BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG APOTEK DI APOTEK MARGI SEHAT TULUNG KECAMATAN TULUNG KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior) yaitu usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pekerjaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan teknik total sampling. Penelitian ini dilakukan dengan

Gambaran Pengetahuan Klien tentang Swamedikasi di Apotek- Apotek Pekanbaru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi

Sri Hariati Dongge,S.Farm,Apt,MPH Dinas Kesehatan Kab. Konawe Sulawesi Tenggara

BAB I PENDAHULUAN. Sakit (illness) berbeda dengan penyakit (disease). Sakit berkaitan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Karateristik Masyarakat Yang Melakukan Swamedikasi Di Beberapa Toko Obat Di Kota Makassar. Program Studi Diploma III Farmasi Yamasi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan tempat pelayanan kesehatan (DepKes RI, 2002). paling tepat dan murah (Triyanto & Sanusi, 2003).

PERANAN APOTEKER DALAM PEMBERIAN INFORMASI OBAT DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI ANDI SULTHAN DAENG RADJA KABUPATEN BULUKUMBA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan suatu tolak ukur keberhasilan manusia dalam

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SOSIALISASI MENGENAL OBAT AGAR TAK SALAH OBAT PADA IBU-IBU PENGAJIAN AISYIYAH PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman tentang perilaku konsumen dapat memberikan penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. Obat merupakan unsur yang sangat penting dalam upaya penyelenggaraan

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK ANTIPIRETIK SEBAGAI UPAYA PENGOBATAN SENDIRI DI KELURAHAN PONDOK KARANGANOM KLATEN NASKAH PUBLIKASI

Lampiran 1. Lembar kuesioner penelitian yang sudah valid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. promosi / iklan obat melalui media massa dan tingginya biaya pelayanan kesehatan,

Lampiran 1. Daftar Tilik Mutu Pelayanan Kefarmasian DAFTAR TILIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1 : Tabel. Usia Anak

DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

Dian Rahayu Muliani D3 Farmasi Politeknik Medica Farma Husada Mataram ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN DAN RASIONALITAS SWAMEDIKASI DI APOTEK KOTA PANYABUNGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

LAPORAN AKHIR Survey Indeks Kepuasan Masyarakat sesuai Kepmenpan Nomor 25/M.PAN/2/2004 RSUD Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 2016

BAB I. Kesehatan merupakan hal yang penting di dalam kehidupan. Seseorang. yang merasa sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatannya

Lampiran 1.Penilaian yang dirasakan dan harapan pada variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat kepuasan pasien

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA BASAWANG KECAMATAN TELUK SAMPIT TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK SEBAGAI PENGOBATAN INFEKSI

TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PEMAKAIAN ANTIBIOTIKA AMOXICILLIN DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. KOESNADI BONDOWOSO TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan dan pengobatan penyakit (Depkes RI, 2009). yang tidak rasional bisa disebabkan beberapa kriteria sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. suksesnya sistem kesehatan adalah pelaksanaan pelayanan kefarmasian (Hermawati, kepada pasien yang membutuhkan (Menkes RI, 2014).

HUBUNGAN KARAKTERISTIK UMUR DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENGETAHUAN TENTANG TANAMAN OBAT KELUARGA (TOGA)

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap konsumen apotek di wilayah kecamatanbanjarnegara.data

BAB VI PENUTUP. korelasi sebesar 72,2%, variabel Pelayanan informasi obat yang. mendapat skor bobot korelasi sebesar 74,1%.

ANALISIS IKLAN OBAT BEBAS DAN OBAT BEBAS TERBATAS PADA ENAM MEDIA CETAK YANG BEREDAR DI KOTA SURAKARTA PERIODE BULAN FEBRUARI-APRIL 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

INTISARI TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN TERHADAP SWAMEDIKASI BATUK DI APOTEK PANASEA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Demografi Responden. Distribusi responden berdasarkan umur seperti pada tabel 3.

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN OBAT DI APOTEK KELURAHAN WONOKARTO KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

1.1. Keterlaksanaan standar pelayanan kefarmasian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya dari seseorang untuk mengobati dirinya sendiri dapat diartikan

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah pengobatan sendiri, meskipun belum terlalu populer, namun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Studi Pendahuluan dan Penentuan Jumlah Sampel Penelitian

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN APOTEKER DALAM PELAYANAN SWAMEDIKASI. Dra. Liza Pristianty,MSi,MM,Apt Fakultas Farmasi Universitas Airlangga PC IAI Surabaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

!"#!$%&"'$( Kata kunci : Pengobatan sendiri, Indonesia Sehat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PUSKESMAS. Data masyarakat ( Responden) (lingkari kode angka sesuai jawaban masyarakat/responden) Nomor Responden...

BAB VI HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal. Kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN PERSEPSI APOTEKER TERHADAP KONSELING PASIEN DAN PELAKSANAANNYA DI APOTEK KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. obyek dan subyek penelitian. Rancangan penelitian secara survei untuk

KUESIONER PENELITIAN. Persepsi Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Perawat di Ruang Rawat Inap Kelas III Bangsal Rumah Sakit Imelda Medan Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

karena selain komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

BAGIAN PSIKIATRI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SUMATERA UTARA JL. Tali Air no. 21 Medan PERNYATAAN KESEDIAAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebelumnya sesuai dengan tujuan penelitian ini. Berikut deskripsi

SWAMEDIKASI PENYAKIT MAAG PADA MAHASISWA BIDANG KESEHATAN DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya maka ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bandung, Puskesmas Pakel, dan Puskesmas Kauman pada bulan

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

*Syafrianti Yatim, ,**Dr. Teti Sutriyati, M. Si, Apt***Madania, S.Farm, M.Sc., Apt. Program Studi Si, Jurusan Farmasi, FIKK, UNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ninda Karunia Rahayu Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

KUESIONER PENELITAN. 1. Umur :.th 1) : Dewasa dini 2) : Dewasa madya 3). >60 : Dewasa lanjut. 2). 5 : sedikit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tinjauan Umum Tentang Obyek Penelitian Susunan Organisasi Puskesmas Rawat Inap Dulalowo

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK ANTIPIRETIK SEBAGAI UPAYA PENGOBATAN SENDIRI DI KELURAHAN PONDOK KARANGANOM KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS EKONOMI TERHADAP RASIONALITAS PENGGUNAAN OBAT SWAMEDIKASI PADA PENGUNJUNG DI APOTEK X KOTA PANGKALPINANG

BAB I LATAR BELAKANG. suatu usaha dalam pemilihan dan penggunaan obat obatan oleh individu UKDW

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat selama ± 2 minggu dari tanggal 12-25 Juni tahun 2013. Dengan jumlah sampel sebanyak 263 sampel, yang diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin menurut Notoadmodjo (2002) : N n = ------------ 1+N.(d) 2 Sampel diambil dengan menggunakan teknik bertingkat yaitu teknik Proportional Random Sampling yaitu penetapan sampel berdasarkan gugus kemudian dilanjutkan dengan teknik Purposive Sampling yaitu penetapan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti (Notoadmodjo, 2010). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrument berupa kuesioner sebagai alat pengumpul data yang disebarkan dari rumah ke rumah. Dalam penelitian ini, data diambil dari Desa Daenaa yang meliputi data sosiodemograf dengan distribusi umum responden yang diambil adalah jenis kelamin responden, pekerjaan responden, umur responden, pendidikan responden, pengetahuan responden.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarakan Jenis Kelamin di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Tahun 2013 Jenis Kelamin Frekuensi Prosentasi (%) Laki-Laki 146 55,5 Perempuan 117 44,5 Jumlah 263 100,0 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Pada tabel 4.1 dapat dilihat untuk distribusi responden menurut jenis kelamin yaitu lebih banyak berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 146 responden (55,5%) dibandingkan berjenis kelamin perempuan yaitu 117 responden (44,5%). Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarakan Pekerjaan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Tahun 2013 Pekerjaan Frekuensi Prosentasi (%) PNS 25 9,5 Mahasiswa 34 12,9 Pedagang 18 6,8 Polri 2 0,8 Petani 63 23,9 URT 53 20.2 Tidak bekerja 68 25.9 Jumlah 263 100,0 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Pada tabel 4.2 dapat dilihat untuk distribusi responden menurut pekerjaan menunjukkan bahwa persentase terbanyak adalah tidak bekerja yaitu sebanyak 68 responden (25,9%).

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarakan Kelompok Umur di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Tahun 2013 Kelompok Frekuensi Prosentasi (%) Umur (Tahun) 20 29 72 27,4 30 39 67 25,5 40 49 61 23,2 50 59 39 14,8 60 70 24 9,1 Jumlah 263 100,0 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Pada tabel 4.3 dapat dilihat distribusi responden menurut kelompok umur yaitu menunjukkan yang paling banyak melalukan swamedikasi adalah kelompok umur 20-29 berjumlah 72 responden (27,4%). Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarakan Pendidikan Terakhir di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Tahun 2013 Pendidikan Terakhir Frekuensi Prosentase (%) SD 74 28,1 SMP 72 27,4 SMA 69 26,2 Perguruan Tinggi 48 18,3 Total 263 100,0 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Pada tabel 4.4 dapat dilihat distribusi responden menurut pendidikan terakhir yaitu menunjukkan paling banyak yang berpendidikan SD 74 responden (28,1%).

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarakan Pertanyaan Terbuka Masyarakat di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Tahun 2013 No Pertanyaan Jawaban Responden (n = 263) % 1. Apakah anda menggunakan obat anti nyeri dan demam? 2. Dari mana anda memperoleh informasi tentang obat anti nyeri dan deman? 3. Obat apa yang biasa anda gunakan? 4. Dimana biasanya anda mendapatkan obat anti nyeri dan demam? Ya : 263 Tidak : 0 Petugas Kesehatan :163 Iklan sebanyak 64 Tetangga : 21 Keluarga : 15 Asam Mefenamat dan paracetamol : 177 Antalgin : 62 Dapyrin : 24 Apotek : 175 Toko Obat : 15 Warung : 73 100,0 0,0 62,0 24,3 8,0 5,7 67,3 23,6 9,1 66,5 5,7 27,8 5. Berapa lama anda melakukan pengobatan sendiri? 3 hari 101 4 hari 69 orang 1 minggu 67 orang. sampai sembuh 26 38,4 26,2 25,5 9,9

No Pertanyaan Jawaban Responden (n = 263) % 6. Apakah selama melakukan pengobatan sendiri anda memperhatikan aturan pakai ketika menggunakan obat? 7. Menurut anda mengapa harus memperhatikan aturan pakai obat? 8. Apakah dalam pembelian obat tersebut, anda mendapatkan informasi tentang cara minumnya? Ya : 215 Tidak : 48 Agar tepat dosis : 252 Tidak tahu :11 Ya : 161 Tidak : 102 81,7 18,3 95,8 4,2 61,2 38,8 9. Obat apa yang masuk dalam golongan Analgetika (anti nyeri ) yang biasa anda konsumsi? Asam Mefenamat : 196 Antalgin : 67 10. Obat apa yang masuk Paracetamol : 239 dalam golongan Dapyrin : 24 Antipiretika (penurun demam) yang biasa anda konsumsi? Sumber : Data Primer Tahun 2013 74,5 25,5 90,9 9,1 Pada tabel 4.5 dapat dilihat Distribusi pertanyaan terbuka masyarakat yang menjadi sampel penelitian dari 263 responden di Desa Daenaa, butir pertanyaan terbuka pertama untuk pertanyaan apakah menggunakan obat anti nyeri dan

demam semua menjawab Ya (100,0%). Informasi tentang obat Anti nyeri dan demam paling banyak menjawab diperoleh dari Petugas Kesehatan yaitu 163 responden (62,0%). Obat yang biasa digunakan saat nyeri dan demam yaitu paling banyak menjawab Asam Mefenamat dan Paracetamol yaitu 177 responden (67,3%). Untuk pertanyaan dimana biasanya mendapatkan obat anti nyeri dan demam paling banyak menjawab dari Apotek sebanyak 175 responden (66,5%). Untuk pertanyaan berapa lama melakukan pengobatan sendiri paling banyak menjawab 3 hari sebanyak 101 responden (38,4%). Untuk pertanyaan selama melakukan pengobatan sendiri apakah memperhatikan aturan pakai obat paling banyak menjawab Ya yaitu 215 responden (81,7%). Untuk pertanyaan mengapa harus memperhatikan aturan pakai obat paling banyak menjawab agar tepat dosis yaitu 252 responden (95,8%). Untuk pertanyaan dalam pembelian obat anti nyeri dan demam apakah mendapatkan informasi tentang cara minum obat paling banyak menjawab Ya mendapatkan informasi sebanyak 161 responden (61,2%). Obat yang masuk dalam golongan Analgetika yang biasa dikonsumsi paling banyak manjawab Asam Mefenamat yaitu 196 responden (74,5%). Dan untuk pertanyaan terakhir obat yang masuk dalam golongan Antipiretika yang biasa dikonsumsi paling banyak menjawab Paracetamol yaitu 239 responden (90,9%). 1.2 Pembahasan Penelitian ini dilaksanakan di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat selama ± 2 minggu dari tanggal 12-25 Juni tahun 2013. Desa Daenaa merupakan salah satu desa dari sebelas desa yang terletak di Kecamatan Limboto Barat

Kabupaten Gorontalo yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 1566 jiwa, dengan jumlah orang dewasa sabanyak 768 jiwa dan Desa Daenaa juga terdiri dari lima dusun yaitu Dusun Marisa, Tengah, Sipatana, Yihe, dan Bontula. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 263 sampel, yang diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin menurut Notoadmodjo (2002). Sampel diambil dengan menggunakan teknik bertingkat yaitu teknik Proportional Random Sampling yaitu penetapan sampel berdasarkan gugus kemudian dilanjutkan dengan teknik Purposive Sampling yaitu penetapan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen berupa kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan terbuka tentang pengetahuan masyarakat mengenai swamedikasi menggunakan obat Analgetika-Antipiretika. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan di Desa Daenaa dilihat berdasarkan jenis kelamin, yang banyak melakukan swamedikasi adalah jenis kelamin laki-laki yaitu 146 responden (55,5%), sedangkan perempuan sebanyak 117 responden (44,5%). Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian, responden perempuan tidak banyak terlibat dalam pengobatan sendiri dibandingkan dengan responden lakilaki. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden, responden dengan jenis kelamin perempuan tidak mudah terpengaruh dengan iklan obat di media dan lebih banyak membaca label pada kemasan obat sebelum mengkonsumsi obat analgetik antipireptik, serta bila sakit lebih cenderung untuk melakukan konsultasi dengan dokter. Responden laki-laki lebih banyak yang melakukan pengobatan sendiri penyakitnya dan kurang berhati-hati dalam memilih obat-obatan analgetik

serta cepat terpengaruh dengan iklan-iklan obat yang beredar di media masa. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Worku dan Abebe (2003) yang menyatakan jenis kelamin berhubungan dengan perilaku pengobatan sendiri. Pada tabel 4.2 dapat dilihat untuk distribusi responden menurut pekerjaan yang paling banyak melakukan swamedikasi yaitu responden yang tidak bekerja sebanyak 68 responden (25,9%). Hal ini terjadi karena responden yang tidak bekerja umumnya tidak memiliki penghasilan sendiri sehingga kebanyakan dari mereka melakukan pengobatan sendiri, sebab dianggap lebih murah dan lebih praktis, tanpa perlu ke Dokter. Responden yang memiliki pekerjaan dan memiliki penghasilan sendiri lebih memilih berobat ke Dokter karena mereka menganggap hal ini lebih aman. Tingkat pekerjaan responden mempengaruhi pengobatan sendiri yang aman, tepat, dan rasional. Semakin tinggi tingkat pekerjaan seseorang, semakin rasional dan berhati-hati dalam memilih obat untuk pengobatan sendiri, responden yang bekerja umumnya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup, sering berhubungan dengan dunia luar ataupun berinteraksi dengan rekan kerjanya. Proses yang dijalani selama bekerja setidaknya mempengaruhi pola pikir responden dan pada akhirnya mempengaruhi keputusan pengobatan sendiri yang diambil. Pada tabel 4.3 dilihat berdasarkan distribusi kelompok umur yang banyak melakukan swamedikasi adalah kelompok umur 20-29 tahun berjumlah 72 responden (27,4%). Kelompok umur ini merupakan kelompok umur produktif, apabila kesehatannya terganggu mereka mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan sendiri. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang daya

tangkap dan pola pikir, sehingga pengetahuan tentang swamedikasi yang diperolehnya semakin baik. Pada tabel 4.4 dilihat berdasarkan tingkat pendidikan paling banyak melakukan swamedikasi berpendidikan SD yaitu 74 orang (28,13%). Hal ini menunjukkan bahwa di Desa Daenaa meskipun kebanyakan responden berpendidikan SD tetapi pada umumnya mereka memiliki pengetahuan yang baik tentang swamedikasi. Pada tabel 4.5 dapat dilihat Distribusi pertanyaan terbuka masyarakat yang menjadi sampel penelitian dari 263 responden di Desa Daenaa, butir pertanyaan terbuka untuk pertanyaan apakah menggunakan obat anti nyeri dan demam semua menjawab Ya (100,0%). Informasi tentang obat Anti nyeri dan demam paling banyak menjawab dari Petugas Kesehatan yaitu 163 responden (62,0%), Informasi yang diperoleh dari petugas kesehatan tentang obat dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi yang baik, Informasi dari petugas kesehatan diperoleh dari Dokter, Perawat dan Apoteker dan penyuluhanpenyuluhan yang telah dilakukan di Desa Daenaa, Penyuluhan Kesehatan yang pernah dilakukan di desa Daenaa seperti Penggunaan obat Generik, dan Pengobatan gratis yang telah dilakukan oleh mahasiswa Farmasi. Obat yang biasa digunakan saat nyeri dan demam yaitu paling banyak menjawab Asam Mefenamat dan Paracetamol yaitu sebanyak 177 responden (67,3%). Untuk pertanyaan dimana biasanya mendapatkan obat anti nyeri dan demam paling banyak menjawab dari Apotek yaitu sebanyak 175 responden (66,5%). Apotek yang biasa di kunjungi oleh masyarakat Desa Daenaa yaitu Apotek Rahmat Fia Farma,

Apotek Mitra, Apotek Yunan, dan Apotek Dewi. Apotek tersebut terletak di Kecamatan Limboto yang jaraknya kurang lebih 20 KM dari Desa Daenaa. Keuntungan membeli obat di Apotek adalah ada Apoteker atau Asisten Apoteker yang memberikan informasi tentang aturan pakai dan penggunaan obat yang baik. Untuk pertanyaan berapa lama melakukan pengobatan sendiri paling banyak menjawab 3 hari yaitu sebanyak 101 responden (38,4%). Pengobatan sendiri menurut Sukasediati (1996) hanya bisa dilakukan selama 3 hari setelah itu konsultasi ke Dokter atau ke tenaga medis lainnya. Untuk pertanyaan selama melakukan pengobatan sendiri apakah memperhatikan aturan pakai obat paling banyak menjawab Ya yaitu sebanyak 215 responden (81,7%). Aturan pakai obat yang harus diperhatikan seperti dosisnya, cara minumnya, dan kapan obat tersebut harus diminum. Untuk pertanyaan mengapa harus memperhatikan aturan pakai obat paling banyak menjawab agar tepat dosis yaitu sebanyak 252 responden (95,8%). Apabila mengkonsumsi obat wajib memperhatikan aturan pakai agar tidak akan terjadi kesalahan dalam penggunaan obat dan agar tepat dosis. Untuk pertanyaan dalam pembelian obat anti nyeri dan demam apakah mendapatkan informasi tentang cara minum obat paling banyak menjawab Ya mendapatkan informasi sebanyak 161 responden (61,2%). Informasi obat itu sangat penting, dengan pemberian informasi obat dapat diketahui aturan pakai obat dan cara minumnya. yang masuk dalam golongan Analgetika yang biasa dikonsumsi paling banyak manjawab Asam Mefenamat 196 responden (74,5%), Asam Mefenamat merupakan obat Analgetika non narkotika yang dapat meredakan nyeri. Dan untuk pertanyaan terakhir obat yang masuk dalam golongan

Antipiretika yang biasa dikonsumsi paling banyak menjawab Paracetamol 239 responden (90,9%), Paracetamol merupakan obat Antipiretika yang dapat menurunkan demam. Berdasarkan uraian tabel 4.5 menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat di Desa Daenaa tentang swamedikasi sudah baik, karena pada umumnya masyarakat memperoleh informasi tentang obat analgetika-antipiretika dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 163 responden (62,0%) dan untuk mendapatkan obat analgetika-antipiretika masyarakat lebih banyak membelinya di Apotek yaitu 175 responden (66,5%), yang secara langsung ada Apoteker atau Asisten Apoteker yang menyerahkan obat dan jika tidak mengerti atau aturan pakai obat tidak diketahui bisa bertanya langsung pada Apoteker atau Asisten Apoteker yang ada di Apotek tersebut, dibandingkan membeli obat di Warung. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan masyarakat di Desa Daenaa dalam melakukan swamedikasi hanya selama 3 hari yaitu 101 responden (38,4%) setelah itu mereka konsul ke tenaga kesehatan. Menurut Sukasediati (1996), Swamedikasi umumnya dilakukan untuk mengatasi gejala-gejala penyakit sederhana yang dapat sembuh sendiri dalam waktu singkat. Biasanya pengobatan sendiri hanya dilakukan dalam waktu terbatas, lebih kurang 3 hari setelah itu konsul ke Dokter atau ke tenaga medis lainnya. Sudah banyak juga masyarakat ketika melakukan swamedikasi selalu memperhatikan aturan pakai obat yaitu sebanyak 215 responden (81,7%) dan mereka sering membaca label yang tertera pada kemasan obat yang dikonsumsi. Dan umumnya masyarakat mendapatkan informasi tentang cara minum obat yang

baik dan bertanya pada apoteker/petugas Apotek tentang obat yang di konsumsi. Jadi, pada dasarnya masyarakat Di Desa Daenaa sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang Swamedikasi menggunakan Obat Analgetika-Antipiretika. Semakin tinggi tingkat pengetahuan responden terhadap swamedikasi maka semakin baik masyarakat dalam melakukan swamedikasi sehingga semakin rendah terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya. Obat Analgetika- Antipiretika yang sering dikonsumsi oleh masyarakat di Desa Daenaa, yaitu: Asam Mefenamat, Antalgin, Paracetamol dan Dapyrin. Obat dapat menyembuhkan, namun obat dapat juga menyebabkan kematian akibat keracunan obat. Oleh karena itu, obat dapat menyembuhkan apabila digunakan dengan tepat, baik dosis maupun waktunya. Jika obat digunakan dalam dosis berlebihan dapat menimbulkan keracunan, sedangkan jika dosisnya kurang tidak dapat menyembuhkan. Pasien harus benar-benar paham dalam memilih obat sebagai upaya pengobatan sendiri. Di sinilah peran farmasis apoteker untuk membimbing dan memilihkan obat yang tepat. Farmasis dapat meminta informasi kepada pasien agar pemilihan obat lebih tepat. Apoteker adalah tepat sebagai tenaga yang memberi nasehat kepada pelanggan pemakai obat tanpa resep. Informasi terhadap golongan obat untuk pengobatan sendiri akan dapat menolong pemakai untuk memahami lebih baik mengenai aksi obat, mencegah, dan merawat resiko yang mungkin timbul (Noviani, 2012).