BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Penelitian Suriani (2015), Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. (Tamin, 2000). Dalam penelitian Analisis Model Bangkitan Pergerakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN ZONA KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian perencanaan merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan yang terjadi antara dua tempat yaitu tempat di mana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1.Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

Jurnal Sabua Vol.3, No.3: 9-19, November 2011 ISSN HASIL PENELITIAN TARIKAN PENGUNJUNG KAWASAN MATAHARI JALAN SAMRATULANGI MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU

BAB III METODE PENELITIAN. Studi Pustaka. Survey Pendahuluan. Pengumpulan Data. Analisis Data. Model Tarikan. Pembahasan. Kesimpulan dan saran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. proses mengangkut dan mengalihkan dengan menggunakan alat pendukung untuk

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai saat ini - yang paling populer adalah Model Perencanaan Transportasi Empat. 1. Bangkitan dan tarikan perjalanan

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA UNIVERSITAS AL MUSLIM BIREUEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukannya. Pergerakan dikatakan juga sebagai kebutuhan turunan, sebab

BAB III METODOLOGI 3.1 UMUM 3.2 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Tamin, 1997). Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) adalah jumlah perjalanan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Bangkitan perjalanan adalah tahap pertama dalam perencanaan transportasi

KAJIAN TARIKAN PERGERAKAN TOSERBA DI KOTA JOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, umumnya seragam, yaitu kota-kota mengalami tahap pertumbuhan

TRANSPORTASI SEBAGAI SUATU SISTEM

BAB II STUDI PUSTAKA. masing-masing harus dilakukan secara terpisah dan berurutan. Sub-sub model. Bangkitan dan tarikan pergerakan

ANALISIS PRODUKSI PERJALANAN DARI KAWASAN PEMUKIMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN KAMPUS FAKULTAS TEKNIK GOWA

REKAYASA TRANSPORTASI LANJUT UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA DENGAN SEPEDA MOTOR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dan Ruang Lingkup Perencanaan Transportasi

ANALISA DAMPAK PEMBANGUNAN HOTEL IBIS MANADO TERHADAP LALU LINTAS DI JALAN PIERE TENDEAN MANADO

BAB III METODOLOGI. Sari Mandala I, Kecamatan Medan Denai, kota Medan sebagai daerah studi.

Model Empat Langkah? Four Step Model Travel Demand Model

Volume 2 Nomor 2, Desember 2013 ISSN KAJIAN BANGKITAN LALU LINTAS DAMPAK PEMBANGUNAN CIREBON SUPER BLOCK

ek SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

ANALISA PERMODELAN BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SD NEGERI KOTA MAKASSAR

KAJIAN PENGARUH JEMBATAN KAPUAS TERHADAP LALU LINTAS AIR MAUPUN DARAT DI KOTA SINTANG

ANALISIS TARIKAN PERGERAKAN KAMPUS FAKULTAS TEKNIK GOWA

TUGAS AKHIR ANALISIS MODEL BANGKITAN TARIKAN KENDARAAN PADA SEKOLAH SWASTA DI ZONA PINGGIRAN KOTA DI KOTA MAKASSAR

BAB II TINJAUAN TEORI

EVALUASI DAN ANALISIS KEBUTUHAN RUANG PARKIR DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

ANALISA PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR ABSTRAK

MODEL BANGKITAN PERGERAKAN DI KAWASAN PERUMAHAN BENGKURING SAMARINDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH UKURAN SAMPEL TERHADAP MODEL BANGKITAN PERJALANAN KOTA PALANGKA RAYA. Nirwana Puspasari Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

STUDI ANALISA MODEL TARIKAN PERGERAKAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA MALANG

ANALISIS KEBUTUHAN ANGKUTAN KOTA MANADO (STUDI KASUS: TRAYEK PUSAT KOTA MALALAYANG DAN TRAYEK PUSAT KOTA KAROMBASAN)

PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN PADA TATA GUNA LAHAN SMU NEGERI DI MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat digunakan untuk memperkirakan kebutuhan (demand) yaitu dengan. menggunakan metode empat tahap (four stage method).

ANALISA BANGKITAN PERJALANAN PADA KECAMATAN DELI TUA

1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan kebudayaan, kota ini juga merupakan pusat kegiatan perekonomian daerah

JURNAL BANGKITAN PERJALANAN PADA PERUMAHAN MISFALAH RASAINDO KOTA GORONTALO. dipersiapkan dan disusun oleh FIDYA MAYESTIKA NIM :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 ( ) ISSN:

TUGAS AKHIR PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN LALU LINTAS MAHASISWA PADA ZONA PENDIDIKAN AKADEMI KEPERAWATAN DI KOTA MAKASSAR

STUDI DEMAND PADA RENCANA PEMBANGUNAN JALAN SORONG-KEBAR-MANOKWARI DENGAN MODEL GRAVITY

BAB I PENDAHULUAN. penduduk atau barang atau jasa atau pikiran untuk tujuan khusus (dari daerah asal ke daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK)

BAB 1 PENDAHULUAN. Aktifitas keseharian penduduk perkotaan makin tinggi sejalan dengan makin

Kota dianggap sebagai tempat tersedianya berbagai kebutuhan dan lapangan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

PEMILIHAN MODA PERJALANAN

PERENCANAAN TRANSPORTASI

MODEL KEBUTUHAN PARKIR PADA PUSAT PERBELANJAAN DI KOTA MALANG: STUDI KASUS PLASA DIENG, PLASA GAJAHMADA, DAN MALANG PLASA

ANALISIS GARIS KEINGINAN PERGERAKAN MASYARAKAT PENGGUNA TRANSPORTASI DI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR PROVINSI SULAWESI UTARA

KARATERISTIK PERGERAKAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN KAWASAN PINGGIRAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN KECEPATAN, KEPADATAN DAN VOLUME LALU LINTAS DENGAN MODEL GREENSHIELDS (STUDI KASUS JALAN DARUSSALAM LHOKSEUMAWE)

BAB 1 PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang

ABSTRAK. Kata kunci : Distribusi perjalanan, trip assignment, software Visum versi 15

EVALUASI FAKTOR PENYESUAIAN HAMBATAN SAMPING MENURUT MKJI 1997 UNTUK JALAN SATU ARAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan transportasi di daerah Yogyakarta terjadi sebagai salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kian meningkat dalam aktivitas sehari-harinya. Pertumbuhan sektor politik,

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 6 PENUTUP 6.1 KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

Arahan Transport Demand Management dalam Pergerakan Transportasi Regional Kabupaten Gresik

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kinerja (performance) dalam memfasilitasi mobilitas orang dan barang. Hal ini

JURNAL TUGAS AKHIR. Oleh : EVI JAYANTI D

ANALISIS TARIKAN PERJALANAN MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

1 Mahasiswa Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. 2 Staff Pengajar Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODEL BANGKITAN PERJALANAN DARI PERUMAHAN: STUDI KASUS PERUMAHAN PUCANG GADING, MRANGGEN, DEMAK

MODEL TARIKAN PERGERAKAN PADA RUMAH SAKIT (STUDI KASUS DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA) (260T)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Penelitian Terdahulu Menurut Penelitian Suriani (2015), Pusat kegiatan Pendidikan sebagai salah satu tata-guna lahan, mempunyai intensitas yang cukup tinggi dalam menarik pergerakan.untuk itu, studi ini bertujuan memodelkan tarikan pergerakan kendaraan Kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Variabel bebas meliputi pendapatan per bulan, Jumlah kepemilikan mobil, Jumlah kepemilikan motor, tingkat pendidikan terakhir, Jarak rumah ke kampus, jenis kendaraan yang digunakan. Adapun variabel terikat adalah jumlah perjalanan ke kampus dalam seminggu. Survai primer dilakukan dengan metode kuesioner selama 6 hari, sedangkan survai sekunder dilakukan di kantor Rektorat UMP. Pemodelan tarikan kampus dilakukan terhadap kelompok populasi mahasiswa, dosen dan karyawan. Metode penelitian dilakukan dengan survey pendahuluan, perancangan kuesioner, pengumpulan data dananalisis data MetodeAnalisis didasarkan pada model regresi step by step dengan alat bantu program SPSS. Pengujian model meliputi uji validitas dan reliabilitas, uji korelasi, menetukan nilai R pada tiap hubungan variabel. Dari hasil analisis, diperoleh model tarikan pergerakany = - 0,181 + 0,181X2 + 0,066X3 + 0,098X4 0,063X5, dimana R2 = 0.536, Y=jumlah perjalanan ke kampus dalam seminggu, X2= kepemilikan motor, X3 = kepemilikan mobil, X4tingkat pendidikan terakhir, jarak tempat tinggal X5. 6

Menurut Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Universitas Syiah Kuala (2015), Universitas sebagai pusat kegiatan pendidikan merupakan salah satu jenis tata guna lahan yang mempunyai intensitas cukup tinggi dalam menarik pergerakan. Besarnya jumlah tarikan pergerakan yang menuju ke kampus sangat tergantung pada berbagai variabel yang mempengaruhinya. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan model tarikan pergerakan dengan mobil dan sepeda motor ke kampus Universitas Teuku Umar. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linear berganda dengan menggunakan program Statistic Program for Special Science (SPSS). Pengambilan data pada penelitian ini dengan cara melakukan survei pencatatan jumlah kendaraan yang memasuki kampus dari hari Senin sampai dengan hari Jumat dengan penggolongan moda mobil dan sepeda motor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang paling mempengaruhi tarikan pergerakan dengan mobil adalah jumlah program studi dan jumlah dosen sedangkan faktor yang mempengaruhi tarikan pergerakan dengan sepeda motor adalah jumlah mahasiswa dan luas lantai bangunan. Dari hasil analisis statistik model model tarikan pergerakan dengan mobil yang diperoleh adalah Y1 = 3,541 + 1,307 X1 + 0,088 X3 dengan jumlah pergerakan dengan mobil (Y1), jumlah program studi (X1) dan jumlah dosen (X3) dengan nilai determinasi (R2) sebesar 0,985 sedangkan model tarikan pergerakan dengan sepeda motor yang diperoleh adalah Y2 = 31,584 + 0,305 X2 + 0,104 X6 dengan jumlah pergerakan dengan sepeda motor (Y2), jumlah mahasiswa (X2) dan luas lantai bangunan (X6) dengan nilai determinasi (R2) 7

sebesar 0,987, merupakan persamaan regresi yang paling sesuai untuk digunakan sebagai model tarikan pergerakan dengan mobil dan sepeda motor ke kampus Universitas Teuku Umar. 2.1.2 Transportasi Transportasi memiliki peranan penting dan strategi dalam pembangunan nasional, mengingat transportasi merupakan sarana untuk memperlancar roda perekonomian, memperkokoh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan. Pentingnya transportasi sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial ekonomi, politik, dan pertahanan keamanan memiliki dua fungsi ganda yaitu sebagai unsur penunjang dan sebagai unsur pendorong. Sebagai unsur penunjang, transportasi berfungsi menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk memenuhi kebutuhan berbagai sektor dan menggerakkan pembangunan nasional. Sebagai unsur pendorong, transportasi berfungsi menyediakan jasa transportasi yang efektif untuk membuka daerah-daerah yang terisolasi, melayani daerah terpencil, merangsang pertumbuhan daerah tertinggal dan terbelakang. Pengertian transportasi merupakan gabungan dari dua defenisi, yaitu system dan transportasi. Sistem adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variable dengan variabel lain dalam tatanan yang terstruktur, sedangkan transportasi adalah suatu usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan orang ataupun barang dari suatu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain objek tersebut lebih berguna atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. 8

Maka, dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, system transportasi adalah suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara berbagai variabel dalam suatu kegiatan atau usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut, atau mengalihkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain secara terstruktur untuk tujuan tertentu. Menurut Kamaludi, 1987 (dalam Romli, 2008), Transportasi adalah memindahkan atau mengangkut sesuatu dari satu tempat ke tempat yang lain. Transportasi juga dapat diartikan sebagai usaha untuk memindahkan dari satu lokasi ke lokasi yang lain dengan mengggunakan suatu suatu alat tertentu. Dengan demikian transportasi dapat diberi definisi sebagai suatu kegiatan untu memindahkan sesuatu (orang atau barang) baik dengan atau tanpa sarana tertentu, dari suatu tempat ke tempat yang lainnya. 2.1.3 Perjalanan Menurut Tamin (2000), perjalanan adalah pergerakan satu arah orang atau barang dari zona asal ke zona tujuan, termasuk juga pergerakan orang atau pejalan kaki. Aktifitas perjalanan yang dilakukan masyarakat untuk keperluan sosial,ekonomi, budaya, kesehatan maupun lainnya dilakukan setiap hari. Dan ada kecenderungan peningkatan perjalanan dari waktu ke waktu seiring dengan peningkatan pemenuhan kebutuhan di berbagai bidang yang terus bertambah. Pergerakan terjadi karena adanya proses pemenuhan kebutuhan tersebut. Hal tersebut terjadi karena lokasi kegiatan tersebar secara heterogen di dalam ruang 9

yang ada sesuai tata guna lahannya yang akhirnya menyebabkan perlu adanya pergerakan yang digunakan untuk proses pemenuhan kebutuhan. 2.2 Tarikan Pergerakan Menurut Tamin (2000), Jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona disebut tarikan pergerakan. Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu lintas. Tarikan lalu lintas adalah lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi. Hasil keluaran dari perhitungan tarikan lalu lintas berupa jumlah kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya kendaraan/jam. Kita dapat dengan mudah menghitung jumlah orang atau kendaraan yang masuk dari suatu luas tanah tertentu dalam satu hari atau satu jam, untuk mendapatkan tarikan pergerakan Menurut Tamin(2000), tarikan pergerakan adalah jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona tarikan pergerakan. Tarikan pergerakan dapat berupa tarikan lalu lintas yang mencakup fungsi tata guna lahan yang menghasilakn arus lalu lintas. Tarikan pergerakan menurut Welts (1975) dalam Tamin (2000) terlihat secara diagram pada gambar 2.1 dibawah ini. Zona Gambar 2.1 : Tarikan Pergerakan Tujuan dasar tahap tarikan pergerakan adalah menghasilkan model hubungan yang mengaitkan tata guna lahan dengan jumlah pergerakan yang 10

menuju ke suatu zona atau jumlah pergerakan yang meninggalkan suatu zona. Zona asal dan zona tujuan pergerakan biasanya juga menggunakan istilah trip end. 2.3 Klasifikasi Pergerakan Menurut Tamin (2000), klasifikasi pergerakan dikelompokkan berdasarkan tujuan pergerakan, waktu terjadinya pergerakan dan jenis atau tipe orang yang melakukan pergerakan a. Berdasarkan Tujuan Pergerakan Suatu model bangkitan perjalanan akan menjadi lebih baik bila ada pemisahan tujuan perjalanan. Pergerakan yang berasal dari rumah dikategorikan sebagai berikut : 1) Pergerakan untuk bekerja 2) Pergerakan untuk sekolah atau kuliah (pergerakan pendidikan) 3) Pergerakan untuk belanja 4) Pergerakan untuk rekreasi atau kegiatan sosial b. Berdasarkan Waktu Berdasarkan waktu pergerakan, pergerakan dibedakan menjadi pergerakan pada jam sibuk dan pergerakan pada jam tidak sibuk. c. Berdasarkan Jenis / Tipe orang Hal ini merupakan jenis pengelompokkan yang penting karena perilaku pergerakan individu sangat dipengaruhi oleh atribut sosio-ekonomi. Atribut tersebut adalah : 11

1) Tingkat pendapatan 2) Pemilikan kendaraan 3) Ukuran dan struktur rumah tangga 2.4 Perencanaan Transportasi Menurut Tamin (2000), model perencanaan empat tahap merupakan gabungan beberapa sub model yaitu aksesibilitas, bangkitan dan tarikan pergerakan, sebaran pergerakan, pemilihan moda, dan pemilihan rute. Perencanaan transportasi merupakan proses yang dinamis dan harus tanggap terhadap perubahan tata guna lahan keadaan ekonomi dan pola arus lalu lintas. Perencanaan transportasi tanpa pengendalian tata guna lahan adalah mubazir karena pada dasarnya perencanaan transportasi adalah usaha mengantisipasi kebutuhan akan pergerakan yang terjadi di masa mendatang (Tamin,2000). Karakteristik dasar perencanaan transportasi meliputi beberapa hal diantaranya yaitu : 1) Multi moda : melibatkan banyak moda transportasi seperti di Indonesia karena keadaan geografisnya. 2) Multi disiplin : melibatkan banyak disiplin keilmuan karena aspek kajiannya sangat beragam. 3) Multi sektoral : banyak lembaga yang terkait/terlibat dalam kajian sistem transportasi. 4) Multi problem : permasalahan yang dihadapi mempunyai dimensi cukup beragam, dari aspek rekayasa, sosial, ekonomi, operasional, pengguna jasa. 12

2.5 Pemodelan Menurut Tamin (2000), model dapat didefinisikan sebagai bentuk penyederhanaan dari suatu realita. 2.5.1 Jenis-jenis Model Terdapat jenis model yang sering digunakan sebagai media atau penggambaran dari suatu realita, model tersebut yaitu : 1) Model Fisik Model ini sering dgunakan pada bidang arsitektur, tekni sipil dan lain-lain. Sebagai ilustrasi, model maket (bagian dari model fisik) sering digunakan dalam ilmu arsitektur untuk mempelajari pembangunan suatu kota dengan menggunakan model skala yang lebih kecil. 2) Model Peta dan Diagram (grafis) Model grafis ini mengguanakan media informasi dan angka sebagai media untuk menyederhanakan suatu realita, misalnya peta wilayah dan peta kontur. 3) Model Matematis Model ini merupakan persamaan sistematis yang menerangkan beberapa aspek fisik, sosio-ekonomi dan model transportasi. Model ini menggunakan persamaan atau fungsi matematika sebagai media usaha mencerminkan realita. 2.5.2 Pemodelan Transportasi Menuru Tamin (2000), Beberapa model utama yang sering digunakan dalam pemodelan transportasi, yaitu model grafis dan model matematis. Model 13

grafis sangat diperlukan, khususnya untuk transportasi, karena kita perlu mengilustrasikan terjadinya pergerakan (arah dan besarnya) yang terjadi yang beroprasi secara spesial (ruang). Model matematis menggunakan persamaan atau fungsi matematika sebagai media dalam usaha mencerminkan realita. Menurut Morlock (1988), Perkiraan jumlah perjalanan yang tertarik menuju suatu zona tujuan atau dengan kata lain perjalanan yang datang ke suatu lokasi tata guna lahan adalah sangat penting mengingat perkiraan jumlah tarikan perjalanan digunakan sebagai pertimbangan dalam merencanakan sistem transportasi di masa yang akan datang. Perkiraan jumlah jumlah perjalanan ini dapat dibuat suatu model dan pada umunya model ini memperkirakan jumlah total perjalanan yang tertaik sesuai dengan maksud dan tujuan berdasarkan karakteristik tata guna lahan dan sosial ekonomi dari setiap tempat (zona) yang menjadi tarikan lalu-lintas. Menurut Tamin (2000), Pemodelan perencanaan transportasi selalu dilandasi oleh empat tahapan yang berkesinambungan yang sering disebut dengan Model Perencanaan Transportasi Empat Tahap, empat tahap tersebut adalah: (Tamin, 2000) a. Model Bangkitan Pergerakan (Trip Generation) Bangkitan pergerakan adalah tahapan pemodelan yang memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu zona atau tata guna lahan. b. Model Sebaran Pergerakan (Trip Distribution) 14

Sebaran pergerakan merupakan tahapan pemodelan transportasi yang menggabungkan interaksi antara tata guna lahan, jaringan transportasi dan lalu lintas. c. Model Pemilihan Moda (Mode Split) Keputusan dalam pemilihan moda berkaitan dengan jenis transportasi yang digunakan. Jika terdapat lebih dari satu moda, biasanya dipilih yang mempunyai rute terpendek, tercepat, termurah ataupun kombinasi dari ketiganya. d. Model Pemilihan Rute (Trip Assigment) Model pemilihan rute bertujuan untuk memprediksi pemilihan rute yang akan digunakan sehingga dapat menentukan rute yang terbaik. Pemodelan Bangkitan dan Tarikan Pe rgerakan Menurut Tamin (2000), bangkitan pergerakan adalah tahapan awal dari pemodelan transportasi yamng memperkirakan jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona atau tata guna lahan dan jumlah pergerakan yang tertarik ke suatu tata guna lahan atau zona. Pergerakan lalu lintas merupakan fungsi tata guna lahan yang menghasilkan pergerakan lalu lintas. Bangkitan dan tarikan lalu lintas mencakup : 1. Lalu lintas yang meninggalkan lokasi 2. Lalu lintas yang menuju atau tiba ke suatu lokasi. 15

i d Pergerakan yang berasal dari zona i Pergerakan yang menuju ke zona d Gambar 2.2 Bangkitan dan tarikan pergerakan Sumber: Tamin, 2000 Hasil keluaran dari perhitungan bangkitan dan tarikan pergerakan lalu lintas berupa jumlah kendaraan, orang, atau angkutan barang per satuan waktu, misalnya kendaraan per jam. Tujuan dasar dari bangkitan bergerakan adalah menghasilkan model hubungan yang mengaitkan parameter tata guna lahan dengan jumlah pergerakan yang menuju atau meninggalkan suatu zona. Tahapan ini juga bertujuan mempelajari dan meramalkan besarnya tingkat bangkitan dan tarikan pergerakan dengan mempelajari beberapa variasi antara ciri pergerakan dengan lingkungan tata guna lahan (Tamin, 2003). 2.6 Faktor-faktor yang me mpengaruhi Tarikan Pergerakan Faktor-faktor yang mempengaruhi tarikan pergerakan, antara lain (Tamin, 2000 dalam ismadarni, 2010): 16

a. Pendapatan Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang semakin besar pula kemampuan untuk memenuhi kebetuhannya. Sehingga memungkinkan tingginya pergerakan tarikan dari satu zona (zona asal) ke zona tujuan. b. Kepemilikan Kendaraan Tingkat kepemilikan kendaraan sangat berpengaruh besar terhadap tingkat pergerakan. Semakin jumlah banyak jumlah kendaraan yang dimiliki oleh suatu keluarga, menyebabkan semakin besar pula tingkat pergerakan. Dalam satu rumah tangga biasanya terdapat empat tingkat dalam kepemilikan kendaraan: 0,1,2 atau lebih dari dua (>2) kendaraan c. Struktur dan ukuran rumah tangga Semakin banyak jumlah anggota keluarga semakin tinggi tingkat pererakan yang terjadi karena setiap individu akan berusaha memenuhi kebutuhannya masin-masing. d. Nilai lahan Tata guna lahan yang memiliki aksebilitas yang baik serta didukung oleh adanya ketersedian moda angkutan sebagai sarana transportasi yang tentunya akan mempercepat pergerakan, serta memiliki nilai lahan yang lebih tinggi. Selain itu perbedaan luas tata guna lahan juga mempengaruhi nilai lahan itu sendiri. Semakin luas tata guna lahan, maka akan semakin besar pula nilai lahan yang dimiliki. 17

e. Kepadatan daerah pemukiman Kepadatan suatu daerah pemukiman menandakan semakin tinggi tingkat penggunaan lahan tentunya akan menghasilkan tingginya pergerakan yang terjadi. Karena semakin banyak pelaku pergerakan melakukan aktivitasnya maupun untuk memenuhi kebutuhan hidup. f. Aksebilitas Aksebilitas merupakan tingkat kemudahan untuk mencapai suatu tujuan lokasi, yang menjadi ukuran adalah jarak waktu tempuh, kelengkapan dan kualitas dari asilitas yang tersedia. Aksebilitas awalnya dinyatakan salam jarak. Seiring dengan banyaknya kajian tentang sistem jaringan transportasi, jarak tidak lagi digunakan sebagai tolak ukur. Melainkan waktu tempuh, hal ini dikarenakan dengan merekayasa sistem jaringan transportasi, jarak tempuh dapat diperingkas sehingga waktu tempuhnya menjadi pendek. 2.7 Analisi Regresi Menurut Tamin (2000), salah satu cara untuk menghasilkan model tarikan perjalan adalah dengan menggunakan teknik analisis regresi. Teknik analisis regresi adalah suatu teknik berdasar metode statistik, yang dapat digunakan untuk menghasilkan hubungan dalam bentuk numerik untuk melihat bagaimana dua variabel (Simpel Regresi) atau lebih (Multipel Regresi) saling terkait. 18

2.7.1 Model analisis regresi-linear Menurut Anjarwati (2005), Model analisis regresi dalam pemodelan bangkitan tarikan pergerakan (trip generation) dilakukan untuk mendapatkan hungungan linear antara besarnya bangkitan dan tarikan dengan atribut sosio ekonomi dan karakteristik tata guna lahan pada suatu wilayah. Analisis regresi- linear adala metode statistika yang dapat digunakan untuk mempelajari hubungan antara sifat permasalahn yang sedang diselidiki. Model analisis regresi-linear dapat memodelkan hubungan antara dua atau lebih. Pada model ini terdapat variabel tidak bebas (y) yang mempunyai hubungan fungsional dengan satu atau lebih variabel bebas (x). 2.7.2 Model analisis Regresi-linear dengan Variabel Tunggal Persamaan regresi ini hanya memiliki satu peubah bebas. Bentuk sederhana dari regresi peubah tunggal dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut: Y = a + bx...(2.1) Dimana: Y = peubah tidak bebas X = peubah bebas a = konstan regresi b = koefisien regresi 19

2.7.3 Model Analisis Regresi Linear Berganda Analisis ini merupakan pengembangan lanjut dari analisis regresi linear, khususnya pada kasus yang mempunyai banyak peubah bebas. Bentuk umum analisis regresi linear berganda adalah sebagai berikut: (Tamin, 2003) Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 +...+ b n X n...(2.2) Dimana : Y X 1..X n a B 1..B n = peubah tidak bebas = peubah bebas = konstan regresi = koefisien regresi 1) Peubah Tarikan Pergerakan Menurut Tamin (2000), faktor yang sering digunakan untuk peubah tarikan pergerakan adalah luas lantai untuk kegiatan industri, komersial, pertokoan dan pelayanan lainnya. Data yang digunakan untuk model bangkitan dan tarikan pergerakan harus dikumpulkan dari kawasan yang sesuai dengan kawasan tinjauan. Agar dapat mewakili seluruh kawasan tinjauan, dipilih lokasi berdasarkan patokan karakteristik. Agar diperoleh model yang optimum, perlu dipilih peubah bebas (dari karakteristiknya) yang paling signifikan atau paling tinggi tingkat korelasi statistiknya dengan bangkitan dan tarikan pergerakan. 20

2) Koefisien Korelasi Koefisien korelasi ini digunakan untuk menentukan korelasi antar peubah tidak bebas dengan peubah bebas atau sesama peubahs bebas. (Tamin, 2000)Menurut Arikunto (1993), salah satu cara untuk menhitung korelasi ini adalah dengan persamaan Product Moment Pearson, persamaan tersebut adalah sebagai berikut: dimana: rr = NN (XXXX) (XX) (YY) [ (XX 2 ( (XX)) 2 ][NN (YY 2 ) ( (YY) 2 ]...(2.3) r = Koefisien Korelasi N = Banyaknya Subjek X = nilai peubah X Y = nilai peubah Y Persamaan diatas merupakan persamaan uji korelasi yang mempunyai nilai r (-[1 r +1). Nilai r yang mendekati -1 mempunyai arti bahwa kedua variabel tersebut saling berkorelasi negatif (peningkatan nilai salah satu variabel akan menyebabkan penurunan nilai variabel lainnya). Sebaliknya, jika nilai r yang mendekati +1 mempunyai arti bahwa kedua peubah tersebut saling berkorelasi positif (peningkatan nilai salah satu variabel akan menyebabkan peningkatan nilai peubah lainnya). Jika r mendekati 0, tidak terdapat korelasi antara kedua peubah tersebut. 3) Korelasi Ganda Korelasi ganda (R multiple) berfungsi untuk mencari besarnya pengaruh atau hubungan antara dua peubah bebas (X) atau lebih secara simultan atau 21

bersamaan dengan peubah tidak bebas (Y). Nilai korelasi ganda dapat dicari dengan rumus: (Riduan, 2008) RR xx1.xx2.yy = bb 1 XX 1 YY+bb 2. XX 2 YY YY 2...(2.4) Dimana: R = Koefisie Korelasi Ganda (R multiple) b 1, b 2 = Koefisien regresi X 1 X 2 = nilai peubah X Y = nilai peubah Y 4) Koefisien Determinasi (R 2 ) Nilai koefisien Determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan secara dependen mampu menjelaskan variasi perubahan peubah tidak bebas. Nilai R 2 berada pada interval (0 R 2 1). Logikanya adalah, semakin baik estimasi model dalam menggambarkan data, semakin dekat nilai R 2 ke nilai 1. Nilai R 2 diperoleh dengan rumus: RR 2 = 1 1 RR2.(NN 1)...(2.5) (NN KK) Dimana: RR 2 R N K = Koefisien determinasi = nilai korelasi = jumlah sampel = jumlah peubah bebas 22