Bab 1. Sebelum Perang Dunia (PD) II, kebanyakan orang Jepang tinggal dalam satu atap

Transkripsi

1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sebelum Perang Dunia (PD) II, kebanyakan orang Jepang tinggal dalam satu atap bersama keluarga besar nya, yang dapat terdiri dari tiga generasi atau lebih. Pola tradisional keluarga besar (ie) adalah bahwa dalam satu rumah tinggal beberapa generasi keluarga dan kelangsungan serta keutuhan kehidupan keluarga tersebut ditentukan oleh korporasi hierarkis seluruh anggota keluarga. Pola tradisional keluarga besar ini mulai berubah dan berkurang setelah Perang Dunia ke II. Hubungan kekeluarga dalam ie diatur dalam sistem hierarkis yang kaku dan kekuasaan orang tua (parental) yang sangat kuat. Orang tua laki-laki (ayah) harus sangat dihormati dan dipatuhi oleh anak-anaknya, dan mereka sendiripun harus berlaku yang sama terhadap orang tua mereka (kakek). Wanita yang menikah diharapkan untuk mematuhi suami dan mertuanya. Namun proses demokrasi yang terjadi seteleh PD II, merubah seluruh aspek dalam kehidupan keluarga Jepang. Pengaruh yang paling berarti adalah dengan adanya revisi Undang-undang Sipil pada tahun 1947, yang memberikan wanita status hukum sama serta berbagai kemudahan dalam banyak segi kehidupan. Hal ini berarti pula dihilangkannya sistem patriarkal dalam sistem keluarga Jepang (Mouer, 1986:41). Perkotaan adalah rasional, sedangkan di pedesaan lebih berdasarkan perasaan dan hubungan emosional. Kota merupakan pusat perputaran perekonomian uang sehingga perlakuan manusia lebih mengarah kepada hal-hal yang praktikal. Komunikasi antar individu berkurang dan individu-individu menjadi lebih terisolasi. Kota merupakan pusat 1

2 perubahan yang telah mempengaruhi segala lapisan kehidupan termasuk kehidupan sosial di dunia modern ini, dan dengan demikian kebudayaan modern dapatlah dikatakan juga sebagai kebudayaan urban (Greenbie, 1988:22). Karena berkembangnya IPTEK dan pendidikan masyarakat di Jepang maka mulailah timbul masalah-masalah yang terjadi di kehidupan orang Jepang itu sendiri. Setiap orang pasti memiliki masalahnya sendiri-sendiri, seperti: masalah pekerjaan, masalah sekolah, hingga masalah keluarga. Masalah-masalah itu dapat menimbulkan gangguan kejiwaan atau atau tepatnya mengalami strees. Penyakit mental, disebut juga gangguan kejiwaan, adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi mental. Penyakit mental adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku dan persepsi ( penangkapan panca indra ). Penyakit mental ini menimbulkan strees dan penderitaan bagi penderita serta keluarganya. Penyakit mental atau strees dapat mengenai setiap orang tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial ekonomi. Penyakit mental bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi. Ciri-ciri gangguan kejiwaan manusia modern dalam Wikipedia Encyclopedia (2008) adalah dimulai dengan mengidap kecemasan, disusul merasa kesepian, kemudian mengidap kebosanan dan ujungnya adalah perilaku menyimpang. Contohnya perilaku anarki dalam semua bidang, di rumah, di jalanan, di tempat kerja, di universitas bahkan di parlemen. Di era globalisasi ini timbul berbagai penyakit kejiwaan yang disebabkan oleh strees dan tingginya tuntutan hidup. Dari sekian banyak penyakit kejiwaan dikenal penyakit skizofrenia. Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamine, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan 2

3 jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respon emosional dan menarik diri dari hubungan antar pribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang panca panca indra) (Sutarjdo,2005:138). Dalam skizofrenia bisa mengenai siapa saja. Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia, 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia tahun. Usia remaja dan dewasa memang beresiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh tekanan. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan pengobatan dini berupa obat serta dukungan sosial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog. Hal ini tergambar jelas dalam analisis penulis terhadap tokoh utama dalam film Hasami otoko karya Toshiharu Ikeda. Dimana dalam film ini tergambar jelas bahwa tokoh utama yang bernama Chika Yasunaga mengidap penyakit kejiwaan skizofrenia. Chika adalah gadis remaja yang tinggal bersama ayah dan ibunya di sebuah apartemen, sebelumnya Chika hidup dan beraktifitas normal seperti remaja seusianya. Sampai pada suatu hari ketika dia baru sampai di bawah apartemennya seusai pulang sekolah, dia harus manyaksikan langsung peristiwa tragis yaitu melihat ayahnya bunuh diri dengan cara melompat dari lantai apartemennya sendiri. 3

4 Pada saat itu juga ayahnya meninggal di pangkuannya sendiri dan pada saat itu juga langsung mental yang ada pada dirinya terganggu. Setelah kejadian itu hidup Chika langsung berubah drastis, ia menjadi penyendiri dan suka mengalami halusinasi yang terus menerus bahwa ayahnya masih tetap hidup dan masih tinggal satu apartement denganya. Tanpa disadari oleh Chika dirinya sekarang mengidap penyakit kejiwaan skizofrenia. 1.2 Rumusan Permasalahan Dalam hal ini penulis akan menganalisis penyakit kejiwaan skizofrenia yang diderita oleh Chika Yasunaga dalam film Hasami Otoko karya Toshiharu Ikeda. 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Ruang lingkup permasalahan dalam skripsi ini adalah analisis gejala penyakit kejiwaan skizofrenia pada tokoh Chika Yasunaga dalam film Hasami Otoko karya Toshiharu Ikeda. 1.4 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan adanya gejala penyakit skizofrenia pada tokoh utama Chika Yasunaga dalam film Hasami Otoko karya Toshiharu Ikeda. Manfaat penelitian ini adalah untuk memberi pengetahuan kepada pembaca akan penyakit kejiwaan skizofrenia di Jepang yang salah satu faktor penyebabnya adalah pentingnya keutuhan keluarga. 4

5 1.5 Metode Penelitian Penelitian menggunakan metode kepustakaan dan deskriptif analitis dengan menggunakan teori-teori dari berbagai buku yang dapat mendukung penelitian. Bukubuku yang dipakai berfungsi sebagai landasan teori dalam penelitian. Buku-buku yang dijadikan bahan untuk penulisan skripsi ini didapat dari Perpustakaan Universitas Bina Nusantara, Perpustakaan The Japan Foundation, Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Perpustakaan Nasional, koleksi pribadi, dosen, dan juga teman-teman. Penulis juga menggunakan data yang didapat dari internet untuk menambah informasi dan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. Selain itu untuk memperkuat korpus data bahwa tokoh utama dalam film ini menderita penyakit skizofrenia saya melakukan wawancara dengan seorang psikolog tentang film ini. 1.6 Sistematika Penulisan Bab 1 merupakan bagian awal dari penulisan skripsi ini, yang akan menjelaskan tentang latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metedologi penelitian dan sumber data, dan sistematika yang digunakan dalam penulisan skripsi ini. Pada bab 2 berisi tentang uraian teori-teori yang digunakan penulis untuk keperluan analisis yang berhubungan dengan kejiwaan dalam psikologi anak yang tergambar dalam film Hasami Otoko. Dalam bab 3 berisi uraian analisis penulis dari kasus-kasus yang diteliti dan dihubungkan dengan teori-teori ahli dari bab 2. 5

6 Pada bab 4 penulis akan memberikan simpulan dari permasalahan maupun hasil analisis yang telah di teliti dan dimasukkan pula saran saran untuk menunjang penelitian. Pada Bab 5 ini akan menjelaskan secara singkat isi dari penulisan skripsi ini mulai dari latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, serta tujuan penelitian dan hasil penelitian sebagai jawaban dari permasalahan skripsi ini. 6