PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH ADITIF SiO2 TERHADAP SIFAT FISIS DAN SIFAT MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET BaO.6Fe2O3

: PEMBUATAN KERAMlK BERPORI CORDIERITE (2MgO. 2Ah03' 5SiOz) SEBAGAI BAHAN FILTER GAS. Menyetujui Komisi Pembimbing :

Menyetujui Komisi Pembimbing:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

EFEK ADITIF Bi 2 O 3 TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KOEFISIEN NON LINIER VARISTOR ZnO

EFEK ADITIF Bi 2 O 3 TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KOEFISIEN NON LINEAR VARISTOR ZnO.

PENGARUH ADITIF Bi 2 O 3 TERHADAP SIFAT FISIS DARI KERAMIK VARISTOR ZnO. Drs. M. Gade, M.Si. ABSTRAK

Identifikasi Keramik Na-β -Al 2 O 3 dengan Penambahan Variasi Komposisi (0%, 3% dan 6%) Berat MgO

Efek Aditif 3Al 2 O 3.2SiO 2 dan Suhu Sintering terhadap Karakteristik Keramik α-al 2 O 3

PENGARUH WAKTU MILLING TERHADAP SIFAT FISIS, SIFAT MAGNET DAN STRUKTUR KRISTAL PADA MAGNET BARIUM HEKSAFERIT SKRIPSI EKA F RAHMADHANI

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Einstein 4 (2) (2016): Jurnal Einstein. Available online

SINTESIS KERAMIK Al 2 TiO 5 DENSITAS TINGGI DENGAN ADITIF MgO

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

I. PENDAHULUAN. Al yang terbentuk dari 2 (dua) komponen utama yakni silika ( SiO ) dan

Fabrication of varistor ZnO with using raw material: ZnO (E-Merck) and additive : 0, 2,5, 5, 7,5, and 10 % weight Bi203 (E-Merck) has been made at

I PENDAHULUAN. Cordierite adalah material zat padat dengan formula 2MgO.2Al 2 O 3.5SiO 2 yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

LOGO. STUDI EKSPANSI TERMAL KERAMIK PADAT Al 2(1-x) Mg x Ti 1+x O 5 PRESENTASI TESIS. Djunaidi Dwi Pudji Abdullah NRP

PENGARUH TEMPERATUR KALSINASI PADA PEMBENTUKAN LITHIUM IRON PHOSPHATE (LFP) DENGAN METODE SOLID STATE

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Sintesis Bahan Ubahan Gradual Aluminum Titanat/Korundum dari Alumina Transisi dengan Penambahan MgO

LAMPIRAN 1. Peralatan dan Bahan Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

PENGARUH TEMPERATUR SINTERING TERHADAP SIFAT FISIS, MAGNET DAN MIKROSTRUKTUR DARI BaFe 12 O 19 DENGAN ADITIF Al 2 O 3 SKRIPSI

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI Α-FE 2 O 3 BERBASIS LIMBAH BAJA MILL SCALE DENGAN ADITIF FeMo

Sintesis Keramik Al 2 TiO 5 dengan Aditif MgO Menggunakan Metode Solid Reaction

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 )

KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR FEROELEKTRIK MATERIAL SrTiO 3 DENGAN MENGGUNAKAN SCANNING ELECTRON MICROSCOPY (SEM)

PENGARUH KOMPOSISI KAOLIN TERHADAP DENSITAS DAN KEKUATAN BENDING PADA KOMPOSIT FLY ASH- KAOLIN

Eksperimen Pembentukan Kristal BPSCCO-2223 dengan Metode Self-Flux

SINTESIS BAHAN UBAHAN GRADUAL ALUMINUM TITANAT/KORUNDUM DARI ALUMINA TRANSISI DENGAN PENAMBAHAN MgO

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

PEMBUATAN MAGNET PERMANENT Ba-Hexa Ferrite (BaO.6Fe 2 O 3 ) DENGAN METODE KOOPRESIPITASI DAN KARAKTERISASINYA SKRIPSI

PENGARUH KOMPOSISI BAHAN BAKU SECARA STOIKIOMETRI DAN NON STOIKIOMETRI TERHADAP SIFAT FISIS DAN MAGNET PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BaO.

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK KAYU TERHADAP KARAKTERISTIK KERAMIK CORDIERITE BERPORI SEBAGAI BAHAN FILTER GAS BUANG

SIFAT FISIK DAN KEKUATAN BENDINGPADA KOMPOSIT FELDSPAR-KAOLINE CLAY

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2013 di

Pengaruh Penambahan Periclase (0,10,15)% terhadap Karakteristik Struktur dan Kekerasan Kordierit

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

PEMBUATAN MAGNETIK BARIUM M-HEKSAFERIT YANG DIDOPING ION Cu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

Sintesis Komposit TiO 2 /Karbon Aktif Berbasis Bambu Betung (Dendrocalamus asper) dengan Menggunakan Metode Solid State Reaction

BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

I. PENDAHULUAN. rumah tangga dan bahan bangunan, yang selanjutnya keramik tersebut dikenal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah dengan metode eksperimen murni.

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

PENGARUH DOPAN Y 2 O5, Er 2 O 3 DAN CaO TERHADAP SIFAT FISIS DAN KONDUKTIVITAS BISMUTH OXIDE (Bi2O3) SEBAGAI ELEKTROLIT PADAT PADA SISTEM SOFC

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

KEKUATAN BENDING KOMPOSIT CLAY DIPERKUAT DENGAN ALUMINA UNTUK APLIKASI FIRE BRICK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

Bab III Metodologi Penelitian

KERAMIK PORSELEN BERBASIS FELDSPAR SEBAGAI BAHAN ISOLATOR LISTRIK

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH VARIABEL KOMPAKSI TERHADAP MODULUS ELASTISITAS KOMPOSIT Al/SiC p DENGAN PERMUKAAN PARTIKEL SiC TERLAPISI ZnO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

Sintesis dan Karakterisasi Sifat Mekanik Mortar Berbasis Material Komposit Silika Amorf dengan Variasi Penambahan Sekam Tebu

EFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9)

PENGARUH UKURAN PARTIKEL BATU APUNG TERHADAP KEMAMPUAN SERAPAN CAIRAN LIMBAH LOGAM BERAT

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan September 2012

BAB IV ANALISIS & HASIL PERCOBAAN

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

KARAKTERISASI I-V SEMIKONDUKTOR HETEROKONTAK CuO/ ZnO(TiO 2 ) SEBAGAI SENSOR GAS HIDROGEN

Aplikasi HEM dalam Pembuatan Serbuk Nano LTAP

I. PENDAHULUAN. material, antara lain sebagai komponen dari pembentukan gelas (Doweidar et al.,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini menggunakan metode screen printing melalui proses :

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

SIDANG TUGAS AKHIR Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Terhadap Pembentukan PbTiO 3 dengan Metode Mechanical Alloying

KARAKTERISASI DAN PEMBUATAN SEMEN POZOLAN KAPUR (SPK) SEBAGAI SEMEN ALTERNATIF SKRIPSI TRIYA SULASIH

Pemurnian Serbuk Zirkonia dari Zirkon

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di beberapa tempat yang berbeda yaitu ; preparasi

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZED ZIRCONIA (CSZ)

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

Abstract. Keywords: composite, electroless plating, stir casting, density-porosity.

BAHAN KERAMIK ALUMINIUM BORAT SEBAGAI PEMANDU BENANG MESIN TEKSTIL

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

KARAKTERISASI TiO 2 (CuO) YANG DIBUAT DENGAN METODA KEADAAN PADAT (SOLID STATE REACTION) SEBAGAI SENSOR CO 2

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Pengaruh Variasi Waktu Milling dan Penambahan Silicon Carbide Terhadap Ukuran Kristal, Remanen, Koersivitas, dan Saturasi Pada Material Iron

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MEMBRAN KERAMIK ZrSiO 4 -V 2 O 5 TESIS. ERFAN PRIYAMBODO NIM : Program Studi Kimia

PENGARUH PENAMBAHAN ABU SEKAM PADI PADA MEMBRAN KERAMIK DARI ZEOLIT ALAM

Transkripsi:

PEMBUATAN KERAMIK BETA ALUMINA (Na 2 O - Al 2 O 3 ) DENGAN ADITIF MgO DAN KARAKTERISASI SIFAT FISIS SERTA STRUKTUR KRISTALNYA. Ramlan 1, Masno Ginting 2, Muljadi 2, Perdamean Sebayang 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Sriwijaya 2 Pusat Penelitian Fisika-LIPI Kawasan Puspiptek Serpong 15314. ABSTRAK Keramik system Na 2 O-Al 2 O 3 dibuat melalui reaksi padatan dari campuran bahan baku : serbuk Na 2 CO 3, serbuk α-al 2 O 3, dan Mg(OH) 2 CO 3 sebagai aditif MgO. Mole ratio antara Na 2 O dan Al 2 O 3 adalah 1 : 11, sedangkan aditif MgO divariasikan yaitu: 0, 1 %, 2 %, 3 %, dan 4 % berat. Preparasi sample dilakukan dua tahpan, tahap pertama pembuatan serbuk, ketiga macam bahan baku tersebut digiling menggunakan ball mill selama 24 jam, kemudian dikalsinasi pada suhu 1200 o C selama 2 jam. Pada tahap kedua serbuk yang telah dikalsinasi digiling dan diayak hingga lolos ayakan 400 mesh, kemudian dicetak dengan cara tekan, dan disintering dengan variasi suhu yaitu 1400, 1450, 1500, 1550, dan 1600 o C, serta ditahan selama 2 jam. Masing-masing sample setelah disinterring dikarakterisasi yang meliputi: sifat-sifat fisis (densitas, dan porositas), dan analisa fasa dengan difraksi sinar X. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa densitas tertinggi (2,34 g/cm 3 ) dan porositas terendah (32 %) diperoleh pada sample dengan aditif 3 % MgO dan suhu sintering 1600 o C. Hasil analisa dengan difraksi sinar X menunjukkan bahwa telah terbentuk fasa dominan Na-β Al 2 O 3 dengan fasa minor Na-β Al 2 O 3. Kata Kunci : sintering, reaksi padatan, kalsinasi, beta alumina. ABSTRACT Ceramic system of Na 2 O - Al 2 O 3 has been made through solid-solid reaction from mixing of raw materials : powder Na 2 CO 3, powder α-al 2 O 3, and Mg(OH) 2 CO 3 as additive MgO. Mole ratio between Na 2 O dan Al 2 O 3 was 1 : 11, also additive MgO was varied such as : 0, 1 %, 2 %, 3 %, and 4 % wt. The sample preparation was done in two steps, first step was mixing of raw materials with using a ball mill for 24 hours, then it was calcined at temperature 1200 o C for 2 hours. The second step was forming of calcined powder with using pressing, and then all samples were sintered at temperature : 1400, 1450, 1500, 1550, and 1600 o C with holding time about 2 hours. The sintered samples were characterized such as : physical properties ( density and porosity ), also phases analysis by using XRD. The charachterization results show that highest density (2,34 g/cm 3 ) and lowest porosity (32%) were found at sample with 3 % MgO and at sintering temperature1600 o C. The XRD analysis show that it was obtained Na-β Al 2 O 3 phase as dominat phase, and Na-β Al 2 O 3 phase as minor phase. Key Words : sintering, solid reaction, calcination, beta alumina. 10

I. PENDAHULUAN Alumina (Al 2 O 3 ) tergolong salah satu jenis keramik oksida atau keramik teknik, yang aplikasinya cukup luas baik di bidang elektronik maupun di bidang mekanik. Berdasarkan komposisinya, alumina ada dua macam yaitu alumina murni dan alumina tidak murni. Alumina murni merupakan polimorfi material yang berdasarkan struktur kristalnya dapat digolongkan menjadi dua yaitu γ-alumina Al 2 O 3 dan α-alumina Al 2 O 3 atau disebut corundum [1]. Aplikasi dari corundum disamping sebagai bahan paling tahan suhu tinggi sampai suhu 1700 o C, juga merupakan material yang sangat keras dan kuat sehingga sering dipakai sebagai bahan mekanik. Disamping itu sifat listrik atau konduktivitas listriknya sangat rendah sehingga cocok digunakan sebagai bahan isolator listrik. Sedangkan alumina tidak murni, umumnya merupakan kombinasi dua macam oksida seperti misalnya antara Na 2 O dengan Al 2 O 3, yang membentuk struktur baru yaitu dikenal dengan sebutan beta alumina dengan formula stochiometri Na 2 O.11Al 2 O 3. Beta alumina sendiri memiliki beberapa struktur kristal antara lain: Na-β Al 2 O 3, Na-β Al 2 O 3, dan Na-β Al 2 O 3 [1,2]. Aplikasi dari beta alumina hanya dibidang elektronik, yaitu material ini memiliki konduktivitas listrik yang cukup tinggi (memiliki konduktivitas ion 30 Sm-1 pada suhu 300 o C), sehingga cocok dipakai sebagai bahan elektrolit pada baterai padat [2]. Kecenderungan pada perkembangan teknologi di era tahun dua ribu mengarah ke perkembangan yang pesat dibidang elektronik khususnya dalam hal energy storage seperti baterai, dimana baterai padat memiliki daya kapasitas penyimpanan yang tinggi. Oleh karena itu pengembangan beta alumina sebagai salah satu kandidat material untuk baterai perlu mulai dikembangkan. Ketersedian bahan baku alumina di alam di Indonesia cukup melimpah dalam bentuk mineral bauksit, selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Beta alumina memiliki sifat mekanik yang lebih rendah dibandingkan dengan corundum. Pada penelitian ini dibuat keramik beta alumina melalui reaksi padatan antara Na 2 O dengan Al 2 O 3, dimana reaksi tersebut berlangsung pada suhu tinggi sekitar 1200 1400 o C. Dalam pembuatan keramik diawali dengan pembuatan serbuk kemudian dilanjutkan ke proses pemadatan pada suhu tinggi yang disebut dengan proses sintering [3,4]. Suhu agar tercapai proses sintering yang sempurna sangat dipengaruhi oleh jenis material, ukuran butir, dan aditif sintering yang digunakan. Dalam pembuatan keramik beta alumina ini digunakan aditif MgO, karena aditif ini telah banyak dilakukan peneliti lain pada pembuatan keramik alumina. Dimana aditif MgO dalam sintering alumina memberikan efek yang baik terhadap mikrostruktur dan mampu mengurangi pori-pori hingga mendekati zero. Tahapan pembuatan keramik beta alumina ini baru sampai tahap pembuatan benda uji untuk dilakukan pengujian sifat-sifat fisis seperti densitas dan porositas, serta analisa fasa dengan difraksi sinar X. 11

II. METODOLOGI Pembuatan keramik beta alumina digunakan komposisi tetap yaitu dengan mole ratio antara Na 2 O dan Al 2 O 3 adalah 1 : 11, dan sebagai aditif sintering digunakan MgO dengan variasi: 0, 1 %, 2 %, 3 %, dan 4 % berat. Sebagai bahan baku digunakan bahan kimia murni dari E-Merck yaitu: serbuk Na 2 CO 3 sebagai sumber Na 2 O, serbuk α-al 2 O 3, dan sebagai sumber MgO digunakan Mg(OH) 2 CO 3. Ada dua tahapan yang dilakukan yaitu pembuatan serbuk dengan mencampurkan ketiga macam bahan baku tersebut berdasarkan komposisinya menggunakan ball mill dan media nya adalah alkohol. Proses pencampuran dengan ballmill dilakukan selama 24 jam, setelah di ball mill dilakukan pengeringan pada suhu sekitar 60 80 o C, sehingga diperoleh serbuk kering. Selanjutnya serbuk tersebut digerus dengan mortar tangan dan diayak dengan ayakan 400 mesh. Selanjutnya serbuk yang lolos ayakan dicetak tekan dengan tekanan sekitar 50 MPa, kemudian disintering dengan menggunakan tungku listrik dengan kecepatan 10 o C / menit. Suhu sintering divariasikan dari 1400 o C sampai 1600 o C dengan interval 50 o C, pada masing suhu tersebut dilakukan penahanan selama 2 jam. Selanjutnya masingmasing sampel yang telah disintering dilakukan pengujian yang meliputi pengujian densitas dan porositas dengan metode Archimedes, serta dilakukan analisa fasa dengan menggunakan difraksi sinar X. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengukuran densitas dan porositas dari masing-masing sampel ditunjukkan pada Gambar 1 dan 2 sebagai berikut. Gambar 1. Kurva hubungan Bulk Density terhadap Suhu Sintering untuk berbagai Persen aditif MgO ( A : 0%, B : 1 %, C : 2 %, D : 3 %, E : 4 % ). 12

Kurva Gambar 1 menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu sintering nilai densitas cenderung naik, hal ini menerangkan bahwa mekanisme proses sintering pada rentang suhu 1400 1600 o C telah berjalan. Dari suhu 1400 sampai 1500 o C merupakan awal proses sintering, kenaikkan densitasnya masih kecil, tetapi pada kisaran 1500 1600 o C terjadi perubahan densitas yang besar, berarti terjadi proses akhir sintering / pemadatan. Penambahan aditif dari 1 % sampai dengan 3 % memberikan dampak kenaikkan densitas, peranan aditif MgO mampu meredam pertumbuhan butir selama proses sintering, sehingga terjadi pemadatan, tetapi dengan bertambah banyaknya aditif MgO ( 4 % ) peranannya berkurang, sehingga densitasnya turun kembali. Suhu sintering yang baik adalah pada suhu 1600 o C dengan aditif 3 % MgO yaitu diperoleh densitas sebesar 2,34 g/cm 3. Akan tetapi densitas yang dicapai ini masih dibawah densitas menurut literature, dimana densitas teoritis sekitar 2,6 2,8 g/cm 3. Pada Gambar 2 dibawah ini ditunjukkan pola kurva yang berlawanan dengan kurva pada Gambar 1. Gambar 2. Kurva hubungan Porositas terhadap Suhu Sintering untuk berbagai Persen aditif MgO ( A : 0%, B : 1 %, C : 2 %, D : 3 %, E : 4 % ). Semakin tinggi suhu sintering maka nilai porositasnya cenderung mengecil, hal ini sesuai dengan mekanisme proses sintering, dimana terjadi pengurangan pori selama terjadi proses sintering. Porositas terendah adalah 32 % pada sampel dengan aditif 3 % MgO dan disintering pada suhu 1600 o C. Idealnya porositasnya harus mendekati nol, tetapi hal ini dilihat dari nilai densitasnya juga masih jauh dibawah densitas teoritis. Untuk dapat mencapai porositas yang lebih rendah lagi dan 13

densitas juga dapat meningkat mendekati densitas teoritis, maka perlu dilkakukan penelitian lebih lanjut lagi. Hasil analisa dengan difraksi sinar X ditunjukkan pada Gambar 3 sebagai berikut. Telah teridentifikasi bahwa telah terbentuk fasa dominan Na-β Al 2 O 3 dengan fasa minor Na-β Al 2 O 3. Perubahan suhu sintering tidak memberikan adanya perubahan fasa yang besar. Karena fasa-fasa tersebut telah terbentuk pada suhu 1400 o C, dan tetap stabil dengan suhu sintering yang meningkat. D-1400 o C D-1450 o C INTENSITAS D-1500 o C D-1550 o C D-1600 o C 2θ Gambar 3. Pola difraksi sinar X untuk sample D ( 3 % MgO ) yang disinterring pada suhu dari 1400 1600 o C. 14

KESIMPULAN Keramik beta alumina dengan fasa Na-β Al 2 O 3 telah dapat terbentuk pada suhu sekitar 1400 1600 o C, dan disertai dengan fasa minor Na-β Al 2 O 3. Aditif MgO mampu memberikan efek pemadatan/sintering keramik beta alumina yang signifikan dengan presentase maksimum 3 %, dimana pada kondisi tersebut dengan suhu sintering 1600 o C diperoleh densitas sebesar 2,34 g/cm 3 dan porositas 32 %. DAFTAR PUSTAKA 1. Buchanan R.C., Ceramic Materials for Electronics, Marcel Dekker, New York and Basel, 1986. 2. Moulson A.J and J.M Herbert, Electroceramic, Chapman and Hall, New York, 1999. 3. Ristic M.M., Sintering- New Developments, Elsevier, Amsterdam, 1979. 4. William C, Firing Sintering, Hand Book of Engineered Materials, Vol.4, ASM International, New York, 1991. 15