METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang mendasar atau bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM) yang penyelenggaraannya

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. tahun 1970an bersamaan dengan adanya krisis pangan dan kelaparan dunia

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data cross section. Data

Determinan Ketahanan Dan Kerentanan Pangan Pada Wilayah Lahan Sub Optimal Di Provinsi Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

KAJIAN KETAHANAN PANGAN DAN KERAWANAN PANGAN DI PROVINSI BENGKULU. Assessment of Food Security and Food Insecurity in Bengkulu Province

1.1 LATAR BELAKANG DAN DASAR PEMIKIRAN PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN PROVINSI JAWA BARAT

SEKILAS TENTANG RAWAN PANGAN. Written by adminbkpp2 Wednesday, 20 May :37 - Last Updated Wednesday, 20 May :59

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dari perspektif sejarah, istilah ketahanan pangan (food security) mulai

TINGKAT KERAWANAN PANGAN WILAYAH KABUPATEN TUBAN PENDAHULUAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara memiliki tujuan untuk memakmurkan atau

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bagi setiap manusia untuk tercukupi kebutuhannya. Pangan merupakan bahan

PEMETAAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN ASPEK AKSES PANGAN PADA TINGKAT DESA DI KABUPATEN BATANG. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Declaration and World Food Summit Plan of Action adalah food security

FOOD SECURITY : ANALISIS AKSES DAN KETERSEDIAAN DI PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH : RHEMO ADIGUNO AGRIBISNIS

ANALISIS INDIKATOR KETAHANAN PANGAN KOTA PROBOLINGGO: PENDEKATAN SPASIAL (ANALYSIS OF FOOD SECURITY INDICATORS IN PROBOLINGGO CITY: SPATIAL APPROACH)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS TINGKAT KETAHANAN PANGAN TERHADAP KERAWANAN PANGAN DI KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2015 PUBLIKASI ILMIAH

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

WALIKOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan Pangan (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), pp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan di suatu daerah merupakan tanggung jawab pemerintah dan

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

4. DINAMIKA POLA KONSUMSI DAN KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

METODE. Keadaan umum 2010 wilayah. BPS, Jakarta Konsumsi pangan 2 menurut kelompok dan jenis pangan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

Pengolahan dan Analisis Data

Pola Sebaran Wilayah Ketahanan Pangan di Provinsi Banten

BAB I PENDAHULUAN. daerah bersangkutan (Soeparmoko, 2002: 45). Keberhasilan pembangunan

BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN

SISTEM KEWASPADAAN PANGAN DAN GIZI

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Analisis keterkaitan sektor tanaman bahan makanan terhadap sektor perekonomian lain di kabupaten Sragen dengan pendekatan analisis input output Oleh :

Better Prepared And Ready to Help

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka

METODE PENELITIAN. No Data Sumber Instansi 1 Konsumsi pangan menurut kelompok dan jenis pangan

Aplikasi Pemanfaatan Basis Data Terpadu Untuk Program Perlindungan Sosial

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BAB I PENDAHULUAN. adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang di olah

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

ANALISIS KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN JEMBER TAHUN SKRIPSI. Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS WILAYAH RAWAN PANGAN DAN GIZI KRONIS SERTA ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA 1)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

PENDAHULUAN Latar Belakang

BUTIR KEGIATAN ANALIS KETAHANAN PANGAN BIDANG KERAWANAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

METODE. - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura - Dinas Peternakan dan Perikanan - Dinas Perkebunan b. Data NBM tahun (sekunder)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

BAB IV GAMBARAN UMUM

ANALISIS KETAHANAN PANGAN TINGKAT DESA DI KECAMATAN PURWOASRI, KECAMATAN PLEMAHAN DAN KECAMATAN MOJO KAB. KEDIRI, JAWA TIMUR PENDAHULUAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Tipologi Wilayah Provinsi Bengkulu Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014

Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2015: Versi Rangkuman

I. PENDAHULUAN. dari satu tahap ke tahap berikutnya. Agar pembangunan dapat terlaksana dengan

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

METODOLOGI. 3. Cakupan Imunisasi Lengkap, Departemen Kesehatan RI Badan Pusat Statistik RI (BPS RI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIVITAS KREDIT KETAHANAN PANGAN (KKP) DALAM UPAYA PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DI KECAMATAN KUPANG TIMUR, KABUPATEN KUPANG TUGAS AKHIR

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI/ DEFLASI PEDESAAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN INFLASI/ DEFLASI PEDESAAN

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

ANALISIS KETAHANAN PANGAN DI KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATU BARA

ABSTRACT. Keywords : Food Security, Household, Ordinal Logistik Regression

Produksi Tanaman Pangan Provinsi Papua Tahun 2015 (Berdasarkan Angka Ramalan II 2015)

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016

DAFTAR ISI. A. Capaian Kinerja Pemerintah Kabupaten Tanggamus B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja C. Realisasi anggaran...

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian deskriptif, prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang ada di wilayah tersebut (Nawawi, 2015). Penggambaran masalah ketahanan pangan dapat disajikan dengan bentuk tabel untuk mempermudah penafsiran data pada indikatorindikator terkait. A. Penentuan Lokasi Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara Purposive (sengaja), penelitian ini dilakukan di Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 248 desa/kelurahan yang tersebar di 15 kecamatan. Alasan yang mendasari peneliti memilih Kabupaten Batang sebagai lokasi penelitian ketahanan pangan berdasarkan aspek akses pangan yaitu: 1. Ketersedian pangan di Kabupaten Batang berada pada kondisi surplus, data tersebut berdasarkan pada laporan Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 2009 dan peta ketahanan dan kerentanan pangan 2015 yang dikeluarkan oleh Dewan Ketahan Pangan dan World Food Programme. 2. Pertumbuhan penduduk miskin 2010-2014 Kabupaten Batang menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Batang pertahun mengalami penurunan mencapai 0,88 persen. Namun penduduk miskin di Kabupaten Batang masih cukup 20

21 tinggi pada tahun 2014 tercatat sekitar 11,13 persen setara dengan 82.120 orang. 3. Angka anak-anak kurang gizi di Kabupaten Batang lebih tinggi dari angka kurang gizi provinsi masing-masing sebesar 19% dan 16% dan tercatat masih ada kasus gizi buruk pada balita sebnyak 934 anak dari jumlah total balita 60.341 anak. B. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data sekunder yang berkaitan dengan indikator-indikator akses pangan yang digunakan untuk menentukan wilayah tahan pangan. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berada pada tingkat desa yang diperoleh dari instansi-instasnsi terkait. Tahun data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah satu tahun terakhir data yang tersedia agar hasil yang didapat dapat mencerminkan kondisi saat ini di wilayah tersebut dan kondisi tanaman pangan yang diambil tiga tahun terakhir. Tabel 1. Jenis dan sumber data No Jenis Data Tahun Sumber Data 1. Keadaan Geografis dan Administrasi 2015 2. Kependudukan 2012-2015 BPS Kab. Batang 3. Perekonomian 2012-2015 4. Pertanian 2013-2015 5. Jumlah penduduk miskin 2015 BAPPEDA 6. Jumlah rumah tangga tidak akses listrik 2015 BAPPEDA 7. Jumlah penduduk umur >15 tahun dan Jumlah Penduduk pendidikan <SD 2015 BPS Kab. Batang 8. Jumlah rumah tangga yang 2015 BPS Kab. Batang berumah bambu

22 C. Pembatasan Masalah 1. Ketahanan pangan pada penelitian ini adalah ketahanan pangan wilayah, tidak mengukur ketahanan pangan rumah tangga. 2. Penelitian ini meneliti ketahanan pangan wilayah hanya berdasarkan aspek akses pangan. D. Definisi Operasional 1. Pangan adalah segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang peruntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyimpan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. 2. Ketersediaan pangan adalah bahan pangan yang berasal dari padi, jagung umbi-umbian (ubi jalar dan ubi kayu) yang dihasilkan dari produksi domestik. 3. Tahan pangan adalah kondisi dimana desa/kelurahan tersebut mempunyai rumah tangga/individu yang mempunyai kemampuan dalam akses untuk mendapatkan kebutuhan pangannya ditandai dengan persentase rendah pada indikator yang digunakan, yaitu: penduduk miskin, rumah tangga tidak akses listrik, penduduk tidak tamat SD, dan persentase rumah yang berdinding bambu. 4. Rawan pangan adalah kondisi dimana desa/kelurahan tersebut mempunyai rumah tangga/individu yang kurang mampu dalam akses untuk mendapatkan kebutuhan pangannya ditandai dengan persentase tinggi pada indikator yang

23 digunakan, yaitu: penduduk miskin, rumah tangga tidak akses listrik, penduduk tidak tamat SD, dan persentase rumah yang berdinding bambu. 5. Indikator adalah variabel yang bisa membantu dalam kegiatan pengukuran berbagai macam perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. 6. Penduduk adalah sekelompok orang (rumah tangga/individu) yang tinggal di wilayah tertentu. 7. Penduduk miskin adalah penduduk yang kesejahteraannya paling bawah yang ditentukan dari desil 1 dan desil 2. a. Desil 1 adalah penduduk dengan kondisi kesejahteraan dalam kelompok 10 persen terendah di Indonesia, artinya yang termasuk dalam kelopok ini dapat dikatakan sangat miskin. b. Desil 2 adalah penduduk dengan kondisi kesejahteraan dalam kelompok 10-20 persen terendah di Indonesia, artinya yang termasuk dalam kelompok ini dapat dikataka miskin dan hampir miskin. 8. Rumah tangga tidak akses listrik adalah rumah tangga yang tidak dialiri listrik oleh PLN dan non PLN. 9. Penduduk tidak tamat SD dan berumur > 15 tahun adalah penduduk yang pendidikannya tidak tamat sekolah dasar (SD) yang berumur lebih dari 15 tahun. 10. Rumah berdinding bambu adalah rumah untuk tempat tinggal yang dindingnya terbuat dari bambu, rumah kategori sederhana atau rumah tipe c.

24 E. Analisis Data Analisis yang digunakan pada penelitian ini mengunakan analisis yang sama dengan Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia (FSVA) 2009. Data dikumpulkan berdasarkan indikator-indikator yang digunakan untuk menganalisis ketahanan pangan wilayah, kemudian data tersebut dimasukkan kedalam rumus indikator terkait. Proses pengolahan data menggunakan softwere microsoft excel 2010. Rumus dan kriteria yang digunakan disetiap indikatornya berbeda-beda sehingga akan didapat hasil yang sesuai dengan indikator yang digunakan, rumusan pengukuran indikator sebagai berikut: Analisis ketahanan pangan 1. Indikator Persentase Penduduk Miskin X1 = m 1 n 1 x100 m 1 = Jumlah penduduk miskin n 1 = Jumlah Penduduk 2. Indikator Persentase Rumah Tangga Tidak Akses Listrik X2 = m 2 n 2 x 100 m 2 = Jumlah rumah tangga tidak akses listrik n 2 = Jumlah rumah tangga 3. Indikator Persentase penduduk tidak tamat SD dan berumur > 15 tahun x3 = m 3 n 3 x100

25 m 3 = jumlah penduduk tidak tamat Sekolah Dasar (SD) n 3 = Jumlah penduduk umur >15 tahun 4. Indikator Persentase rumah yang terbuat dari bambu m 4 = Jumlah rumah yang berdinding bambu n 4 = Jumlah rumah tangga Kemudian empat indikator tersebut dikonversi kedalam indeks untuk mendapatkan nilai indeks masing-masing indikator, rumus tersebut sebagai berikut: x4 = m 4 n 4 x100 Indeks X ij = X ij X i min X i max X i min X ij = nilai ke-j dari indikator ke-i X i min = nilai minimum dari indikator ke-i X i max = nilai maksimum darin indikator ke-i Indeks Indikator Komposit Indeks komposit = 1/4 x (indeks penduduk miskin + indek rumah tangga tidak akses listrik + indeks pendidikan tidak tamat Sekolah Dasar (SD) + indeks rumah berdinding bambu) Kondisi ketahanan pangan wilayah dapat diukur berdasarkan indeks komposit. Indeks komposit didapatkan dari gabungan empat indeks indikator akses pangan, yaitu indeks penduduk miskin, indeks rumah tangga tidak akses listrik, indeks penduduk tidak tamat Sekolah Dasar (SD) dan indeks rumah berdinding bambu.

26 Tabel 2. Rentang dan kriteria untuk mengukur indikator No Indikator Rentang Kriteria Warna 1. Persentase 35 Prioritas 1 (Sangat rawan) Merah tua penduduk 25 - < 35 Prioritas 2 (Rawan) Merah miskin 20 - < 25 Prioritas 3 (Agak rawan) Merah muda 15 - < 20 Prioritas 4 (Cukup tahan) Hijau muda 10 - < 15 Prioritas 5 (Tahan) Hijau 2. Persentase rumah tangga tidak akses listrik 3. Persentase pendidikan tidak tamat Sekolah Dasar (SD) 4. Persentase rumah berdinding bambu 0 - < 10 Prioritas 6 (Sangat tahan) Hijau tua 50 Prioritas 1 (Sangat rawan) Merah tua 40 - < 50 Prioritas 2 (Rawan) Merah 30 - < 40 Prioritas 3 (Agak rawan) Merah muda 20 - < 30 Prioritas 4 (Cukup tahan) Hijau muda 10 - < 20 Prioritas 5 (Tahan) Hijau 0 - < 10 Prioritas 6 (Sangat tahan) Hijau tua 50 Prioritas 1 (Sangat rawan) Merah tua 40 - < 50 Prioritas 2 (Rawan) Merah 30 - < 40 Prioritas 3 (Agak rawan) Merah muda 20 - < 30 Prioritas 4 (Cukup tahan) Hijau muda 10 - < 20 Prioritas 5 (Tahan) Hijau 0 - < 10 Prioritas 6 (Sangat tahan) Hijau tua 30 Prioritas 1 (Sangat rawan) Merah tua 25 - < 30 Prioritas 2 (Rawan) Merah 20 - < 25 Prioritas 3 (Agak rawan) Merah tuda 15 - < 20 Prioritas 4 (Cukup tahan) Hijau muda 10 - < 15 Prioritas 5 (Tahan) Hijau 0 - < 10 Prioritas 6 (Sangat tahan) Hijau tua 5. Komposit 0,80 Sangat rawan Merah tua 0,64 - < 0,80 Rawan Merah 0,48 - < 0,64 Agak rawan Merah muda 0,32 - < 0,48 Cukup tahan Hijau muda 0,16 - < 0,3 Tahan Hijau 0 - < 0,16 Sangat tahan Hijau tua Sumber: Dewan Ketahanan Pangan (2009) dan Wijaya. O., et al (2016). Setelah didapatkan nilai indeks komposit masing-masing desa, kemudian data tersebut dimasukkan ke softwere Arcgis 10.1. Softwere tersebut untuk membatu dalam pemetaan ketahanan pangan yang didasarkan hanya dari akses pangan dan penghidupan di Kabupaten Batang. Nilai indeks komposit dibuat dari 0 sampai 1 yang terbagi atas 6 rentang untuk menentukan tingkat ketahanan pangan wilayah tersebut. Setiap rentang yang ada diberi atribut berupa warna

27 untuk membedakan kondisi tahan pangan ataupun rawan pangan dan mempermudah pembacaan analisis.