BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan Prosedur Penyampaian SPT Melalui Pelayanan Drop Box

dokumen-dokumen yang mirip
SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 68/PJ/2009 TENTANG TARGET RASIO PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PADA TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak bersifat dinamik, sifat ini dibuktikan dari pajak selalu mengikuti

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 103/PJ/2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN

BAB 1 PENDAHULUAN. besamya pajak yang terutang, membayar, dan melaporkannya dengan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian di atas dan penjelasan dari Kantor Pelayanan Pajak

BAB IV PEMBAHASAN A. Pengelolaan Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 28/PJ/2012 TENTANG

REVIEW OF IMPLEMENTATION SPT INCOME TAX PROCESSING BY DROP BOX FACILITIES IN BANDUNG KAREES SMALL TAX PAYERS OFFICE JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan negara dengan melakukan tax reform. Tax reform adalah

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...

Perbedaan Data antara SPT Tahunan PPh dengan Profil Wajib Pajak

TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK

LAMPIRAN I TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 01/PJ/2016 TENTANG

REKAPITULASI DATA SSP NTPN

BAB IV PEMBAHASAN. Penggunaan E-SPT Di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengawasan merupakan proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wajib Pajak akan masuk ke kas negara, kemudian melalui Undang-Undang

SISTEM PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KPP PRATAMA CIKARANG SELATAN NPM :

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak

BAB 3 OBJEK PENELITIAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK... (1)

ANALISIS PENGGUNAAN E-SPT TERHADAP KEPATUHAN PELAPORAN WAJIB PAJAK DI KPP PRATAMA JAKARTA KEBAYORAN BARU TIGA

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

SE - 15/PJ/2012 TATA CARA PENERBITAN BUKTl PENERIMAAN SURAT (BPS) PENGGANTI

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 01/PJ/2016 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN

RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB III OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA. III.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-34/PJ/2013 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 40/PJ/2017 TENTANG

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-103/PJ/2011 TENTANG

LAPORAN REALISASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH (DTP) YANG TELAH DIBERIKAN KEPADA PEKERJA MASA PAJAK 2009

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan APBN (Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara) dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya pengeluaran negara yang digunakan untuk kemakmuran rakyat diikuti juga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

TATA CARA PENELITIAN DAN PENERIMAAN SPT MASA PPN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-22/PJ/2013 TENTANG

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 27/PJ/2011 TENTANG PENGAWASAN PEMBAYARAN MASA TAHUN 2011 DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB I PENDAHULUAN. modern. Hal tersebut dilakukan dengan menerapkan self assessment system dan

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

SE - 88/PJ/2010 PENGAWASAN KEPATUHAN PEMBAYARAN MASA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 20/PJ/2017 TENTANG

SE - 28/PJ/2012 TARGET RASIO PEMBETULAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN BERBASIS PROFIL WAJIB PAJAK PA

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan beberapa tahun sebelumnya sangat berbeda. Perbedaannya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

TATA CARA PENETAPAN WAJIB PAJAK ATAS OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG BELUM DIKETAHUI WAJIB PAJAKNYA

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. Belanja negara(apbn) berasal dari sektor pajak, maka tidak dapat dipungkiri bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kepuasan Wajib Pajak dan seluruh stakeholder perpajakan

SURAT EDARAN NOMOR SE-34/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-80/PJ/2011 TENTANG

TAHAPAN PERSIAPAN KONFIRMASI STATUS WAJIB PAJAK

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-15/PJ/2012 TENTANG

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN SECARA e-filing MELALUI MENGAJUKAN PERMOHONAN e-fin. e-fin

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam rangka mengamankan penerimaaan Negara perlu dilakukan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 45/PJ/2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-15/PJ/2012 TENTANG

SE - 96/PJ/2010 PERUBAHAN TARGET RASIO KEPATUHANPENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PADA TAHU

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PEMBAHASAN. peningkatan jumlah penerimaan pajak dengan cara melakukan penghapusan sanksi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-03/PJ/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menciptakan kesejahteraan yang merata bagi seluruh

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, sesuai

Surat Edaran

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah. masyarakat Indonesia, karena berdasarkan tax ratio Indonesia dengan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 53/PJ/2015 TENTANG

BAB V PENUTUP. Satu, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

PELAKSANAAN PROSES PENERIMAAN, PENGOLAHAN DAN PEREKAMAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BOJONEGORO

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-43/PJ/2014 TENTANG

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai

MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si.

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 26/PJ/2017 TENTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun diubah/disempurnakan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak

Transkripsi:

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penerapan Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan 4.1.1 Prosedur Penyampaian SPT Melalui Pelayanan Drop Box Alur penyampaian SPT Tahunan melalui Drop Box sesuai dengan PER- 19/2009 : 1. Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan ke KPP dengan cara SPT dimasukkan ke dalam amplop tertutup yang telah ditulis dengan Nama Wajib Pajak, NPWP, Tahun Pajak dan Status SPT (Nihil/Kurang Bayar/Lebih Bayar), serta Nomor Telepon yang dapat dihubungi dan menyerahkannya kepada Petugas Penerima SPT di Tempat Drop Box 2. Petugas Penerima SPT menerima amplop tertutup yang berisi SPT Tahunan dari Wajib Pajak, termasuk dari Wajib Pajak yang tidak terdaftar di wilayah kerja KPP dimana Drop Box tersebut berada, dan langsung memberikan tanda terima SPT kepada Wajib Pajak tanpa didahului penelitian atas kelengkapan SPT 3. KPP yang menerima SPT Wajib Pajak selain yang terdaftar di KPP tersebut, mengirimkan SPT Wajib Pajak ke KPP di tempat Wajib Pajak terdaftar dengan menggunakan Surat Pengiriman SPT per KPP Tempat Wajib Pajak Terdaftar dan melampirkan Daftar Nominatif Pengiriman SPT paling lambat dalam jangka waktu 10 (sepuluh) hari, kecuali untuk SPT Lebih Bayar (LB) paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sejak SPT diterima. 42

4. KPP melakukan penelitian atas kelengkapan SPT paling lama dalam jangka waktu 2 (dua) bulan setelah SPT diterima sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (1), kecuali untuk SPT Lebih Bayar dalam jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja. Apabila berdasarkan hasil penelitian SPT Tahunan dinyatakan tidak lengkap, terhadap Wajib Pajak dikirimkan Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan. 5. Atas permintaan kelengkapan SPT tersebut, paling lambat 30 hari sejak tanggal Surat Permintaan Kelengkapan SPT, Wajib Pajak wajib menyampaikan kelengkapan SPT Tahunan ke KPP dimana Wajib Pajak terdaftar dan menyerahkannya kepada Petugas TPT. 6. Petugas TPT menerima dan meneliti kelengkapan SPT yang diminta, selanjutnya mencetak Bukti Penerimaan Surat (BPS) dan menyerahkannya kepada Wajib Pajak. 7. Apabila sampai batas waktu 30 hari sejak tanggal Surat Permintaan Kelengkapan SPT Tahunan telah terlampaui dan Wajib Pajak belum menyampaikan kelengkapan SPT, maka SPT dianggap tidak disampaikan dan kepada Wajib Pajak dikirimkan surat pemberitahuan yang menyatakan bahwa SPT Tahunan dianggap tidak disampaikan. 8. Terhadap SPT yang telah dilakukan penelitian dan dinyatakan lengkap, dilakukan perekaman SPT Lengkap pada menu penerimaan SPT dan dilanjutkan dengan perekaman detil SPT pada aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak. 9. Jangka waktu perekaman SPT ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan sejak SPT Lebih Bayar (LB) diterima lengkap atau 3 (tiga) bulan sejak SPT Kurang Bayar (KB)/Nihil (N) diterima lengkap. 43

4.1.1.1 Perubahan Prosedur Penyampaian SPT Tahunan Melalui Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan Prosedur penyampaian SPT Tahunan melalui pelayanan drop box mengalami perubahan di beberapa tahun kecuali pada tahun 2010. Tahun 2010 prosedur penyampaian SPT tidak ada perubahan dari PER- 19/PJ/2009, walaupun peraturan yang mengatur pada tahun 2009 dan 2010 berbeda. Tahun 2010 menggunakan peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 1/PJ/2010. 4.1.1.1.1 Perubahan Prosedur Penyampaian SPT Tahunan Melalui Drop Box Tahun 2011 Perubahan di tahun 2011 sesuai dengan PER- 48/PJ/2011. Perubahan yang terjadi tidak mencakup semua tahap, hanya beberapa tahap yang mengalami perubahan. Pada tahun 2011, SPT Tahunan Lebih Bayar, SPT Tahunan Pembetulan dan/atau SPT Tahunan yang disampaikan setelah batas waktu penyampaian SPT harus disampaikan ke KPP dimana wajib pajak terdaftar. Wajib pajak yang tidak diizinkan menyampaikan SPT tersebut di KPP lain. Hal tersebut yang menandakan adanya perubahan prosedur dalam menyampaikan SPT Tahunan melalui drop box karena pada tahun 2010 SPT Tahunan Lebih Bayar, SPT Tahunan Pembetulan dan SPT yang disampaikan setelah batas waktu penyampaian dapat disampaikan di KPP lain. Perubahan lain yang terjadi adalah penelitian SPT Tahunan Lebih Bayar pada tahun 2011 paling lama 18 hari sejak SPT diterima. Penelitian untuk SPT Tahunan Lebih Bayar di tahun 2011 lebih lama 4 hari karena pada tahun 2010 penelitian untuk SPT Tahunan Lebih Bayar dilakukan paling lama dalam jangka waktu 14 hari. 44

4.1.1.1.2 Perubahan Prosedur Penyampaian SPT Tahunan Melalui Drop Box Tahun 2012 Prosedur penyampaian SPT Tahunan melalui drop box tahun 2012 diatur dalam PER- 26/PJ/2012. Pada tahun 2012 terjadi beberapa perubahan, SPT Tahunan yang disampaikan wajib pajak tidak dimasukkan dalam amplop atau kemasan lainnya. Berbeda dengan tahun 2011 SPT Tahunan yang disampaikan dimasukkan dalam amplop tertutup. SPT Tahunan Lebih Bayar, SPT Tahunan Pembetulan, SPT Tahunan yang disampaikan setelah batas waktu dan/atau SPT Tahunan dalam bentuk e-spt harus disampaikan wajib pajak dimana wajib pajak terdaftar. Perbedaan terjadi karena pada tahun 2012, SPT Tahunan dalam bentuk e-spt harus disampaikan dimana wajib pajak terdaftar sedangkan pada tahun 2011 tidak diatur hal tersebut. Perubahan lain yang terjadi adalah untuk SPT Tahunan yang disampaikan wajib pajak di KPP terdaftar langsung dilakukan penelitian kelengkapan. Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk SPT Tahunan dari wajib pajak KPP lain. SPT Tahunan dari KPP lain akan langsung diberikan tanda terima. Perubahan terjadi karena pada tahun 2011, semua SPT Tahunan baik milik KPP sendiri atau KPP lain tidak langsung dilakukan penelitian, wajib pajak langsung diberikan tanda terima. 4.2 Efektivitas Program Pelayanan Drop Box 4.2.1 Efektivitas Program Pelayanan Drop Box dengan Pendekatan Tujuan (Goal Attachment Approach) Pengukuran tingkat efektivitas dalam penelitian ini menggunakan lima kriteria yang telah ditentukan. Namun, dalam pengukuran tingkat efektivitas dengan pendekatan tujuan hanya diperlukan satu kriteria yaitu dengan mengukur 45

pertumbuhan. Pertumbuhan yang dimaksud untuk menilai efektivitas pelayanan drop box adalah pertumbuhan tingkat kepatuhan. Tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT. Penelitian ini hanya mengukur tingkat kepatuhan formal tidak sampai dengan tingkat kepatuhan material. Penghitungan tidak langsung terhadap pertumbuhan tingkat kepatuhan Wajib Pajak, namun penghitungan dimulai dari menghitung pertumbuhan rasio Wajib Pajak Efektif terhadap Wajib Pajak Terdaftar. Sesuai dengan SE-89/PJ/2009, Wajib Pajak Efektif adalah wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakannya berupa memenuhi kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa atau Surat Pemberitahuan Tahunan. 4.2.1.1 Rasio atas Wajib Pajak Efektif terhadap Wajib Pajak Terdaftar Wajib pajak terdaftar merupakan jumlah seluruh wajib pajak yang tercatat di KPP Pratama Jakarta Kembangan dalam suatu tahun pajak. Wajib pajak terdaftar merupakan wajib pajak yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Namun, tidak seluruh wajib pajak terdaftar memenuhi kewajiban perpajakannya. Wajib pajak terdaftar yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya dikatakan wajib pajak non efektif. Sedangkan wajib pajak efektif merupakan wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajakannya. Rasio wajib pajak efektif dapat dihitung dengan cara membandingkan antara wajib pajak efektif dengan wajib pajak terdaftar. 46

Tabel 4.1 Tabel Jumlah Wajib Pajak Tahun 2007 Wajib Pajak Efektif Non-efektif Terdaftar Orang Pribadi 17371 19 17390 Badan 4999 78 5077 Jumlah 22370 97 22467 Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Jakarta Kembangan Tabel 4.2 Tabel Jumlah Wajib Pajak Tahun 2008 Wajib Pajak Efektif Non efektif Terdaftar Orang Pribadi 31198 19 31217 Badan 5438 81 5519 Jumlah 36636 100 36736 Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Jakarta Kembangan Tabel 4.3 Tabel Jumlah Wajib Pajak Tahun 2009 Wajib Pajak Efektif Non efektif Terdaftar Orang Pribadi 44162 20 44182 Badan 5807 82 5889 Jumlah 49969 102 50071 Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Jakarta Kembangan 47

Tabel 4.4 Tabel Jumlah Wajib Pajak Tahun 2010 Wajib Pajak Efektif Non efektif Terdaftar Orang Pribadi 51072 22 51094 Badan 6200 84 6284 Jumlah 57272 106 57378 Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Jakarta Kembangan Tabel 4.5 Tabel Jumlah Wajib Pajak Tahun 2011 Wajib Pajak Efektif Non efektif Terdaftar Orang Pribadi 56008 22 56030 Badan 6724 84 6808 Jumlah 62732 106 62838 Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Jakarta Kembangan Grafik 4.1 Jumlah Wajib Pajak Tahun 2008-2011 48

Tabel 4.6 Tabel Pertumbuhan Wajib Pajak Terdaftar dan Wajib Pajak Efektif 2008-2011 Tahun Pertumbuhan Terdaftar Efektif 2008 63% 64% 2009 36% 36% 2010 15% 14% 2011 10% 10% Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Jakarta Kembangan Grafik 4.1 menunjukkan jumlah wajib pajak dari tahun 2008-2011 selalu mengalami kenaikan. Kenaikan jumlah terjadi pada wajib pajak terdaftar maupun wajib pajak efektif. Peningkatan jumlah wajib pajak terdaftar dan wajib pajak efektif paling besar terdapat pada tahun 2009. Walaupun setiap tahun jumlah wajib pajak terdaftar dan wajib pajak efektif meningkat tetapi pertumbuhan jumlah wajib pajak terdaftar dan wajib pajak efektif mengalami penurunan setiap tahunnya. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pertumbuhan wajib pajak terdaftar tahun 2007 ke 2008 sebesar 63%, sedangkan pertumbuhan wajib pajak efektif 64%. Tahun 2008 ke 2009 pertumbuhan wajib pajak terdaftar sebesar 36% sedangkan pertumbuhan wajib pajak efektif 36%. Tahun 2009 ke 2010 pertumbuhan wajib pajak terdaftar sebesar 15% sedangkan pertumbuhan wajib pajak efektif 14%. Tahun 2010 ke 2011 pertumbuhan wajib pajak terdaftar sebesar 10% sedangkan pertumbuhan wajib pajak efektif 10%. Hal ini berarti pertumbuhan jumlah wajib pajak yang aktif dalam memenuhi kewajiban perpajakannya lebih rendah daripada pertumbuhan jumlah wajib pajak terdaftar di KPP Pratama Jakarta Kembangan. 49

Tabel 4.7 Tabel Rasio Wajib Pajak Efektif terhadap Wajib Pajak Terdaftar 2008-2011 Tahun Jumlah Rasio Terdaftar Efektif 2008 36736 36636 99,72% 2009 50071 49969 99,79% 2010 57378 57272 99,81% 2011 62838 62732 99,83% Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Jakarta Kembangan Grafik 4.2 Rasio Wajib Pajak Efektif terhadap Wajib Pajak Terdaftar Grafik diatas menunjukkan rasio wajib pajak efektif terhadap wajib pajak terdaftar mengalami pertumbuhan walaupun tidak signifikan. Besarnya rasio menunjukkan wajib pajak non efektif yang terdapat di KPP Pratama Jakarta Kembangan jumlahnya sedikit. Semakin besar rasionya semakin sedikit jumlah wajib pajak non efektif begitupun sebaliknya semakin kecil rasio semakin besar wajib pajak non efektifnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan fiskus, faktanya jumlah 50

wajib pajak non efektif bisa lebih besar daripada data yang tercatat di KPP Pratama Jakarta Kembangan. Hal ini mengacu pada SE-89/PJ/2009 yang mengatur penanganan tentang wajib pajak non efektif. Dalam SE-89/PJ/2009 disebutkan bahwa wajib pajak digolongkan sebagai wajib pajak non efektif jika memenuhi salah satu kriteria. Contoh dari kriteria tersebut adalah selama tiga tahun berturut-turut wajib pajak tidak pernah melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan baik berupa pembayaran maupun menyampaikan SPT Masa dan/atau SPT Tahunan. Fiskus mempunyai hak untuk menentukan wajib pajak tersebut tergolong wajib pajak non efektif atau tidak. Namun hal itu tidak sepenuhnya berjalan, berdasarkan hasil wawancara tidak semua wajib pajak yang tidak melakukan pemenuhan kewajiban perpajakannya selama tiga tahun berturut-turut dinyatakan wajib pajak non efektif oleh fiskus. Hal tersebut didasari apabila fiskus menyatakan wajib pajak non efektif maka ini merupakan salah satu kerugian bagi negara yang berkaitan dengan pemasukan kas negara dari sektor pajak. Tabel 4.8 Tabel Register dan Pertumbuhan SPT PPh Tahunan 2008-2011 SPT SPT Tahun 2008 2009 2010 2011 SPT KPP sendiri 5.848 9.084 11.057 12.085 SPT dari KPP lain 15.653 16.116 18.651 18.838 Total 21.501 25.200 29.708 30.923 Pertumbuhan 17% 18% 4% Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Jakarta Kembangan 51

Grafik 4.3 Register SPT Tahunan Grafik 4.3 menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi peningkatan penerimaan SPT Tahunan. Tahun 2011 merupakan tahun dengan penerimaan SPT paling banyak. Peningkatan penerimaan SPT Tahunan selaras dengan peningkatan jumlah wajib pajak efektif setiap tahunnya. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan jumlah penyampaian SPT, tahun 2009 tumbuh sebesar 17%, tahun 2010 tumbuh sebesar 18% dan tahun 2011 tumbuh sebesar 4%.Kondisi tersebut belum dapat memberikan informasi mengenai tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan wajib pajak orang pribadi. Tingkat kepatuhan dapat diketahui melalui rasio kepatuhan dengan membandingkan antara SPT Tahunan yang dilaporkan dengan jumlah wajib pajak efektif di tahun sebelumnya dikali 100%. = _SPT wajib pajak yang diterima tahun ini_ x 100% Wajib pajak efektif di tahun sebelumnya 52

Tabel 4.9 Tabel Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan Wajib Pajak 2009-2011 SPT Tahun SPT Patuh Wajib Pajak efektif Rasio Formal tahun sebelumnya 2009 25.200 36.636 68% 2010 29.708 49.969 59% 2011 30.923 57.272 53% Sumber : Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Jakarta Kembangan Grafik 4.4 Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan Informasi yang didapat dari Grafik 4.4 bahwa setiap tahun, rasio kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh mengalami penurunan. Tahun 2009 menjadi tahun dengan tingkat kepatuhan tertinggi sebesar 68%. Namun, tahun 2010 dan 2011 tingkat kepatuhan mengalami penurunan. Tahun 2010, tingkat kepatuhan sebesar 59% atau turun 9% dari tahun sebelumnya dan tahun 2011 sebesar 53% atau turun 6%. Rasio tingkat kepatuhan dipengaruhi oleh jumlah SPT yang diterima dan jumlah wajib pajak efektif. Grafik 4.1 menunjukkan jumlah wajib pajak efektif terus meningkat setiap tahunnya. Grafik 4.3 menunjukkan jumlah SPT Tahunan yang 53

diterima mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun, peningkatan jumlah wajib pajak efektif tidak seimbang dengan peningkatan jumlah SPT yang diterima. Hal tersebut yang menjadi pengaruh terhadap rasio tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan menurun tiap tahunnya. Potensi untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak tahun 2009-2011 tergolong tinggi. Hal ini terlihat pada Tabel 4.7 tentang rasio wajib pajak efektif terhadap wajib pajak terdaftar tahun 2009 sebesar 99,79%, tahun 2010 sebesar 99,81% dan tahun 2011 99,83%. Misal tahun 2009, rasio wajib pajak efektif sebesar 99,79% ini artinya terdapat 99,79% wajib pajak yang bisa dipicu untuk patuh dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Usaha-usaha dari KPP sendiri juga diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. 4.2.2 Efisiensi Pelayanan Drop Box Berdasarkan hasil wawancara dengan wajib pajak, pelayanan drop box tidak menghemat biaya kepatuhan jika wajib pajak mendapat surat permintaan kelengkapan dari KPP. Wajib pajak mengeluarkan biaya ganda untuk menanggapi surat permintaan kelengkapan. Pelayanan drop box tidak mengharuskan wajib pajak untuk menyampaikan SPT Tahunan ke KPP, namun dalam hal menyampaikan kelengkapan SPT wajib pajak harus menyampaikan langsung ke KPP dimana wajib pajak terdaftar. Waktu yang dibutuhkan wajib pajak untuk menyampaikan SPT lebih singkat karena pelayanan drop box tersebar di beberapa lokasi strategis dan SPT yang disampaikan tidak dilakukan penelitian terlebih dahulu. Namun, proses penyampaian SPT Tahunan melalui drop box tidak sampai disitu. Wajib pajak masih berkemungkinan mendapatkan surat permintaan kelengkapan SPT apabila SPT yang 54

disampaikan tidak lengkap. Hal tersebut yang membuat waktu yang dibutuhkan wajib pajak dalam memenuhi hak dan kewajibannya menjadi lebih lama. Berdasarkan hasil wawancara dengan fiskus, pelayanan drop box tidak efisiensi dalam penggunaan sumber daya manusia. Pelayanan drop box tidak menghemat sumber daya manusia karena proses yang panjang dan rumit dan sumber daya manusia yang menjadi petugas pelayanan drop box merasa terbebani dengan tugasnya karena menambah pekerjaan dan mengganggu pekerjaan hariannya. 4.2.3 Kegiatan yang Dilakukan KPP untuk Menyukseskan Pelayanan Drop Box Berdasarkan wawancara dengan fiskus, dalam rangka menyukseskan pelayanan drop box, KPP Pratama Jakarta Kembangan telah melakukan kegiatankegiatan sebagai berikut : 1. Sosialisasi Sosialisai berupa penyuluhan mengenai tata cara pengisian SPT Tahunan yang benar, lengkap dan jelas. Peserta sosialisasi merupakan wajib pajak terdaftar yang memiliki kewajiban menyampaikan SPT Tahunan. Kegiatan ini bertujuan agar wajib pajak lebih mengerti mengenai cara pengisian SPT Tahunan. 2. Pojok Pajak Pojok pajak adalah sarana penyuluhan dan pelayanan perpajakan bagi masyarakat. Pojok pajak ditempatkan di pusat-pusat perbelanjaan, pusatpusat bisnis dan dimana drop box ditempatkan. KPP Pratama Jakarta Kembangan menempatkan pojok pajak di KPP Pratama Jakarta Kembangan, Mall Puri Indah dan Walikota Jakarta Barat. 55

3. Spanduk Spanduk berisi himbauan-himbauan mengenai pengisian dan penyampaian SPT Tahunan diletakkan di halaman KPP Pratama Jakarta Kembangan. Tabel 4.10 Perbandingan Realisasi Rasio Kepatuhan KPP Pratama Jakarta Kembangan dengan Target Rasio Kepatuhan Direktorat Jenderal Pajak Pusat 2009-2011 Tahun Rasio Target Pencapaian Kepatuhan DJP Pusat DJP Pusat KPP 2009 68% 50% Tercapai 2010 59% 67,5% Tidak Tercapai 2011 53% 70% Tidak Tercapai Sumber : Seksi Pengolahan data dan informasi KPP Pratama Jakarta Kembangan Penilaian efektivitas program pelayanan drop box di KPP Pratama Jakarta Kembangan dengan cara membandingkan realisasi rasio kepatuhan penyampaian SPT Tahunan KPP Pratama Jakarta Kembangan dengan target rasio kepatuhan dari Direktorat Jendral Pajak yang diatur dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak tentang Target Rasio Penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Nomor SE-68/PJ/2009 untuk SPT tahun pajak 2009, SE-96/PJ/2010 untuk SPT tahun pajak 2010 dan SE-18/PJ/2011 untuk SPT tahun pajak 2011. 56

Tabel 4.11 Efektivitas Program Pelayanan Drop Box KPP Pratama Jakarta Kembangan No Pendekatan Indikator Efektivitas Kesimpulan Keterangan 1 Pendekatan a. Rasio tingkat Tujuan kepatuhan dari tahun (Goal Attachment Pertumbuhan Tidak Efektif 2008 hingga 2011 Approach) turun b. Rasio tingkat kepatuhan tahun 2009 tercapai,2010 tidak tercapai, 2011 tidak tercapai Kesimpulan Program Pelayanan drop box tidak efektif dalam meningkatkan kepatuhan formal penyampaian SPT Tahunan di KPP Pratama Jakarta Kembangan 4.3 Kendala Dalam Pelayanan Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan 4.3.1 Kendala Internal a. Masalah terjadi bukan karena wajib pajak tidak menanggapi surat permintaan kelengkapan namun seringkali dijumpai alamat wajib pajak yang kurang jelas, kurang tepat dan telah berganti alamat. Dengan kata lain, data yang dimiliki KPP bukan data terbaru sehingga pengiriman surat permintaan kelengkapan tidak diterima oleh wajib pajak bersangkutan. 57

b. Aplikasi atau sistem yang masih mengalami gangguan sehingga menghambat proses pengolahan SPT Tahunan di KPP Pratama Jakarta Kembangan. c. Fiskus merasa terbebani dengan adanya layanan drop box karena menambah beban pekerjaan dari biasanya. Fiskus yang merasa terbebani terutama di seksi pelayanan 4.3.2 Kendala Eksternal a. Terlambatnya pengolahan SPT Tahunan karena menunggu SPT Tahunan kiriman dari drop box KPP lain. Koordinasi yang kurang penyebab timbulnya masalah tersebut b. Wajib pajak menilai prosedur penyampaian SPT Tahunan melalui drop box rumit dan berbelit-belit. 4.4 Solusi terhadap Kendala dalam Pelayanan Drop Box 4.4.1 Solusi Internal a. Perubahan prosedur di tahun 2012 yang diatur dalam PER- 26/PJ/2012 salah satu solusi untuk mengurangi masalah dalam hal data wajib pajak yang tidak valid karena penelitian dilakukan terlebih dahulu terhadap SPT Tahunan yang disampaikan wajib pajak di KPP sendiri. Hal tersebut mengurangi pengiriman surat permintaan kelengkapan SPT Tahunan. Otomatis surat permintaan kelengkapan hanya dilakukan kepada wajib pajak yang SPT Tahunannya tidak lengkap yang disampaikan di KPP lain. b. Aplikasi yang mengalami gangguan merupakan hal yang wajar. Apabila terjadi gangguan aplikasi KPP akan segera menghubungi kantor pusat untuk melakukan pemeriksaan terhadap gangguan aplikasi tersebut. 58

c. Menambah petugas dalam pelaksanaan drop box yang bertujuan untuk mengurangi beban pekerjaan yang ditanggung oleh petugas sebelumnya 4.4.2 Solusi Eksternal a. Membuat peraturan mengenai penyampaian SPT Tahunan melalui KPP lain. Peraturan tersebut mengenai pembatasan waktu untuk menyampaikan SPT Tahunan di KPP lain dan peraturan mengenai batas waktu kapan SPT Tahunan yang diterima di KPP lain harus dikirim ke KPP yang bersangkutan. b. Perubahan prosedur di tahun 2012 yaitu perubahan mengenai SPT Tahunan yang disampaikan di KPP terdaftar akan langsung diteliti. Sehingga wajib pajak langsung mendapat kepastian apakah SPT Tahunan yang disampaikan lengkap atau tidak dan biaya kepatuhan wajib pajak tidak menjadi ganda karena surat permintaan kelengkapan. 59