N dan PK menggunakan rumus : Pengukuran Konsentrasi N-NH 3 Silase (mm). Pengukuran konsentrasi NH 3 silase menggunakan metode mikrodifusi Conway. Supernatan pada pengukuran ph silase sebanyak 1 ml diteteskan pada salah satu ujung jalur cawan conway yang telah diolesi vaselin pada bibir cawan. Sebanyak 1 ml larutan Na 2 CO 3 ditempatkan pada sisi yang bersebelahan dengan sampel. Asam borat sebanyak 1 ml diteteskan pada bagian tengah cawan lalu cawan ditutup dengan rapat. Cawan dimiringkan dan digoyangkan perlahan, sehingga supernatan dan larutan Na 2 CO 3 tercampur merata. Cawan kemudian didiamkan selama 24 jam pada suhu ruang, lalu setelah 24 jam cawan conway dibuka dan dititrasi menggunakan larutan H 2 SO 4. Titrasi dilakukan sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Konsentrasi NH 3 dihitung menggunakan rumus : Pengukuran Perombakan Protein Kasar (%BK). Pengukuran perombakan protein kasar diukur dari perbandingan antara banyaknya protein yang dirombak menjadi NH 3 (%) dengan protein awal sampel (%). Pengukuran Residual WSC (%) Silase. Pengukuran kandungan WSC setelah ensilasi sama seperti pengukuran sebelum ensilasi dengan menggunakan metode fenol oleh Dubois (1956). Sebanyak 2 g silase yang telah dikeringkan dan digiling ditambahkan dengan 10 ml aquadest yang telah dipanaskan. Campuran silase dan aquadest kemudian diaduk dan digerus menggunakan mortar. Campuran kemudian tersebut disaring hingga endapan dan cairan terpisah. Supernatan sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi 10 ml kemudian tambahkan 1 ml larutan fenol 5% lalu dihomogenkan dan ditambah asam sulfat sebanyak 5 ml, campuran kemudian divortex. Selanjutnya larutan didinginkan dan diukur nilai absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 490 nm. 21

Pengukuran Kehilangan WSC (%). Pengukuran kehilangan WSC didapatkan dari perhitungan selisih besaran kandungan WSC sebelum ensilase dan residual WSC silase. Perhitungan Kualitas Silase Berdasarkan Nilai Fleigh. Nilai Fleigh merupakan salah satu metode pengukuran kualitas silase berdasarkan kandungan bahan kering dan ph silase. Nilai Fleigh dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: NF = 220+(2 x BK(%) 15) - (40 x ph) Silase akan dikategorikan sebagai silase berkualitas sangat baik apabila menghasilkan nilai 85-100, berkualitas baik 60-80, berkualitas cukup 50-60, berkualitas sedang 25-40, dan berkualitas rendah apabila <20 (Ozturk, 2005). Pengamatan Karakteristik Utilitas Silase Pengukuran Fermentabilitas Pakan. Sebanyak 0,5 g silase yang telah dikeringkan dan dihaluskan dimasukan ke dalam tabung fermentor. Sebanyak 40 ml larutan penyangga McDougall dan 10 ml cairan rumen ditambahkan ke dalam tabung fermentor sambil dialiri gas CO 2 selama 30 detik dan ditutup rapat dengan prop karet berventilasi. Sampel kemudian diinkubasi selama 4 jam dalam shaker waterbath bersuhu 39 C. Sampel yang telah diinkubasi selama 4 jam kemudian ditambahkan 2-3 tetes HgCl 2 jenuh ke dalam tabung fermentor untuk menghentikan aktivitas mikroba. Cairan kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm dalam waktu 10 menit. Endapan kemudian dipisahkan dengan cairan. Supernatan kemudian digunakan pada pengukuran NH 3 dan VFA rumen. Pengukuran NH 3 rumen (mm). Pengukuran konsentrasi NH 3 rumen menggunakan metode mikrodifusi Conway. Supernatan sebanyak 1 ml diteteskan pada salah satu ujung jalur cawan conway yang telah diolesi vaselin pada bibir cawan. Sebanyak 1 ml larutan Na 2 CO 3 ditempatkan pada sisi yang bersebelahan dengan sampel. Asam Borat sebanyak 1 ml diteteskan pada bagian tengah cawan lalu cawan ditutup dengan rapat. Cawan dimiringkan dan digoyangkan perlahan, sehingga supernatan dan larutan Na 2 CO 3 tercampur merata. Cawan kemudian didiamkan selama 24 jam pada suhu ruang. Cawan conway tersebut setelah 24 jam dibuka dan 22

dititrasi menggunakan larutan H 2 SO 4 sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda. Konsentrasi NH 3 dihitung menggunakan rumus : Pengukuran VFA rumen (mm). Supernatan yang sama pada pengukuran NH 3 rumen digunakan dalam pengukuran konsentrasi VFA rumen. Sebanyak 5 ml NaOH 0,5 N dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer dan dipasangkan di tempat penampungan hasil destilasi. Supernatan silase diteteskan sebanyak 5 ml ke dalam tabung destilasi dan kemudian ditambah 1 ml H 2 SO 4 15%. Uap air yang merupakan hasil pemanasan ditampung di dalam tabung erlenmeyer yang berisi NaOH hingga volume mencapai 250 ml. Penambahan indikator phenolpthalin dilakukan tepat setelahnya sebanyak 2-3 tetes hingga cairan berubah menjadi merah muda kemudian larutan dititrasi dengan HCl 0.5 N hingga warna menjadi bening. Perhitungan konsentrasi VFA total menggunakan rumus : Keterangan : a = volume titran blanko (ml) b = volume titran sampel (ml) Pengukuran Nilai Koefisien Cerna BK dan BO (%). Pengukuran kecernaan bahan kering dan bahan organik menggunakan metode in vitro (Tilley & Terry, 1963). Tahap pertama pengukuran kecernaan adalah pengukuran pencernaan fermentatif. Sebanyak 0,5 g silase yang telah dikeringkan dan dihaluskan, dimasukan ke dalam tabung fermentor. Tabung fermentor yang telah diisi sampel kemudian ditambahkan dengan larutan penyangga McDougall 40 ml dan 10 ml cairan rumen sambil dialiri gas CO 2 selama 30 detik dan ditutup rapat dengan prop karet berventilasi. Sampel kemudian diinkubasi selama 48 jam dalam shaker waterbath bersuhu 39 C, setelah 48 jam inkubasi ditambahkan 2-3 tetes HgCl 2 jenuh ke dalam tabung fermentor untuk menghentikan aktivitas mikroba. Cairan kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm dalam waktu 10 menit. Endapan kemudian dipisahkan dengan cairan kemudian digunakan pada tahap selanjutnya. 23

Tahap selanjutnya adalah tahap hidrolisis. Endapan dicampur dengan larutan pepsin HCl 0,2% sebanyak 50 ml kemudian diinkubasi selama 48 jam. Sisa pencernaan hidrolisis kemudian disaring dengan kertas Whatman no. 41 yang telah diketahui bobotnya dengan bantuan pompa vakum (Rotary model 2X-0.5). Sisa kemudian dimasukkan ke dalam cawan porselen dan dipanaskan pada oven 105 C selama 24 jam. Cawan ditimbang (BK Residu) setelah 24 jam. Cawan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tanur 600 C selama 6 jam lalu ditimbang bobotnya (BO Residu). Pengukuran kecernaan bahan kering dan bahan organik dihitung menggunakan rumus: Keterangan : KCBK = Koefisien cerna bahan kering; KCBO = Koefisien cerna bahan organik Rancangan Percobaan dan Analisis Statistika Rancangan Percobaan Pengamatan karateristik fisik dilakukan dengan pengamatan deskriptif sedangkan pengamatan kondisi awal bahan dan karateristik fermentatif menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 taraf perlakuan dan 3 kali pengulangan dengan model matematik sebagai berikut : Y ij = μ + τ i + ε ij Pengamatan karakteristik utilitas silase menggunaan rancangan acak kelompok dengan 5 taraf perlakuan dan 3 rumen yang berbeda sebagai kelompok dengan menggunakan model matematik sebagai berikut: Y ij = μ + τ i + β j + ε ij Keterangan rumus (Matjjik & Sumertajaya, 2006) : Y ij μ τ i = Nilai pengaruh perlakuan ke-i, ulangan (RAL) atau kelompok (RAK) ke-j = Rataan umum = Pengaruh perlakuan ke-i 24

β ε ij = Pengaruh ulangan/kelompok ke-j = Pengaruh acak pada perlakuan ke-i ulangan (RAL) / kelompok (RAK) ke-j Perlakuan Perlakuan yang diberikan sebagai berikut : 1) SRK : Silase ransum komplit 2) SJ60 : Silase jagung umur 60 hari 3) SJ70 : Silase jagung umur 70 hari 4) SJ80 : Silase jagung umur 80 hari 5) SJ90 : Silase jagung umur 90 hari Peubah yang Diamati Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah karakteristik awal bahan, karakteristik fisik setelah ensilasi, karakteristik fermentasi dan karakteristik utilitas silase yang dihasilkan. Pengamatan karakteristik awal bahan meliputi kondisi awal bahan yaitu proporsi botani tiap bagian tanaman, kadar bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan karbohidrat larut air (WSC). Karakteristik fisik diamati secara deskriptif melalui uji sensori meliputi aroma, tekstur, warna dan persentase bagian berjamur. Pengamatan karakteristik fermentatif, parameter yang diamati adalah ph, BK, VFA (Volatile fatty acid), kehilangan BK, Kadar PK, ammonia-nitrogen (N- NH 3 ), perombakan PK, residual WSC, kehilangan WSC dan nilai Fleigh. Karakteristik utilitas silase diukur dari fermentabilitas silase dalam rumen dan kecernaan secara in vitro (Tilley & Terry, 1963). Fermentabilitas silase dalam rumen diukur dari konsentrasi NH 3 dan VFA, sedangkan kecernaan diukur dari nilai koefisien cerna bahan kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO). Analisis Statistik Data kualitatif pada pengamatan kondisi awal bahan dianalisis secara deskriptif sedangkan data kuantitatif pada pengamatan karakteristik fermentatif dan utilitas dianalisa menggunakan uji sidik ragam (ANOVA). Perbedaan yang nyata antar perlakuan diuji lanjut dengan uji jarak Duncan (1955) dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 17. 25