Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

dokumen-dokumen yang mirip
Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) ANALISIS SPASIAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KABUPATEN BREBES BAGIAN TENGAH

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Analisis Spasial Penyediaan Fasilitas Pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali

KAJIAN KETERSEDIAAN DAN POLA DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEDERAJAT DI KABUPATEN KARANGANYAR

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image 6 (1) (2017) Geo Image.

KAJIAN JANGKAUAN PELAYANAN DAN KEBUTUHAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KECAMATAN SINGKIL KABUPATEN ACEH SINGKIL

Edu Geography 3 (1) (2014) Edu Geography.

Geo Image 1 (1) (2012) Geo Image.

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

EVALUASI LOKASI SMA DENGAN ZONA PENDIDIKAN BERDASARKAN RTRW BANDAR LAMPUNG TAHUN 2014 ABSTRACT

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image 5 (1) (2016) Geo Image.

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

Edu Geography 4 (1) (2016) Edu Geography.

Edu Geography 3 (5) (2015) Edu Geography.

Geo Image 1 (10 ) (2012) Geo Image.

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Edu Elektrika Journal

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Edu Geography 3 (6) (2015) Edu Geography.

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image. ANALISIS TINGKAT SWASEMBADA WILAYAH DI KABUPATEN SEMARANG5

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang makin bertambah dan makin padat, bangunan-bangunannya yang semakin

Evaluasi Terhadap Lokasi Gedung Sekolah SLTA Di Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Edu Geography

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

STUDY OF AVAILABILITY OF EDUCATION FACILITIES SERVICES IN JAYAPURA CITY by: Febriani Yosina Sibi

Edu Geography 3 (5) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 3 (1) (2014) Edu Geography.

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERMUKIMAN DI KECAMATAN TASIKMADU KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN

Jurnal Geodesi Undip AGUSTUS 2015

Edu Geography 4 (1) (2016) Edu Geography.

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Edu Geography 3 (8) (2015) Edu Geography.

Geo Image 5 (1) (2016) Geo Image.

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

Journal of Physical Education, Health and Sport

EVALUASI PENEMPATAN LOKASI POS PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA SEMARANG

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography.

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image.

Edu Geography

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

ANALISIS POTENSI LAHAN PERTANIAN SAWAH BERDASARKAN INDEKS POTENSI LAHAN (IPL) DI KABUPATEN WONOSOBO PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Edu Geography

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

ANALISIS SEBARAN SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAN SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL)

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

Geoplanning E-ISSN:

EVALUASI KETERSEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN SLTP DI KECAMATAN MAPANGET Orvans Lexsi Uang 1, Michael M. Rengkung², & Amanda S.

Economics Development Analysis Journal

Edu Geography 3 (4) (2015) Edu Geography.

DAYA JANGKAU SISWA KE SMP NEGERI 1 PADANGAN KABUPATEN BOJONEGORO PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN POTENSI WILAYAH UNTUK PERENCANAAN LOKASI PUSAT INDUSTRI KECIL-MENENGAH DI KABUPATEN PURBALINGGA. Oleh: Siti Hadiyati Nur Hafida 1 dan Nurhadi 2

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perencanaan pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses untuk mencapai

Economic Education Analysis Journal

Economic Education Analysis Journal

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

Journal of Mechanical Engineering Learning

Edu Geography 2 (1) (2013) Edu Geography.

Edu Geography 2 (1) (2013) Edu Geography.

Unnes Physics Education Journal

Journal of Mechanical Engineering Learning

Economics Development Analysis Journal

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 3 (3) (2015) Edu Geography.

KAJIAN PERSEBARAN RUMAH SUSUN SERTA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DI JAKARTA. Freddy Masito S. Su Ritohardoyo

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 DAN TAHUN 2011

Economic Education Analysis Journal

Journal of Physical Education and Sports

Economic Education Analysis Journal

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN MIJEN KOTA SEMARANG TAHUN Publikasi Ilmiah. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Edu Geography 2 (1) (2013) Edu Geography.

Edu Geography 3 (8) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 4 (3) (2016) Edu Geography.

Edu Geography 3 (6) (2015) Edu Geography.

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

Edu Geography 5 (1) (2017) Edu Geography.

DESKRIPSI TENAGA KERJA INDUSTRI KERUPUK RAFIKA DI KELURAHAN TANJUNG HARAPAN KECAMATAN KOTABUMI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar,

Automotive Science and Education Journal

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

Edu Geography 4 (3) (2016) Edu Geography.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG

Transkripsi:

Geo Image 3 (2) (2014) Geo Image (Spatial-Ecological-Regional) http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage STUDI PENENTUAN LOKASI PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH TINGKAT SLTA DI KECAMATAN TAMBAKROMO KABUPATEN PATI Ali Ahmadi Ariyani Indrayati Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima April 2014 Disetujui April 2014 Dipublikasikan Desember 2014 Keywords: Planning, Location, School, Accesibility Abstrak Pemanfaatan tekhnologi SIG dalam menentukan prioritas kawasan potensial untuk pengembangan lokasi pendidikan merupakan metode yang efektif dan efisien karena memiliki kemampuan dalam analisis yang berkaitan dengan aspek keruangan. Studi ini bertujuan untuk Mengukur ketersediaan dan kebutuhan sarana pendidikan tingkat SLTA (SMA dan SMK), Menganalisis jangkauan pelayanan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang akan di bangun di Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati, Untuk mengetahui perencanaan lokasi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) ke depan berdasarkan sebaran penduduk di Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Hasil dari studi ini diketahui ada 3 ( tiga ) alternatif letak yaitu area pertama adalah Desa Sitirejo, area ke dua Desa Karangmulyo, dan area ke tiga adalah Desa Maitan. Desa Sitirejo ( lokasi usulan pemerintah ) layak untuk dijadikan lokasi pembangunan gedung SMK. Agar terjadi pemerataan, PEMDA harus membangun sekolah terutama di Kecamatan Jaken, Kecamatan Gunungwungkal, dan Kecamatan Tambakromo. Khusus di Kecamatan Tambakromo harus di tambah dua SLTA. Abstract Exploiting of Tekhnologi SIG in determining priority of potential area for development of location of education represent efficient and effective method because owning ability in analysis of related to column aspect.this study aimed to measure the availability and needs of high school level education facilities ( SMA and SMK ), Analyzing outreach of upper secondary education ( high school ) will be built in the district Tambakromo Pati, To find the location planning of upper secondary education ( high school ) to forward based on the distribution of population in the district Tambakromo Pati.The analysis technique used is descriptive statistical analysis. The results of this study in mind there are three (3 ) alternate layout which is the first area Sitirejo Village, Village Karangmulyo second area, and the third area is the village of Maitan. Sitirejo village ( location of proposed government ) deserve to be a vocational school building site. Recommendations from researchers that there is the ability to increase the Local Government senior secondary school in Pati, equalization to occur, especially in the District Jaken, District Gunungwungkal, and the District Tambakromo. Specifically in the District should Tambakromo high school plus two. Alamat korespondensi: Gedung C1 Lantai 1 FIS Unnes Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229 E-mail: geografiunnes@gmail.com 2014 Universitas Negeri Semarang ISSN 2252-6285 1

PENDAHULUAN Pemanfaatan tekhnologi SIG dalam menentukan prioritas kawasan potensial untuk pengembangan lokasi pendidikan merupakan metode yang efektif dan efisien karena memiliki kemampuan dalam analisis yang berkaitan dengan aspek keruangan. Kabupaten Pati yang dalam perencanaan daerah mempunyai program membangun gedung sekolah baru yaitu SMKN dan sudah mendapatkan persetujuan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD ) Kabupaten Pati. Maka diperlukan perhatian pemerintah mengenai pembangunan pendidikan di Kabupaten Pati yang salah satunya berupa SMK untuk mendukung potensi Kabupaten Pati yang ada. Tujuannya adalah agar sumberdaya manusianya lebih maju, dengan generasi yang pintar diharapkan lebih mampu mengembangkan potensi sumberdaya alam yang ada. Hal ini merupakan sesuatu hal yang sangat realistis, jika dikaitkan dengan Renstra Depdiknas bahwa pada tahun 2015 diharapkan proporsi perbandingan antara SMA dan SMK berimbang. Kebijakan ini ditempuh setelah melihat kenyataan bahwa bagian terbesar (65%) penganggur terdidik adalah lulusan pendidikan menengah (Sakernas, BPS 2004), yang dapat diartikan sebagai kurangnya keterampilan lulusan pendidikan menengah untuk masuk lapangan kerja (Renstra Depdiknas,2009). Salah satu upaya untuk mengembangkan kehidupan yang lebih sejahtera di Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pendidikan yaitu dengan meningkatkan kualitas dan pemerataan. Badan Pusat Statistik ( BPS ) menyebutkan bahwa penduduk Kabupaten Pati berjumlah 1.207.399 Jiwa pada tahun 2012. Sedangkan jumlah anak usia sekolah SLTA berumur 16-18 tahun mempunyai jumlah 59.140 Jiwa. Jumlah gedung SLTA yang tersedia sebanyak 121 sekolah. Rincian dari jumlah gedung sekolah di Kabupaten Pati dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1 Jumlah Sekolah Tingkat SLTA di Kabupaten Pati SEKOLAH UMUM SEKOLAH KEJURUAN SMAN MAN SMA Swasta MA Swasta 10 2 27 55 SMK Negeri SMK Swasta Jumlah SMA+MA (Negeri + Swasta ) =84 Jumlah SMK ( Negeri dan Swasta) = 37 Jumlah total SLTA baik Negeri dan Swasta = 121 sekolah Sumber : BPS Kabupaten Pati 2013 Berpegang pada ketentuan yang ada bahwa penduduk lebih kurang 6.000 jiwa memerlukan 1 ( satu ) unit Sekolah Menengah ( SLTA ). Data di atas menunjukkan bahwa Kabupaten Pati memiliki jumlah penduduk sekitar 1.207.399 jiwa semestinya membutuhkan 131 unit sekolah. Sesuai dengan program 3 21 nasional pendidikan, tahun 2015 jumlah siswa SMA dibandingkan SMK diharapkan memiliki rasio 40 : 60. Berdasar pada tabel 1.2 kebutuhan dan keberadaan jumlah sekolah tingkat SLTA di Kabupaten Pati, dapat diperhitungkan lebih lanjut Tabel 1.2 Kebutuhan dan Keberadaan Jumlah Sekolah Tingkat SLTA di Kabupaten Pati No. Kebutuhan Unit Keberadaan Keterangan SMA + MA = 52 84 Kelebihan 32 Sumber : BPS Kab Pati, 2013 ( diolah ) SMK = 79 37 Kekurangan 42 2

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa jumlah SMA dan SMK di Kabupaten Pati proporsinya masih belum berimbang. Jika perpegang pada aturan SMA dan SMK harus memiliki rasio 40 : 60 maka jumlah sekolah SMK pada tahun 2015 masih kekurangan 26 gedung sekolah. Berdasarkan hasil analisis rasio jumlah peserta didik SMA dibanding SMK yang ditunjukkan dengan hasil eksistensi siswa SMA di Kabupaten Pati tahun 2012 sebanyak 13.674 orang dan siswa SMK hanya 13.119 orang, maka dapat disimpulkan bahwa perbandingan tersebut ini masih jauh dari rasio yang diharapkan pada tahun 2015. Dengan menggunakan analisis multi level setelah penulis melihat informasi pada tingkat kabupaten maka akan diteruskan dengan melihat salah satu subwilayah Kabupaten Pati, yaitu Kecamatan Tambakromo. Kecamatan Tambakromo memiliki penduduk sebanyak 59.140 pada tahun 2012. Dengan data tersebut dapat dihitung kebutuhan sekolah SLTA yang ada yang terdapat pada tabel 1.3 sebagai berikut Tabel 1.3 Kebutuhan Sekolah Tingkat SLTA di Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati. No. Kebutuhan Unit Keberadaan (Unit) Keterangan 1. SMA+MA 3 1 Kurang 1 2. SMK 2 0 Kurang 3 Sumber : BPS Kab Pati, 2013 ( diolah ) Dari total 21 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pati, Kecamatan Tambakromo merupakan wilayah yang memiliki indeks kumulatif kesejahteraan yang relatif tertinggal dibandingkan 20 Kecamatan lainnya di Kabupaten Pati. Selain itu, hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati tahun 2012 menyebutkan bahwa Kecamatan Tambakromo memiliki indeks pembangunan pendidikan menengah paling kecil. Hal ini juga terlihat dari jumlah 121 sekolah tingkat SLTA yang di miliki Kabupaten Pati, Kecamatan Tambakromo hanya memiliki satu Madrasah Aliyah. Melihat kondisi tersebut maka kebijakan yang tepat untuk membangun gedung sekolah baru seyogyanya memprioritaskan Kecamatan Tambakromo sebagai lokasi dibangunannya sekolah. Sejauh ini, belum ada studi mengenai evaluasi daya layan SLTA dengan penduduk usia SLTA, dan studi mengenai penentuan lokasi bagi fasilitas yang akan dibangun. Berdasarkan kenyataan di atas maka perlu diadakan penelitian terkait hal pembangunan gedung sekolah baru dan menjadikan Kecamatan Tambakromo sebagai daerah penelitian. Tujuan penelitian untuk; 1) Mengukur ketersediaan dan kebutuhan sarana pendidikan tingkat SLTA (SMA dan SMK) di Kecamatan Tambakromo dan Kabupaten Pati, 2). Menganalisis jangkauan pelayanan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang akan di bangun di Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati, 3). Untuk mengetahui perencanaan lokasi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) kedepan berdasarkan sebaran penduduk di Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang berupa metode deskriptif kuantitatif. Pada penelitian ini dilakukan multilevel analisis. Analisis pertama dilakukan pada tingkat Kabupaten Pati dengan populasi semua SLTA dan ini tidak dilakukan sampling tetapi diambil seluruhnya. Analisis yang kedua adalah mengambil level di bawahnya yaitu level Kecamatan, dan dalam hal ini diambil kasus di Kecamatan Tambakromo. Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi lapangan, dokumentasi, dan wawacara. Observasi digunakan untuk mengetahui gejalagejala fisik terutama pada daerah yang dijadikan prioritas pembangunan sekolah. Selain teknik 3

observasi juga menggunakan teknik dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data-data sekunder berupa dokumen-dokumen yang diperlukan dalam penelitian. Teknik wawancara ini dilakukan untuk memperoleh jawaban-jawaban yang dikehendaki oleh peneliti mengenai rencana pembangunan gedung sekolah SMK. Analisis data merupakan suatu kegiatan mengolah data yang dilakukan setelah memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian. Analisis data yang digunakan berupa analisis deskripsi kuantitatif dan analisis SIG guna mengetahui lokasi yang tepat untuk pembangunan gedung sekolah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini di bagi kedalam 3 ( tiga ) bagian, pertama mengenai Arahan Pengembangan Lokasi Berdasarkan Faktor fisik, dan yang ke dua adalah Arahan Pengembangan Lokasi Berdasarkan Faktor aksesibilitas, serta yang ke tiga adalah Penentuan Site ( Letak ) Lokasi Sekolah, secara rinci dijelaskan sebagai berikut 1. Arahan Pengembangan Lokasi SLTA Berdasarkan Faktor fisik Berdasarkan interpretasi Peta Indeks Potensi Lahan di Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati, lokasi yang dipilih pemerintah berada di daerah dengan kelas lahan sedang. Pemerintah telah menetapkan Desa Sitirejo sebagai lokasi Pembangunan sekolah. Berdasarkan peta di atas dapat dipastiakan bahwa lokasi yang dipilih pemerintah sesuai dengan standar yang ada. Dilihat dari tipologi lahannya yang dilihat dari jenis tanahnya, Desa Sitirejo memiliki jenis tanah hidromorf. Dilihat dari sudut kemiringan lereng Desa Sitirejo berada pada kondisi datar. Selain kondisi tanah yang tidak rawan longsor, namun rawan terhadap bencana banjir. Oleh karena itu, peneliti memberikan alternatif lokasi yang lebih sesuai dengan pertimbangan faktoer fisik dengan pendekatan IPL ( Indeks Potensi Lahan ). Berdasarkan besarnya nilai IPL di Kecamatan Tambakromo, peneliti membagi menjadi 3 kelas kemampuan lahan yaitu sedang, rendah, dan sangat rendah. Kelas lahan sedang tersebar di wilayah Tambakromo bagian utara, dan kelas lahan rendah berada di Desa Wukisari, dan kelas lahan sangat rendah berada di Desa Pakis dan Maitan. 2. Arahan Pengembangan Lokasi SLTA Berdasarkan Faktor Aksesibilitas Aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu tujuan lokasi, yang menjadi ukuran adalah jarak, waktu tempuh, dan biaya tempuh. Tak jarang aksesibilitas menjadi faktor yang sangat penting untuk menentukan tempat tinggal, tempat bekerja ataupun untuk alasan pendidikan. Salah satu alasan siswa tidak melanjutkan ke sekolah menengah adalah karena letak sekolah yang jauh dari rumah. Jarak sekolah yang semakin jauh dari rumah akan menambah biaya yang harus dikeluarkan. Lokasi gedung sekolah berada di tepi jalan dan jarak dengan jalan kolektor kurang lebih 1,5 Km. Namun kondisi jalan lingkungan sekitar 200 meter mengalami kerusakan, namun kondisinya masih layak. Jarak terjauh di wilayah di Kecamtan Tambakromo adalah 17 Km yaitu di Desa Pakis. Namun hal itu masih dapat di akses dengan menggunakan sepeda motor atau angkutan umum, mengingat adanya jalan kolektor yang menghubungkan kawasan tersebut. Berikut adalah gambaran tingkat aksesibilitas di Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati. 4

Gambar Peta 1.1 Peta Indeks Potensi Lahan Tambakromo Penentuan Site ( Letak ) Sekolah Untuk menentukan lokasi gedung sekolah SMK yang akan di bangun di gunakan analisis SIG ( Sistem Informasi Geografi ) yaitu dengan tekhnik overlay dengan mempertimbangkan keberadaan faktor fisik dan aksesibilitas. Langkah overlay tersebut dilakukan untuk mengetahui kesesuaian lahan sebagai lokasi pembangunan gedung sekolah baru. Langkah overlay tersebut dilakukan dengan pendekatan IPL ( Indeks Potensi Lahan ), yaitu dengan mengoverlaykan peta peta kemiringan lereng, peta tanah, peta hidrologi, peta litologi dan peta rawan bencana Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati. Berdasakan teori lokasi ( tempat pusat ) dapat diketahui selama ini lokasi sentral dari wilayah ini adalah Desa Tambakromo dengan radius 3,5 Km. Dengan demikian lokasi pembangunan dapat dilakukan di daerah tersebut atau daerah hinterlandnya. Dari analisis SIG tersebut peneliti merencanakan 3 ( tiga ) alternatif lokasi yang menjadi lokasi pembangunan gedung sekolah. Yaitu dengan mengoverlaykan peta aksesibilitas dan Peta Indeks Potensi Lahan ( IPL ) Kecamatan Tambakromo kabupaten Pati. Lokasi pertama yang menjadi prioritas peneliti yaitu area dalam Ring I meliputi Desa Sitirejo, Mangunrekso, Tambaharjo, Kedalingan, Tambahagung, angkatan Lor, Mojomulyo, Tambakromo, dan Karangmulyo. Area Ring II meliputi Desa Keben, Sinomwidodo, Karangawen, dan Larangan. Dan Lokasi Ring III meliputi Desa Wukisari, Pakis dan Maitan. Berikut adalah peta penentuan site ( letak ) sekolah SMK di Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati : 5

Gambar 1.2 Peta Tingkat Aksesibilitas Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati Gambar 1.3 Peta Penentuan Site SMK Tambakromo 6

KESIMPULAN Berdasarkan uraian-uraian serta analisa sebagaimana yang telah dikemukaan pada babbab terdahulu, maka dapat dikemukakan bahwa dari segi ketersediaan fasilitas pendidikan tingkat SLTA di Kabupaten Pati masih kekurangan baik SMA maupun SMK. Jangkauan Pelayanan SLTA yang sudah ada belum mampu melayani seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Pati. Dari interpretasi peta persebaran SLTA di Kabupaten Pati, sebanyak 18 Kecamatan sudah terlayani, dan sebanyak 3 ( tiga ) Kecamatan yang belum terlayani meliputi Kecamatan Tambakromo, Kecamatan Jaken, dan Kecamatan Gunungwungkal. Untuk Wilayah Kecamatan Tambakromo belum terlayani, sebagian besar belum terjangkau dengan layanan yang memadai. Berdasarkan Peta Arahan Penentuan Letak SMK Tambakromo yang di buat oleh peneliti, di ketahui ada 3 ( tiga ) wilayah prioritas yaitu prioritas pertama adalah Desa Sitirejo, prioritas ke dua Desa Karangmulyo, dan prioritas ke tiga adalah Desa Maitan. Lokasi Sitrejo ( usulan pemerintah ) lokasi tambahan dari penulis yaitu Desa Karangmulyo dan Maitan. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati. 2011. Kecamatan Tambakromo Dalam Angka 2012. Pati : Badan Pusat Statistik. Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati. 2011. Kabupaten Pati Dalam Angka 2012. Pati : Badan Pusat Statistik. Jayadinata, J. T. 2005. Tata Guna Tanah Dalam Perencanaan Pedesaan perkotaan dan Wilayah. Bandung : ITB. Miarsih. 2009. Kajian Penentuan Lokasi Gedung Sd- Smp Satu Atap Di Kabupaten Demak. Tesis. Semarang : Tekhnik Pembangunan Wilayah dan Kota UNDIP. Permendiknas no. 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah ( SD / MI ), Sekolah Menengah Pertama / Madarasah Tsanawiyah ( SMP / MTs ), dan Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliyah ( SMA / MA ). Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Permendiknas no. 40 tahun 2008 tentang standar sarana dan prasarana untuk Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK ) dan Madrasah Aliyah Kejuruan ( MAK ) Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Singarimbun, M dan Effendi S. 2008. Metode Penelitian Survei. Jakarta Barat : LP3ES. Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Bumi Aksara. Tjahyono Heri. 2008. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Analisis Potensi Wilayah. UNNES Semarang. 7

8