POTENSI EKONOMI TIMBUNAN SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KAPASITAS LAHAN TPA LADANG LAWEH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU PENERAPAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum

PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS

Pengaruh Reduksi Sampah di Tempat Penampungan Sementara (TPS) terhadap Produksi Gas Rumah Kaca di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kota Madiun

OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

Kata kunci : Sampah, Reduksi, daur ulang, kawasan komersial dan Malioboro

PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN DI KAWASAN PERDESAAN KABUPATEN PONOROGO ( STUDI KASUS KECAMATAN BUNGKAL )

PENGELOLAAN SAMPAH DI KAWASAN PURA BESAKIH, KECAMATAN RENDANG, KABUPATEN KARANGASEM DENGAN SISTEM TPST (TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU)

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

PENGEMBANGAN FASILITAS PENGOLAHAN SAMPAH DI KECAMATAN KELAPA DUA KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

KAJIAN PENGADAAN DAN PENERAPAN TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) DI TPA km.14 KOTA PALANGKA RAYA

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY SECARA MANUAL DI TPA BULUSAN BANYUWANGI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KAJIAN PENINGKATAN UMUR PAKAI TPA TANAH GROGOT DAN PEMANFAATAN SAMPAH DI KECAMATAN TANAH GROGOT KABUPATEN PASER PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

EVALUASI DAN OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA SUNGAI ANDOK KOTA PADANG PANJANG

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH DI TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU LAHUNDAPE KECAMATAN KENDARI BARAT KOTA KENDARI

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA

EVALUASI SISTEM PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANDA RAYA, JAYA BARU DAN MEURAXA KOTA BANDA ACEH

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY KECAMATAN ARJASA, KABUPATEN JEMBER MATERIAL RECOVERY FACILITY DESIGN FOR ARJASA DISTRICT, JEMBER REGENCY

STUDI TIMBULAN, KOMPOSISI, DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH KAWASAN PT SEMEN PADANG

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari, Surabaya

STUDI EMISI KARBON DARI SAMPAH PEMUKIMAN DENGAN PENDEKATAN METODE US-EPA DAN IPCC DI KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA PUSAT

BAB I PENDAHULUAN I.1

Studi Timbulan Dan Reduksi Sampah Rumah Kompos Serta Perhitungan Emisi Gas Rumah Kaca Di Surabaya Timur

POTENSI DAUR ULANG SAMPAH DI KOTA CIREBON

POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG ABSTRAK

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang

BAB 4. HASIL YANG DICAPAI. 4.1 Proyeksi Timbulan Sampah dan Perkiraan Masa Layanan TPA Muara Fajar Kota Pekanbaru

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Daur Ulang dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo

BAB III METODE PENELITIAN. Study Pustaka Sampling

PERENCANAAN MATERIAL RECOVERY FACILITY DI KECAMATAN SUKOLILO- SURABAYA

1. Pendahuluan ABSTRAK:

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

EVALUASI SISTEM PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI TPA LADANG LAWEH KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU CONTROLLED LANDFILL

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

Pengelolaan Sampah Organik Rumah Pemotongan Hewan, Industri Tahu, Peternakan, dan Pasar di Kecamatan Krian, Kabupaten. Sidoarjo.

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TPST Piyungan Bantul Pendahuluan

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA SEGAWE KABUPATEN TULUNGAGUNG MENUJU SANITARY LANDFILL

Praktik Cerdas TPA WISATA EDUKASI. Talangagung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA DENPASAR TPST-3R DESA KESIMAN KERTALANGU DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA DENPASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

STUDI POTENSI DAUR ULANG SAMPAH DI TPA TAMANGGAPA KOTA MAKASSAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH B3 RUMAH TANGGA DI KECAMATAN TANDES KOTA SURABAYA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PERKOTAAN (Studi Kasus Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Jatibarang)

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya

Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1)

Laporan Tugas Akhir M.Faiz Wirawan / Ferdia Chandra BAB I PENDAHULUAN

PERAN SEKTOR INFORMAL DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BANYUROTO, KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang atau material yang kita gunakan sehari hari. Demikian juga

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Sampah rumah tangga. Raperda. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

Timbulan dan Pengurangan Sampah di Kecamatan Klojen Kota Malang

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Batasan Masalah...

EVALUASI PENGELOLAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH (TPA) GUNUNG PANGGUNG DI KABUPATEN TUBAN MENUJU SISTEM SANITARY LANDFILL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

BAB VI PEMBAHASAN Analisis Perkembangan Jumlah Penduduk. tahun kedepan atau sampai tahun Untuk mengetahui metoda proyeksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang semakin cepat dan aktifitas penduduk di suatu daerah membawa perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN I- 1

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2016/2017

POTENSI PEMANFAATAN SAMPAH PASAR DAN SENTRA MAKANAN DI KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dari aktivitas institusi, hasil pertanian dan perkebunan serta sapuan jalan dapat dilihat

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. masih dioperasikan secara open dumping, yaitu sampah yang datang hanya dibuang

EVALUASI PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA GUNUNG PANGGUNG KABUPATEN TUBAN MENUJU SISTEM SANITARY LANDFILL

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

PENGARUH RESIRKULASI LINDI TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA KUPANG KECAMATAN JABON SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB III METODE PERECANAAN. 7044`55011`` sampai 8026`35045`` Lintang Selatan. 3.2 Lokasi

Potensi Gas Rumah Kaca Pengelolaan Sampah Domestik di Kecamatan Rungkut Kota Surabaya

Potensi Produksi Gas Metana Dari Kegiatan Landfilling di TPA Muara Fajar, Pekanbaru

PERENCANAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH DENGAN SISTEM SANITARY LANDFILL DI TPA PECUK KABUPATEN INDRAMAYU

Transkripsi:

POTENSI EKONOMI TIMBUNAN SAMPAH DI TPA NGIPIK KABUPATEN GRESIK Imam Mahmudin danyulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, Email: Imam2411@yahoo.com ABSTRAK Keterbatasan lahan di Kabupaten Gresik menjadikan TPA Ngipik yang dioperasikan sejak tahun 2003 membutuhkan pengelolaan yang baik. Penambangan timbunan sampah di TPA, atau landfill mining merupakan salah satu alternatif untuk pemanfaatan material yang tertimbun, dan penggunaan kembali TPA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan potensi ekonomi material darisampah yang telah ditimbun di TPA Ngipik. Estimasi kuantitas timbunan sampah dilakukan dengan pengukuran volume yang ditimbun setiap tahun. Sedangkan komposisi hasil galian sampah ditentukan berdasarkan prosentase jenis-jenis material yang terdapat pada sejumlah 12 (dua belas) sampel dengan berat minimum 100 kg dari seluruh timbunan sampah dengan tahun penimbunan yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan volume timbunan sampah sebesar 214.478 ton. Komposisinya terdiri atas: 25,91% material kompos, 41,40% plastik, 19,37%material kasar, 5,49% kain, 5,31% kayu, 2,5% residu. Potensi ekonomi hasil penambangan sampah diperhitungkan terhadap volume dan harga material kompos dan komponen-komponenlainnya yang dapat dimanfaatkan. Penambangan sampah disarankan untuk dilakukan setelah 6 tahun pasca penutupan TPA. Kendala dalam proses penambangan TPA Ngipik adalah kemungkinan masih terjadinya emisi gas dan lindi, serta resiko terjadinya longsor pada lahan yang berdekatan dengan lokasi penimbunan baru. Oleh karenanya metoda penambangan disarankan untuk mengikuti pedoman Kementerian PU tahun 2013 Kata kunci: Landfill Mining, TPA Ngipik, Potensi Ekonomi. PENDAHULUAN Apabila tidak dikelola dengan baik, sampah dapat menimbulkan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh meningkatnya pertumbuhan penduduk serta kegiatan masyarakat. Volume sampah yang terus meningkat, jenis sampah dan karakteristik sampah yang beragam, tidak selalu diimbangi dengan penanganan yang seksama. Keterbatasan lahan di Kabupaten Gresik menjadikan TPA Ngipik yang masih aktif memerlukan penanganan yang baik sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat dan lingkungan. Pada awal perencanaannya, TPA Ngipik dirancang untuk dioperasikan dengan metode sanitarylandfill, dimana pelaksanaan penutupan timbunan sampah dilakukan setiap hari. Namun pelaksanaan metoda sanitary landfill di TPA Ngipik tidak berjalan dengan baik. TPA Ngipik merupakan satu-satunya TPA yang ada saat ini dengan luas ± 6 ha, sedangkan luas dengan dua zona penimbunan adalah ±30.000 m² dan ±10.000 m². Pada saat ini TPA Ngipik sudah melebihi kapasitas tampungnya, sedangkan pertumbuhan penduduk semakin lama semakin meningkat. Jumlah penduduk pada tahun 2010 sebesar 1.237.675 jiwa, meningkat pada tahun 2011 menjadi 1.279.351 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan volume sampah meningkat pula dari 624,72 m³/hari di tahun 2010 menjadi 698,5m³/hari ditahun 2012 (Badan Lingkungan Hidup, 2011). Sejak tahun 2003 hingga tahun 2007 volume D-2-1

sampah yang masuk ke TPA sebesar 412 m³/hari, sedangkan pada tahun 2008 hingga penelitian ini sebesar 499,78 m³/hari. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah mengamanatkan bahwa pengelolaan sampah harus sesuai dengan metode dan teknik pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan lingkungan. Dengan mengacu pada ketentuan tersebut, sebagai langkah pengembangan lahan TPA Ngipik dan strategi yang tepat guna dan berwawasan lingkungan dilakukan rehabilitasi lahan.rehabilitasi lahan dimaksud adalah penambangan TPA (landfillmining), sebagai upaya mendapatkan kembali bahan bermanfaat dari timbunan sampah dan penyediaan lahan TPA baru. Penambangan landfill atau penggalian timbunan sampah dapat dilakukan pada timbunan sampah yang telah penuh dan berumur lebih diatas 4 tahun (Darwati, 2009). Teknik operasional penambangan dilakukan pada timbunan sampah yang sudah stabil untuk digali, kemudian sampah hasil penggalian dipilah berdasarkan komposisinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan potensi ekonomi material dari sampah yang telah ditimbun di TPA Ngipik. METODE Data yang diperlukan untuk mengkaji permasalahan ini adalah estimasi volume timbunan sampah. Data ini diperoleh dengan pengukuran langsung luas lahan terpakai dan ketinggian tumpukan sampah. Data densitas timbunan sampah dengan mengukur volume dan berat sampah pada 3 galian berukuran 100 cm (p) x 100 cm (l) x 50 cm (t) untuk setiap tahun penimbunan. Data ini diperoleh dengan melakukan penggalian terhadap timbunan tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010 masing-masing sebanyak 12 (dua belas) titik sampel. Pengukuran berdasarkan berat sampah hasil galian dibandingkan dengan volume sampah terukur guna mengetahui berat jenis sampah timbunan. Data komposisi sampah ditentukan untuk menentukan persentase setiap komponen sampah dan potensi ekonomi menurut jenisnya. Dalam pengukuran komposisi sampah ini, dilakukan pemisahan dan penimbangan terhadap masing-masing komponen hasil galian sebanyak 100 kg setiap titik sampel. Selanjutnya dihitung persentase berat dari setiap jenis sampah. Potensi ekonomi hasil ekskavasi ditentukan dengan menghitung nilai potensi setiap komponen berdasarkan harga yang berlaku pada saat ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis dan Komposisi Dari penelitian yang dilakukan, prosentase berat sampah hasil ekskavasi didapat densitas berdasarkan rumus berikut : h ( / ) = h ( ) ( )... 1 Data densitas sampah dapat dilihat pada Tabel 1.Rata-rata nilai densitas hasil ekskavasi penimbunan tahun 2007 sampai tahun 2010 sebesar 473,05 kg/m³. D-2-2

No Titik Tabel 1. Hasil Perhitungan Hasil Ekskavasi 1 Sampel I 225,24 450,48 242,00 484,00 227,34 454,68 222,01 444,02 2 Sampel II 223,25 446,50 261,67 523,34 201,91 403,82 242,18 484,36 3 Sampel III 213,72 427,44 316,55 633,10 217,64 435,28 244,78 489,56 Jumlah Rata-rata 2007 2008 2009 2010 1324,42 1640,44 1293,78 1417,94 441,47 546,81 431,26 472,65 Dari setiap sampel dengan berat sampah 100 kg didapat komposisi material yang terdiri dari material plastik, material halus, material kasar, kayu, kaca, karet, dan besi/logam. Prosentase komposisi sampah ditentukan berdasarkan rumus : h (%) = 100 h 100% 2 Prosentase berat menunjukkan bahwa komposisi material terbesar adalah plastik yaitu berkisar 30% - 45% dan material halus seperti tanah/kompos berkisar 21% - 29%. Sedangkan material lain seperti kayu, kaca, kain, besi/logam dan karet berkisar ± 0 6% dari total prosentase berat.prosentase komposisi sampah dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Prosentase Komposisi Material Hasil Ekskavasi Yang dimaksudkan denganmaterial halus adalah material yang dapat dijadikan kompos; sedangkan material kasar adalah material bekas tanah penutup dengan prosentasi berat cukup bervariasi. Prosentase rata-rata komposisi sampah adalah 41,40% plastik, 25,91% material kompos, 19,37% material kasar, 5,49% kain, 5,31% kayu, dan 1,4% karet, dan 1,01 kaca. Prosentase rata-rata komposisi hasil ekskavasi disajikan pada Gambar 2. D-2-3

- Plastik - Material Halus - Material Kasar - Kain - Kayu - Karet - Kaca - Besi/Logam 0 10 20 30 40 50 Prosentase Basah (%) Gambar 2. Rata-Rata Prosentase Komposisi Sampah Hasil Ekskavasi Dari rata-rata komposisi sampah diperoleh ±97,57% merupakan material yang dapat dimanfaatkan, sedangkan ±2,43% material yang tidak dapat dimanfaatkan. Material plastik memilikipotensi ekonomi cukup besaruntuk dimanfaatkan kembali. Komponen plastik, kain dan kayu dapat diolah menjadi bahan energi berupa RefuseDerivedFuel (RDF). Namun perlu dilakukan proses lebih lanjut untuk memenuhi standar kebutuhan. Selain itu plastik dapat dimanfaatkan menjadi bahan bakar minyak mencapai. Menurut Ciptanto (2008) dari 500 gr plastik dapat dihasilkan 350 450 gr minyak. Analisis Volume Timbunan Sampah TPA Ngipik yang dioperasikan sejak tahun 2003 masih dilakukan penimbunan sampah hingga penelitian ini ditulis. Di TPA Ngipik terdapat dua zona penimbunan dengan waktu penimbunan yang berbeda. Luas penimbunan Zona I adalah ± 30.000 m² dan Zona II ± 10.000 m², dengan masing-masing kedalaman ± 3,5 m. Berdasarkan data Badan Lingkugan Hidup Kabupaten Gresik, sampah yang masuk TPA selama masa operasional sebesar ± 2.196.720 m³. Selanjutnya dalam menghitung estimasi volume timbunan sampah yang ada digunakan metoda perhitungan limas terpancung,dengan rumus berikut : 1 = [ 1 { 1 + 2 + ( 1 2) }].. 3 3 Maka didapat : V2003-2006 =[1/3 * 3,5 * {30.000 + 28.398 + (30.000 * 28.398) 1/2 }] = 102.183 m 3 Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tahun Penimbunan Zona I Tabel 2. Hasil Estimasi Volume Timbunan Sampah Tinggi Timbunan (m) Luas Bawah (m²) Luas Atas (m²) Total Volume (m³) 2003-2006 3,5 30.000 28.398 102.183 2007 2 3 13.350 9.546 29.607 2008 6,5 6.440 3.566 32.062 2009 6,5 7.245 4.293 37.083 2010 6 5.480 3.153 25.579 2012-2013 8,5 12.126 7.937 84.641 Zona II 2010-2011 3,5 4,0 29.394 25.126 99.827 Total Volume Sampah (m³) 410.984 D-2-4

Hasil estimasi volume timbunan sampah yang adaadalah 410.984 m³. Volume tersebut tersisa setelah penambangan oleh Semen Gresik Foundation sebesar ±495 m³. Sehingga volume sampah total potensial sebesar ± 725.984 m³. Analisis Timbunan Sampah timbunan sampah yang dihitung berdasarkan volume dan densitas. Perhitungan berat sampah yang masuk TPA berdasarkan SNI 19-3964-1994 dengan densitas sampah lepas sebesar 300 kg/m³, sedangkan densitas sampah di TPA 600 kg/ m³.nilai densitas sampah yang digunakan untuk menghitung volume tahun 2003 - tahun 2007 adalah 441,47 kg/m³. Untuk menghitung volume sampah tahun 2008 tahun 2010 digunakan berdasarkan nilai densitas setiap tahunnya, sedangkan untuk tahun 2011 - tahun 2013 digunakan densitas 600 kg/m³. Contoh perhitungan sebagai berikut : Volume sampah tahun 2003-2006setelah tertimbun : 102.183 m³ sampah timbunan : 441,47 kg/m³ = 0,441 ton sampah eksisting : 102.182 m³ x 0,441 ton : 45.111 ton Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa perbedaan berat sampah awal dengan berat sampah setelah tertimbun rata-rata mencapai 20 30%.Selama proses degradasi sampah dalam landfillterjadi penurunan permukaan timbunan sampah (settlement).penurunan terjadi karena adanya konsolidasi sampah (Damanhuri, 1995). Analisis Mass Balance Tabel 3. Hasil Perhitungan Sampah Timbunan Tahun Penimbunan Vol. sampah tertimbun (m³) (1) sampah (ton) (2) =(1) x densitas Zona I 2003-2006 102.183 45.111 2007 29.607 13.071 2008 32.062 17.532 2009 37.083 15.992 2010 25.579 12.090 2012-2013 85.641 50.785 Zona II 2010-2011 99.828 59.897 total = 214.478 ton Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan berat sampah di TPA Ngipik sebesar 214.487 ton terdiri atas 97,57% sampah yang dimanfaatkan dan 2,53% sampah residu beru. Pa karet dan kaca. Perhitungan prosentase dan berat komposisi sampah yang dapat dimanfaatkan dapat dilihat pada Tabel 4. Pengolahan hasil ekskavasi yang dapat dimanfaatkan adalah 25,91% atau55.575 ton material halus dimanfaatkan sebagai kompos. Material kasar sebesar 19,37% atau 41.553 ton dapat dimanfaatkan sebagai tanah urug. Yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif adalah campuran material plastik, kain dan kayu sebesar 52,2% atau 111.968 ton. Sedangkan material besi/logam sebanyak 201 ton dapat dijual kembali. D-2-5

Tabel 4. Data Prosentase dan Komponen Sampah No. Komponen sampah sampah (%) (Ton) Pemanfaatan 1 Material halus 25,91 55.575 Kompos 2 Material kasar 19,37 41.553 Tanah urug 3 Plastik 41,40 88.802 4 Kayu 5,31 11.398 Bahan bakar alternatif 5 Kain 5,49 11.768 6 Besi/logam 0,09 201 Dijual untuk daur ulang 7 Karet 1,40 3.006 8 Kaca 1,01 2.175 Re-landfill Total 214.478 Potensi daur ulang sampah yang didapat potensi perhitungan massbalancepada Tabel 4 dijadikan sebagai dasar guna menghitung potensi pendapatan dari kegiatan penambangan. Harga masing-masing komponen sampah yang masih dapat didaur ulang diperoleh dari penelitian dan wawancara kepada bandar lapak, mandor kebersihan maupun dinas terkait. Perhitungan pendapatan ini diperhitungkan dengan asumsi pemasaran produk daur ulang yang berjalan lancar dan produk terjual sempurna. Harga yang dicantumkan untuk setiap komponen sampah didapat dari informasi di internet, wawancara dengan pemulung dan pemilik lapak. total kompos seberat 55.575 ton dengan harga pasar Rp.750,-/kg atau Rp. 750.000,-/ton, hasil diperoleh sebesar Rp. 41.681.250.000,-. Material RDF (plastik, kain dan kayu) seberat 111.968 ton,dengan asumsi harga sebesar Rp. 350.000,-/ton, besi/logam seharga 1.500,-/kg atau Rp. 1.500.000,-/ton. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Potensi Pendapatan Hasil dari Penjualan Produk Daur Ulang Harga/ton No. Komponen sampah Jumlah Harga (Rp.) (ton) (Rp.) 1 Material kompos 55.575 750.000,- 41.681.250.000,- 2 Material RDF dari plastik, 111.968 350.000,- 39.188.800.000,- kayu dan kain 3 Besi/logam 201 1.500.000,- 301.500.000,- JUMLAH 81.171.550.000,- Dalam hal ini, sampah plastik tidak dapat dijual secara tersendiri telah lama tertimbun, sehingga berkualitas rendah dan memiliki nilai daur ulang dan nilai ekonomi rendah.karenanya sampah plastik, kain dan kayu dapat dijadikan satu produk daur ulang menjadi Refused Derived Fuel (RDF) yangmasihmemerlukan proses lebih lanjut.hasil ekskavasi berupa material kasar, yang dapat digunakan sebagai tanah penutup TPA. KESIMPULAN Timbunan sampah di TPA Ngipik memiliki potensi ekonomi. Berdasarkan analisa massbalance, 97,57% sampah tertimbun dapat dimanfaatkan sebagai produk daur ulang. Potensi ekonomi tersebut adalah: - Material halus sebanyak 41,40% dari total timbunan sampah dapat dimanfaatkan sebagai produk kompos. - Material plastik, kain dan kayu sebanyak 52,2% dari total timbunan sampah dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar RDF. - Material kasar sebesar 19,37% dapat dimanfaatkan sebagai tanah urug. D-2-6

DAFTAR PUSTAKA Badan Lingkungan Hidup, (2011), Laporan Pengelolaan Sampah Kabupaten Gresik, Badan Lingkungan Hidup, Pemerintah Kabupaten Gresik. Ciptanto, (2008), Pilih mana degradasi plastik atau mengubahmenjadi minyak http://akbarciptanto.wordpress.com/2008/07/06/pilih-mana-degradasi-plastik-ataumengubah-menjadi-minyak. Damanhuri, E. (1995) Teknik Pembuangan Akhir, Diktat Kuliah TL-453, Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITB. Darwati, S. (2009), Potensi Rehabilitasi Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Melalui Penambangan Lahan Urug. Jurnal Permukiman, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, Bandung. SNI19-3964-1994. (1994), Metode pengambilan dan pengukuran contoh timbulan dan komposisi sampah perkotaan, Standar Nasional Indonesia, Badan Standardisasi Nasional, Jakarta. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008, tentang Pengelolaan Sampah, Jakarta. D-2-7