BAB I PENDAHULUAN. Rokok mengandung banyak bahan yang mengandung zat berbahaya. salah satu bahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 29/P/SK/HT/2008 TENTANG KAWASAN BEBAS ROKOK REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama kanker di dunia. Survei dari WHO 8,2 juta orang meninggal kerena

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. nikotin akan mencapai otak (Soetjiningsih, 2010). tahun adalah populasi laki-laki, sedangkan 12% adalah populasi wanita

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang

I. PENDAHULUAN. bernama rokok ini. Bahkan oleh sebagian orang, rokok sudah menjadi. tempat kerja, sekolah maupun ditempat-tempat umum.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dari abad kedua puluh satu. Menurut badan kesehatan dunia WHO ( World

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Di tahun 2009, Indonesia menempati peringkat ke-4

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi belum dapat disebut orang dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa tumbuh dan berkembang dimana terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa yaitu masa remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah siswa remaja yang sedang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. positif ataupun negatif. Perilaku mengonsumsi minuman beralkohol. berhubungan dengan hiburan, terutama bagi sebagian individu yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG EFEK ROKOK TERHADAP KESEHATAN DENGAN SIKAP MEROKOK DI SLTP N 2 GROGOL SUKOHAJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

BAB I PENDAHULUAN. impotensi, emfisema, dan gangguan kehamilan (Pergub DIY, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

I. PENDAHULUAN. individu yang sering dimulai saat remaja dan berlanjut hingga dewasa yang

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. serta tempat menerima dan memberi pelajaran. 1. merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Disamping itu kehidupan di

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dihembuskan kembali sehingga mengeluarkan asap putih keabu-abuan. Perilaku merokok

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, karena banyakdari kaum laki-laki maupun perempuan, tua

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, manfaat penelitian, definisi terminologi, serta cakupan dan batasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

I. PENDAHULUAN. dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008).

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 81 TAHUN 1999 (81/1999) TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. umum. Saat ini kegiatan merokok adalah kebutuhan bagi sebagian orang, namun

BAB I PENDAHULUAN. Merokok masih menjadi kebiasaan banyak orang baik di negara. tinggi. Jumlah perokok di Indonesia sudah pada taraf yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN DILARANG MEROKOK

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rokok mengandung banyak bahan yang mengandung zat berbahaya. salah satu bahan yang ada dalam rokok adalah nikotin. Nikotin merupakan bahan kimia berminyak yang tidak berwarna dan merupakan racun paling keras (Istiqomah, 2003: 18). Menurut PP No. 81/ 1999 Pasal 1 ayat (2), Nikotin adalah zat atau bahan senyawa pirrolidin yang terdapat dalam Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang bersifat adiktif dan dapat mengakibatkan ketergantungan. Masa sekarang, perilaku merokok merupakan perilaku yang umum dijumpai. Perokok berasal dari berbagai kelas sosial, status, serta kelompok umur yang berbeda. Hal ini terjadi karena rokok dapat dengan mudah didapatkan. Remaja sebagai masa depan bangsa juga tak lepas dari pengaruh rokok. Pengawasan yang kurang dari orang tua menjadikan remaja semakin leluasa dalam merokok. Remaja pada umumnya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga sering mencobacoba, menghayal serta berani melakukan pertentangan jika mereka merasa disepelekan (Ali dan Asrori, 2004: 18). Seringkali remaja melakukan perbuatan-perbuatan menurut normanya sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan di masyarakat yang dilakukan orang tua dan masyarakat. Misalnya, seorang guru melarang siswanya merokok padahal guru tersebut adalah perokok. Siswa SMP adalah individu yang memasuki usia remaja. Menurut Mappiare (dalam Ali dan Asrori, 2004: 9) masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria. Masa remaja sedang berada dalam fase perkembangan yang amat pesat. 1

Emosinya sedang menggelora sehingga memiliki semangat membara. Hubungan sosialnya semakin menunjukkan toleransi kepada orang lain, apalagi dengan sesama kelompok remajanya. Seiring perkembangan zaman, siswa SMP pun mengalami perubahan. Salah satunya berupa keberanian untuk mengkonsumsi rokok. Menurut laporan WHO (dalam Aula, 2010: 130) pada tahun 2010 menyebutkan bahwa 2/3 perokok tinggal di 10 negara. Saat ini, Indonsesia adalah negara terbesar ketiga pengguna rokok setelah Cina dan India. Banyak ditemukan siswa berseragam memegang rokok dengan nikmat. Mereka bahkan tidak merasa malu untuk merokok di tempat umum, seperti di pinggir jalan, terminal bahkan di pos polisi. Mereka rela menyisihkan banyak uang saku demi rokok. Merokok seperti sebuah hal yang umum dikalangan siswa SMP, bagi mereka merokok dapat meningkatkan harga diri mereka di mata orang lain. Merokok dianggap gentlemen dan kelaki-lakian. Bahkan sebagian dari mereka ada yang merokok hanya takut dibilang banci. Sangat menyedihkan perilaku merokok sudah masuk area pendidikan yang seharusnya bebas rokok. Menurut Sarafino (dalam Aula, 2010: 38) faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok ada tiga, yaitu faktor sosial, psikologi, dan genetik. Ketiga faktor inilah yang bisa berdiri sendiri ataupun saling mempengaruhi faktor lain, sehingga menyebabkan seseorang berperilaku merokok. Faktor meniru artis idola juga dapat memberi pengaruh perilaku merokok seseorang. Perilaku merokok juga terjadi pada siswa kelas VII.5 SMP Negeri 1 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Berdasarkan wawancara pada tanggal 2 Januari 2014 yang dilakukan dengan guru Bimbingan dan Konseling (BK), guru-guru dan karyawan setempat diperoleh informasi bahwa ditemukan sejumlah 15 orang siswa SMP Negeri 1 Tilongkabila Kabupaten

Bone Bolango diduga merokok di jalan-jalan. Guru BK sering melihat siswa yang masih mengenakan seragam sekolah lengkap dan memegang rokok ditangannya. Melihat dari ciri-ciri perokok, maka dengan mudah ditemukan siswa yang merokok di SMP Negeri 1 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. Hal ini pun dipertegas salah satu penjaga kantin di Sekolah, bahwa salah satu murid pernah mengaku bersama temannya adalah perokok. Pada waktu dilakukan wawancara langsung pada tanggal 2 Januari 2014 di SMP Negeri 1 Tilongkabila, dari dua siswa mengaku pertama kali merokok sejak SD. Sehari bisa menghabiskan lebih dari tiga batang, dan alasan pertama merokok kebanyakan hanya ikut-ikutan dengan teman, menurut siswa tersebut yang didapat dari merokok hanyalah kesenangan dan merasa layak sebagai laki-laki jaman sekarang. Begitu besarnya masalah merokok di kalangan siswa, terutama SMP. Mereka hanya melihat merokok sebagai kesenangan, mereka tidak pernah melihat dampak negatif merokok. Dampak negatif dari perilaku merokok misalnya penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit kanker dan masih banyak penyakit lain yang dapat ditimbulkan oleh perilaku merokok. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan sebagai guru Bimbingan dan Konseling adalah dengan memberikan layanan bimbingan kelompok yang namanya teknik atau cara dalam upaya meningkatkan rasa percaya diri, yakni dengan melirik teknik sinema terapi sebagai bentuk refleksi diri. Menurut Solomon, (dalam Allen & Krebs, 2007: 33), Cinema Therapy merupakan metode penggunaan film untuk memberi efek positip pada pasien. Profesor Psikologi di Community Collegeof Southern Nevada menambahkan, masalah yang bisa diterapi adalah motivasi, hubungan, depresi, percaya diri, dsb. Tapi tidak termasuk gangguan kejiwaan yang akut. Bagaimana nalar terapi ini? ketika menonton film, kita merasa mengalami sendiri apa yang dirasakan tokoh-tokoh dalam cerita. Melalui simbol-simbol yang biasanya bertebaran di sana,

alam bawah sadar lalu mencoba berkomunikasi dengan alam sadar jembatannya adalah imajinasi. Meskipun film yang digunakan untuk media terapi sebenarnya tidak memecahkan masalah secara langsung, paling tidak sebuah film membantu kita memahami masalah yang sebelumnya tidak kita sadari. Film dari sisi yang tidak terduga mampu memecahkan masalah yang kelihatannya sudah mentok, yang mungkin selama ini mempengaruhi cara pandang hidup kita. Layanan bimbingan kelompok teknik sinema terapi bertujuan untuk mencegah timbulnya masalah para siswa dan mengembangkan potensi siswa. Bimbingan kelompok teknik sinema terapi efektif untuk membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna, termasuk informasi mengenai bahaya dari perilaku merokok. Salah satu fungsi dari bimbingan kelompok teknik sinema terapi adalah fungsi pemahaman dan pencegahan, sehingga individu memiliki pengetahuan dan gambaran mengenai bahaya dari perilaku merokok. Berdasarkan bimbingan kelompok teknik sinema terapi diharapkan siswa kelas VII.5 SMP Negeri 1 Tilongkabila akan memiliki pandangan tentang bahaya perilaku merokok. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul, Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Bahaya Merokok Melalui Bimbingan Kelompok dengan Teknik Sinema Terapi pada Siswa Kelas VII-5 SMP Negeri 1 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah pada penelitian ini antara lain :

1. Ditemukan 15 orang siswa SMP Negeri 1 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango merokok di jalanan. 2. Guru sering melihat siswa yang masih mengenakan seragam sekolah lengkap dan memegang rokok ditangannya. 3. Adanya tanggapan bahwa merokok merupakan kesenangan dan layak bagi laki-laki jaman sekarang. 4. Kurangnya pemahaman siswa tentang bahaya merokok. 1.3 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah dengan melalui bimbingan kelompok teknik sinema terapi dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang bahaya merokok di kelas VII-5 SMP Negeri 1 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango?. 1.4 Cara Pemecahan Masalah Pemecahan masalah dalam penelitian ini adalah dengan melalui bimbingan kelompok teknik sinema terapi dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengadakan eksplorasi metafora, alur cerita dan karakter tokoh dalam sebuah film. Menayangkan sebuah film yang berisi tentang bahaya merokok, kemudian siswa memahami alur cerita dan karakter tokoh dalam film tersebut. 2. Memahami isu-isu. Siswa memahami berbagai macam informasi positif dan negatif terkait dengan bahaya merokok yang terkandung dalam film yang sedang diputar, dengan begitu siswa akan menyadari bahaya dari perilaku merokok.

3. Membangkitkan semangat dalam diri siswa. Menumbuhkan semangat siswa dalam menyimak dan memahami makna-makna yang terkandung dalam film tentang bahaya dari perilaku merokok. Dengan semangat tersebut diharapkan siswa tidak merokok lagi. 4. Menemukan makna. Setelah menyaksikan tayangan film, maka siswa diajak untuk menemukan dan menjelaskan makna yang terkandung dalam film tersebut. 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang bahaya merokok melalui bimbingan kelompok dengan teknik sinema terapi pada siswa kelas VII-5 SMP Negeri 1 Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperkaya wawasan, pengetahuan dan dapat mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan dalam bimbingan dan konseling, khususnya mengenai layanan bimbingan kelompok dengan teknik sinema terapi terhadap bahaya merokok. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Memberi informasi mengenai manfaat dan kegunaan layanan bimbingan kelompok dengan teknik sinema terapi dan pengetahuan tentang adanya layanan lain dalam bimbingan

konseling serta menambah pengetahuan dan pemahaman informasi mengenai perilaku merokok yang sangat berbahaya. b. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling Sebagai bahan masukan dan saran agar lebih memperhatikan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, namun juga tetap memperhatikan layanan-layanan lain, karena untuk memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan tahap perkembangannya. c. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan tentang gambaran langsung di lapangan sebagai guru bimbingan dan konseling di sekolah sebagai persiapan peneliti untuk menjadi guru bimbingan dan konseling yang profesional.