Analisis Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Luas Sedimen Tersuspensi Di Perairan Berau, Kalimantan Timur

dokumen-dokumen yang mirip
CITRA MODIS RESOLUSI 250 METER UNTUK ANALISIS KONSENTRASI SEDIMEN TERSUSPENSI DI PERAIRAN BERAU KALIMANTAN TIMUR

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun

Pola Spasial dan Temporal Total Suspended Solid (TSS) dengan Citra SPOT di Estuari Cimandiri, Jawa Barat

STUDI PERSEBARAN KONSENTRASI MUATAN PADATAN TERSUSPENSI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA MODIS DI SELAT MADURA

THESIS (DRAFT SEMINAR AKHIR/SIDANG) AZIS RIFAI NIM

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN WILAYAH PERAIRAN PESISIR SURABAYA TIMUR SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

Pola Sebaran Total Suspended Solid (TSS) di Teluk Jakarta Sebelum dan Sesudah Reklamasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan secara tepat tergantung peruntukkannya. perkembangan yang sangat pesat. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh

ANALISA SEDIMEN TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED MATTER) DI PERAIRAN TIMUR SIDOARJO MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT DAN SPOT

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN GARIS PANTAI DI PESISIR KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

& Kota TUGAS AKHIR. Oleh Wahyu Prabowo

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Menurut Mahi (2001 a), sampai saat ini belum ada definisi wilayah pesisir yang

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

APLIKASI DATA CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN DINAMIKA PESISIR MUARA DAS BARITO DAN SEKITARNYA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH KOMPOSIT BAND CITRA LANDSAT DENGAN ENVI. Oleh: Nama : Deasy Rosyida Rahmayunita NRP :

ANALISIS SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA PERANCAK BALI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

ANALISIS ALGORITMA EKSTRAKSI INFORMASI TSS MENGGUNAKAN DATA LANDSAT 8 DI PERAIRAN BERAU

ANALISIS DATA CITRA LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN PERUBAHAN GARIS PANTAI KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

PEMETAAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI KECAMATAN PESISIR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Endang Prinina 1, Lalu Muhamad Jaelani 1, Salam Tarigan 2 1

JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. X, (2016) ISSN: ( Print) 1

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

Identifikasi Sebaran Sedimentasi dan Perubahan Garis Pantai Di Pesisir Muara Perancak-Bali Menggunakan Data Citra Satelit ALOS AVNIR-2 Dan SPOT-4

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Hujan atau presipitasi merupakan jatuhnya air dari atmosfer ke permukaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: ( Print) C-130

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

STUDI KONSENTRASI KLOROFIL-A BERDASARKAN TEKNIK PENGINDERAAN JAUH

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH:

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian METODE Waktu dan Tempat Penelitian

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA SUNGAI PORONG BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS TRANSPORT SEDIMEN DI MUARA SUNGAI SERUT KOTA BENGKULU ANALYSIS OF SEDIMENT TRANSPORT AT SERUT ESTUARY IN BENGKULU CITY

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

PERUBAHAN DELTA DI MUARA SUNGAI PORONG, SIDOARJO PASCA PEMBUANGAN LUMPUR LAPINDO

KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Rutsasongko Juniar Manuhana

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

ANALISIS DINAMIKA SEBARAN SPASIAL SEDIMENTASI MUARA SUNGAI CANTUNG MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT MULTITEMPORAL

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-4 Tahun Staf Pengajar Jurusan Teknik Geodesi FT-UNPAK.

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

KLASIFIKASI DARATAN DAN LAUTAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT ALOS Studi Kasus di Pesisir Timur Kota Surabaya

CONTENT BY USING AQUA MODIS SATELLITE IMAGERY IN MARINE WATERS OF ROKAN HILIR REGENCY RIAU PROVINCE

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN ESTIMASI CURAH HUJAN DENGAN DATA SATELIT DAN RADAR INTEGRASI DI BALIKPAPAN

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB I GEOGRAFI GEOGRAPHY

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

KATA PENGANTAR Klasifikasi Tingkat Pencemaran di Perairan Selatan Bali Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 Dengan Algoritma TSS.

SIMULASI DAMPAK PENGGUNAAN LAHAN AGROFORESTRY BERBASIS TANAMAN PANGAN PADA HASIL AIR DAN PRODUKSI PANGAN (Studi Kasus DAS Cisadane, Jawa Barat)

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

Dukungan Teknologi Penginderaan Jauh dalam Penilaian Sumberdaya Hutan Tingkat Nasional: Akses Citra Satelit, Penggunaan dan Kepentingannya

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

SIDANG TUGAS AKHIR RG

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

ANALISA PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN PARAMETER FISIKA MAUPUN KIMIA MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS DI DAERAH SELAT MADURA

EVALUASI TUTUPAN LAHAN DARI CITRA RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE KLASIFIKASI DIGITAL BERORIENTASI OBJEK (Studi Kasus: Kota Banda Aceh, NAD)

Abstrak PENDAHULUAN.

ix

SIRKULASI ANGIN PERMUKAAN DI PANTAI PAMEUNGPEUK GARUT, JAWA BARAT

Analisis Perubahan Luasan Terumbu Karang dengan Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Perairan Pulau Pramuka Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Solehudin, 2015 Kajian Tingkat Bahaya Erosi Permukaandi Sub Daerah Aliran Sungai Cirompang

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP DEBIT LIMPASAN PADA SUB DAS SEPAUK KABUPATEN SINTANG KALIMANTAN BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

KAJIAN MORFODINAMIKA PESISIR KABUPATEN KENDAL MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH MULTI SPEKTRAL DAN MULTI WAKTU

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

Analisis Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Luas Sedimen Tersuspensi Di Perairan Berau, Kalimantan Timur Ankiq Taofiqurohman S Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Bandung 40600 Abstract Utilization of MODIS image is not only used for observation parameters of water quality, but also can be used for land cover observations. Observations of land cover using MODIS image with 250 and 500 meters resolutions. Analysis of land cover in Berau District conducted from 2003 to 2007, by taking one image sample, which is free from clouds and represented one day in each year. Results from the MODIS image shows that the identification of non-forest area in Berau was increasing to 134.64 km2, with an average increase of 70.59 km2 yearly. The increase in non-forest areas with high rainfall increased suspended sediment. The 250 meters resolution of Modis image can be used to distinguish land cover between forest and non forest, but less specific for the land cover. Abstrak Pemanfaatan Citra MODIS tidak hanya digunakan untuk pengamatan parameterparameter kualitas air, tetapi juga dapat digunakan untuk pengamatan tutupan lahan. Pengamatan tutupan lahan memanfaatkan Citra MODIS resolusi 250 dan 500 meter. Analisis tutupan lahan di Kabupaten Berau dilakukan dari tahun 2003 sampai dengan 2007, dengan mengambil satu citra yang terbebas dari awan dan diwakili satu hari pada tiap tahun. Hasil identifikasi Citra MODIS memperlihatkan area non hutan di Kabupaten Berau mengalami peningkatan luas sebesar 134,64 km 2, dengan rata-rata pertambahan tiap tahun sebesar 70,59 km 2. Bertambahnya area non hutan disertai curah hujan yang tinggi meningkatkan sedimen tersuspensi. Citra Modis Resolusi 250 meter dapat digunakan untuk membedakan tutupan lahan antara hutan dan non hutan, tetapi kurang baik untuk tutupan lahan yang lebih spesifik. Kata kunci : Citra MODIS, Berau, Tutupan Lahan. 1

Pendahuluan Perairan Berau merupakan bagian dari Kabupaten Berau Provinsi Kalimantan Timur. Perairan Berau terdiri dari kawasan Delta Berau yang merupakan muara dari Sungai Berau, dan kawasan terumbu karang di bagian timur laut dari Perairan Berau. Seperti halnya sungai-sungai besar di Kalimantan, Sungai Berau juga mengalami sedimentasi pada bagian hilir. Berdasarkan Laporan BPLHD Kabupaten Berau (2007), sedimentasi yang terjadi di Perairan Berau dipicu oleh adanya kegiatan penambangan batubara di Kabupaten Berau, yang dilakukan dengan metode tambang terbuka (Open Pit Mining), akibatnya terjadi pembukaan lahan dan penebangan pohon secara besarbesaran, yang menyebabkan terjadinya erosi pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Berau dan sedimentasi pada bagian estuari Perairan Berau. Perubahan tataguna lahan seperti pembukaan lahan untuk pemukiman dan perkebunan serta pembalakan liar yang terjadi di hutan sepanjang Daerah Aliran Sungai Berau mempercepat terjadinya sedimentasi. Terdapat suatu hubungan antara perubahan tutupan lahan di sekitar DAS dengan besarnya sedimentasi yang keluar dari DAS tersebut. Perubahan suatu ekosistem di darat, secara tidak langsung akan mempengaruhi ekosistem di pesisir dan laut. Teknologi penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk mengamati perubahan ekosistem baik di darat maupun di laut, salah satunya yaitu dengan memanfaatkan Citra Modis Resolusi 250 dan 500 meter. (Domiri dan Hidayat, 2005). Selain untuk mengamati tutupan lahan, citra modis resolusi 250 meter dapat digunakan pula untuk mengamati sebaran sedimen tersuspensi (Miller dan McKee, 2004). Luas sebaran tersuspensi dipengaruhi juga oleh debit air yang keluar dari DAS. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar perubahan tutupan lahan yang terjadi di Sekitar Perairan Berau, dan bagaimana pengaruhnya terhadap luas sebaran sedimen tersuspensi yang terjadi di Perairan Berau. Suspensi sedimen dinamakan TSM (Total Suspended Matter) yang merupakan seluruh bahan organik, plakton, dan detritus yang mempunyai ukuran lebih kecil dari 150 μm atau lebih besar dari 0.45 μm. 2

Bahan dan Metode Bahan Bahan yang digunakan adalah Citra MODIS resolusi 250 dan 500 meter. Pada Citra MODIS resolusi 250 meter band yang digunakan adalah band 1 dan 2, sedangkan Citra MODIS resolusi 500 meter band yang digunakan adalah band 6. Citra yang digunakan adalah citra yang terbebas dari awan dan diwakili oleh satu hari pada tiap tahun, dari tahun 2003 sampai dengan 2006. Daerah penelitian difokuskan kepada 5 area di Sepanjang Sungai Berau. Data luas sedimen tersuspensi dan curah hujan menggunakan hasil penelitian Taofiqurohman (2009). Luas sedimen tersuspensi yang digunakan adalah sedimen dengan nilai antara 9 sampai dengan 12 mg/l, nilai ini diambil karena mendominasi di Perairan Berau (Taofiqurohman,2009) Gambar 1. Daerah kajian Pada penelitian ini perubahan tutupan lahan di sepanjang Sungai Berau dititikberatkan pada 5 area kajian (Gambar 1), yaitu : - Area PT. Berau Coal yang merupakan kawasan pertambangan batubara - Area Tanjung Redeb yang difokuskan pada kota kecamatannya - Area Sambarata yang terdiri dari dua kawasan yaitu kawasan sebelah utara sungai yang merupakan kawasan hunian dan kawasan sebelah selatan sungai yang merupakan bandara udara Kabupaten Berau - Area Pelabuhan kayu (Timber Handling Port), yaitu tempat berlabuhnya kayu hasil penebangan yang dibawa melalui sungai. 3

- Area PT.Taurus yang merupakan kawasan penebangan hutan. PT.Taurus adalah pemilik Izin Pemanfaatan Kayu Tanah Milik (IPKTM) yaitu izin yang diberikan oleh pemererintahan Kabupaten Berau kepada pihak swasta untuk memanfaatkan kayu pada lahan milik pribadi (Obidzinski dan Andrianto, 2005). PT.Taurus memiliki dua lahan pemanfaatan kayu pada kawasan penebangan hutannya. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu membuat gambaran secara sistematis mengenai fenomena fisis yang terjadi di daerah kajian. Metode-metode yang dilakukan dalam pemrosesan Citra MODIS antara lain : 1. Koreksi Duplikasi Baris Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan duplikasi data pada beberapa bagian dari citra yang disebabkan oleh kelengkungan bumi. 2. Koreksi Geometrik Koreksi geometrik bertujuan agar citra bergeoreferensi dan mempunyai koordinat. Setelah citra bergeoreferensi, selanjutnya citra dipotong sesuai daerah kajian. 3. Koreksi Radiometrik Koreksi radiometrik dilakukan untuk menghilangkan kesalahan radiometrik seperti misalnya kesalahan karena gangguan energi radiasi elektromagnetik pada atmosfer. 4. Pembuatan Citra Komposit Kenampakan penutup lahan secara umum dapat dilihat dengan menggunakan kombinasi 3 kanal MODIS untuk membuat citra komposit RGB (Red, Green, Blue), dengan memanfaatkan kanal 6 sebagai R, kanal 2 sebagai G dan kanal 1 sebagai B. Dalam hal ini data kanal 6 diresampling menjadi resolusi 250 m. 5. Klasifikasi Tidak Terawasi Klasifikasi dilakukan untuk mengetahui keadaan tutupan lahan. Metode klasifikasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah klasifikasi tidak terawasi (Unsupervised Classification). 4

Hasil dan Pembahasan Identifikasi tutupan lahan dengan menggunakan Citra MODIS memperlihatkan area hutan dan non hutan. Daerah non hutan merupakan tempat aktifitas manusia. Hasil identifikasi Citra MODIS untuk tutupan lahan pada tiap tahun adalah sebagai berikut : A. Tutupan Lahan Tahun 2003 Pada tahun 2003, hasil identifikasi memperlihatkan 3 daerah non hutan, yaitu pertambangan PT.Coal Berau, Kecamatan Tanjung Redeb dan Area Sambarata (Gambar 2). Berdasarkan pengolahan data citra, kawasan kota kecamatan Tanjung Redeb mempunyai luas sebesar 3,65 km 2 sedangkan data BPPS tahun 2002, luas kecamatan tanjung redeb adalah sebesar 23,76 km 2. Tiga area tersebut mempunyai luas hasil identifikasi sebagai berikut : Gambar 2. Identifikasi tutupan lahan tahun 2003 Area Daerah Luas Daerah (km 2 ) PT.Berau Coal Pertambangan 13,94 Tanjung Redeb Kota Kecamatan 3,65 Sambarata Kawasan Utara 2,89 Kawasan Selatan - Pelabuhan Kawasan Pelabuhan kayu - PT.Taurus Lahan 1 - Lahan 2 - Tabel 1. Luas daerah non hutan tahun 2003 5

B. Tutupan Lahan Tahun 2004 Tutupan lahan hasil identifikasi yang ada pada tahun 2004 (Gambar 3) tidak jauh berbeda dengan tahun 2003, yaitu ada pada 3 daerah yang sama, namun pada tahun 2004 terjadi perluasan daerah non hutan. Gambar 3. Identifikasi tutupan lahan tahun 2004 Area Daerah Luas Daerah (km 2 ) PT.Berau Coal Pertambangan 19,15 Tanjung Redeb Kota Kecamatan 5,30 Sambarata Kawasan Utara 4,24 Kawasan Selatan - Pelabuhan Kayu Kawasan Pelabuhan kayu - PT.Taurus Lahan 1 - Lahan 2 - Tabel 2. Luas daerah non hutan tahun 2004 C. Tutupan Lahan Tahun 2005 Hasil identifikasi tutupan lahan pada tahun 2005 memperlihatkan pertambahan daerah non hutan terjadi disebelah barat, yaitu pada lahan Hak Pengelolaan Hutan (HPH) PT.Taurus. Hasil Perekaman Satelit QuickBird yang mempunyai resolusi yang lebih baik dari Citra MODIS, memperlihatkan adanya pembukaan area hutan (Gambar 5). Pembukaan lahan ini digunakan sesuai dengan Izin Pemanfaatan Kayu Tanah Milik (IPKTM) untuk kepentingan perusahaan (Obidzinski dan Andrianto, 2005). Selain pada lahan PT.TAURUS, pertambahan daerah non hutan terjadi pada area Sambarata (Gambar 4) tepatnya di sebelah selatan sungai. Pembukaan lahan ini berkaitan dengan perluasan Bandara Kalimarau Kabupaten 6

Berau (www.kaltimpos.web.id). Secara umum semua daerah non hutan pada tahun 2005 mengalami peningkatan luas. Gambar 4. Identifikasi tutupan lahan tahun 2005 Gambar 5. Citra kawasan HPH PT.Taurus (www.earth.google.com) Area Daerah Luas Daerah (km 2 ) PT.Berau Coal Pertambangan 23,08 Tanjung Redeb Kota Kecamatan 6,18 Sambarata Kawasan Utara 5,80 Kawasan Selatan 1,97 Pelabuhan Kayu Kawasan Pelabuhan kayu - PT.Taurus Lahan 1 12,28 Lahan 2 16,55 Tabel 3. Luas daerah non hutan tahun 2005 7

D. Tutupan Lahan Tahun 2006 Pada tahun 2006, terjadi penambahan daerah non hutan (Gambar 6). Penambahan area tersebut adalah pembangunan pelabuhan tempat bersandarnya kayu hasil penebangan (Timber Handling Port). Pengangkutan kayu hasil penebangan hutan di Kalimantan sebagian besar memanfaatkan arus sungai, begitupun yang terjadi di Kabupaten Berau (Obidzinski dan Andrianto, 2005). Kelima area non hutan di sepanjang Sungai Berau mengalami peningkatan luas ( Tabel 4) Gambar 6. Identifikasi Tutupan lahan tahun 2006 Area Daerah Luas Daerah (km 2 ) PT.Berau Coal Pertambangan 32,55 Tanjung Redeb Kota Kecamatan 7,37 Sambarata Kawasan Utara 5,93 Kawasan Selatan 8,32 Pelabuhan Kayu Kawasan Pelabuhan kayu 9,47 PT.Taurus Lahan 1 48,18 Lahan 2 41,21 Tabel 4. Luas daerah non hutan tahun 2006 E. Tutupan Lahan Tahun 2007 Tutupan lahan hasil identifikasi pada tahun 2007 masih memperlihatkan penambahan luas daerah non hutan pada kelima daerah kajian (Gambar 7). 8

Gambar 7. Identifikasi Tutupan lahan tahun 2007 Area Daerah Luas Daerah (km 2 ) PT.Berau Coal Pertambangan 33,53 Tanjung Redeb Kota Kecamatan 7,83 Sambarata Kawasan Utara 6,30 Kawasan Selatan 12,10 Pelabuhan Kayu Kawasan Pelabuhan kayu 23,57 PT.Taurus Lahan 1 62,46 Lahan 2 49,60 Tabel 5. Luas daerah non hutan tahun 2007 F. Perubahan Tutupan Lahan Perubahan tutupan lahan disepanjang Sungai Berau adalah salah satu contoh dari perubahan alih fungsi hutan menjadi area aktifitas manusia yang terjadi di Pulau Kalimantan. Penambahan daerah non hutan disepanjang Sungai Berau dari tahun 2003 sampai dengan 2007 (Gambar 8), mencapai 134,64 km 2 dengan rata-rata pertambahan tiap tahun sebesar 70,59 km 2 dan yang paling cepat terjadi adalah pada area PT Taurus lahan 1 (Tabel 6). Perambahan hutan ini terjadi seiring dengan aktifitas Kabupaten Berau pada selang waktu 2003 sampai dengan 2007, yaitu pembangunan sarana dan prasarana PON XVII 2007 Kalimantan Timur dan juga terjadinya illegal logging pada hutan-hutan di sekitar Sungai Berau. Secara umum penambahan daerah non hutan dari tahun 2003 sampai dengan 2007 adalah sebagai berikut : 9

Gambar 8. Pertambahan tutupan lahan dari tahun 2003 sampai dengan 2007 Area Daerah Tahun Total Pertambahan Rata-rata 2003 2004 2005 2006 2007 Pertambahan tiap tahun PT.Berau Coal Pertambangan 13,94 19,15 23,08 32,55 33,53 19,59 4,90 Tanjung Redeb Kota Kecamatan 3,65 5,3 6,18 7,37 7,83 4,18 1,05 Sambarata Kawasan Utara 2,89 4,24 5,8 5,93 6,3 3,41 0,85 Kawasan Selatan - - 1,97 8,32 12,1 10,13 8,08 Pelabuhan Kayu Kawasan Pelabuhan kayu - - - 9,47 23,57 14,1 14,10 PT.Taurus Lahan 1 - - 12,28 48,18 62,46 50,18 25,09 Lahan 2 - - 16,55 41,21 49,6 33,05 16,52 Total 134,64 70,59 Tabel 6. Luas daerah non hutan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 (dalam km 2 ) Tabel 7. dan grafik dibawah ini memperlihatkan hubungan naik turunnya luas daerah non hutan dan nilai maksimal curah hujan terhadap luas TSM pada tiap tahun. Waktu yang digunakan adalah waktu yang mewakili keadaan tiap tahun. Luas Nilai Maksimal Luas TSM Waktu Non Hutan Curah Hujan 9-12 mg/l (km2) (mm/hari) (km 2 ) 24 Oktober 2003 20,480 4,32 111,403 15 Agustus 2004 28,690 1,728 391,628 10 Agustus 2005 65,865 3,88 439,616 15 Agustus 2006 153,028 0,864 15,350 19 April 2007 195,392 10,368 729,927 Tabel 7. Nilai luas non hutan, curah hujan rata-rata dan luas TSM di Perairan Berau 10

Luas Sedimentasi (km 2 ) 800 700 600 500 400 300 200 100 0 24-Oct-03 15-Aug-04 10-Aug-05 15-Aug-06 19-Apr-07 250 200 150 100 50 0 Luas Area Non Hutan (km2) Sedimen Area Non Hutan Gambar 9. Grafik perbandingan luas non hutan terhadap luas TSM di Perairan Berau Luas Sedimentasi (km 2 ) 800 700 600 500 400 300 200 100 0 24-Oct-03 15-Aug-04 10-Aug-05 15-Aug-06 19-Apr-07 12 10 8 6 4 2 0 Nilai Curah Hujan (mm/hari) Sedimen Curah Hujan Gambar 10. Grafik perbandingan nilai maksimal curah hujan rata-rata terhadap luas TSM tahunan di Perairan Berau Berdasarkan Gambar 9 dan 10 dapat kita lihat bahwa luas TSM (untuk nilai TSM 9 sampai dengan 12 mg/l) sangat dipengaruhi oleh luas non hutan dan nilai curah hujan. Kedua gambar tersebut memperlihatkan luas TSM yang naik begitu juga dengan luas non hutan dan nilai maksimal curah hujan. Pada tahun 2006 luasan TSM lebih kecil dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, walaupun luas non hutan terus naik, ini dapat terjadi oleh karena pada tahun 2006 nilai maksimal curah hujannya berada pada nilai paling rendah dibandingkan dengan nilai-nilai sebelumnya. 11

Kesimpulan Penambahan area non hutan di sepanjang Sungai Berau dari tahun 2003 sampai dengan 2007, mencapai 134,64 km 2 dengan rata-rata pertambahan tiap tahun sebesar 70,59 km 2. Perubahan tutupan lahan disepanjang Sungai Berau adalah salah satu contoh dari perubahan alih fungsi hutan menjadi area aktifitas manusia (urban area) yang terjadi di Pulau Kalimantan. Konsentrasi TSM yang terjadi di Perairan Berau sangat dipengaruhi oleh besarnya curah hujan yang terjadi pada Daerah Aliran Sungai Berau dan nilainya semakin tinggi seiring dengan berkurangnya area hutan. Citra Modis Resolusi 250 meter dapat digunakan untuk membedakan tutupan lahan antara hutan dan non hutan, tetapi kurang baik untuk tutupan lahan yang lebih spesifik. Daftar Pustaka BPLHD Kabupaten Berau.2007. Status Lingkungan Hidup Kabupaten Berau. Laporan. Tidak dipublikasikan Domiri, D.D. dan Hidayat., 2005. Evaluasi Kemampuan Data Modis Untuk Klasifikasi Liputan Lahan Regonal. Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV, Surabaya. Miller, R.L. dan McKee, B.A., 2004. Using MODIS Terra 250 meter to Map Concentration of Total Suspended Matter in Coastal Waters. Int. Journal Remote Sensing. Obidzinski, K. dan Andrianto, A., 2005. Illegal Forestry Activities in Berau and East Kutai Districts, East Kalimantan. Center for International Forestry Research (CIFOR), Bogor Taofiqurohman S, A. 2009. Analisis Konsentrasi Sedimen Tersuspensi Menggunakan Citra Modis Resolusi 250 Meter Di Perairan Berau Kalimantan Timur. Thesis Magister. Teknik Geodesi & Geomatika. Institut Teknologi Bandung. Tidak dipublikasikan www.earth.google.com (diakses November 2008) www.kaltimpos.web.id (diakses November 2008) 12