BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

Lampiran 1. Data Matrix Input AHP. 1. Kriteria Berdasarkan Fokus Peningkatan Kualitas Proses Layanan Pasang Baru

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

2.3.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penetapan Kriteria dan Sub Kriteria Pemilihan Pemasok Analytic Hierarchy Process

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PRAKATA...

A. KERANGKA PEMIKIRAN

DAFTAR ISI. PERSETUJUAN SKRIPSI... ii. PENGESAHANDEWAN PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI

Sabdo Wicaksono Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma, Jakarta

III. METODE KAJIAN. Data kajian ini dikumpulkan dengan mengambil sampel. Kabupaten Bogor yang mewakili kota besar, dari bulan Mei sampai November

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

Majalah Ilmiah UPI YPTK, Volume 21, No.21, Oktober 2014 ISSN :

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

K U E S I O N E R. Intensitas Pentingnya

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM

BAB 2 LANDASAN TEORI

DECISION SUPPORT SYSTEM UNTUK PROMOSI KENAIKAN JABATAN DI PT. XYZ

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia. Analisis keberadaan..., Marthin Hadi Juliansah, FE UI, 2010.

BAB III SOLUSI BISNIS

ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP)

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran

BAB VI STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM

Penerapan Metode Analytical Hierarchy Process dalam Analisis Profil Badan Usaha Milik Negara Tempat Kerja bagi Lulusan Program Studi Matematika

Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Jurusan Siswa-Siswi SMA (IPA/IPS/BAHASA) Menggunakan Metode AHP (Studi Kasus SMA di Kota Padang).

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UNTUK PERJALANAN KULIAH

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Rekam Jejak Dosen Sebagai Model Pengambilan Keputusan Dalam Pemilihan Dosen Berprestasi

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

MODEL ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS UNTUK MENENTUKAN TINGKAT PRIORITAS ALOKASI PRODUK

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

Pendidikan Responden

Penentuan Kriteria Kendaraan di Area Penyimpanan Studi Kasus Tunas Daihatsu Cilegon

Jurnal SISTEMASI, Volume 4, Nomor 3, September 2015 : 54 59

Pengertian Metode AHP

EVALUASI KEANDALAN KESELAMATAN KEBAKARAN PADA GEDUNG FISIP II UNIVERSITAS BRAWIJAYA, MALANG.

ABSTRAK. Kata kunci : SPK, metode AHP, penentuan lokasi.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. sistem yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga diharapkan dengan adanya

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

III. METODE PENELITIAN

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

METODOLOGI PENELITIAN

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN GASIBU

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

PENEMPATAN JUKIR DI WILAYAH KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KEDIRI DENGAN METODE ANALITICAL HIERARCHY PROCESS SKRIPSI

STUDI KOMPETISI FAKTOR-FAKTOR PEMASARAN PRODUK MINUMAN SERBUK RASA BUAH BERDASARKAN PERSEPSI KONSUMEN MENGGUNAKAN THE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PEMILIHAN ROUTER MIKROTIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (Analitycal Hierarchy Process)

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Penentuan Metode Destilasi Minyak Pala

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB III METODE KAJIAN

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENGAMBILAN KEPUTUSAN ALTERNATIF ELEMEN FAKTOR TENAGA KERJA GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KERJA DENGAN SWOT DAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS

Transkripsi:

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS 4.1 Pelaksanaan Survai Pelaksanaan survai dilakukan dengan melakukan penyebaran kuesioner kepada responden yang telah ditentukan. Dalam hal penyebaran kuesioner, cara pengumpulan data dilakukan sebagai berikut: a. Dilakukan perancangan responden yang akan ditanyai dan dimintai keterangan tentang kriteria-kriteria yang berkaitan dengan pemilihan alternatif model kelembagaan TPA Legognangka. Responden yang masuk dalam daftar pengisian kuesioner adalah perwakilan dari PD. Kebersihan Kota Bandung (1 orang), Dinas Kebersihan Kabupaten Bandung (1 orang), Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Barat (1 orang), Dinas Penyehatan dan Lingkungan Kebersihan Kota Cimahi (1 orang), Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Kabupaten Sumedang (1 orang), Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Garut(1 orang), dan dari ahli independen (4 orang). Jumlah semua responden semuanya mencapai 10 orang. b. Pengambilan data dari responden dilakukan melalui kuesioner yang diberikan ke responden disesuaikan dengan kondisi responden dan kemudahan pengambilan data. c. Rancangan isi pertanyaan ke responden meliputi 33 pertanyaan yang mewakili kriteria-kriteria penilaian sebagai ukuran yang mempengaruhi terhadap pemilihan alternatif model kelembagaan. Kuesioner dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan dalam pembacaan dan pemahaman responden (Kuesioner dapat dilihat pada Lampiran). 85

86 4.2 Analisis Matriks Perbandingan Berpasangan Proses hirarki analitis (AHP) yang diusulkan dalam penelitian ini bertujuan memberikan penilaian bagi kriteria yang mempengaruhi keputusan pemilihan alternatif model kelembagaan pengelolaan TPA Legognangka. Pemilihan metodologi didasarkan pada karakteristik masalah dan pertimbangan keuntungan dan kelemahan dari metodologi lain. Peneliti menilai pentingnya masing-masing kriteria menurut nilai pasangan kriteria yang dibandingkan. Hasil akhir AHP adalah suatu ranking atau pembobotan prioritas dari tiap alternatif model. Dalam penelitian ini fokus pada perumusan suatu model berbasis AHP untuk menilai dari ketiga alternatif model kelembagaan pengelolaan TPA Legognangka yang diusulkan dan memiliki kelayakan yang paling baik diantara ketiganya. Sekalipun demikian, konsep pengembangan dan struktur model yang nantinya dikembangkan, akan dapat diberlakukan pula bagi pemilihan jenis alternatif model kelembagaan yang lain, jika dikehendaki. Secara mendasar, ada tiga langkah dalam model AHP, yaitu: membangun hirarki, penilaian, dan sintesis prioritas. 4.2.1 Pembentukan Hirarki Dalam bagian ini diperkenalkan suatu pendekatan konseptual untuk penilaian alternatif model dengan menggunakan model AHP. Dalam model yang diusulkan dalam penelitian ini, setidaknya terdapat 3 level hirarki sebagai berikut: a. Level I: Sasaran dari keputusan yang akan diambil ditempatkan pada puncak hirarki. Dalam hal ini sasaran yang dimaksud adalah Pemilihan Model Kelembagaan Pengelolaan TPA Legognangka b. Level II: Pada tingkatan kedua, diajukan kriteria-kriteria penilaian dari yang dapat menunjukan kualitas atau tingkat pelayanan dari alternatif model yang diusulkan. Kriteria-keriteria tersebut terdiri dari efektifitas, pola kerjasama dan kewenangan, pengambilan keputusan, pola pengawasan, sumber pembiayaan, dan profesionalitas.

87 c. Level III: Pada tingkatan ketiga, diusulkan alternatif model kelembagaan pengelolaan TPA Legognangka. Pemilihan Model Kelembagaan Pengelolaan TPA Legognangka TUJUAN (GOAL) KRITERIA Kemampuan Unit Pola Kerjasama dan Kewengangan Peng. Keputusan Pola Pengawasan Sumber Pembiayaan Profesionalitas ALTERNATIF Model 1 Model 2 Model 3 Gambar 4.1 Struktur Hirarki Pemilihan Model Kelembagaan Pengelolaan TPA Legognangka

88 Tabel 4.1 Matriks Orde 6 x 6 untuk Level 2 Unit Kerjasama & Keputusan Pengawasan Pembiayaan Profesional Kewenangan Unit a11 a12 a13 a14 a15 a16 Kerjasama & Kewenangan a21 a22 a23 a24 a25 a26 Keputusan a31 a32 a33 a34 a35 a36 Pengawasan a41 a42 a43 a44 a45 a46 Pembiayaan a51 a52 a53 a54 a55 a56 Profesional a61 a62 a63 a64 a65 a66 Tabel 4.2 Matriks Orde 3 x 3 untuk Level 3 Model 1 Model 2 Model 3 Model 1 a11 a12 a13 Model 2 a21 a22 a23 Model 3 a31 a32 a33 4.3 Tahap Pembobotan Hasil penilaian jawaban responden terhadap tiap pertanyaan selanjutnya dapat dibentuk matriks. Pembentukan matriks dilakukan pada tiap kelompok pertanyaan dengan ordo sesuai dengan jumlah pertanyaan dalam setiap kelompok sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya. Hasil penilaian pada bagian sebelumnya dimasukan dalam sel-sel yang berada diatas diagonal. Sel diagonal akan diisi dengan angka 1. Sementara sel lain akan diisi dengan angka kebalikan (invers) sesuai dengan pasangan sel sejenis (misal aji = aij ). Prosedur pemasukan jawaban adalah sebagai berikut: 1) Tiap jawaban responden pada tiap pertanyaan akan diberi penilaian sesuai dengan aturan Saaty.

89 2) Hasil penilaian dalam satu pertanyaan untuk semua responden (10 orang) lalu dirata-rata 3) Nilai rata-rata merupakan jawaban yang mewakili semua responden untuk tiap pertanyaan 4) Nilai tersebut selanjutnya dimasukan dalam matriks berpasangan dan ditempatkan sesuai dengan pasangan antar kriteria yang ditinjau Tabel Hasil Penilaian Jawaban Responden dapat dilihat dalam Lampiran. 4.3.1 Matriks M66 (Matriks Pasangan Antar Kriteria) Merupakan matriks berordo 6 x 6 yang dibentuk dari nilai jawaban responden berdasarkan pertanyaan nomor 1 sampai 15. Hasil pembentukan matriks dapat dilihat dalam Tabel 4.3. Tabel 4.3 Matriks M66 Kriteria Efektif Kerjasama & Kewenangan Keputusan Pengawasan Pembiayaan Profesional Efektif 1,000 1,000 1,000 2,000 0,5 1,000 Kerjasama & Kewenangan 1,000 1,000 2,000 2,000 2,000 2,000 Keputusan 1,000 0,500 1,000 1,000 1,000 2,000 Pengawasan 0,500 0,500 1,000 1,000 0,500 2,000 Pembiayaan 2,000 0,500 1,000 2,000 1,000 2,000 Profesional 1,000 0,500 0,500 0,500 0,500 1,000 Jumlah 6,500 4,000 6,500 8,500 5,500 10,000 4.3.2 Matriks MK (Matriks Pasangan ) Merupakan matriks berordo 3 x 3 yang dibentuk dari nilai jawaban responden berdasarkan pertanyaan nomor 16 sampai 33. Hasil pembentukan matriks dapat dilihat dalam Tabel 4.4 sampai 4.9.

90 Tabel 4.4 Matriks MK1 (alternatif model terhadap kriteria kemampuan unit) Unit Model 1 Model 2 Model 3 Model 1 1 0,250 0,500 Model 2 4 1 3 Model 3 2 0,33 1 Jumlah 5,000 1,580 4,500 Tabel 4.5 Matriks MK2 (alternatif model terhadap kriteria pola kerjasama & kewenangan) Pola Kerjasama & Kewenangan Model 1 Model 2 Model 3 Model 1 1 0,33 1 Model 2 3 1 3 Model 3 1 0,33 1 Jumlah 5,000 1,660 5,000 Tabel 4.6 Matriks MK3 (alternatif model terhadap kriteria pengambilan keputusan) Pengambilan Keputusan Model 1 Model 2 Model 3 Model 1 1 1 1 Model 2 1 1 2 Model 3 1 0,5 1 Jumlah 3,000 2,500 4,000

91 Tabel 4.7 Matriks MK4 (alternatif model terhadap kriteria pola pengawasan) Pola Pengawasan Model 1 Model 2 Model 3 Model 1 1 0,33 2 Model 2 3 1 3 Model 3 0,5 0,33 1 Jumlah 4,500 1,660 6,000 Tabel 4.8 Matriks MK5 (alternatif model terhadap kriteria sumber pembiayaan) Sumber Pembiayaan Model 1 Model 2 Model 3 Model 1 1 3 2 Model 2 0,33 1 1 Model 3 0,5 1 1 Jumlah 1,830 5,000 4,000 Tabel 4.9 Matriks MK6 (alternatif model terhadap kriteria profesionalitas) Profesionalitas Model 1 Model 2 Model 3 Model 1 1 1 1 Model 2 1 1 2 Model 3 1 0,5 1 Jumlah 3 2,500 4,000 4.3.3 Hasil dan Bobot Global Pembobotan tiap kriteria yang terlibat dalam analisis AHP dapat dihitung manual atau menggunakan bantuan software Expert Choice v11. Dalam penilitian ini pembobotan menggunakan Expert Choice v11. Untuk Tabel Perhitungan Vektor Eigen dan Nilai Eigen Maksimum serta pengujian nilai Consistency Ratio

92 hasil dari pembobotan menggunakan Expert Choice v11 dapat dilihat di Lampiran, Hasil akhir dari pengolahan data berdasarkan metode AHP adalah sebagai berikut: Tabel 4.10 Setiap Kriteria Kriteria Pola Kerjasama dan Kewenangan 0,253 Sumber Pembiayaan 0,202 Kemampuan Unit 0,163 Pengambilan Keputusan 0,155 Pola Pengawasan 0,126 Profesionalitas 0,101 Consisteny Ratio = 0,044 Dari pengolahan data di atas kemudian dapat diperoleh bobot prioritas dari setiap alternatif terhadap setiap kriteria yang ada (kemampuan unit, pola kerjasama dan kewenangan, pengambilan keputusan, pola pengawasan, sumber pembiayaan, dan profesionalitas). Hasil bobot prioritas dari masing-masing alternatif adalah sebagai berikut: Tabel 4.11 Setiap Model Terhadap Kemampuan Unit Model 1 0,136 Model 2 0,625 Model 3 0,238 Consisteny Ratio = 0,015

93 Tabel 4.12 Setiap Model Terhadap Pola Kerjasa dan Kewenangan Model 1 0,249 Model 2 0,594 Model 3 0,157 Consisteny Ratio = 0,00 Tabel 4.13 Setiap Model Terhadap Pengambilan Keputusan Model 1 0,327 Model 2 0,413 Model 3 0,260 Consisteny Ratio = 0,051 Tabel 4.14 Setiap Model Terhadap Pola Pengawasan Model 1 0,249 Model 2 0,594 Model 3 0,157 Consisteny Ratio = 0,045

94 Tabel 4.15 Setiap Model Terhadap Sumber Pembiayaan Model 1 0,550 Model 2 0,210 Model 3 0,240 Consisteny Ratio = 0,015 Tabel 4.16 Setiap Model Terhadap Profesionalitas Model 1 0,327 Model 2 0,413 Model 3 0,260 Consisteny Ratio = 0,051 Kemudian dari data di atas maka dapat dihasilkan bobot keseluruhan atau agregat dari alternatif terhadap keseluruhan kriteria yang ada. Hasil bobot agregat dari masing-masing alternatif adalah sebagai berikut: Tabel 4.17 Bobot Global untuk Setiap Model Bobot Agregat Model 1 0,318 Model 2 0,464 Model 3 0,218 Consisteny Ratio = 0,04

95 4.4 Hasil Penilaian Akhir Dari hasil pengolahan data diperoleh bobot prioritas tertinggi untuk kriteria adalah kriteria pola kerjasama dan kewenangan sebesar (0,253). Adapun besarnya bobot dari masing-masing kriteria dari yang terbesar sampai yang terkecil dapat dilihat dari Tabel 4.10. Dari hasil pengolahan data diperoleh juga bobot global dari setiap alternatif, dapat dilihat pada Tabel 4.17. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa bobot yang terpilih berdasarkan responden adalah model 2 (0,464). Model 2 mempunyai nilai lebih besar daripada model 1 (0,318) dan model 3 (0,260). Maka dalam hal ini model 2 mempunyai preferensi lebih baik daripada model 1 dan model 3 terhadap semua kriteria yang ada. Hal ini disebabkan karena model 2 lebih unggul terhadap masing-masing kriteria daripada model 1 dan model 3. Tabel 4.18 Hasil Akhir Pembobotan Untuk Model 1 Model 1 (0,318) Kemampuan Unit 0,136 Pola Kerjasama dan Kewenangan 0,249 Pengambilan Keputusan 0,327 Pola Pengawasan 0,249 Sumber Pembiayaan 0,550 Profesionalitas 0,327

96 Tabel 4.19 Hasil Akhir Pembobotan Untuk Model 2 Model 2 (0,464) Kemampuan Unit 0,625 Pola Kerjasama dan Kewenangan 0,594 Pengambilan Keputusan 0,413 Pola Pengawasan 0,594 Sumber Pembiayaan 0,210 Profesionalitas 0,413 Tabel 4.20 Hasil Akhir Pembobotan Untuk Model 3 Model 3 (0,218) Kemampuan Unit 0,238 Pola Kerjasama dan Kewenangan 0,157 Pengambilan Keputusan 0,260 Pola Pengawasan 0,157 Sumber Pembiayaan 0,240 Profesionalitas 0,260