FAKULTAS EKONOMI UNNES

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

Rasiman 1, Wahyu Widayanto 2. Abstrak

Peningkatan Hasil Pembelajaran IPS Melalui Metode Contextual Teaching And Learning (CTL) Bagi Peserta Didik

PENGARUH CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN :

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

Kata kunci: Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning), Hasil belajar matematika ranah afektif dan ranah kognitif.

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

Agus Purwanto SMP 5 Kudus

BAB III METODE PENELITIAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

I. PENDAHULUAN. berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Pendidikan juga merupakan salah

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

YANIK SULISTYANI SDN Ngletih Kec.Kandat Kab.Kediri

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

BAB III METODE PENELITIAN

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH DASAR

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Disusun Untuk Memenuhi Sebagai. Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan sekolah Dasar. Disusun Oleh : Disusun :

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR KELAS XII PADA MATA PELAJARAN FISIKA POKOK BAHASAN MEDAN MAGNET MELALUI METODE TANYA JAWAB

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JEMBER TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam pembelajaran, gurulah yang

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN MELALUI METODE MAKE A MATCH

HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN METODE THINK-PAIR-SHARE DAN METODE EKSPOSITORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF (INNOVATIVE LEARNING) TIPE PICTURE AND PICTURE

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan Perhatian Orang Tua terhadap

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Konseling dan Pendidikan

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

STUDI KOMPARASI METODE

Theresyam Kabanga Program Studi PGSD UKI Toraja ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Penerapan Strategi Pembelajaran Inkuiri Untuk Peningkatan Hasil Pembelajaran IPS Bagi Peserta Didik

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

ISSN Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN NKRI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL THINK-PAIR-SHARE. Erly Pujianingsih

PENGGUNAAN MODEL LEARNING START WITH A QUESTION DAN SELF REGULATED LEARNING PADA PEMBELAJARAN KIMIA

DASAR FILOSOFI. Manusia harus mengkontruksikan pengetahuan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli

TANJUNGANOM NGANJUK TAHUN PELAJARAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Tentang Jurnal Khusus Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw Kelas XII IPS 2 SMA Negeri I Jogorogo

PENERAPAN METODE MOVING GROUPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII-H SMPN 1 BOYOLANGU. Oleh : Agus Sunaryo

Maulizar. Kata-kata kunci: Hasil Belajar Siswa, Model Pembelajaran Make A Match, Materi Tumbuhan Biji (Spermatophyta).

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1.Kajian Teori Hasil Belajar. Sudjana, (2004:22) berpendapat hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL PADA BAHAN AJAR GEOMETRI DAN PENGUKURAN DI SEKOLAH DASAR. Oleh TITA ROSTIAWATI 1 MAULANA 2 ABSTRAK

Eko Budiono, Hadi Susanto PENDAHULUAN

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Administrasi Perkantoran SMK Kristen Salatiga, peneliti berhasil

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Dedi Kurniawan ABSTRAK

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

Ernidalisma Guru Matematika dan Kepala Sekolah SMP N 30 Pekanbaru. Kata kunci: metode pembelajaran learning start with a question, hasil belajar.

Andriani, Mestawaty, AS.A. dan Ritman Ishak Paudi. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SAINS SIFAT CAHAYA SISWA KELAS V SD

BAB III METODE PENELITIAN

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar

Oleh : Vira Ismis Kairat

Menyiapkan Pendidik Yang Melek Hukum Terhadap Perlindungan Anak

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Samriani. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG KELILING DAN LUAS SEGITIGA MELALUI PEMBELAJARAN PEER TEACHING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA (PEER TEACHING) TERHADAP MINAT DAN PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengambil kesimpulan sebagai berikut:

Peningkatan Pemahaman Tata cara pernikahan Melalui Metode Role Playing dan Demonstrasi Pada Siswa Kelas XII

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau

Transkripsi:

FAKULTAS EKONOMI UNNES STUDI KOMPARASI METODE KONTEKSTUAL DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS EKONOMI Partono 1 Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar IPS Ekonomi antara pembelajaran dengan metode ceramah dengan metode kontekstual. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan hasil belajar antara pembelajaran dengan metode ceramah dengan metode kontekstual. Perbedaan tersebut ditunjukkan dari nilai hasil belajar siswa yang diajar dengan metode kontekstual pada siklus I dan siklus II lebih tinggi dibandingkan nilai hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ceramah yaitu pada siklus I kelas kontekstual memperoleh rata-rata nilai 63,50 sedangkan kelas ceramah sebesar 62,83 dan pada siklus II kelas kontekstual memperoleh rata-rata nilai 72,75 sedangkan kelas ceramah sebesar 68,25. Kata Kunci: Metode Kontekstual, Metode Ceramah PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan serangkaian peristiwa yang kompleks yang melibatkan beberapa komponen antara lain tujuan, bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat dan sumber, serta evaluasi (Djamarah 2006:41). Ketujuh komponen tersebut sangat penting dalam suatu proses belajar mengajar dan 1 Staff Pengajar Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi UNNES Jurnal Pendidikan Ekonomi Vol 3 No.2 Juli, Tahun 2008 161

saling terkait satu dengan yang lain, sehingga jika salah satu komponen tersebut melemah maka tujuan dari pembelajaran yang optimal sulit untuk tercapai. Selain itu guru merupakan faktor terpenting dalam pembelajaran. Variasi pengajaran yang dapat dilakukan guru selain dalam hal pengguanaan media pengajaran juga dalam penggunaan metode pengajaran. Guru harus tepat dalam memilih metode yang digunakan untuk menyampaikan materi kepada siswa. Pemberian metode yang kurang pas akan berakibat siswa tidak dapat menguasai materi secara maksimal. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPS-Ekonomi kelas VIII di SMP Negeri 1 Ngawen Kabupaten Blora pada saat observasi awal pada tanggal 16 Juni 2007, didapat hasil bahwa sebagian besar siswa di SMP Negeri 1 Ngawen mengalami kesulitan memahami dan mencerna materi pelajaran ekonomi apalagi mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini diantaranya disebabkan oleh tidak terbiasa berpikir kritis, analitis dan argumentatif serta kurang terbiasa dalam bertanya jawab selama proses pembelajaran berlangsung. Materi disampaikan dengan ceramah dan untuk mengukur hasil belajar siswa, guru baru memberikan tugas atau pekerjaan rumah (PR) kepada siswa untuk mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Akibatnya tingkat pemahaman siswa terhadap konsep materi kurang optimal. Selain itu menurut beberapa siswa bahwa pelajaran ekonomi membosankan. Dengan adanya anggapan tersebut dapat menumbuhkan sikap negatif siswa pada mata pelajaran IPS-Ekonomi yang akhirnya berpengaruh pula terhadap pencapaian hasil belajar IPS- Ekonomi. Masih pada observasi awal, di SMP 1 Ngawen masih banyak guru yang mengajar dengan menggunakan metode ceramah dimana para guru berharap dengan metode tradisional tersebut prestasi siswa akan lebih baik. Pengambilan metode tersebut dikarenakan metode 162

ceramah sudah berulang kali digunakan dari tahun ke tahun. Padahal kenyataannya dengan menggunakan metode ceramah prestasi siswa tidak mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan adanya jumlah siswa lebih banyak yang mendapatkan nilai kurang dari standar minimal ketuntasan belajar yaitu 65. Untuk mengatasi permasalahan yang ada, diperlukan metode pembelajaran yang lebih menarik serta metode pembelajaran yang dapat mengaitkan materi belajar dengan dunia nyata. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah tersebut maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah hasil belajar siswa yang menggunakan metode kontekstual lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngawen Kabupaten Blora. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Pembelajaran Sebagai Suatu Sistem Secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian belajar menurut Morris L. Bigge dalam bukunya Darsono, dkk (2001:3) bahwa belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis. Perubahan itu terjadi pada pemahaman (insight), perilaku, persepsi, motivasi atau campuran dari semuanya secara sistematis sebagai akibat pengalaman dalam situasi tertentu. Salah satu prinsip belajar lama namun tetap relevan yang berasal dari teori dan penelitian tentang belajar diantaranya dikemukakan oleh Gagne dalam Anni, dkk. (2004:61), membagi prinsip tersebut menjadi dua bagian yakni prinsip eksternal dan prinsip internal. Prinsip 163

eksternal yang mempengaruhi belajar meliputi: keterdekatan (continguity), pengulangan (repetition), dan pengetahuan (reinforcement). Sedang prinsip internal yang harus dimiliki oleh seorang pembelajar agar belajar dapat optimal adalah prinsip informasi faktual (factual information), kemahiran intelektual (intelectual skill), dan strategi (strategy) Metode Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran metode kontekstual adalah terjemahan dari istilah Contekstual Teaching and Learning atau biasa yang disebut dengan (CTL). Kontekstual adalah salah satu prinsip pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dengan penuh makna. Pembelajaran kontekstual mengakui bahwa belajar merupakan sesuatu yang kompleks dan multidemensional yang jauh melampaui berbagai metodologi yang hanya berorientasi pada latihan dan rangsangan atau tanggapan. Menurut Nurhadi (2003:13), pembelajaran kontekstual (Contekstual Teaching and Learning) adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan ke dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Menurut A. Zahorik (1995:14-22) dalam Muslich (2007:52), ada 5 (lima) elemen yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual. Lima elemen yang dimaksud sebagai berikut: 1. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge). 164

2. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge) dengan cara mempelajari secara keseluruhan dulu, kemudian memperhatikan detailnya. 3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), yaitu dengan cara menyusun (a) konsep sementara (hipotesis), (b) melakukan sharing kepada orang lain agar mendapat tanggapan (validasi), dan atas dasar tanggan itu, (c) konsep tersebut direvisi dan dikembangkan. 4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applaying knowledge). 5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan tersebut. Metode Pembelajaran Ceramah Ceramah adalah penyajian pelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa (Djamarah dan Aswan Zain 2006:97). Dalam pembelajaran metode ini penggunaannya dapat didukung dengan alat dan media. Menurut Mulyasa (2005:114), ceramah merupakan suatu metode dimana guru menyajikan bahan melalui penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap peserta didik. Dari pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan metode ceramah merupakan suatu cara belajar-mengajar dimana bahan disajikan secara langsung oleh guru dan siswa bersifat satu arah. Dalam kegiatan belajar-mengajar dengan metode ceramah siswa memiliki keterbatasan dalam memperhatikan, mendengarkan, mencamkan, mencatat, dan kalau perlu diberi 165

kesempatan untuk menjawab atau mengemukakan pertanyaan. Karakteristik Mata Pelajaran IPS Ekonomi Materi Pasar Ilmu ekonomi pada dasarnya merupakan bagian dari ilmu sosial. Dalam mempelajari obyek kajiannya, ilmu ekonomi bisa menggunakan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan berlandaskan pada metode deduktif dan metode induktif. Materi pelajaran ekonomi untuk SMP dalam kurikulum lebih disederhanakan, difokuskan pada ekonomi sebagai fenomena empirik yang terjadi di sekitar siswa, sehingga siswa dituntut untuk lebih aktif untuk merekam peristiwa-peristiwa ekonomi yang terjadi di sekitar lingkungannya dan mengambil manfaat untuk kehidupan yang lebih baik. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ekonomi Menurut Slameto dalam Djamarah (2002:13), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2002:13). METODE PENELITIAN Metode Penentuan Objek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ngawen yang beralamat di jalan Raya Blora Purwodadi, KM 13 Ngawen, desa Berbak Kecamatan Ngawen Kabupaten Blora. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas VIII SMP 166

Negeri 1 Ngawen Kabupaten Blora pada semester satu tahun ajaran 2007/2008 yang berjumlah 280 siswa dan terbagi dalam 7 (tujuh) kelas yaitu kelas VIII A sampai dengan kelas VIII G. Pada penelitian tindakan kelas ini yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngawen tahun ajaran 2007/2008 sebanyak dua kelas, yaitu kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol. Untuk kelas eksperimen diberi pengajaran dengan metode pembelajaran kontekstual sedangkan untuk kelompok kontrol diberi pengajaran dengan metode ceramah. Metode pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan dokumentasi, observasi,dan tes. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Proses penelitiannya direncanakan terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan dan masing-masing kegiatan tatap muka adalah dua jam pelajaran dengan alokasi waktu satu jam pelajaran sama dengan 40 menit. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pada pertemuan awal ini, siswa masih perlu dimotivasi untuk lebih aktif bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapatnya. Siswa hanya bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapatnya jika dimintai oleh guru. Hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa dengan menggunakan metode kontekstual. Namun pada pertemuan selanjutnya sudah ada beberapa siswa yang berani bertanya, menjawab pertanyaan, dan mengemukakan pendapat. Hal ini merupakan bagian dari pembelajaran kontekstual yaitu bertanya (questioning). Langkah kedua guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dimana masing-masing kelompok terdiri dari 5 6 siswa. Pembagian kelompok ini dilakukan secara acak, siswa tidak dibedakan antara siswa pandai 167

dan kurang pandai. Guru kemudian memberikan satu permasalahan untuk dikaji secara kelompok. Pada pertemuan pertama masalah yang dikaji yaitu mengenai pengertian pasar, syarat-syarat terjadinya pasar serta fungsi pasar. Guru memberikan gambar tentang keadaan suatu pasar kemudian siswa diminta mendeskripsikan apa yang ada dalam gambar tersebut. Buku paket dan LKS digunakan siswa sebagai informasi pendukung/tambahan. Selesai berdiskusi dan mencatat hasilnya, salah satu kelompok diberi kesempatan untuk memprensentasikan hasil diskusinya. Kemudian kelompok lain diberi kesempatan untuk bertanya, menanggapi dan memberikan sanggahan ataupun masukan. Beberapa siswa ada yang memberikan tanggapan, bahkan adapula yang menyangkal dan berusah mempertahankan pendapat masing-masing, sehingga suasana kelas menjadi ramai tetapi tetap kondusif. Pada saat itu guru meminta siswa agar saling menghargai pendapat teman yang lain. Dalam tahap ini guru mengawasi aktivitas siswa, memotivasi siswa untuk aktif dalam diskusi dan memberikan penguatan terhadap permasalahan yang sedang didiskusikan. Selesai presentasi kelompok dilanjutkan dengan diskusi secara klasikal dengan guru sebagai pemimpin diskusi sekaligus sebagai nara sumber. Disini siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk bertanya tentang materi yang belum paham. Guru juga memberi penjelasan tentang hal yang diperdebatkan, meluruskan konsep yang masih keliru dan menguatkan materi-materi yang dianggap penting. Sedangkan siswa mendengar, mencatat informasi dari guru, dan mencocokkan informasi guru dengan buku. Selanjutnya guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi. Pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua pada siklus I, dilakukan seperti pembelajaran pada pertemuan pertama dan diakhiri dengan pelaksanaan tes evaluasi 168

siklus I. Pembelajaran ditutup guru dengan memberikan motivasi berupa dorongan agar siswa tetap bisa mempertahankan hasil belajarnya, memotivasi siswa supaya tetap aktif bertanya dan mengerjakan tugas serta mempelajari materi selanjutnya. Proses pembelajaran kontekstual pada siklus II dilaksanakan seperti pada siklus I, hanya bedanya pada siklus II ini siswa diberi tugas kelompok oleh guru untuk melakukan kegiatan observasi secara langsung di pasar yang ada di daerah sekitar lingkungan siswa. Kemudian hasil observasi tersebut ditulis dalam bentuk laporan sederhana. Hasil observasi tersebut dibahas dan didiskusikan pada pertemuan kedua siklus II. Pada siklus I dan II ini siswa telah melaksanakan kegiatan konstruktivisme, bertanya (questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), dan pemodelan (modeling). Konstruktivisme dilakukan ketika siswa mendiskusikan keadaan suatu pasar yang ada pada gambar yang diambil dari surat kabar bersama dengan anggota kelompoknya dan dilakukan ketika siswa mendiskusikan hasil observasi pasar bersama teman kelompoknya. Bertanya dilakukan saat mengobservasi dan diskusi kelompok. Kegiatan inquiry siswa dimulai dengan merumuskan masalah, mengumpulkan data melalui observasi, menganalisis dan menyajikan hasil observasi dalam bentuk tulisan/laporan sederhana. Pemodelan dilakukan siswa pada saat diskusi kelompok dimana siswa menjelaskan proses transaksi jual beli yang dilakukan antara penjual dan pembeli di pasar. Pemodelan ini juga dilakukan saat siswa presentasi di depan kelas, salah satu siswa disuruh memperagakan menjadi seorang penjual dan seorang siswa lagi menjadi pembeli. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah, langkah pertama yang dilakukan oleh guru yaitu melaksanakan skenario pembelajaran sesuai 169

dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. Guru menjelaskan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai dan metode yang akan digunakan untuk menyampaikan materi, kemudian guru mengingatkan siswa tentang materi sebelumnya, menjelaskan garis besar materi yang akan diajarkan dan menyampaikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan disampaikan untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan yaitu materi pasar. Selanjutnya dengan metode ceramah, guru menjelaskan materi sesuai dengan silabus pembelajaran yaitu pada kompetensi dasar mendeskripsikan berbagai bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Guru menerangkan per subkompetensi yang mencakup tentang pengertian pasar, syarat-syarat terjadinya pasar, fungsi pasar dan peranan pasar bagi pelaku kegiatan ekonomi, jenis-jenis pasar dan contohnya, serta perbedaan pasar abstrak dan pasar konkret. Dalam menjelaskan materi, kadang kala diselingi umpan balik melalui tanya jawab dengan tujuan untuk mengkondisikan kelas dan untuk mengetahui sejauhmana penjelasan guru dapat diterima dan dipahami oleh siswa. Setelah guru selesai menyampaikan materi, siswa diberi tugas individu yaitu siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan yang ada di Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Tugas individu ini dapat dikerjakan dirumah atau jika waktunya masih cukup dapat dikerjakan di kelas. Tugas yang diberikan berkaitan dengan materi yang baru saja diajarkan atau materi selanjutnya. Pada tahap ini aktivitas guru adalah mengawasi siswa dan memberikan bantuan kepada siswa yang kurang memahami materi atau mengalami kesulitan. Pembahasan tugas dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. Hasil penelitian menunjukkan : a). Rata-rata hasil belajar mata pelajaran IPS-Ekonomi yang diberi pengajaran metode kontekstual pada 170

materi pasar pada kompetensi dasar mendeskripsikan bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi masyarakat kelas VIII semester I SMP Negeri 1 Ngawen Kabupaten Blora tahun pelajaran 2007/2008 pada siklus I adalah 63,50 dan siklus II adalah 72,75. Dari hasil tiap siklus pembelajaran dapat dilihat adanya rata-rata peningkatan hasil belajar siswa sebesar 9,25. b). Rata-rata hasil belajar mata pelajaran IPS-Ekonomi yang diberi pengajaran metode ceramah pada materi pasar pada kompetensi dasar mendeskripsikan bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi masyarakat siswa kelas VIII semester I SMP Negeri 1 Ngawen Kabupaten Blora tahun pelajaran 2007/2008 pada siklus I adalah 62,83 dan siklus II adalah 68,25. Dari hasil tiap siklus pembelajaran dapat dilihat adanya rata-rata peningkatan hasil belajar siswa sebesar 5,42. c). Ada perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPS-Ekonomi antara siswa yang diberi metode kontekstual dan siswa yang diberi metode caramah, yaitu siswa yang diberi metode kontekstual mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar 9,25 dan siswa yang diberi metode ceramah mengalami peningkatan nilai rata-rata sebesar 5,42. d). Peningkatan rata-rata hasil belajar mata pelajaran IPS-Ekonomi siswa yang diberi pengajaran metode kontekstual lebih baik daripada peningkatan rata-rata hasil belajar IPS-Ekonomi siswa yang diberi pengajaran dengan metode ceramah. Pembahasan Sesuai dengan hasil penelitian terdapat perbedaan hasil belajar siswa yaitu dari hasil analisis uji t pada siklus II yang diperoleh t hitung sebesar 4,117 dan t tabel sebesar 1,66, maka t hitung > t tabel yang berarti H 0 ditolak dan H a diterima. Dengan penolakan H 0 ini berarti bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan metode kontekstual 171

lebih baik daripada siswa yang menggunakan metode ceramah. Rata-rata hasil belajar setelah pembelajaran siklus II yang diperoleh menggunakan kedua metode tersebut menunjukkan perbedaan yang signifikan. Rata-rata hasil belajar pada siklus II pada kelompok eksperimen mencapai 72,75 sedangkan pada kelompok kontrol sebesar 68,25. Dan rata-rata peningkatan nilai hasil belajar antara siklus I dan siklus II dari kedua kelompok juga menunjukkan perbedaan yang signifikan. Rata-rata peningkatan nilai hasil belajar yang menggunakan metode kontekstual mencapai 9,25 sedangkan rata-rata peningkatan nilai hasil belajar yang menggunakan metode ceramah hanya sebesar 5,42. Dilihat dari rata-rata peningkatan nilai hasil belajar masing-masing kelompok terlihat bahwa metode kontekstual lebih baik dibandingkan dengan metode ceramah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS- Ekonomi materi pasar antara siswa yang diajar dengan metode kontekstual dan metode ceramah pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ngawen Kabupaten Blora. Perbedaan tersebut ditunjukkan dari nilai hasil belajar siswa yang diajar dengan metode kontekstual pada siklus I dan siklus II lebih tinggi dibandingkan nilai hasil belajar siswa yang diajar dengan metode ceramah yaitu pada siklus I kelas kontekstual memperoleh rata-rata nilai 63,50 sedangkan kelas ceramah sebesar 62,83 dan pada siklus II kelas kontekstual memperoleh rata-rata nilai 72,75 sedangkan kelas ceramah sebesar 68,25. Rata-rata peningkatan hasil belajar IPS-Ekonomi materi pasar pada siswa yang diberi pengajaran metode kontekstual lebih baik daripada rata-rata peningkatan nilai 172

hasil belajar siswa yang diberi pengajaran metode ceramah. Rata-rata peningkatan nilai hasil belajar kelas kontekstual yaitu sebesar 9,25, sedangkan kelas ceramah sebesar 5,42. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran-saran dengan harapan dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan mutu kegiatan belajar mengajar yang dapat mengakibatkan hasil belajar siswa meningkat. Adapun saran yang dapat disampaikan oleh peneliti antara lain: 1. Dalam kegiatan pembelajaran IPS-Ekonomi materi pasar pada kompetensi dasar mendeskripsikan berbagai bentuk pasar dalam kegiatan ekonomi masyarakat hendaknya guru menggunakan metode kontekstual sebagai metode pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan mengajar karena metode kontekstual ini dapat memotivasi siswa untuk belajar hingga menumbuhkan keinginan pada diri siswa untuk lebih meningkatkan hasil belajarnya. 2. Guru hendaknya menggunakan media pembelajaran yang dapat memacu belajar siswa seperti televisi, majalah, koran/surat kabar, buku-buku bidang studi lain maupun lingkungan sekitar sebagai sumber belajar selain buku pelajaran atau buku paket. DAFTAR PUSTAKA Anni, Catharina, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang. UPT MKK UNNES Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Aviva, Tim. 2006. PAKAR (Panduan Aktif Belajar) IPS Terpadu Kelas VIII semester 1. Klaten: CV. Aviva Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta 173

Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Djamarah, Syaiful Bahri dan Azwan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Rineka Cipta Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenagkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakaraya Offset Muslich, Masnur. 2007. KTSP: Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara Nurhadi, Yasin Burhadudin dan Senduk A. Gerald. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Purwanto, Ngalim. 2006. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sudjana, Nana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Bandung Sugandi, Achmad, dkk. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Diperbanyak oleh Sinar Grafika Wiriaatmadja, Rochiyati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya 174