PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI KATODIK METODE ARUS PAKSA PADA PIPA PDAM KOTA SURABAYA JALUR DISTRIBUSI JEMBATAN MERAH KEDUNG COWEK

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN PROTEKSI ARUS PAKSA PADA PIPA BAJA API 5L DENGAN COATING DAN TANPA COATING DI DALAM TANAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA

Analisa Desain Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Offshore Pipeline milik JOB Pertamina-Petrochina East Java

STRATEGI PENGENDALIAN UNTUK MEMINIMALISASI DAMPAK KOROSI. Irwan Staf Pengajar Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK

Dosen Pembimbing : Sutarsis,ST,M.Sc.Eng. Oleh : Sumantri Nur Rachman

ANALISA PROTEKSI KATODIK DENGAN MENGGUNAKAN ANODA TUMBAL PADA PIPA GAS BAWAH TANAH PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR DARI STASIUN KOMPRESSOR GAS KE KALTIM-2

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-78

TERSELESAIKAN H+7 P2

DESAIN SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN PADA JARINGAN PIPA PERTAMINA UPms V

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

Jumlah Anoda (N) Tahanan Kabel (R2) Tahanan Total (Rt) = Ic / Io = 21,62 / 7 = 3,1. R2 = R1 + α (T2 T1) = 0, ,00393 (30-24) = 0,02426 ohm/m

BAB II LANDASAN TEORI

OPTIMASI DESAIN DAN SIMULASI SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN PADA WATER INJECTION PIPELINE

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) F-56

PENGARUH TEMPERATUR PADA COATING WRAPPING TAPE TERHADAP COATING BREAKDOWN

PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI KATODIK (CP) ANODA KORBAN PADA PIPA BAJA (Studi Kasus Pipa PGN di PT. Nippon Sokubai Indonesia)

LAB KOROSI JPTM FPTK UPI

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010

BAB III METODE DAN HASIL SURVEY

RANCANG BANGUN PENGGUNAAN METODE IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION PADA LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER

Perhitungan Teknis LITERATUR MULAI STUDI SELESAI. DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector HASIL DESAIN

Vol.3 No.1 Juni 2017, hal p-issn: e-issn:

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida

Kata kunci : BEM, Korosi, Beton berulang, Proteksi katodik, Anoda korban, Simulasi

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

DR. IR. ACHMAD SULAIMAN

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28

STUDI PERBANDINGAN SISTEM PERLINDUNGAN KOROSI SACRIFICIAL ANODE DAN IMPRESSED CURRENT PADA STRUKTUR JACKET

ANTI KOROSI BETON DI LINGKUNGAN LAUT

PENGARUH STRAY CURRENT TERHADAP SISTEM PROTEKSI KATODIK DENGAN VARIASI KONDISI LINGKUNGAN, BESAR TEGANGAN DAN JARAK TERHADAP SISTEM PROTEKSI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV DESAIN KEBUTUHAN PROTEKSI

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

Langkah Perhitungan. WSA = (1,8 x Lpp x T) + (Cb x Lpp x B) A kemudi = [ (B/Lpp ) 2 ] A proteksi = WSA + A kemudi

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

II. PRINSIP Elektroda gelas yang mempunyai kemampuan untuk mengukur konsentrasi H + dalam air secara potensio meter.

SKRIPSI PRESENTASI 3 (P3)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING

Tubagus Noor Rohmannudin, Sulistijono, Faris Putra Ardiansyah

MANAJEMEN KOROSI BERBASIS RISIKO PADA PIPA PENYALUR GAS

ANALISIS DESAIN SACRIFICIAL ANODE CATHODIC PROTECTION PADA JARINGAN PIPA BAWAH LAUT

Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Elektrokimia. Sel Volta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

KATA PENGANTAR. Kupang, Oktober Penulis

PROPOSAL TUGAS AKHIR (P3) MO

ANALISA PENGGUNAAN IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA SISTEM PENDINGIN UTAMA UNIT 1&2 PLTU PAITON

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

Perlindungan Lambung Kapal Laut Terhadap Korosi Dengan Sacrificial Anode. Oleh : Fahmi Endariyadi

BAB II TEGANGAN TINGGI. sehingga perlu penjelasan khusus mengenai pengukuran ini. Ada tiga jenis tegangan

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

Proteksi Katodik Metoda Anoda Tumbal Untuk Mengendalikan Laju Korosi

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

Oleh : Afif Wiludin NRP Dosen Pembimbing : Ir. Heri Supomo, Msc.

Retno Kusumawati PENDAHULUAN. Standar Kompetensi : Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari.

Studi Perbandingan Kinerja Anoda Korban Paduan Aluminium dengan Paduan Seng dalam Lingkungan Air Laut

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

Listrik dinamis( pilih satu jawaban yang tepat)

PENGARUH KADAR AIR DAN KEDALAMAN ELEKTRODA BATANG TUNGGAL TERHADAP TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT

PENINGKATAN EFISIENSI KOMPOR GAS DENGAN PENGHEMAT BAHAN BAKAR ELEKTROLIZER

BAB I PENDAHULUAN. sebuah konstruksi didirikan diatasnya. Hal ini disebabkan karena tingginya kadar

Oleh. *Mahasiswa: Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, FTK-ITS **Staf Pengajar: Jurusan Teknik Sistem Perkapalan, FTK-ITS

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana

Rectifier yang Digunakan

STUDI EFEKTIFITAS LAPIS GALVANIS TERHADAP KETAHANAN KOROSI PIPA BAJA ASTM A53 DI DALAM TANAH (UNDERGROUND PIPE) SKRIPSI

Jenis-Jenis Elektroda Pentanahan. Oleh Maryono

Mengukur Kuat Arus dan Beda Potensial Listrik Konsep Arus Listrik dan Beda Potensial Listrik

STUDI PEMANFAATAN ARANG TEMPURUNG KELAPA UNTUK PERBAIKAN RESISTANSI PEMBUMIAN JENIS ELEKTRODA BATANG. Publikasi Jurnal Skripsi

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II RESISTIVITAS. Oleh: Dina Puji Lestari PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

IV. Arus Listrik. Sebelum tahun 1800: listrik buatan hanya berasal dari friksi (muatan statis) == tidak ada kegunaan praktis

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

Pengukuran RESISTIVITAS batuan.

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-23

ARUS SEARAH (ARUS DC)

I. PENDAHULUAN. Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

BAB II LANDASAN TEORI

Semarang, 6 juli 2010 Penulis

Transkripsi:

PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI KATODIK METODE ARUS PAKSA PADA PIPA PDAM KOTA SURABAYA JALUR DISTRIBUSI JEMBATAN MERAH KEDUNG COWEK Tito Yanuar Saputra 1, Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA 2, Sigit Tri Wicaksono S.Si, M.Si 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS 2 Profesor Bidang Korosi Dan Kegagalan Jurusan Teknik Material Metalurgi 3 Dosen Jurusan Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS e-mail : tito_22@mat-eng.its.ac.id Abstrak Proteksi katodik digunakan untuk melindungi struktur logam yang tercelup atau tertanam di dalam elektrolit yang konduktif seperti air atau tanah dari serangan korosi dengan cara menekan terjadinya reaksi anodik dengan pembuatan seluruh struktur logam menjadi lebih bersifat katodik. Kondisi tanah yang bersifat korosif menentukan pemberian proteksi pada struktur agar tetap dapat berfungsi dengan baik hingga waktu yang ditentukan. Permasalahannya adalah berapa arus dan tegangan yang dibutuhkan dari rectifier serta jumlah anoda yang dibutuhkan agar struktur yang ditanam dalam tanah tersebut terproteksi hingga waktu yang direncanakan. Dalam perencanaan sistem proteksi katodik arus paksa untuk pipa saluran air PDAM kota Surabaya yang mempunyai lintasan struktur sepanjang 4,3 Km, data pengukuran kondisi tanah dan potensial korosi struktur, menentukan voltase, arus output serta jumlah anoda di setiap rectifier digunakan sebagai dasar dalam merencanakan sistem proteksi. Dari hasil perancangan dan perhitungan, didapatkan kesimpulan bahwa penggunaan 1 Rectifier dengan 2 buah anoda adalah yang terbaik dilakukan, karena lebih ekonomis dari segi biaya dan daya output dari rectifier serta dapat memproteksi jaringan pipa sepanjang 4,323 Km selama masa yang telah ditentukan yaitu 20 tahun. Kata kunci : proteksi katodik arus paksa, pipa bawah tanah, resistivitas tanah, rectifier, anoda I. PENDAHULUAN Di masa industri modern, penggunaan struktur yang berbahan logam yang ditanam di dalam tanah semakin banyak penggunaannya, seperti jaringan pipa, struktur penyangga bangunan maupun kabel kabel yang digunakan sebagai sarana komunikasi. Hal ini merupakan suatu investasi yang sangat besar. Tanpa adanya pengendalian ataupun buruknya sistem pengendalian terhadap korosi, struktur logam yang berhubungan langsung dengan tanah akan mudah terserang korosi. Metode utama untuk mengurangi korosi pada permukaan pipa bawah tanah adalah penggunaan lapis lindung (coating) dan instalasi sistem proteksi katodik. Proteksi katodik merupakan salah satu teknik untuk mengurangi laju korosi pada permukaan logam dengan menjadikannya sebagai sel elektrokimia yang bersifat katodik. Diperlukan sumber arus eksternal untuk mengubah potensial logam ke arah negatif (menunjuk pada proteksi katodik arus paksa) atau menggunakan anoda tumbal. Pada Pipa air milik Perusahaan Daerah Air Minum Kota Surabaya yang tertanam di sepanjang jalur distribusi Kembang Jepun sampai dengan Kedung Cowek, ditemukan permasalahan kompleks yaitu diketahui proteksi korosinya telah mati. Proteksi korosi yang sebelumnya digunakan adalah proteksi katodik metode arus paksa. Dengan perancangan ulang yang dilakukan, maka diharapkan pipa akan kembali terproteksi dari serangan korosi sehingga pipa tersebut dapat digunakan sampai batas waktu yang ditentukan yaitu 20 tahun. II. DASAR TEORI 1. Sistem Arus Paksa (Impressed Current) Pada sistem arus paksa, sumber arus berasal dari luar, biasanya dari DC atau AC yang dilengkapi dengan penyearah arus (rectifier), dimana kutub negatif dihubungkan ke struktur yang dilindungi dan kutub positif dihubungkan ke anoda. Arus mengalir dari anoda melalui elektrolit ke permukaan 1

struktur, kemudian mengalir sepanjang struktur dan kembali rectifier melalui konduktor elektris. Karena struktur menerima arus dari elektrolit, maka struktur menjadi terproteksi. Keluaran (output) arus rectifier diatur untuk mengalirkan arus yang cukup sehingga dapat mencegah arus korosi yang akan meninggalkan daerah anoda pada struktur yang dilindungi. Sistem arus paksa digunakan untuk melindungi struktur yang besar atau membutuhkan arus proteksi yang lebih besar dan dipandang kurang ekonomis jika menggunakan anoda korban. Sistem ini dapat dipakai untuk melindungi strktur baik yang tidak dicoating, kondisi coating yang kurang baik maupun kondisi coating yang baik. Kelebihan dari sistem arus paksa ini adalah dapat didesain untuk aplikasi dengan tingkat fleksibilitas yang tinggi karena mempunyai rentang kapasitas output arus yang luas. Artinya kebutuhan arus dapat diatur baik secara manual maupun secara otomatis dengan merubah tegangan output sesuai dengan kebutuhan, kelebihan lain dari sistem ini dengan hanya memasang sistem di salah satu tempat dapat memproteksi yang cukup besar. Kekurangan sistem ini yaitu memerlukan perawatan yang lebih banyak disbanding sistem anoda korban sehingga biaya operasi akan bertambah, sistem ini juga mempunyai ketergantungan terhadap kehandalan pasokan energi (rectifier) sehingga kerusakan pada sistem ini akan berakibat fatal terhadap kinerja sistem proteksi, disamping itu ada kemungkinan dapat menimbulkan masalah efek interferensi arus terhadap struktur disekitarnya Gambar 2.1 Sistem Proteksi Katodik Arus Paksa 2. Anoda Pada sistem arus paksa disamping anoda sebagai sumber electron juga dibutuhkan sumber arus seperti rectifier yang dihubungkan dengan anoda. Anoda untuk metoda arus paksa umumnya diklasifikasikan ke dalam tiga tipe : 1. Anoda tipe aktif (terkonsumsi cepat) : besi atau baja 2. Anoda semi-pasif (semi-terkonsumsi) : grafit, timbal, besi-silikon. 3. Anoda pasif sempurna (tidak terkonsumsi) : terbuat dari platina. Tabel 1 Jenis-jenis anoda yang digunakan pada sistem proteksi katodik arus paksa. Bahan Konsumsi Penggunaan (kg. A -1.t -1 ) Platinum dan logam lapis platinum 8.10-6 Lingkungan laut Besi silicon tinggi 0,25 1,0 Sistem air minum, pipa bawah tanah urugan bahan karbon Baja 6,8 9,1 Lingk. Laut, urugan bahan karbon Besi 9,5 Lingk. Laut, urugan bahan karbon Besi cor 4,5 6,8 Lingk. Laut, urugan bahan karbon Timbal platinum 0,09 Lingkungan laut Timbal perak 0,09 Lingkungan laut Grafit 0,1 1,0 Lingk. Laut, sistem air minum, urugan bahan karbon (Threthwey,1991) 3. Transformer Rectifier Untuk memproteksi pipa pada sistem arus paksa dibutuhkan sumber arus proteksi yang berasal dari luar seperti: Rectifier, Solar Cell, dan Generator. Rectifier adalah alat yang digunakan sebagai penyearah arus yang berfungsi untuk mengubah arus dari arus bolak-balik (AC) ke arus searah (DC). Seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Ada beberapa jenis rectifier yang akan digunakan tergantung pada kondisi lingkungannya, antara lain : Rectifier dengan pendingin udara 2

Rectifier dengan pendingin minyak Rectifier arus konstan Rectifier dengan kontrol potensial otomatis. Gambar 2.2 Transformer Rectifier (www.jdevs.com) Rectifier juga harus dilengkapi dengan: Input circuit breakers dan sekring untuk perlindungan terhadap overload Metering, voltmeter dan ampere meter yang mempunyai skala dan pelindung Fasilitas metering tambahan untuk pembacaan eksternal Terminal untuk kabel sampai 16mm 2 Pengatur keluaran arus dan daya listrik 4. Lapis Lindung Pipa Lapis lindung merupakan lapisan film kontinyu dari material penyekat listrik di atas permukaan logam yang diproteksi. Material ini mengisolasi logam dari kontak langsung dengan elektrolit di sekelilingnya (mencegah elektrolit terhubung dengan logam) sekaligus sebagai penghalang yang memberikan hambatan listrik tinggi sehingga reaksi-reaksi elektrokimia tidak dapat terjadi. Fungsi primer lapis lindung pada pipa yang terproteksi katodik adalah mengurangi luasan permukaan logam yang terekspos pada pipa sehingga arus proteksi katodik yang diperlukan untuk melindungi logam dapat dikurangi. (Peabody, 2001) Menurut NACE Standards RP0169-96 Section 5, lapis lindung sebagai sarana pengendali korosi yang efektif memiliki karakteristik sebagai berikut: 1. Penyekat listrik yang efektif 2. Penghalang uap (kelembapan) efektif. 3. Mampu diaplikasikan. 4. Sejalan dengan waktu mampu menahan perkembangan holidays. 5. Memiliki adhesi yang baik terhadap permukaan pipa. 6. Mampu menahan kerusakan akibat perawatan normal, penyimpanan (degradasi sinar ultra violet), dan pemasangan. 7. Sejalan dengan waktu, mampu memelihara tahanan jenis listrik secara konstan. 8. Ketahanan terhadap disbonding. 9. Mudah diperbaiki. 10. Interaksi dengan lingkungan tidak menghasilkan zat beracun. 5. Resistivitas Tanah Resistivitas suatu jenis tanah adalah kemampuan tanah tersebut untuk menghambat aliran listrik. Jika resistivitas tanah rendah maka arus listrik semakin mudah mengalir begitu juga sebaliknya. Tanah mempunyai karakter kimiawi dan fisik yang bervariasi dan dapat mempengaruhi tingkat korosi pada logam. Pada umumnya tanah mengandung empat unsur utama, yaitu bahan mineral, bahan organik air dan udara. Karakteristik tanah yang berpengaruh terhadap tingkat korosi yang dihasilkan adalah resistivitas tanah. Resistivitas jenis suatu tanah ditentukan oleh jumlah ion dalam tanah sebagai elektrolit karena arus listrik mengalir dalam elektrolit melalui mekanisme perpindahan ion-ion tersebut. Jika jumlah ion yang terdapat dalam tanah banyak maka komponen pembawa aliran listrik semakin banyak dan arus mudah mengalir. Dengan kata lain resistivitas tanah semakin rendah, proses korosi semakin meningkat dan sebaliknya. Survei tahanan jenis (resistivitas) tanah mutlak dilakukan pada tahap awal perencanaan teknis sistem proteksi katodik. Tahanan jenis tanah merupakan fungsi dari kandungan kelembaban, kandungan garam, jenis gararn dan temperatur tanah. Secara umum, terdapat pertalian antara tahanan jenis tanah dengan laju korosi. Hal ini disebabkan korosi merupakan suatu fenomena elektrokimia sehingga semakin rendah tahanan jenis tanah, hambatan sirkuit yang dihasilkan juga semakin kecil. Akibatnya, sel-sel korosi mampu mengalirkan arus korosi dengan lebih mudah dan laju korosi dipercepat. (Arnoux, 2002) 3

Rentang Resistivitas (Ohm cm) Tabel 2 Klasifikasi resitivitas tanah Klasifikasi Resistivitas Antisipasi aktivitas korosi 0 2.000 Rendah Sangat tinggi 2.000 10.000 Sedang Tinggi 10.000 30.000 Tinggi Sedang 7. Diagram Pourbaix Diagram Pourbaix dikenal juga dengan diagram Eh-Ph. Sumbu vertikal diberi label Eh untuk tegangan potensial terhadap elektroda hidrogen standar (SHE). Sumbu horizontal diberi label ph-log untuk fungsi dari konsentrasi ion H +. Gambar Diagram Pourbaix dapat ditunjukkan pada Gambar 3. Lebih dari 30.000 Sangat tinggi Rendah Sumber : A.Sulaiman, Karyanto H.1992 Corrosion control dan Monitoring, Jakarta: Workshop Pertamina. Nilai hasil pengukuran mencerminkan sifat kelistrikan dari media elektrolit yang mempengaruhi kemampuan arus korosi untuk mengalir melalul media tersebut. Oleh karena itu pada perancangan sistem proteksi katodik, tujuan dan dari survei resisitivitas tanah adalah untuk mengetahui tingkat kekorosifan masing-masing lingkungan tanah yang dilalui struktur. Selanjutnya dari nilai tersebut dapat ditentukan tipe sistem proteksi katodik yang akan diaplikasikan, arus perlindungan yang diperlukan, jumlah anoda, dan lokasi pemasangan anoda groundbed. (Parker, 1984) 6. Potensial Perlindungan British Standard Institute (BSI) Code Of Practice For Cathodic Protection memberikan nilai-nilai tegangan perlindungan logam terhadap elektrolit yang diukur terhadap bermacam-macam elektroda referens. Tabel 3 Potensial Perlindungan Struktur Pipa Elektroda Referens Lingkungan Aerobik Lingkungan Anaerobik Cu/CuSO 4-0.85-0.95 Ag /AgCl air -0.80-0.90 laut Ag / AgCl KCl -0.75-0.85 jenuh Zn / air laut +0.25 +0.15 Sumber : BS 7361 Part 1 Cathodic Protection. Part 1 Code of Practice for Marine and Land Application. Gambar 2.3 Diagram Pourbaix (www.2.bp.blogspot.com) Penambahan ph (ke kanan) Titik Q selalu berada di zona korosi untuk berapapun harga ph. Pemberian potensial yang lebih negatif (kebawah) Titik Q masuk kedaerah kebal (imun) dan korosi tidak terjadi. Cara ini menjadi prinsip Proteksi Katodik. Pemberian potensial yang lebih positif (keatas) Q masuk daerah pasif. Jika lapisan pasif yang terbentuk bersifat pelindung, maka cara ini bisa dipakai sebagai prinsip Proteksi Anodik. 4

Diagram alir III. METODE PERANCANGAN A Keperluan Arus Proteksi A1 Start Kriteria Desain Apakah Arus Memadai Ya Keluaran Arus DC Minimum Tahanan Anoda Tidak Data Struktur Luas Permukaan Struktur yang akan Dilindungi Penentuan Berat dan Jumlah Anoda Data Lapis Lindung Kebutuhan Arus Proteksi Data Tanah Tahanan Groundbed Daya yang Diperlukan dari Transformer Rectifier Tahanan Pipa Pembuatan Maket Safety Factor Konduktivitas Lapis Lindung Pipa Konstanta Attenuasi Potensial Geser pada Drainage Point A A1 End Langkah - Langkah Perancangan Pengumpulan Data Kriteria desain Umur desain : 20 tahun Limit positif : -850 mv Limit negatif : -1100 mv (Peabody) Standar perancangan Desain sistem proteksi katodik arus paksa mengikuti standar : NACE Standards : NACE Standard RP-0169-2002 Control Of External Corrosion Of Underground or Submerged Metallic Piping System NACE Standard RP-0572-2001 Design, Installation, Operation, and Maintanance of Impressed Current Deep Groundbeds NACE Standard RP-0286-97 Electrical Isolation Of Cathodically Protected Pipelines A.W. Peabody, Control of Pipeline Corrosion, NACE International The Corrosion Society Survey resistivitas tanah Tujuan survei tahanan jenis tanah dengan menggunakan metode Wenner adalah : 5

a. Mengetahui tingkat korosi masingmasing lingkungan tanah yang dilalui struktur b. Menentukan besar densitas arus yang diperlukan pada perhitungan total arus proteksi, c. Menentukan lokasi penempatan anoda dengan tepat, sehingga diperoleh proteksi yang maksimal terhadap struktur. Untuk mendukung survei tahanan jenis tanah maka digunakan peralatan adalah sebagai berikut. Earth 4 pins Megger Nilsson Model 400 AVO DET 4/5R Multitester Gambar 3.4 Multitester UX 37 TR Adapun prosedur pengukurannya sebagai berikut: a. Memasukkan empat pin baja ke dalam tanah pada jarak yang tetap dalam satu garis lurus. Selanjutnya hubungkan masing-masing pin pada instrumen pengukur seperti gambar berikut: b. Gambar 3.1 Alat pengukur resistivitas tanah 4 pins Megger Kabel tembaga merek Eterna 2.5 mm 2 (SNI) Gambar 3.2 Kabel tembaga Empat buah pin mild steel dengan dimensi sama Gambar 3.3 pin mild steel dengan panjang 30 cm, diameter 8 mm Gambar 3.5 Konfigurasi metode Wenner Jarak antar pin dapat ditentukan menggunakan meteran. Jarak ini mewakili pengukuran tahanan jenis dari kedalaman elektrolit dengan variasi 1.5; 3 dan 6 meter. b. Dua pin terluar (C 1 dan C 2 ) merupakan elektrode arus, sedang dua pin pada bagian dalam (P 1 dan P 2 ) merupakan elektrode potensial yang mengukur penurunan potensial karena adanya hambatan dari elektrolit (tanah) ketika arus AC dilewatkan diantara pin-pin terluar. c. Mengukur nilai hambatan secara langsung pada instrumen Megger dan menghitung nilai tahanan jenisnya sesuai persamaan berikut: 6

ρ = 2.π.a.R... (3.1) dengan: ρ = tahanan jenis tanah (Ohm-cm) a = jarak antar pin (cm) R = hambatan yang terukur (Ohm) ρ = 3.14 d. Harus diperhatikan bahwa pengukuran yang dilakukan dengan cara ini menunjukkan nilai rata-rata tahanan jenis tanah pada kedalaman tertentu terkait dengan jarak antara pin-pin yang berdekatan. Kedalaman pin (electrode) tidak boleh melebihi nila a/20. Hasil survei ini berupa nilai tahanan jenis tanah yang menggambarkan tingkat korosifitas dari lokasi tanah yang akan menjadi media elektrolit. Sehingga perencanaan jenis anoda tumbal yang digunakan akan menyesuaikan dengan hasil survei ini. 3.4 Desain arus paksa 1. Luas permukaan struktur yang akan dilindungi A x D x L (m 2 )...(3.2) 2. Konduktan lapis lindung pipa. D g = 3. Tahanan pipa r = pipa tp D t 4. Konstanta attenuasi α = (ohm-m -1 )...(3.3) ( ohm/m )...(3.4) r. g (m -1 )...(3.5) 5. Tahanan karakteristik 7. Keperluan arus proteksi Eo Io=. tanh. α. X (A)...(3.8) rp Apakah Eo masuk kriteria? 0,85 Eo 1,1 8. Tentukan keluaran arus DC minimum IR Io. Sf 1 (A)...(3.9) 9. Tentukan berat anoda Wo= rcir (kg)...(3.10) U 10. Tentukan jumlah anoda n= W Wo. Sf2...(3.11) 11. Tentukan tahanan anoda tunggal Rh= 2 L 4e (ln -1) (ohm)... d...(3.12) 12. Faktor interferensi anoda F=.Sa.Rh (ln 0,66 n)......(3.13) 13. Tahanan groundbed Rn= Rh F (ohm)...(3.14) n rp = r G (ohm)...(3.6) 14. Tegangan yang diperlukan Vo = IR (Rn.Sf 3. +R C ) + e (V) 6. Pergeseran potensial pipa di drainage point...(3.15) Eo= E. cos h. α. X (V)...(3.7) 7

IV. HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Pemeriksaan Kondisi Tanah Survei tahanan jenis tanah dilaksanakan sesuai standar ASTM G 57-78 yang dikenal sebagai Wenner Four-Pins Method, dimana arus bersumber dari dua buah aki yang terpasang secara seri dan dihubungkan ke pin-pin terluar. Aliran arus mengalir dari baterai menuju pinpin terluar melewati pin bagian dalam. Kemudian pada pin yang berada di dalam, di ukur tegangan dengan Voltmeter. Nilai tegangan (V) yang diperoleh kemudian dibagi dengan arus yang diberikan maka diperoleh tanahan tanah (R). Nilai tahanan tanah pada lokasi tersebut disubsitusikan ke persamaan resistivitas tanah, dan pada akhirnya dapat kita ketahui nilai resistivitas tanah pada lokasi tersebut. Pengukuran dilakukan pada beberapa titik di daerah yang dilewati pipa. Hal ini diperlukan untuk mengetahui karakterisitik tanah yang dilewati jaringan pipa, sehingga akhirnya nilai resitivitas terukur dapat dijadikan reverensi awal perancangan. Tabel 4.1 Hasil pengukuran resistivitas tanah tempat Jarak antar pin rata rata ph 150 cm 300 cm 600 cm sr1 1200 2700 1300 1733,3 ohm-cm 5.5 sr2 2500 1700 1200 1800 ohm-cm 6,3 sr3 3000 2000 1100 2200 ohm-cm 6.5 sr4 2000 1600 1000 1533,3 ohm-cm 6,2 sr5 1100 3500 1500 2033,3 ohm-cm 6 Dari tabel diatas dapat diketahui nilai resistivitas tanah di sepanjang jalur pipa yaitu : 1733,3 1800 2200 1533,3 2033,3 5 1860 Ohm.cm = 18,6 ohm-m Nilai tahanan jenis tanah di atas mengindikasikan tipe tanah sangat korosif. 4.2 Perhitungan Perancangan 4.2.1 Luas Permukaan yang diproteksi Luas permukaan yang diproteksi yaitu luas permukaan pipa yang kontak langsung dengan tanah. Perhitungan luas permukaan luar dapat diperoleh dengan melibatkan diameter luar pipa yaitu 0,8 meter dan keseluruhan panjang untuk pipa yang digunakan yaitu sepanjang 4323 meter. Penentuan luas permukaan yang akan diproteksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus persamaan (3.2) yaitu A x D x L = 3,14. 0,8 m. 4323 m = 10.859,376 m 2 Dengan : D = diameter luar pipa (m) L= panjang pipa (m) = 3.14 A= luas permukaan yang diproteksi (m²) Dalam sistem proteksi katodik arus paksa, densitas arus merupakan fungsi dari nilai tahanan jenis tanah rata-rata hasil pengukuran. Nilai tersebut disesuaikan dengan tingkat kekorosifan tanah yang dilalui pipa. Tipe tanah ini selanjutnya menentukan densitas arus pada suatu nilai potensial perlindungan. Nilai ini dapat dilihat pada tabel 2.6 Hubungan Tahanan Jenis Tanah dengan Korosifitas. Faktor keamanan turut dilibatkan dalam perhitungan untuk memberikan penyesuaian terhadap penambahan luas permukaan karena adanya suaian (fitting), lengkungan (bending) dan lain sebagainya. 4.2.2 Konduktansi Lapis Lindung Pipa Untuk menentukan konduktansi lapis lindung pipa, terlebih dahulu diketahui nilai tahanan lapis lindung pipa dimana disini digunakan coaltar enamel yang menurut bukuhandbook of cathodic corrosion protection oleh Von Baeckmann,mempunyai tahanan sebesar 30.000 ohm-m 2, dari buku tersebut juga dapat diambil rumus perhitungan yang seperti terdapat pada persamaan (3.3) berikut ini 8

= = 8,373. 10-7 ohm-m -1 g = konduktansi lapis lindung pipa (ohm-m - 1 ) D = diameter luar pipa (m) ω = tahanan lapis lindung pipa (ohm-m 2 ) π = 3,14 4.2.3 Tahanan Pipa Dari data yang didasarkan pada buku Peabody halaman 79, didapatkan tahanan spesifik pipa yang mempunyai diameter 32 inch atau 0,8 meter adahalah 2,28. 10-6 ohmmeter. Dalam menentukan tahanan pipa yang akan diproteksi, mengunakan tebal pipa sebesar 0,00953 meter. Maka dapat digunakan rumus persamaan (3.4) sebagai berikut α = konstanta attenuasi (ohm-m -1 ) r = tahanan pipa (ohm-m -1 ) g = konduktansi lapis lindung pipa (ohm-m -1 ) 4.2.5 Tahanan Karakteristik Pipa Untuk Berdasarkan referensi dari buku Examples of design for cathodic protection system oleh Peabody, didapatkan rumus perhitungan untuk mendapatkan tahanan pipa yang telah diproteksi oleh lapis lindung atau tahanan karakteristik pipa, yang dihitung dengan mengakarkan pembagian tahanan pipa dengan konduktansi lapis lindung pipa, atau dapat juga menggunakan rumus persamaan (3.6) yaitu = = = 9,66. 10-5 ohm-m -1 r = tahanan pipa (ohm-m -1 ) Ppipa = tahanan spesifik pipa (ohm-m) (peabody) t = tebal pipa (m) D = diameter luar pipa (m) 4.2.4 Konstanta Attenuasi Berdasarkan referensi dari buku Examples of design for cathodic protection system oleh Peabody, didapatkan rumus perhitungan untuk mendapatkan konstanta attenuasi atau kelipatan pertambahan tahanan pipa, dengan menghitung akar dari perkalian tahanan pipa dan konduktansi lapis lindung pipa yang telah dihitung sebelumnya, atau dengan menggunakan persamaan (3.5) yaitu = = 1,1 ohm rp = tahanan karakteristik pipa (ohm) r = tahanan pipa (ohm-m -1 ) g = konduktansi lapis lindung pipa (ohm-m -1 ) 4.2.6 Pergeseran Potensial Pipa Berdasarkan referensi dari buku Examples of design for cathodic protection system oleh Peabody pada halaman 15, didapatkan rumus perhitungan untuk mendapatkan potensial perlindungan pipa dari sistem anoda sampai ujung pipa yang telah direncanakan akan diproteksi, dengan memasukkan potensial proteksi minimal yaitu -0,85 volt, lalu dimasukkan juga jarak yang akan dihitung yang telah dikalikan dengan konstanta attenuasi yang telah dihitung sebelumnya, dan dapat pula menggunakan rumus persamaan (3.7) yaitu Eo = E cosh α L = 8,99. 10-5 ohm-m -1 = - 0,85 volt cosh (8,99. 10-5 ohm-m -1. 2323 m ) 9

= - 0,85 volt. 1,022 = - 0,869 volt Eo = pergeseran potensial pipa (volt) E = pergeseran potensial pipa minimum (volt) α = konstanta attenuasi L = jarak pipa terproteksi (m) 4.2.7 Kebutuhan Arus Proteksi Berdasarkan buku Examples of design for cathodic protection system oleh Peabody chapter 11, dapat dihitung kebutuhan arus awal yang diperlukan untuk melindungi pipa dari serangan korosi, dengan membagi pergeseran potensial pipa dengan tahanan karakteristik pipa, yang dapat ditentukan melalui persamaan (3.8) dibawah ini : Sf1 = Safety Factor (1,25) 4.2.9 Berat Anoda Dengan memasukkan desain lama proteksi yaitu 20 tahun, laju konsumsi anoda yang terdapat pada buku peabody halaman 169 dan arus IR yang digunakan,maka dapat ditentukan berat anoda yang dibutuhkan. Dari rumus yang didasarkan pada buku Cathodic Protection oleh Uhlig halaman 1072 didapatkan perumusan untuk mendapatkan total berat anoda yang dibutuhkan untuk melindungi struktur selama waktu desain, yang dapat dihitung menggunakan persamaan (3.10) berikut ini. Wo = Io = tanh α L = = tanh(8,99.10-5 ohm-m -1.2323 m ) = 0,8 Ampere. 0,21 = 0,17 Ampere Io = keperluan arus proteksi (Ampere) Eo = pergeseran potensial pipa (volt) rp = tahanan karakteristik pipa (ohm) α = konstanta attenuasi 4.2.8 Keperluan Arus DC minimum Dari referensi buku Corrosion oleh L.L.Shreir didapatkan perumusan untuk menentukan berapa arus searah (DC) minimum yang dibutuhkan untuk memproteksi pipa. Sebelumnya harus diketahui dulu kebutuhan arus proteksi (Io) yaitu 0,17 ampere dan memasukkan safety fakto, maka dapat digunakan pula perhitungan pada persamaan (3.9) yaitu IR Io. Sf 1 IR 0,17 Ampere. 1,25 IR 0,213 Ampere IR = keperluan arus DC minimum (ampere) Io = keperluan arus proteksi (ampere) = 31,25 kg Wo = berat anoda (Kg) Y = lama proteksi (tahun) C = laju konsumsi anoda ( ) IR = keluaran arus DC (ampere) U = faktor guna (80%) Faktor guna mengidentifikasikan fungsi anoda diasumsikan hanya digunakan sebesar 80 % dari total berat anoda. Dengan tujuan agar rancangan lebih aman dimana arus proteksi anoda memenuhi kebutuhan proteksi selama waktu desain. 4.2.10 Jumlah Anoda yang Dibutuhkan Setelah mendapatkan berat anoda total yang dibutuhkan, untuk menentukan jumlah anoda yang sesuai dan mencukupi untuk dilakukan proteksi katodik arus paksa pada pipa,terlebih dahulu harus diketahui berat 1 buah anoda yaitu 21 Kg dan safety factor yang digunakan. Untuk mendapatkan jumlah anoda yang dibutuhkan dapat menggunakan perhitungan persamaan (3.11) berikut ini. n = Sf 2 10

=. 1,25 = 1,86 2 anoda n = jumlah anoda Wo = berat anoda total (Kg) W = berat anoda standar (Kg) Sf 2 = safety factor (1,25) 4.2.11 Tahanan Anoda Tunggal Untuk mencari nilai tahanan 1 buah anoda terlebih dahulu harus diketahui resistifitas tanah di daerah pipa ditanam, panjang dan diameter anoda yang digunakan dalam perancangan. Untuk mendapatkan besar tahanan anoda tunggal dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (3.12) berikut. Rh = ( ln ) = (ln ) = 1,94 ohm. 4,8 = 9,31 ohm Rh = tahanan anoda tunggal (ohm) L d = resistivitas tanah rata rata (ohm-m) = panjang anoda (m) = diameter anoda (m) 4.2.12 Faktor Interferensi Anoda Untuk mendapatkan besaran faktor interferensi anoda, harus diketahui resistivitas tanah, jaraj pemasangan anoda dan tahanan anoda tunggal yang telah dihitung diatas serta jumlahg anoda yang digunakan. Berdasarkan buku Examples of design for cathodic protection system oleh Peabody pada halaman 134 dapat dihitung faktor interferensi anoda yang tertuang dalam persamaan (3.13) berikut ini. ( ln 0,66 n ) = ( ln 0,66. 2 ) = 1,13. 0,28 = 0,31 F = faktor interferensi anoda = resistifitas tanah (ohm-m) Sa = jarak pemasangan antar anoda (m) n = jumlah anoda Pada metode arus paksa, anoda tidak dipilih dari logam dengan potensial elektrode (emf) lebih negatif dari logam yang dilindungi, tetapi justru dipilih dari logam dengan potensial elektrode sama dengan material pipa atau justru yang lebih positif. Meskipun potensial elektrode anoda High Silicon Cast Iron sama dengan potensial pipa baja, elektron tetap mengalir dari anoda menuju pipa karena dipaksa oleh arus searah (DC) yang diperoleh dari transformer rectifier. Dengan demikian suatu struktur yang memiliki luasan besar dapat dilindungi oleh sebuah anoda tunggal dan karena tegangan dorong yang dimiliki tinggi, anoda dapat ditempatkan jauh dari struktur. 4.2.13 Tahanan groundbed Untuk menghitung besaran tahanan pada lokasi groundbed yang terdapat anoda terpasang, harus diketahui tahanan anoda tunggal dan faktor interferensi anoda yang telah dihitung diatas. Untuk mendapatkan nilai tahanan groundbed maka digunakan rumus persamaan (3.14) berikut ini = 0,32 = 1,5 ohm Rn = tahanan groundbed (ohm) Rh = tahanan anoda individual (ohm) n = jumlah anoda F = faktor interferensi anoda 4.2.14 Tegangan yang diperlukan Untuk menentukan tegangan yang diperlukan dari transformer rectifier maka dapat dihitung dengan memasukkan besar arus IR, tahanan groundbed, tahanan karakteristik pipa serta tegangan dalam yang dimiliki 11

transformer rectifier. tegangan yang diperlukan dari transformer rectifier dapat menggunakan persamaan (3.15) berikut Vo = IR ( Rn. Sf 3 + rp ) + e = 2,5 ampere ( 1,5 ohm. 1,5 + 1,1 ohm ) + 2,5 volt = 8,4 + 2,5 = 11 volt Vo = tegangan yang diperlukan (volt) IR = keluaran arus DC (ampere) Rn = tahanan groundbed (ohm) Sf 3 = safety factor Rp = tahanan karakteristik pipa (ohm) e = tegangan dalam (volt) Maka untuk sistem proteksi katodik arus paksa yang akan direncanakan pada pipa PDAM Kota Surabaya sepanjang jalur Kembang Jepun sampai Kedung Cowek adalah V = 11 Volt DC 4.4 Pemilihan Anoda Pada perancangan proteksi katodik arus paksa ini perancang menggunakan anoda berupa High Silicon Cast Iron. Dasar dasar pemilihan anoda tersebut adalah : 1. Sesuai dengan rencana masa proteksi yang diinginkan 2. Tidak memerlukan backfill pada lokasi groundbed sehingga meminimalkan biaya yang dibutuhkan untuk perancangan 4.5 Metode Pemasangan Anoda Anoda-anoda tersebut akan ditanam secara vertikal dalam satu vertical deep well groundbed. Jadi, pada Impressed Current Unit System di jalan Kembang Jepun terdapat 2 buah deep well groundbed dimana di dalam 1 buah deep well groundbed mengandung 1 buah anoda high silicon cast iron. Anoda high silicon cast iron berat 1 anoda : 21 kg jumlah anoda : 2 Transformer rectifier output : Dari rumus yang didasarkan pada buku Cathodic Protection oleh Uhlig pada part 4 halaman 1072, didapatkan rumus untuk menghitung keluaran arus rectifier, sebagai berikut. I = Vmax / R total pipa = 1,1 volt / 0,4176 ohm = 2,634 Ampere = 2,5 Ampere V max = arus proteksi maksimal yang diperlukan (volt) R total pipa = tahanan pipa sepanjang jalur distribusi yang akan diproteksi (ohm) Dari hasil perhitungan rumus persamaan (3.15) didapatkan kebutuhan daya yang dikeluarkan oleh rectifier adalah Gambar 4.1 Desain Groundbed Vertical deep well groundbed digunakan apabila tahanan jenis tanah pada permukaan sangat tinggi. Pada tipe ini digunakan casing dari baja untuk mencegah runtuhnya tanah galian. Sebuah anoda diikatkan pada pipa PVC dan ditempatkan di dalam casing. Spasi yang tersisa antara anoda dan casing tidak diisi dengan backfill, karena dalam prosedur penggunaan anoda high silicon cast iron tidak perlu menggunakan backfill. Casing baja akan terkonsumsi apabila groundbed bekerja. Casing yang mulai terserang korosi menjadikan anoda aktif. Walaupun deep well groundbed mampu 12

mendistribusikan arus dengan baik, akan tetapi biaya konstruksinya mahal karena perlu dilakukan pengeboran. Diperlukan perencanan yang hati-hati sebab kegagalan pada anoda tidak mudah diperbaiki. Apabila terjadi kerusakan anoda biasanya diperlukan pengangkatan dan penggantian anoda dengan yang baru. Lubang diameter deep well groundbed minimal 15 cm. Penggunaan diameter yang lebih besar direkomendasikan untuk arus yang lebih tinggi. Meskipun diameter yang lebih kecil bisa digunakan, akan tetapi praktek perancangan dan pemasangannya memerlukan pengawasan yang ketat. Gambar 4.2 Desain pemasangan anoda groundbed 4.6 Penempatan Rectifier Penempatan Rectifier yang digunakan untuk menyuplai tegangan dan arus yang diperlukan untuk sistem proteksi katodik yang telah dirancang memperhatikan beberapa pertimbangan sebagai berikut : 1. Mudah bagi operator untuk melakukan maintenance 2. Dekat dengan sumber tenaga AC 3. Aman dari peluang tindak kriminal atau pencurian V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sistem proteksi korosi yang diaplikasikan pada jaringan pipa air bawah tanah milik PDAM Kota Surabaya adalah sistem proteksi katodik metode arus paksa (impressed current cathodic protection). Pemilihan sistem proteksi ini mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut. Nilai tahanan jenis tanah rata-rata yang diperoleh dari survei resistivitas tanah mengindikasikan bahwa tanah pada daerah sepanjang jalur pemasangan pipa sangat korosif. Kemampuan sistem untuk memproteksi struktur yang berupa jaringan pipa tunggal dengan diameter luar sebesar 0,8 m sejauh 4,323 km. Rute jaringan pipa yang berada di tepi jalan raya memudahkan akses sumber listrik dari PLN. Pemakaian anoda seperti high silicon cast iron dapat didesain untuk masa pakai 20 tahun. Besar kecilnya keluaran arus proteksi dapat diatur dengan mudah melalui pengaturan tegangan dari transformer rectifier. Sistem proteksi katodik metode arus paksa akan dipasang pada 1 lokasi yaitu di jalan Kapasan Surabaya. Secara umum, sistem akan terdiri atas hal-hal berikut : 1. Satu unit transformer rectifier yang menggunakan pendingin udara dengan kontrol otomatis yang dilengkapi dengan mode manual. 2. Dua buah deep well groundbed masingmasing terdiri atas satu anoda high silicon cast iron. 3. Dipasang 2 buah test point masing masing pada ujung perlindungan pipa. 4. Transformer Rectifier output - I = 2,5 Ampere - V = 11 Volt DC 5. Anoda yang digunakan Jenis anoda : high silicon cast iron - berat 1 anoda : 21 kg - jumlah anoda : 2 buah 5.2 Saran-saran a. Untuk mendapatkan potensial perlindungan yang diperlukan di seluruh permukaan pipa yang kontak langsung dengan tanah, yaitu minimal sebesar -0.85 V, perlu dilakukan pengukuran potensial perlindungan antara pipa dengan elektrode referens Cu/CuSO 4 sepanjang jalur pipa setelah pemasangan sistem selesai dilakukan. 13

b. Pengukuran potensial perlindungan tiap bulan untuk tahun pertama sangat diperlukan untuk mengetahui adanya efek dari perubahan musim terhadap kondisi tahanan jenis tanah dan laju korosi. DAFTAR PUSTAKA 1. Mars, G. Fontana. Corrosion Engineering, 3 rd edition.1967. New York: Mc Graw-Hill Book Company. 2. Trethewey, K.R. dan J. Chamberlain. 1991. Korosi untuk Mahasiswa dan Rekayasawan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 3. McCoy, J. E. Juni 1970 "Corrosion Control by Cathodic Protection". Transactions of the Institute of Marine Engineering, Vol. 82, No 6,: 82-86. 4. Shreir, L. L, R. A. Jarman, G. T. Burstein. Corrosion Control, vol. 2. 1994. Oxford : Butter Worth Heinemann Ltd. 5. Schweitzer, phillip A. Corrosion Resistant piping systems. 2010. New York : Mc Graw-Hill Book Company. 6. NACE Standard RP0169-2002, Control Of External Corrosion Of Underground or Submerged Metallic Piping System, Houston, TX : NACE. 7. Marshall E.Parker, Edward G. Peatie. Pipe-line Corrosion dan Cathodic Protection, 3 rd edition 1984. Texas: Gulf Publishing Company. 8. Roberge, Pierre R. Handbook of Corrosion Engineering, 1999. New York: Mc Graw-Hill Book Company 9. Sulistijono. Diktat Kuliah Korosi, 1999. Surabaya: Fakultas Teknologi Industri ITS 10. A.Sulaiman, Karyanto H.1992 Corrosion control dan Monitoring, Jakarta: Workshop Pertamina. 14