Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengertiannya seringkali rancu. Sesungguhnya pengertian lahan lebih luas

PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

Situasi pangan dunia saat ini dihadapkan pada ketidakpastian akibat perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief,

TINJAUAN PUSTAKA. dan daerah, sarana penumbuhan rasa kebersamaan (gotong royong), sarana

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian telah. masyarakat, peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

Bab 1 Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lahan permukiman, jalan, industri dan lainnya. 1. hukum pertanahan Indonesia, negara berperan sebagai satu-satunya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. nafkah. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan. Hampir

Ketahanan Pangan Masyarakat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian adalah suatu usaha untuk menghimpun pabrik-pabrik alami biologis

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja,

PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. (Heady dan Jensen, 2001) penggunaan lahan paling efisien secara ekonomi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

II. LANDASAN TEORI. A. Alih Fungsi Lahan. kehutanan, perumahan, industri, pertambangan, dan transportasi.

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

DAFTAR ISI. PRAKATA... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii

Bab IV Analisis Hasil Penelitian. Tabel IV.1 Alih Fungsi Lahan Sawah di Wilayah Kajian Tahun

DAMPAK DAN STRATEGI PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN UNTUK KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ketahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menuju kemandirian sebagai daerah otonom tersebut, pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam nabati maupun sumber daya alam mineral yang tersebar luas di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

21 Januari 2017 PENYEDIAAN LAHAN UNTUK PERTANIAN BERKELANJUTAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

PENCAPAIAN SURPLUS 10 JUTA TON BERAS PADA TAHUN 2014 DENGAN PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMICS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia menempati bumi, lahan sudah menjadi salah satu unsur utama

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Ngawi merupakan kabupaten penghasil beras keempat terbesar

I. PENDAHULUAN. komunitas mengubah ekosistem hutan atau lahan kering menjadi sawah adalah

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Sawah. memberikan manfaat yang bersifat individual bagi pemiliknya, juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pengertian dari irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

diterangkan oleh variabel lain di luar model. Adjusted R-squared yang bernilai 79,8%

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KONVERSI LAHAN SAWAH IRIGASI TEKNIS DI PROVINSI JAWA BARAT ELVIRA G.V. BUTAR-BUTAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

Transkripsi:

1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Lahan merupakan salah satu sumber daya alam yang merupakan modal dasar bagi pembangunan di semua sektor, yang luasnya relatif tetap. Lahan secara langsung digunakan oleh manusia baik sebagai tempat untuk hidup maupun menjalankan aktifitasnya. Oleh karena itu Lahan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sehingga mempunyai sifat yang multi dimensi. Penduduk setiap hari bertambah, pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini sangat pesat, baik ditinjau dari segi kuantitatif maupun kualitatif. Pertumbuhan ini menyebabkan kebutuhan lahan meningkat sebagai sarana untuk menjalankan aktifitasnya dan melaksanakan kegiatan pembangunan. Pelaksanaan kegiatan pembangunan terdapat dalam berbagai sektor yang berupa pembangunan fisik antara lain pembangunan sektor industri, perumahan, pariwisata perdagangan dan lain-lain. Kegiatan pembangunan ini merupakan salah satu wujud dari kebutuhan manusia terhadap lahan. Disamping itu luas lahan relatif tetap dan diatas lahan tersebut sudah terdapat penggunaannya masingmasing, baik itu berupa lahan sawah maupun lahan yang sudah terbangun. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alih fungsi lahan sawah menjadi non sawah. Manusia sebagai mahluk hidup perlu mempertahankan hidupnya dengan memenuhi kebutuhan pokok antara lain kebutuhan pangan. Pemenuhan kebutuhan pangan ini salah satunya adalah beras sebagai makanan pokok. Penggunaan lahan sawah sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi hasil produksi padi, dimana hasil produksi padi ini dapat memenuhi kebutuhan pokok manusia terhadap pangan. Lahan sawah mempunyai arti yang terpenting dalam menentukan ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan meliputi aspek ketersediaan bahan pangan, aksesibilitas masyarakat terhadap bahan pangan, dan keamanan pangan (food safety). Lebih dari 90% beras yang dikonsumsi di Indonesia dihasilkan di

2 dalam negeri, dan sekitar 95% dari beras dalam negeri tersebut dihasilkan dari lahan sawah. (Fahmuddin, 2004). Ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting dan strategis, karena berdasarkan pengalaman di banyak negara menunjukan tidak ada satu negarapun yang dapat melaksanakan pembangunan secara mantap sebelum mampu mewujudkan ketahanan pangan terlebih dahulu. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang banyak dan tingkat pertumbuhannya yang tinggi, maka upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan merupakan tantangan yang harus mendapat prioritas untuk kesejahteraan bangsa. Upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional harus bertumpu pada sumberdaya pangan lokal yang mengandung keragaman antar daerah dan harus dihindari sejauh mungkin ketergantungan pada pemasukan pangan. Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dari pemenuhan hak atas pangan sekaligus merupakan salah satu pilar utama hak azasi manusia. Pemenuhan hak atas pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi dalam/sumber lain. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Ketahanan pangan tercermin dari ketersediaan pangan secara nyata, maka harus secara jelas diketahui oleh masyarakat mengenai penyediaan pangan. Sumber penyediaan pangan berasal dari produksi dalam negeri, cadangan pangan dan pemasukan pangan. Ketahanan pangan adalah suatu kondisi yang memenuhi dua aspek sekaligus, yang pertama adalah tersedianya pangan yang cukup dan merata untuk seluruh penduduk, dan yang kedua, seluruh penduduk mempunyai akses fisik dan ekonomi terhadap pangan. Pada tataran nasional, inti persoalan dalam mewujudkan ketahanan pangan terkait dengan adanya pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat dari pertumbuhan penyediaannya. Permintaan pangan meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat, serta perkembangan selera. Dinamika sisi permintaan

3 ini menyebabkan kebutuhan pangan secara nasional meningkat dengan cepat, baik dalam jumlah, mutu, dan keragamannya. Sementara itu, kapasitas produksi pangan nasional terkendala oleh adanya kompetisi pemanfaatan dan penurunan kualitas sumberdaya alam. Pembangunan ketahanan pangan diarahkan untuk mencapai sasaran mikro/tingkat rumah tangga/individu dan secara makro/nasional. Sasaran secara mikro/tingkat rumah tangga/individu dicirikan oleh beberapa indikator diantaranya dipertahankannya ketersediaan energi perkapita dan meningkatnya kemampuan pemanfaatan dan konsumsi pangan perkapita untuk memenuhi kecukupan energi. Sedangkan secara nasional, pencapaian sasaran pembangunan ketahanan pangan dapat diukur melalui beberapa indikator diantaranya meningkatnya kemandirian pangan yang diwujudkan melalui pencapaian swasembada beras berkelanjutan dan meningkatnya kemampuan pengelolaan cadangan pangan pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Alih fungsi lahan merupakan proses alamiah yang dipengaruhi oleh keuntungan ekonomis dalam memilih lokasi. Dilihat dari sudut pandang ekonomi, lahan adalah salah satu faktor produksi yang mempunyai harga. Dengan memberikan arti sewa lahan (land rent) maka fenomena perubahan pemanfaatan lahan bisa dipelajari dan dimengerti. Nilai sewa ekonomi lahan adalah nilai penerimaan bersih yang diterima oleh sebidang lahan per m 2 per tahun akibat dilakukannya suatu kegiatan pada sebidang lahan tersebut (Sudrajat, 2005). Bila sewa ekonomi lahan untuk suatu pemanfaatan secara ekstrim lebih tinggi dari pemanfaatan lain, maka alih fungsi lahan akan terjadi. Sebagai akibat dari meningkatnya kebutuhan lahan maka akan terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi non sawah. Padahal di sisi lain penggunaan lahan sawah pun diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi manusia. Hal ini menimbulkan benturan kepentingan dimana lahan sawah untuk pemenuhan kebutuhan pangan harus dipenuhi tetapi juga lahan untuk kebutuhan lainnya harus tetap terakomodasi. Untuk itu diperlukan pengendalian pemanfaatan lahan agar

4 dapat memenuhi berbagai kebutuhan lahan dimana hal ini dapat menunjang ketahanan pangan. Selama ini berbagai kebijaksanaan yang berkaitan dengan masalah pengendalian alih fungsi lahan sawah sudah banyak dibuat Namun demikian, implementasinya tidak efektif karena tidak didukung oleh data dan sikap proaktif yang memadai. Tiga kendala mendasar yang menjadi alasan peraturan pengendalian alih fungsi lahan sulit dilaksanakan yaitu: kebijakan yang kontradiktif, cakupan kebijakan yang terbatas dan kendala konsistensi perencanaan (Nasoetion dalam Bappenas, 2006). Penyebab pertama, kebijakan yang kontradiktif terjadi karena di satu pihak pemerintah berupaya melarang terjadinya alih fungsi, tetapi di sisi lain kebijakan pertumbuhan industri/manufaktur dan sektor non pertanian lainnya justru mendorong terjadinya alih fungsi lahan-lahan pertanian. Yang kedua, cakupan kebijakan yang terbatas. Peraturan-peraturan tersebut di atas baru dikenakan terhadap perusahaan-perusahaan/badan hukum yang akan menggunakan tanah dan/atau akan merubah tanah pertanian ke non pertanian. Perubahan penggunaan tanah sawah ke non pertanian yang dilakukan secara individual/peorangan belum tersentuh oleh peraturan-peraturan tersebut. Padahal perubahan fungsi lahan yang dilakukan secara individual secara langsung diperkirakan cukup luas. Kendala konsistensi perencanaan disebabkan karena Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang dilanjutkan dengan mekanisme pemberian ijin lokasi adalah instrumen utama dalam pengendalian untuk mencegah terjadinya konversi lahan sawah beririgasi teknis. Dalam kenyataannya banyak RTRW yang justru merencanakan untuk mengkonversi tanah sawah beririgasi teknis menjadi non pertanian. Dari data Direktorat Penatagunaan Tanah Badan Pertanahan Nasional menunjukkan seandainya arahan RTRW yang ada pada saat ini tidak ditinjau kembali, maka dari total lahan sawah beririgasi (7,3 juta hektar), hanya sekitar 4,2 juta hektar (57,6 %) yang dapat dipertahankan fungsinya. Sisanya, yakni sekitar 3,01 juta hektar (42,4 %) terancam teralih fungsikan ke penggunaan lain (Winoto dalam Bappenas, 2006).

5 Wilayah Pantai Utara Jawa Barat merupakan sentra produksi beras dimana penggunaan lahan sawah menjadi sangat penting. Sebagian dari wilayah Pantai Utara Jawa Barat saat ini menjadi daerah penyangga bagi Ibu Kota Jakarta hal ini menimbulkan perekonomian di daerah ini berkembang sehingga kegiatan pembangunan sangat tinggi yang mengakibatkan penggunaan lahan sawah cenderung terus mengalami alih fungsi. I.2 Permasalahan Pertumbuhan penduduk yang disertai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas kebutuhan hidupnya, akan meningkatkan berbagai kebutuhan antara lain pemenuhan kebutuhan pangan, industri, perumahan dan lain-lain. Hal ini akan meningkatkan kebutuhan lahan sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sebagai akibat dari meningkatnya kebutuhan lahan maka akan terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi non sawah. Alih fungsi lahan sawah dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut : peningkatan pertumbuhan penduduk, kebijakan pemerintah, land rent lahan pertanian yang rendah, wilayah geografi, besarnya tingkat urbanisasi, meningkatnya jumlah kelompok berpendapatan menengah-atas di wilayah perkotaan, terjadinya fragmentasi pemilikan lahan pertanian dan lain-lain. Disamping itu alih fungsi lahan sawah juga dapat menimbulkan beberapa dampak sebagai berikut : terhadap produksi pangan, ekonomi pada rumah tangga pertanian dengan hilangnya pekerjaan bagi petani maupun buruh tani, hilangnya investasi untuk membangun infrastruktur, lingkungan, sosial-budaya dan lain-lain. Terjadinya alih fungsi lahan sawah menjadi non sawah akan mempengaruhi jumlah hasil produksi padi sehingga berpengaruh juga terhadap pemenuhan kebutuhan pangan. Sensus Pertanian 2003 menunjukkan hasil yang cukup mengejutkan: konversi lahan sawah selama tahun 2000-2002 mencapai 563.000 hektar atau rata-rata sekitar 188.000 hektar per tahun. Dengan luas sawah 7,75 juta hektar pada tahun 2002, pengurangan luas sawah akibat konversi lahan

6 mencapai 7,27% selama 3 tahun atau rata-rata 2,42% pertahun (Irawan, 2005). Disini mulai terjadi konflik kepentingan di satu sisi manusia memerlukan lahan untuk melaksanakan kegiatan pembangunannya sementara di sisi lain penggunaan lahan sawah akan semakin berkurang. Untuk itu diperlukan pengendalian alih fungsi lahan sawah menjadi non sawah untuk menunjang ketahanan pangan. Dalam penelitian dibatasi masalahnya hanya pada jenis alih fungsi lahan sawah, faktor penyebab terjadinya alih fungsi lahan sawah yaitu jumlah penduduk serta dampak alih fungsi lahan sawah terhadap produksi padi. Berdasarkan hal di atas maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana jenis alih fungsi lahan sawah menjadi non sawah di Wilayah Pantai Utara Jawa Barat? 2. Bagaimana hubungan antara jumlah penduduk dengan luas lahan sawah dan hubungan antara luas lahan sawah dengan produksi padi? 3. Bagaimana model prediksi pencadangan kebutuhan beras? I.3 Maksud Penelitian a. Melakukan identifikasi jenis alih fungsi lahan sawah menjadi non sawah. Dimana lahan sawah merupakan salah satu faktor produksi padi dan padi menjadi salah satu bahan pangan untuk tersedianya pangan yang cukup. b. Mengetahui hubungan antara jumlah penduduk dengan luas lahan sawah dan hubungan luas lahan sawah dengan jumlah produksi padi. c. Membuat model prediksi pencadangan kebutuhan beras. I.4 Tujuan Penelitian a. Menghasilkan identifikasi jenis alih fungsi lahan sawah, di wilayah kajian. b. Menghasilkan hubungan antara jumlah penduduk dengan luas lahan sawah dan hubungan luas lahan sawah dengan jumlah produksi padi. c. Menghasilkan model prediksi pencadangan kebutuhan beras.

7 I.5 Hipotesis 1. Terjadi alih fungsi lahan sawah menjadi Industri, perumahan, perdagangan dan jasa di Wilayah Pantai Utara Jawa Barat. 2. Jumlah penduduk berkorelasi positif terhadap luas lahan sawah dan luas lahan sawah berkorelasi positif terhadap produksi padi. I.6 Hasil yang Diharapkan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang jenis alih fungsi lahan sawah di wilayah kajian, dimana dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pengendalian alih fungsi lahan sawah dalam menunjang ketahanan pangan. I.7 Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan, meliputi persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, pemodelan, analisis dan kesimpulan, seperti pada gambar I.1. Gambar I.1 Diagram Alir Metode Penelitian

8 I.8 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dalam lima bab dengan sistematika penulisan sebagaimana di bawah ini. a. Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, identifikasi permasalahan, tujuan, maksud penelitian, hipotesis, hasil yang diharapkan, metodologi, dan sistematika penulisan. b. Bab II Tinjauan Pustaka, berisi landasan teori, tulisan dan penelitian terdahulu. c. Bab III Pelaksanaan Penelitian, merupakan uraian jalannya penelitian, yang di dalamnya berisi tahapan penelitian mengenai daerah penelitian, data dan alat bantu penelitian serta pengolahan data dan pemodelan. d. Bab IV Analisis Hasil Penelitian, merupakan bab yang berisi mengenai identifikasi jenis alih fungsi lahan sawah, analisis korelasi jumlah penduduk dengan luas lahan sawah dan korelasi luas lahan sawah dengan produksi padi dan Analisis model prediksi pencadangan kebutuhan beras. e. Bab V Kesimpulan, merupakan bab yang berisi kesimpulan dan saran penelitian.