BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya dalam mewujudkan bangsa Indonesia yang sehat, kualitas pelayanan kesehatan dan jumlah pasien yang datang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan Gawat Darurat bisa terjadi kapan saja, siapa saja dan dimana saja.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yaitu bertekad untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pelayanan gawat darurat (emergency care) adalah bagian dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. terdapat kasus dengan berbagai tingkat kegawatan yang harus segera mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan yang lambat proses pelayananya. kepada pelanggan maka semakin besar pula waktu kerja yang harus disediakan

Perbedaan jenis pelayanan pada:

BAB I. PENDAHULUAN A.

KEPUTUSAN DIREKTUR RS ROYAL PROGRESS NOMOR /2007 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT DIREKTUR RUMAH SAKIT ROYAL PROGRESS

BAB I PENDAHULUAN. secara profesional. Rumah sakit sebagai salah satu sistem pelayanan, rehabilitasi medik, dan pelayanan perawatan.

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN KEPALA RUMAH SAKIT TK. II dr. SOEPRAOEN NOMOR : / / /2014 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI GAWAT DARURAT

PROGRAM KERJA UNIT IGD TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. PERMENKES RI Nomor: 159b/Menkes/Per/II/1988 disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PRIMA HUSADA NOMOR : 224/RSPH/I-PER/DIR/VI/2017 TENTANG PEDOMAN REKAM MEDIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANDUAN PELAYANAN DOTS TB RSU DADI KELUARGA TAHUN 2016

RSUD KOTA DUMAI PELAYANAN GAWAT DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum dan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

C. PERANCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

IGD RSUD CIBINONG MEMBERIKAN LAYANAN TRIASE SERDADU

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAGAS WARAS KABUPATEN KLATEN

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB 7 PENUTUP. belum semuanya mengikuti pelatihan kegawatdaruratan. Untuk staf. administrasi IGD, rekam medik dan brankar man belum bertugas 24 jam.

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR Nomor:000/SK/RSMH/I/2016

RUMAH SAKIT. Oleh: Diana Holidah, M.Farm., Apt.

BAB I PENDAHULUAN. komitmen pembangunan kualitas masyarakat di Indonesia. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Unit Gawat Darurat menurut Australlian College For Emergency Medicine

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM CITRA BMC PADANG No : 019/SK/DIR/IV/2010 Tentang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk kualitas pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU

Panduan Penetapan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan ( DPJP )

BUPATI PURWOREJO TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sakit antara lain pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (Undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat. RSUD kota Bandung beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI RUMAH SAKIT DAERAH

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringannya (DinKes Jawa Timur, 2013). Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN. A. Kedudukan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 17 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

BUPATI JENEPONTO. Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

G U B E R N U R J A M B I

PENANGANAN KEGAWATANDARURATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT Dr.Trianto Susetyo Sp.OG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri No HK.02.02/MENKES/390/2014

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

No. Dokumen : 005/KMD/ADMIN/II/2013. Tanggal terbit : 12 Februari 2013

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 52 NOMOR 52 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG

NAMA SKPD VISI MISI TUGAS POKOK FUNGSI. a. Penyelenggaraan pelayanan medis

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan bermotor di seluruh dunia pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta jiwa dan

g.pemantauan dan pengendalian pelaksanaan kegiatan pelayanan medik, keperawatan dan keteknisan medik

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

Indikator Wajib pengukuran kualitas pelayanan keesehatan di FKRTL. Indikator Standar Dimensi Input/Proses l/klinis 1 Kepatuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

BAB II KAJIAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

2018, No b. bahwa usulan tarif layanan Badan Layanan Umum Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III Kendari pada Kepolisian Negara Republik Indonesia

PERATURAN DIREKTUR UTAMA RS. xxx NOMOR : 17/PER/2013 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN MEDIS. DIREKTUR UTAMA RS. xxx

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori 1.Ketersediaan perawat dan dokter jaga IGD Hendrik et al. (2006) menyatkan bahwa ada beberapa faktor yang menentukan waktu tanggap di sebuah Rumah Sakit. Faktor-faktor tersebut adalah rasio perawat pasien, dokter jaga dan penatalaksanaan kegawatdaruratan medis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu tanggap medis di instalasi gawat darurat RSUD Bantul rata-rata ialah 12,51 menit, dengan waktu pelayanan rata-rata tersering ialah 10 menit, dan hasil analisis mutunya menunjukkan bahwa waktu penanganan kegawatdaruratannya yang tidak terlambat atau dapat mencegah kematian sampai 30% dari kasus kegawatdaruratan. Perawat dan dokter jaga yang berkualitas dapat menurunkan waktu tanggap dari 90 menit menjadi sekitar 5 menit. Disamping itu salah satu indikator mutu pelayanan di IGD berupa response time (waktu tanggap). Waktu tanggap pelayanan dapat dihitung dengan hitungan menit dan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jumlah dan kualitas tenaga maupun komponen komponen lain yang mendukung seperti: radiologi, laboratorium, farmasi dan administrasi. Waktu tanggap dikatakan tepat waktu atau tidak terlambat apabila waktu yang diperlukan tidak melebihi waktu rata rata standar yang ada (Haryatun dan Sudaryanto, 2009). Menurut Lumenta (2009) waktu tanggap adalah jumlah 5

waktu pasien sejak masuk di IGD sampai mendapat pelayanan medis. Waktu tanggap pelayanan medis adalah kecepatan pelayanan dokter di Instalasi Gawat Darurat sejak pasien datang sampai mendapat pelayanan dokter dengan standar waktu < 5 menit (Departemen Kesehatan RI, 2007). Hasil penelitian Petter et al. (2007) mengenai besarnya waktu tanggap menunjukkan bahwa jumlah perawat dan dokter jaga yang kompeten serta kelengkapan peralatan pada Instalasi Gawat Darurat sangat berpengaruh terhadap penurunan waktu tanggap. Perawat dan dokter jaga yang berkualitas dapat menurunkan waktu tanggap dari 90 menit menjadi sekitar 5 menit. Dari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap waktu tanggap, jumlah perawat dan dokter nampaknya hal yang paling menentukan waktu tanggap pasien pada IGD. Menurut Devita et al. (2007), agar waktu tanggap di Instalasi Gawat Darurat (IGD) dapat lebih singkat maka tenaga medis dan peralatan yang tersedia harus andal dan dikelola untuk mempermudah penggunaanya. Petugas IGD harus mendapat pelatihan yang baik sehingga tahu apa yang harus dilakukan pada penanganan penderita gawat darurat. 2.Pelayanan Gawat darurat Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pertolongan segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan, time saving is live saving (waktu adalah nyawa). Waktu menjadi faktor yang penting dalam penatalaksaan keadaan gawat darurat. Penting agar terapi mengikuti urutan yang sesuai dengan urutan mendesaknya keadaan (Anonim, 2009). Keterlambatan penanganan pasien baik sebelum masuk rumah 6

sakit maupun keterlambatan dalam waktu tanggap pasien di Ruang Gawat Darurat dapat berpengaruh terhadap pemulihan pasien, oleh karena itu kesiapan dan kecepatan dokter di Instalasi Gawat Darurat dan staff sangat penting untuk menangani setiap orang yang membutuhkan penanganan segera (Teague, 2009). Definisi gawat darurat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang mengancam nyawa pasien dan membutuhkan pertolongan segera (Departemen Kesehatan RI, 2007). Pengertian kegawatan adalah keadaan yang menimpa seseorang yang dapat menyebabkan jiwanya terancam sehingga memerlukan pertolongan secara cepat, tepat dan cermat. Sedangkan kedaruratan adalah keadaan yang memerlukan tindakan mendesak dan tepat untuk menyelamatkan nyawa, menjamin perlindungan dan memulihkan kesehatan individu. Pasien gawat darurat adalah pasien yang memerlukan pertolongan segera (cepat, cermat, tepat) untuk mencegah kematian atau kecacatan (Departemen Kesehatan RI, 1999). Menurut Wirjoatmojo (2000) dalam Darmini (2003), pasien gawat darurat adalah pasien yang oleh karena suatu penyebab (penyakit, trauma, kecelakaan, tindakan anestesi) yang bila tidak segera ditolong akan mengalami cacat, kehilangan organ tubuh atau meninggal. Dari definisi tersebut berkembang doktrin waktu adalah nyawa (time saving is life saving). Makna doktrin ini adalah menjelaskan mutu layanan dalam bentuk waktu tanggap sebagai indikator proses untuk mencapai indikator hasil berupa angka kelangsungan hidup (survival rate). 7

3.Waktu Tanggap Pelayanan Medis Waktu tanggap adalah jumlah waktu pasien sejak masuk di IGD sampai mendapat pelayanan medis (Lumenta,2009). Waktu tanggap pelayanan medis adalah kecepatan pelayanan dokter jaga di Instalasi Gawat Darurat sejak pasien datang sampai mendapat pelayanan dokter jaga dengan standar waktu kurang dari 5 menit (Departemen Kesehatan RI, 2007). Menurut buku petunjuk pelaksanaan indikator mutu pelayanan rumah sakit yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan tahun 2001 ditetapakan angka keterlambatan pelayanan pertama Gawat Darurat (Emergency Response Time Rate) dengan menetapkan definisi operasional yaitu : pelayanan pertama dikatakan terlambat apabila pelayanan terhadap penderita gawat dan darurat yang dilayani dengan tindakan life saving oleh petugas Gawat Darurat lebih dari 15 menit. Sedang Menurut lampiran peraturan Gubernur Jawa Tengah tentang Indikator, Standar (nilai), Batas waktu pencapain Standar Pelayanan Minimal, angka keterlambatan emergency respon time rate oleh perawat dan dokter jaga yang kompeten lebih dari atau sama dengan 5 menit, hal ini mengindikasikan bahwa waktu tanggap juga tidak hanya berlaku untuk dokter jaga tapi berlaku juga untuk perawat. Dalam lampiran tersebut juga disebutkan tentang angka keterlambatan konsulen merespon pasien gawat darurat, dikatakan terlambat jika pelayanan pasien lebih dari atau sama dengan dua jam sejak dikonsulkan. 8

4. Ketentuan umum sumber daya manusia di Instalasi Gawat Darurat Mengacu pada standar untuk sumber daya manusia di IGD pada buku pedoman gawat darurat edisi II tahun 1995, jumlah perawat yang ideal untuk Rumah Sakit Tipe B adalah 32 orang dengan seorang sebagai pimpinan serta 4 orang sebagai pimpinan harian. Pimpinan ini bisa seorang dokter spesialis, dokter umum maupun perawat tergantung dari tipe dan kelas rumah sakit. Sedangkan jumlah petugas medis disesuaikan dengan beban kerja dan kelas rumah sakit. Instalasi Gawat Darurat juga dibantu oleh staf yang lain seperti petugas CM, keuangan, petugas keamanan, pesuruh (house keeper) dan petugas dari asuransi. 5. IGD RSUD Prof.DR.Margono Soekarjo Purwokerto Instalasi gawat Darurat RSUD Prof.DR.Margono Soekarjo merupakan unit penyelenggaraan administrasi rumah sakit di bawah wakil direktur pelayanan yang menunjang kegiatan pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang sifatnya segera untuk kasus kasus gawat dan atau darurat.disamping memberikan pelayanan gawat darurat IGD juga melayani pasien tidak gawat darurat (false emergency).pelayanan pasien tidak gawat darurat juga menerapkan asas response time, artinya pasien dengan kasus tidak gawat darurat juga harus dilayani dengan tepat waktu.sedang untuk penatalaksanaan selanjutnya disesuaikan dengan prioritas tindakan berdasar prioritas kegawatdaruratan. 9

Tugas Instalasi Gawat Darurat menitik beratkan pada penatalaksanaan administrasi kegiatan berupa penyediaan sumberdaya baik tenaga, sarana prasarana, peralatan, obat, tempat dan ketentuan/kebijaksanaan, untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan pelayanan medis dan asuhan keperawatan. Saat ini jumlah perawat di IGD berjumlah 34 orang dengan 31 orang ber latar belakang pendidikan D3, S1 keperawatan 1 orang, D4 gawat darurat 1 orang dan D4 umum 1 orang.masa kerja perawat tersebut bervariasi. Perawat dengan masa kerja diatas sepuluh tahun berjumlah 13 orang, perawat dengan masa kerja antara 1-5 tahun berjumlah 16 orang, sedang perawat dengan masa kerja antara 6-9 tahun berjumlah 5 orang.diantara 34 perawat, yang sudah mengikuti PPGD berjumlah 27 orang Untuk jumlah dokter jaga IGD saat ini berjumlah 16 orang dengan kualifikasi pendidikan dokter umum 15 orang dan satu orang berpendidikan S2 biomedik.rata-rata dokter jaga IGD sudah pernah mengikuti pelatihan PPGD dan ATLS Instalasi Gawat Darurat RSUD Prof.DR.Margono Soekarjo Purwokerto mencatat kunjungan pasien pada tahun 2008 sebanyak 15.289 pasien dengan berbagai macam kasus. Dari jumlah tersebut kasus bedah merupakan kasus yang terbanyak di antara sepuluh kasus penyakit terbesar di IGD dengan jumlah 5403 dari rata rata kunjungan kasus pertahun, disusul oleh kasus penyakit dalam berjumlah 4934, syaraf 1581 kasus, jantung 895 kasus, paru paru 850 kasus, anak 1388 kasus, jiwa 103 kasus, THT 152 kasus, mata 36 kasus, kulit 50 kasus, gigi 33 kasus dan obsgyn 75 kasus. Pada kasus bedah, 10

angka kejadian trauma tahun 2008 menyumbang paling besar untuk kunjungan pasien di IGD yaitu 2397 atau 44% dari keseluruhan kasus bedah dan merupakan 15% dari total kunjungan pasien di IGD. Mengacu pada SK Gubernur Jawa Tengah tentang organisasi dan tata kerja sebuah rumah sakit, maka RSUD Prof.DR.Margono Soekarjo dalam penatalaksanaan Instalasi Gawat Darurat dalam jabatan fungsional yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada wakil direktur pelayanan. Kepala Instalasi Gawat Darurat wajib mengelola sumber daya yang ada untuk menunjang pelayanan medis yang sifatnya segera untuk menangani kasus gawat dan atau darurat. Kegiatan Instalasi Gawat Darurat meliputi manajemen sumberdaya Rumah sakit di Instalasi Gawat Darurat dan asuhan keperawatan yang menunjang pelayanan medis yang sifatnya segera untuk kasus gawat dan atau darurat yang dirujuk ke RSUD Prof.DR. Margono Soekarjo dalam rangka mewujudkan fungsi pelayanan kesehatan pendidikan di rumah sakit. Untuk pelaksanaan tugas dalam situasi sehari hari, Instalasi Gawat Darurat menerapkan sistem kerja team work antara tenaga medis (dokter jaga) dan perawat yang penugasan kerjanya dibagi menjadi tiga shift (shift pagi, shift siang dan shift malam) dengan tenaga medis dan perawat terbanyak pada shift pagi hari. 11

Gambar 1. Struktur organisasi IGD RSUD Prof.DR.Margono Soekarjo Purwokerto Direktur Wadiryan SMF Ka IGD Komite Keperawatan Sekretariat PJ IGD Koord.Bedah Koord.NB Koord.OK Koord.Kebidanan Satgas Satgas Satgas Satgas 12

Gambar 2. Prosedur penanganan penderita Gawat Darurat di IGD Pasien baru triage Ruang tindakan : perawat, dokter jaga Informed consent Terapi, tindakan minor, tindakan lain Pemeriksaan penunjang : lab., radiologi Konsultasi dokter spesialis Instruksi terapi, tindakan(operasi) 13

B. Kerangka Teoritis Penelitian SDM a. perawat b. dokter c. dokter konsulen Prioritas tindakan berdasar: Gawat darurat Tidak gawat darurat Waktu Tanggap Sarana Penunjang a. CT Scan b. Laboratorium Alur penderita di IGD a. Penderita kasus bedah b. Penderita non bedah Protap Rekam Medik Persetujuan tindakan medik (informed consent) 14

C. Kerangka Konsep Penelitian Faktor Internal yang Mempegaruhi Waktu Tanggap a. Ketersediaan dokterjaga IGD dan perawat b. Sarana penunjang c. Alur penderita d. Rekam medis e. Prioritas tindakan berdasar gawat darurat dan tidak gawat darurat f. Protap Pembatasan masalah Sumber Daya Manusia a. Ketersediaan perawat b. Ketersediaan dokter jaga Waktu Tanggap D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pada kerangka konsep penelitian tersebut di atas maka dapat ditarik suatu hipotesis penelitian yaitu ketersediaan perawat dan dokter jaga berpengaruh terhadap cepat atau lambatnya waktu tanggap pada pasien di instalasi gawat darurat RSUD Prof.DR. Margono Soekarjo Purwokerto. 15