DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1.

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH TINGKAT II BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1961 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG DAERAH TINGKAT II BANDJAR

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 29 tahun Mei 1969

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta No. 6 th. ke III tgl. 1 Djuli No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 11 TAHUN 1953.

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PAJAK POTONG HEWAN DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 5

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 2 th. Ke IV tg. 1 April 1954 No. 1

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 5 TAHUN 1954.

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH SEMENTARA KOTA BESAR SURAKARTA Menetapkan peraturan daerah sebagai berikut :

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 8

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) Nomor 5 Tahun 1972 (5/1972) DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTAMADYA YOGYAKARTA

Dimuat dalam Lembaran Daerah Djawa Tengah Tahun 1972 Seri B Nomor 10 DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 4 th. Ke IV tgl. 1 Djuni PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 4 TAHUN 1954.

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 3 Tahun Ke VI Tanggal 27 Agustus 1956 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 1956

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 2 th. Ke II tg. 15 Ag. 51 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 1 tahun 1952.

Tambahan Lembaran Kotapraja Surakarta Nomor 1 Tahun Ke VII Tanggal 1 April 1957 Nomor 2

Kutipan Lembaran Kota Besar Ska. No. I th. Ke I tg PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. : 2/D.P.R./Ska./ 51.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 1 th. Ke V tgl. 1 Djan PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 1 TAHUN 1955.

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 7 th. Ke IV tgl. 1 Sept. 54 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 6 TAHUN 1954.

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 5. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 12 TAHUN 1953, TENTANG AIR MINUM.

Kutipan dari Lembaran Kota Besar Ska. No. 3 th. II tg. 27 Des PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 2 tahun TENTANG PEMADAM API

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1958 TENTANG PENEMPATAN TENAGA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 9 th. Ke IV tgl. 1 Des. 54 No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 9 TAHUN 1954.

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska no. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 1

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 5 th. Ke V tg. 1 Mei No. 1. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA No. 4 TAHUN 1955

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska. No. 8 th. Ke V tgl. 1 Nop. 55 No. 2. PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA. No. 10 TAHUN 1955.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDJAR NOMOR : 1 TAHUN 1970 DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KABUPATEN BANDJAR

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

Tambahan Lembaran Kota Besar Ska No. 5 th. Ke III tg. 1 Djuni 1953 No. 2

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 1 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II

Tambahan Lembaran Kota Besar Surakarta Nomor 2 Tahun Ke VI Tanggal 1 Djuli 1956 Nomor 1 PERATURAN DAERAH KOTA BESAR SURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 1956

LEMBARAN DAERAH PROVINSI BALI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1948 TENTANG PENGAWASAN PERBURUHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1953 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN : 1984 SERI : D NOMOR : 8 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 4 TAHUN 1989 SERI A NO. 1

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 1975 TENTANG PAJAK KENDARAAN TIDAK BERMOTOR DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH TINGKAT I BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH TINGKAT I BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA SERI A TAHUN 1975 NOMOR : 2

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225 TAHUN 1930)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BANTUL NOMOR : 3 TAHUN 1992 TENTANG PAJAK POTONG HEWAN BUPATI KEPALA DAERAH TINGKAT II BANTUL

Undang-undang 1946, No. 22 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 21 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 13 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 1964 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NO

PENGARUH IMAGE MERK, MANFAAT MERK DAN IKLAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MERK

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI)

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH GOTONG ROJONG PROPINSI BALI

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 1 TAHUN : 1984 SERI : B NOMOR : 1 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 4 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 4 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 13 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 4 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1958 TENTANG PENGGUANAAN LAMBANG NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTAMADYA SURAKARTA. Menetapkan Peraturan Daerah sebagai berikut :

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 37 TAHUN : 1978 SERI : A NOMOR : 1

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 32 TAHUN : 1978 SERI : B NOMOR : 23

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1953 TENTANG APOTIK DARURAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI (PENGUMUMAN RESMI DAERAH PROPINSI BALI) No. 51 tahun Oktober 1969

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA SURAKARTA SERI C TAHUN 1975 NOMOR : 11

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1969 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG. Nomor : 3 Tahun 1985 Seri B No. 2 Pada tanggal 21 Januari 1985 S A L I N A N

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 8 TAHUN : 2003 SERI : B NOMOR : 3 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 12 TAHUN : 1992 SERI : B NOMOR : 4

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2007 NOMOR 18 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 15 TAHUN 2007

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN - NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

BAB I OBJEK, DJUMLAH DAN TERUTANGNJA PADJAK. Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1967 TENTANG PENANAMAN MODAL ASING DENGAN RACHMAT TUHAN JANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1950 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN PROPINSI DJAWA BARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 23 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 15 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 6 Tahun 1996 T E N T A N G PAJAK POTONG HEWAN

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURAKARTA NOMOR : 7 TAHUN : 1977 SERI : D NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH TINGKAT II SURAKARTA

Sumber : Perpustakaan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA No. 237 TAHUN 1960 KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1970 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 18 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 10 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH PERALIHAN DAERAH SWATANTRA TINGKAT KE-II GARUT. Menetapkan Peraturan Daerah jang berikut:

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENGUSULAN KEANGGOTAAN DEWAN PENGUPAHAN KOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA

Transkripsi:

No.6/ 1959. DEWAN PERWAKILAN RAKJAT DAERAH KOTAPRADJA S U R A K A R T A. menetapkan peraturan-daerah sebagai berikut : PERATURAN-DAERAH Kotapradja Surakarta tentang padjak potong hewan. Pasal 1. (1) Dalam Kotamadya Surakarta diadakan dan dipungut padjak jang disebut padjak potong hewan. (2) Jang dimaksud dengan padjak potong hewan dalam peraturan daerah ini ialah padjak jang dipungut karena memotong sapi, kerbau, kuda dan babi jang dipelihara. Pasal 2. Ketjuali djika dengan tugas dinjatakan lain, maka jang dimaksud dalam peraturan daerah ini dengan : a. hewan : ialah sapi, kerebau, kuda atau babi jang dipelihara, jang untuk memotongnja harus dibajar padjak. b. ahli : ialah Dokter Hewan pada Urusan Kehewanan Kotapradja Surakarta. c. memotong : ialah membunuh hewan dan segala perbuatan jang njata-njata harus dianggap sebagai persiapan langsung ditudjukan untuk pembunuhan tersebut, serta tindakan-tindakan selandjutnja terhadap hewan jang dibunuh itu. d. pemotong : ialah pemotongan hewan jang terpaksa dilakukan karena : darurat 1. hewan itu luka luka akibat diserang oleh binatang buas, hal mana harus dinjatakan oleh Dewan Pemerintah Daerah atau pendjabat lain jang ditundjuknja. 2. hewan itu berpenjakit menular dan karenanja sebagai pembrantasan penjakit, tsb., ahli jg. Dimaksud dlm. Huruf b pasal ini menganggap perlu bahwa hewan itu harus dipotong; 3. hewan itu tjatjad sedjak dilahirkannja dan berdasarkan tjatjadnja hewan tersebut menurut keputusan ahli termaksud dalam huruf b pasal ini perlu dipotong. e. pemotongan : ialah pemotongan sapi, kerbau, kuda atau babi untuk mereka jang tidak hadjad mendjadikan pemotongan ini sebagai perusahaan atau suatu mata pentjaharian; f. pemotongan : ialah pemotongan sapi, kerbau, kuda atau babi bagi mereka jang mendjausaha dikan pemotongan hewan ini sebagai perusahaan atau suatu mata pentjaharian; g. babi jang : ialah babi jang pandjangnja kurang dari 65 senti meter diukur dari hidung kurang umur melintas kepala dan punggung sampai pangkal ekor. Pasal 3. Padjak tidak dipungut karena : a. memotong hewan jang menderita penjakit menular atas perintah Dewan Pemerintah Daerah. b. memotong hewan untuk memenuhi kebutuhan upatjara keagamaan adat, satu dan lain menurut peraturan jang berlaku. Pasal 4. Padjak potong berdjumlah : A. untuk seekor sapi atau kerbau : I. untuk pemotongan usaha........... Rp. 27,- II.,,,, hadjat...........,, 18,- III.,,,, darurat...........,, 9,-

B. untuk seekor kuda : I. untuk pemotongan usaha........... Rp. 27,- II.,,,, hadjat...........,, 18,- III.,,,, darurat...........,, 6,- IV. terhadap pemotongan kuda jang tidak dapat dipekerdjakan lagi pekerdjakan lagi dipungut padjak sebesar......,, 6,- C. untuk seekor babi : I. karena pemotongan darurat........... Rp. 3,- II. untuk pemotongan hadjat............,, 5,- 1. bagi babi jang kurang umur..........,, 5,- 2.,,,, lainnja..............,, 12,- III. untuk pemotongan usaha...........,, 18,- Pasal 5. (1) Untuk memotong hewan harus ada idzin tertulis jang dapat diperoleh dari Dewan Pemerintah Daerah atau pegawai jang ditundjuk olehnja, idzin mana diberikan hanja setelah padjak potong jang terhutang dilunasi. (2) Idzin tertulis termaksud dalam ajat (1) pasal ini, jang selandjutnja disebut surat potong sadja, merupakan tanda bukti pembajaran padjak jang dikenakan. (3) Tjara memperoleh surat-potong untuk memotong hewan dan pembajaran padjaknja diatur lebih landjut oleh Dewan Pemerintah Daerah. (4) Warna dan bentuk surat-potong termaksud dalam ajat (1) pasal ini ditetapkan oleh Dewan Pemerintah Daerah. Pasal 6. (1) Untuk memperoleh idzin memotong hewan dengan tarip pemotongan-hadjat jang berkepentingan harus lebih dulu minta surat keterangan untuk itu kepada Kepala Desa kampung jang bersangkutan. (2) Surat keterangan termaksud dalam ajat (1) pasal ini hanja dapat diberikan kepada mereka jang sungguh-sungguh tidak mendjadikan pemotongan hewan sebagai perusahaan atau sebagai suatu mata pentjaharian mereka satu dan lain setelah didapat kepastian bahwa ketentuan-ketentuan larangan jang tertjantum dalam pasal 9 tidak akan dilanggar. (3) Warna dan bentuk surat keterangan termaksud dalam ajat (1) pasal ini kepada jang berkentingan jang namanja tertjantum dalam surat keterangan tersebut diberikan surat potong untuk pemotongan hadjat dengan membajar pedjaknja sebesar jang ditetapkan dalam pasal 4. Pasal 7. (1) Untuk memotong kuda jang tidak dapat dipekerdjakan lagi dengan tarip sebesar Rp. 6,- seperti dimaksud dalam pasal 4 huruf B angka IV, jang berkepentingan harus terlebih dulu minta suratketerangan untuk itu kepada ahli dimaksud dalam pasal 2 huruf b dalam surat keterangan mana harus dapat diketahui bahwa kuda jang akan dipotong tidak dipekerdjakan lagi. (2) Dengan menjerahkan surat-keterangan terebut dalam ajat (1) pasal ini maka kuda jang akan dipotong diberi tanda jang ditetapkan oleh Dewan Pemerintah Daerah. (3) Bentuk dan warna surat ketrangan termaksud dalam ajat (1) pasal ini ditetapkan oleh Dewan Pemerintah Daerah. (4) Dengan menjerahkan surat-keterangan tersebut kepada jang berkentingan jang namanja teertulis didalamnja, diberikan surat-potong dengan membajar padjaknja sebesar Rp. 6,-. Pasal 8. (1) Ketjuali dalam keadaan seperti tertjantum dalam ajat (2) pasal ini dilarang memotong hewan tanpa memiliki terlebih dulu surat potong jang dimaksud dalam pasal (5) peraturan daerah ini dan tanpa penjaksian pendjabat jang ditundjuk untuk itu oleh Dewan Pemerintah Daerah. (2) Ketentuan dalam ajat (1) pasal ini tidak berlaku terhadap hewan jang karena ketjelakaan keadaannja sedemikian rupa sehingga hewan itu terpaksa segera harus dipotong. Dalam hal tersebut jang harus dikuatkan dengan surat keterangan polisi mengenai peristiwa ketjelakaan dalam waktu 2X24 djam sesudah hewan dipotong padjak jang terhutang harus dibajar lunas.

Pasal 9. (1) Daging hewan jang berasal dari pemotongan-hadjat dilarang : a. didjual atau diserahkan kepada orang jang mendjadikan pemotongan hewan atau pendjualan daging sebagai perusahaan atau mata pentjaharian. b. ditawarkan, didjual, diserahkan atau disimpan sebagai persediaan dipasar atau ditempat lain dimana biasanja didjual daging. c. diangkut keluar lingkungan daerah Swatantra dimana hewan itu dipotong, ketjuali djika pengangkutan itu telah diberi idzin oleh Dewan Pemerintah Daerah. (2) Jang dimaksud dengan daging dalam ajat (1) pasal ini ialah daging hewan jang belum dimasak. Pasal 10. Barangsiapa mendjalankan pemotongan hewan atau pendjualan daging sebagai perusahaan atau mata pentjaharian dilarang membeli, menawarkan, menyerahkan atau menjimpan sebagai persediaan untuk didjual daging jang berasal dari hewan/hewan-hewan jang dipotong tanpa idzin atau jang hanja dibajar padjak potong hadjat sadja. Pasal 11. (1) Padjak potong jang telah dibajar dapat diminta kembali oleh pemegang surat-potong, apabila : a. daging dari hewan jang dipotong, setelah diperiksa oleh ahli jang dimaksud dalam pasal 2 huruf b ternjata tidak dapat dimakan atau berbahaja untuk dimakan. b. daging dari hewan jang dipotong karena tidak dapat dipergunakan untuk dimakan dan segala hasil pemotongan ketjuali kulit, dibawah pengawasan polisi harus dirusak atau ditanam. (2) Untuj mendapatkan kembali padjak jang telah dibajar jang berkepentingan harus menjerahkan kembali kepada Kepala Urusan Padjak, surat-potong jang dibelinja beserta surat keterangan ahli jang dimaksud dalam pasal 2 huruf b atau polisi jang bersangkutan dalam waktu satu bulan sesudah hewan itu dipotong. Pasal 12. (1) Dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanja 3 bulam atau denda setinggi-tingginja Rp. 1000,- (seribu rupiah). a. barang siapa memotong hewan bertentangan dengan ketentuan dalam pasal 8 ajat (1). b. barang siapa memotong hewan dalam keadaan seperti termaksud dalam pasal 8 ajat (1), dan tidak memenuhi kewadjiban tertjantum dalam ajat tsb. dalam tempo 2X24 djam. c. barang siapa jang untuk memperoleh surat-keterangan termaksud dalam pasal 6 dan 7 memberikan ketrangan keterangan jang tidak sebetulnja kepada Kepala desa/kampungnja. d. barang siapa jang berbuat melanggar salah satu larangan tertjantum dalam pasal 9 dan 10. (2) Terhadap pelanggaran termaksud dalam ajat (1) huruf a dan b pasal ini, maka kulit hewan jang dipotong dagingnja dan hasil pemotongan lainnja, begitu pula alat-alat jang dipergunakan untuk melakukan pelanggaran tersebut dapat disitu. (3) Sesuai dengan ketentuan ketentuan jang ditetapkan oleh Dewan Pemerintah Daerah dapat diberikan premi setinggi-tingginja Rp. 100,- (seratus rupiah) untuk setiap pelanggaran, kepada siapapun jang memberikan petundjuk dan pertolongan jang njata dalam mengusut dan mendjadikan terang perbuatan jang dapat dihukum menurut peraturan daerah ini. Pasal 13. (1) Peraturan daerah ini dapat disebut :,,Peraturan Padjak Potong Kotapradja Surakarta. (2) Peraturan daerah ini mulai berlaku pada saat jang ditentukan bersama oleh Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan dan setelah diundangkan dalam Lembaran Daerah Swatantra Tingkat ke I Djawa-Tengah. (3) Peraturan daerah jang ditetapkan dalam sidang pada tanggal 17 Pebruari 1959 jangbelum disahkan ditarik kembali.

Ditetapkan di Surakarta pada tanggal 15 Djuli 1959. Dewan Perwakilan Rakjat Daerah Kotapradja S u r a k a r t a Ketua: (tjap) ( S A D A L I ) Peraturan-daerah ini telah diserah Presiden Republik Indonesia dengan surat keputusan No. 332/1959 tanggal 16 Desember 1959. Direktur Kabinet Presiden u. b. Secretaris I Presiden, Ttd. Diundangkan pada tanggal 1 Djuli 1960 Kepala Daerah Kotapradja Surakarta (Oetomo Ramelan) (tjap) Mr. S A N T O S O Telah mendapat persetudjuan dari Penguasa Perang Daerah Djawa Tengah : tanggal 31 5 1960 No. K.P.T.S. PPD/0060/5/1960.

This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only. This page will not be added after purchasing Win2PDF.