BAB 5 Ringkasan Pada bab ini yang juga merupakan bab terakhir dalam skripsi ini, penulis akan memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual pada tokoh Yuriko Hirata dalam novel Grotesque karya Natsuo Kirino. Bab pertama, yaitu berisi latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Adapun pada latar belakang, penulis memaparkan tentangpermasalahan seksualitas menurut Abidin (2010), pengertian seksual secara umum, karakteristik seksual menurut Hurlock (1991), pengertian karya sastra menurut Wellek & Warren (1995), pengertian novel menurut Siswantoro (2005), sekilas tentang Natsuo Kirino, cerita sinopsis novel Grotesque, gambaran tokoh Yuriko Hirata, pengertian hiperseksual, dan juga tema permasalahan yang ingin diteliti oleh penulis. Adapun pada rumusan permasalahan, penulis memaparkan tentang analisis latar belakang penyebab hiperseksual pada tokoh Yuriko Hirata. Adapun pada ruang lingkup permasalahan, penulis memaparkan tentang menganalisis latar belakang penyebab hiperseksual yang diderita oleh tokoh Yuriko Hirata. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui latar belakang penyebab hiperseksualyang diderita olehtokoh Yuriko Hirata ditinjau dari sisi psikologi. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah agar para pembaca dapat memahami pengertian dari penyakit hiperseksual tersebut serta latar belakang yang menyebabkan tokoh Yuriko Hirata menjadi hiperseksual. 48
Selain itu, adapun pada metode penelitian, penulis menggunakan metode kepustakaan dan metode deskriptif analitis, dan juga mengambil data dengan cara mengumpulkan data-data dari sejumlah buku, jurnal, artikel dan situs internet yang berkaitan dengan bahan yang diteliti. Adapun pada sistematika penulisan, penulis menggunakan sistematika penulisan yaitu pendahuluan, landasan teori, analisis data, simpulan dan saran, dan ringkasan. Bab kedua, adalah landasan teori. Pada skripsi ini penulis menjelaskan teori-teori yang digunakan dalam penelitian tersebut. Teori yang digunakan oleh penulis adalah teori penokohan, teori psikologi, teori psikologi abnormal, teori hiperseksual dan konsep kazoku. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (2005), penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Ishihara (2009:42) mengatakan bahwa Hero adalah tokoh utama yang tidak hanya sebagai orang baik, tetapi juga tokoh utama dapat sebagai seorang yang jahat. Sarwono (2010:1) mengatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari jiwa. Menurut Kartono (2009:25), psikologi abnormal adalah salah satu cabang dari psikologi yang menyelidiki segala bentuk gangguan mental dan abnornalitas jiwa seseorang. Kafka (2009) mengatakan bahwa penyakit gangguan hiperseksual adalah suatu kondisi seseorang yang memiliki gangguan perilaku seksual, dorongan seksual dan hasrat seksual secara berlebihan untuk semua jenis kelamin. Kartono (2009:242), penyakit gangguan hiperseksual adalah suatu kondisi seseorang yang memiliki gangguan perilaku seksual, dorongan seksual dan hasrat seksual secara berlebihan yang pelaku hiperseksual merupakan wanita saja. Menurut Kiyomi dalam Hashibuan (2001:5), kazoku adalah kelompok yang membentuk hubungan saudara dekat antara kakak, adik, 49
ayah, ibu sebagai dasar dan dengan didukung oleh rasa kesatuan yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan. Bab ketiga, merupakan analisis data. Pada skripsi ini penulis memaparkan tentang data-data yang dianalisis berdasarkan teori-teori yang digunakan. Data-data yang telah dianalisis yaitu analisis kekurangan kasih sayang dan kehangatan emosional pada masa kanak-kanak sehingga gadis atau wanita tersebut memiliki nafsu terhadap cinta dan seks yang dikaitkan dengan konsep kazoku, analisis ketegangan-ketegangan emosional yang disalurkan dalam bentuk relasi seks tanpa terkendali, analisis sebagai kompensasi pembalasan dendam terhadap ayah sendiri yang dibencinya atau terhadap pria lain dari mantan kekasihnya yang tidak setia. Pada skripsi ini penulis juga memaparkan bagaimana tokoh Yuriko Hirata tidak mendapatkan kasih sayang dan kehangatan emosional sejak kecil. Yuriko kehilangan sosok ibunya yang meninggal karena bunuh diri dan juga kehilangan sosok ayahnya yang tidak mencintainya sebagai seorang anak. Ibunya membenci Yuriko karena Yuriko semakin tidak mirip sama sekali dengan ibunya yang berwajah oriental. Ibunya Yuriko semakin terguncang karena tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya di Swiss sehingga mengakibatkan ia mengakhiri hidupnya dengan cara melakukan bunuh diri. Keluarga Yuriko termasuk dalam bentuk Kaku Kazoku (keluarga inti) yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Pada umumnya hubungan kaku kazoku terasa lebih erat karena anak-anaknya belum menikah sehingga proses sosialisasi dalam keluarga akan lebih mendalam. Akan tetapi, situasi di dalam hubungan keluarga Yuriko tidak demikian. Selain dibenci oleh ibunya, Yuriko juga dibenci oleh kakak perempuannya karena sama sekali berbeda secara fisik. Karena tidak mendapatkan kasih sayang secara emosional dari kedua orang tuanya dan 50
kakak perempuannya, Yuriko mencari cara agar ia mendapatkan kasih sayang dengan cara yang telah melewati batas yaitu melakukan hubungan seksual dengan laki-laki. Lambat laun, Yuriko mulai terlibat dalam prostitusi. Selain itu, pada bagian ini penulis juga memaparkan bagaimana Yuriko tidak mampu mengendalikan hasrat seksualnya. Yuriko melakukan hubungan seksual dengan adik laki-laki dari ayahnya, Karl ketika ia berada di Swiss. Lalu, ketika kembali ke Jepang, ia melakukan hubungan seksual dengan Johnson yang merupakan seorang pengusaha Amerika yang juga teman dari ayahnya Yuriko. Yuriko kerap dijuluki sebagai kompleks lolita, suatu daya tarik yang dimiliki oleh seorang perempuan terhadap laki-laki yang lebih tua. Ia tidak mempedulikan bagaimana laki-laki tersebut secara fisik, semakin menyimpang laki-laki tersebut maka ia akan semakin tertarik. Pada bagian ini penulis juga memaparkan bagaimana Yuriko melampiaskan pembalasan dendam terhadap ayahnya dan juga terhadap laki-laki lain dengan cara melakukan hubungan seksual dan terlibat dalam prostitusi. Yuriko membenci ayahnya karena tidak setia terhadap ibunya dan telah melakukan skandal yang mengakibatkan ibunya melakukan bunuh diri meskipun ayahnya tidak memiliki cukup bukti yang kuat atas kematian ibunya. Yuriko tidak ingin menjadi milik siapapun dan juga mengatakan bahwa ia membenci laki-laki walaupun ia tidak dapat hidup tanpa laki-laki. Ia mengatakan bahwa laki-laki adalah musuh terbesarnya dan satu-satunya cara untuk melawan laki-laki adalah dengan cara melakukan hubungan seksual dengan mereka. Bab keempat, berisi simpulan dan saran. Pada skripsi ini penulis menjelaskan tentang kesimpulan yang dapat ditarik dari sebuah penelitian yang telah dianalisa dan 51
juga saran yang diberikan oleh penulis kepada pembaca. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik yaitu ada dua faktor yang menyebabkan tokoh Yuriko Hirata menjadi hiperseksual, yaitu faktor psikologis dan faktor keluarga. Selain faktor psikologis penyakit hiperseksual yang diderita oleh tokoh Yuriko Hirata juga karena faktor keluarga yang mempengaruhi kehidupannya sejak kecil hingga ia dewasa yang mengakibatkan tokoh Yuriko Hirata menjadi hiperseksual. Adapun saran yang disampaikan oleh penulis kepada pembaca adalah selain membahas tentang hiperseksual juga dibahas tentang interaksi sosial dalam keluarga Jepang yang mempengaruhi jiwa perkembangan seseorang. 52