PEftATÜRAN DAERAH PROPINSJ DÁjE«Á^,$í$GKAT I, NUSA tenggara TIMUR NOMOR 11 JAHUN 1996.,... v Y s' v f f, TJNTANf,, PEMERÍKSAAN MÜTU HASIL.PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dal am rangka peningkatan dan pembinaan mutu has11 perikanan baik untuk konsumsi *, Dal am Neg^ri «maupun diekspor, maka perlu diadakan psmeriksaan dan pengujian mutu hasil perikanan pada Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan ; b, bahwá sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu mehetapkah Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkát I Nusa Tenggara Timur tentang Perneriksaan Mutu Hasil Perikanan. Mengingat ( : 1. Vo^ng-rundana Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pekok-pökölc Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor.38, Tambaban Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3037) 2» Undang-undahg Nomor 64 Tahun 1958 tentang. Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali,, Nusa Tenggara färat dan Nusa Tenggara Timur, \. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1938 Horner,1*15, -Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor; 1649) ; 3.. Urrdang^undang Nomor 12 Drt Tahun 1957 tentang Peraturah Umufti Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik^Indonesia Tahun 1957 Nomor 57, Tambaban ^.Lembaran Negara Republik indonesia Nomor 1288) ; 3. Úndang-undang
2 4. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 6, Tambahan Lémbaran Negara Republik Indonesia Nomor 46) ; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 1957 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Pusat di Lapangan Perikanan Laut, Kehutanan dan Karet Rakyat kepada Daerah Swatantra Tingkat I (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1490) ; 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1990 tentang Usaha Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 19, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3408) ; 7. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1990 tentang Penyederhanaan Tata Cara Pengujian Mutu Ikan Segar dan Ikan Beku ; 8. Peraturan Menteri Perikanan dan. Pengolahan Laut Nomor 2 Tahun 1965 tentang Pemeriksaan Ikan dan Hasil Perairan Lain serta Hasil Olahannya ; 9. Peraturan Menteri Perikanan dan Pengolahan Laut Nomor 3 Tahún 1965 tentang Pemeriksaan Ikan dan Ikan Kering ; 10. Peraturan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Kesehatan Nomor: 31/Kpts/Um/I/1975 Nomor: 32/I/Kab/B.U/75 tentang Pembinaan Mutu Hasil Perikanan ; 11. Keputusan Bersama Menteri Pertanian, Menteri Kesehatan dan Menteri Perdagangan Nomor: 363/Kpts/IK.120/5/1990 Nomor: 246/Menkes/SKB/V/1990 Nomor: 143/Kpb/V/90 tentang Petunjuk Pelaksanaan Instruksi Presiden Nomor 2 Tahun 1990 tentang Penyederhanaan Tata Cara Pengujian Mutu Ikan Segar dan Ikan Beku untuk Ekspor ; 12. Peraturan
3 12. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor 14 Tahun 1985 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Tahun 1987 Nomor 87) ; 13. Peraturan Daerah Propinsi. Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pajak atas Izin Menangkap Ikan di Perairan Umum di dalamnya wilayahnya (Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor 61 Tahun 1990 Seri A Nomor 1) ; 14. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor 3 Tahun 1989 tentang Tempat Pendaratan Ikan(Lembaran Daerah ; Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Tahun 1990 Nomor 105 Seri B Nomor 1). Dengan Persetujuan Dewan Perwakifan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur. MEMUTUSKAN : Mene.tapkan : PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR TENTANG PEMERIK.SAAN MUTU HASIL PERIKANAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur; b. Gubernur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur; c. Dinas Perikanan adalah Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur; d. Pemeriksaan
4 d. Pemeriksaan adaiah meliputi kegiatan pengujian, pembinaan dan pengawasan ; e. Laboratorium adaiah Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan pada Dinas Perikanan ; f. Produk Perikanan adaiah segala jenis i kan serta hasil ol-ahannya ; g. Surat Keterangan Mutu adaiah Surat yang dikeluarkan oleh Pejabat yang berwewenang menerangkan mutu produk perikanan sebagai bukt i ; h. Unit Pengolahan adaiah Suatu Perusahaan baik Perorangan maupun Badan Hukum yang menangani dan mengolah i kan ; i. Mutu Hasil Perikanan adaiah Standar yang ditétapkan mengenai nilai suatu produk yang memenuhi persyaratan identitas, hygiene, kimia, bahan tambahan, bahan baku, bahan pembantu ; j. Pemeriksa/ Penguji adaiah Petugas yang diserahi tugas dan tanggung jawab untuk memeriksa hasil perikanan menurut Peraturan Daerah ini. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Maksud pemeriksaan mutu hasil perikanan adalah : a. menjamin mutu produk perikanan dengan menekan seminim mungkin kerusakan produk dimaksud ; b. menjaga agar produk perikanan untuk kebutuhan konsumsi selalu tersedia dengan mutu yang memenuhi syarat-syarat hygi ene. (2) Tujuan Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan adalah : a. meningkatkan pendapatan petani nelayan dan pengusaha perikanan sekaligus merupakan sumber pendapatan bagi Pemerintah Daerah dan sebagai sumber devisa bagi negara ; b. memanfaatkan hasil produksi perikanan secara maksimal ; c. meningkatkan daya saing produk perikanan di Luar Negeri. BAB
BAB I I I TATA CARA PEMERIKSAAN Pasal 3 (1) Setiap Unit Pengolahan Ikan, divyajibkan memer i ksakan produksi perikanan sebelum dikonsumsi dan atau diperdagangkan kepada masyarakat, baik dalam Negeri maupun luar Negeri. 7(2) Pemeriksaan tersebut pada ayat (1) Pasa! i ni dilakukan secara Organoleptik dan atau Laboratoris. (3) Pemeriksaan hasil unit pengolahan ikan secara tradisional untuk konsumsi Dalam Negeri dilakukan terhadap setiap contoh produk dengan cara pengambilan contoh yang diperhitungkan sebagai berikut : a. sampai dengan 100 kg/hari sebanyak 1 (satu) contoh ; b. lebih dari 100 kg sampai dengan 250 kg/hari sebanyak 2 (dua) contoh ; c. lebih dari 250 kg sampai dengan 500 kg/hari sebanyak 3 (tiga) contoh ; d. lebih dari 500 kg sampai dengan 750 kg/hari sebanyak 4 (empat) contoh ; e. lebih dari 750 kg sampai dengan 1000 kg/hari sebanyak 5 (lima) contoh ; f. lebih dari 1000 kg/hari sebanyak 6 (enam) contoh. Pasal (1) Pemeriksaan hasil produksi Unit Pengolahan Ikan secara modern dimaksud dilakukan dengan cara pengambilan contoh sebagai berikut : a. sampai dengan 5000 kg/hari sebanyak 2 (dua) contoh b. selanjutnya setiap kelipatan 5000 kg ditambah 1 (satu) contoh. (2) Pengambilan contoh pemeriksaan/pengujian dilakukan minimal 3 (tiga) bulan sekali, sedang setiap contoh minimal 1/2 (setengah) kilogram. Pasal
6 Pasa! 5 Pengambilan contoh dilakukan oleh Pejabat Pengambi1 Contoh yang ditetapkan oleh Gubernur Kepala Daerah. Pasa! 6 Cara pengambilan contoh dan besarnya jumlah contoh untuk produk perikanan yang digunakan untuk konsumsi dan atau diperdagangkan ke luar Negeri dilakukan secara acak dengan berpedoman pada tabe! sebagaimana terlampir dalam Peraturan Daerah ini. Pasal 7 (1) Setiap produk perikanan yang akan diekspor harus memiliki Sertifikat Mutu Ekspor (SME) yang dikeluarkan Laboratorium. (2) Setiap hasil produksi Unit Pengolahan Ikan secara tradisional yang dipasarkan di Dalam Negeri harus memiliki Surat Keterangan Mutu yang diterbitkan oleh Dinas Perikanan Kabupaten Daerah Tingkat I I. (3) Setiap hasil produksi Unit Pengolahan Ikan secara modern yang akan dikonsumsi dan atau diperdagangkan di Dalam Negeri harus memiliki Surat Keterangan Mutu yang diterbitkan Laboratori um. BAB IV KETENTUAN RETRIBUSI BIAYA PEMERIKSAAN Pasa! 8 (1) Setiap pemeriksaan dikenakan biaya pemeriksaan. (2) Besarnya biaya pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah sebagai berikut : a. pemeriksaan secara Mikrobiologis sebesar Rp.100.000,- (seratus ri bu rupi ah) ; b. Pemeriksaan
7 b. Pemeriksaan secara Kimiawi sebesar Rp.75.000,- (tujuh puluh lima ribu rupiah). c. Pemeriksaan secara organoleptik dikenakan biaya sebesar Rp.5.000,- (lima ribu rupiah). Pasa! 9 (1) Besarnya biaya pemeriksaan mutu hasil perikanan untuk ekspor ditetapkan dengan rumus sebagai berikut : "Satu permil kali harga patokan tertinggi udang kali jumlah kilogram komoditi yang akan diekspor". (2) Rumys tersebut pada ayat (1) Pasal ini merupakan standar perhitungan dengan ketentuan bahwa setiap jenis komoditi diperhitungkan dengan prosentase seperti tercantum dalam daftar dibawah inf. Daftar Prosentase Biaya Pengujian/Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan. No. Urutan Jenis Produk Prosentase Biaya Penguj i an 1 Lobster, Udang segar/ beku 100 % 2 Ikan segar/ beku 25 % 3 Paha Kodok segar/ beku 50 % 4 Kerupuk Ikan/ Udang 15 % 5 Ikan Kaleng 20 % 6 Ubur-ubur asin 20 % 7 Kepiting, Kerang hidup/segar/beku 20 % 8 Rumput Laut/ Agar-agar 50 % 9 Ikan Kering/ Asin 5 % 10 Tepung Ikan 5 % o _. o (3) Harga patokan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang sesuai ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal
8 Pasa! 10 Terhadap produk perikanan yang akan diekspor maupun untuk keperluan konsumsi di dalam Negeri yang tidak memenuhi persyaratan mutu setelah diuji, harus diperiksa kembali atau dimusnahkan. BAB V TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PÈNYETORAN Pasa! 11 (1) Pemungutan biaya pemeriksaan dilakukan oléh Juru Pungut yang diangkat dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah. (2) Pemungutan biaya pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 Pas>a4 dan Pasal 9 Peratüran Daerah ini, dilakukan derfgan menggunakan Surat Bukti Tanda Pungutan. (3) Tata cara pemungutan dan penyetoran ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah. Pasal 12 (1-) Kepada Instansi Pemungut diberikan uang perangsang sebesar 5% (lima prosen).. (2) Hasil pemungutan dimaksud pada Pasal 8 dan Pasal 9 Peraturan Daerah ini disetor secara Bruto ke Kas Daerah. (3) Hasil pemungutan dimaksud pada Pasal ayat (2)**^'e'raturan Daerah ini, setelah dikurangi uang perangsang dibagi sebagai berikut : a. untuk Pemerintah Daerah Tingkat II sebesar 40 % ; b. untuk Daerah sebesar 60 %. BAB
BAB VI KETENTUAN PIDANA Pasal 13 (1) Pelanggaran terhadap Pasal 3, Pasal 4 Pasa! 7 Pasal 8, Pasal 9 dan Pasal 10 Peraturan Daerah i ni dapat diancam dengan Pidana Kurungan selama-1amanya 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah). (2) Tindakan dimaksud pada ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. BAB VII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 14 Selain Pejabat Penyidik Umum yang bertugas menyidik tindak pidana, penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Si pi 1 di lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Pasal 15 Dalam melaksanakan tugas penyidikan, para penyidik dimaksud dalam Pasal 15 Peraturan Daerah ini berwewenang : a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana ; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan ; c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka ; d. melakukan penyitaan benda dan atau surat ; e. mengambil
10 e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang ; f. memanggil orang untuk didengar atau diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; g. mendatangkan orang ahli yang di pertukan dalam hubungannya dengan pemeri ksaan perkara ; h. menghentikan penyidikan setelah mendapat petunjuk dari penyidik umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik umum memberitahukan hai tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka dan keluarganya ; i. mengadakan tindäkan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 16 Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah sepanjang mengenai pelaksanaannya. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor 9 Tahun 1982 tentang Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan dengan segala perubahannya dinyatakan tidak berlaku lagi. (2) Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar
11 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini, dengan penempatannya dal am Lembaran Daerah. Ditetapkan di Pada tanggal Kupang 20 Juni 1996, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR, HERMAN MUSAKABE Disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan Keputusan Nomor Tanggal Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Tingkat i Nusa Tenggara Timur Nomor... Tanggal... Seri Nomor SEKRETÄRIS WILAYAH/DAERAH IR. SABINUS KANTUS Pembina Utama Madya NIP. 620 005 096
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 1996 TENTANG PEMERIKSAAN MUTU HASIL PERIKANAN A. PENJELASAN UMUM. Sebagai upaya untuk melindungi masyarakat konsumen dar i kemungkinan keracunan dan atau terkena penyakit, yang disebabkan oleh bahan makanan khususnya dari ikan, maka perlu adanya tindakan pencegahan, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui upaya penyuluhan dan pembinaan mutu hasil perikanan. Hasil -perikanan merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat, mengandung protein tinggi, dan juga merupakan komoditas ekspor yang pada akhirnya memberikan sumber pendapatan bagi Nelayan/Petani Ikan, Pengusaha Perikanan, Pemerintah Daerah dalam bentuk Penerimaan Asli Daerah (PAD) maupun sumber Devisa bagi Negara. Sehubungan dengan itu, maka untuk menjaga serta menjamin mutu produk akhir hasil perikanan sebelum diperdagangkan dan atau dipasarkan langsung kepada konsumen terlebih dahulu diadakan pemeriksaan baik secara Laboratoris maupun secara organoleptic. Melalui upaya ini dapat diperoleh manfaat ganda, karena merupakan upaya préventif dalam melindungi konsumen dari kemungkinan terjadinya hal-hál yang membahayakan kesehatan, sekaligus untuk menghindari kerugian dari pihak produsen, karena produk akhir yang dihasilkan tidak layak untuk diperdagangkan. Dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor 9 Tahun 1982 tentang Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan sebagaimana yang telah diubah dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor 9 Tahun 1987 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor, 9 Tahun 1982 tentang Pemeriksaan Mutu Hasil Perikanan, maka setiap Hasil Perikanan, baik untuk diperdagangkan dalam negeri maupun diekspor, wajib diperiksa pada Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Dinas Perikanan Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur. Pemeri ksaan
2 Pemeriksaan wajib dilakukan terhadap setiap contoh produk sesuai ketentuan yang berlaku. Setiap kali pemeriksaan hasil perikanan páda laboratorium (baik secara mikrobiologis maupun secara kimiawi) membutuhkan biaya. Sesuai dengan Surat Menteri Dal am Neger i kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nomor: Ekon 1/10/7 tanggal 5 Juni 1978 perihal Pungutan Biaya Administrasi dan Biaya Pengujian Mutu Hasil Perikanan, maka pungutan biaya dimaksud : a. Untuk dapat terselenggaranya kegiatan pengujian hasil perikanan secara berdayaguna dan berhasi1guna, didukung oleh kegiatan penyelenggaraan administrasi secara memadai ; b. Untuk dapat terselenggaranya kegiatan pengujian hasil perikanan, maka laboratorium memerlukan media mikrobiologis dan reagensia kimia yang habis terpakai pada setiap kali pengujian ; c. Beberapa peralatan utama yang digunakan untuk pengujian mempunyai resiko, rusak, pecah dan tidak dapat dipakai lagi, misalnya alat-alat gelas sehingga perlu ada penggantian bila telah rusak ; d. Peralatan laboratorium merupakan precesión instruments yang secara rutin perlu diservis agar supaya tetap berfungsi secara baik dan t e l i t i ; e. Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan memerlukan biaya untuk pemeliharaan/perawatan dan perbaikan agar supayä tetap terpelihará dengan baik ; f. Fungsi dan kegiatan Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan bukanlah statis melainkan berkembang secara dinamis, mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi. Oleh karena itu perlu diperhitungkan biaya pembayarannya. Sehubungan dengan itu, maka sesuai Surat Direktur Jenderal Perikanan Departemen Pertanian Republik Indonesia Nomor: IK.350/D3.11457/91k tanggal 11 Nopember 1991 tentang Persiapan Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan dalam rangka Reakreditasi yang antara lain mensyaratkan adanya perhitungan biaya pengujian per contoh untuk analisa lengkap, maka untuk. kesinambungan pelaksanaan pekerjaan pada Laboratorium Pembinaan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur perlu mengatur kembali biaya pengujian baik secara mikrobiologi maupun secara kimiawi dengan Peraturan Daerah. B. PENJELASAN