Aquacultura Indonesiana (2008) 9 (2) : 111 115 ISSN 0216 0749 (Terakreditasi SK Nomor : 55/DIKTI/Kep/2005) Pengaruh Dosis Ekstrak Hipofisis Ikan Patin (Pangasius hypothalamus) Terhadap Keberhasilan Pemijahan Ikan Bawal Air Tawar (Collosoma macropomum) Saifudiaz Romadhon, Iskandar dan Masyamsir Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia Abstract Saifudiaz Romadhon, Iskandar and Masyamsir. 2008. Influence of thai catfish (Pangasius hypothalamus) hypophysis extract at different levels on spawning proces of Collosoma macropomum. Aquacultura Indonesiana, 9 (2): 111 115. Investigation on the effect of different levels of Thai catfish hypophysis extract on spawning success of red baly pacu has been conducted in the Zatiga Fish Farm at Ciampea Udik Village Bogor District, from July to August 2007. The experimental design used in this research was a completely randomized design consisting of five different treatments of hypophysis at 2, 3, 4 and 5 dosages, and 0.8 dosage ovaprim as control, in triplicates. The result of this research showed that the treatments of 3, 4, and 5 dosages successfully stimulated red baly pacu to spawn. The injection of 3 dosage had the fastest latency time 8 hours 25 minutes, fecundity 51,059 eggs/kg, fertilization rate 64%, hatching rate 87% and survival rate 71%. Keywords: Hypohysis extract; Red baly; Spawning Abstrak Penelitian tentang pengaruh dosis ekstrak hipofisis ikan patin terhadap keberhasilan pemijahan ikan bawal air tawar telah di laksanakan di Zatiga Fish Farm Bogor, Desa Ciampea Udik, Kabupaten Bogor, dari bulan Juli sampai Agustus 2007. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap yang terdiri dari lima perlakuan dosis hipofisis ikan patin, yang terdiri dari masing-masing 2 dosis, 3 dosis, 4 dosis dan 5 dosis, ditambah 0,8 dosis ovaprim sebagai kontrol, dengan tiga kali ulangan. Hasil penelitian menunjukan bahwa perlakuan hipofisis 3 dosis, 4 dosis, dan 5 dosis telah mampu merangsang ikan bawal untuk memijah. Penyuntikan 3 dosis menghasilkan waktu laten tercepat 8 jam 25 menit, jumlah telur 51.059 butir/kg, derajat pembuahan 64%, derajat penetasan 87% dan kelulushidupan 71%. Kata Kunci: Ekstrak hypofisis; Ikan bawal; Pemijahan Pendahuluan Ikan bawal air tawar (Collosoma macropomum) merupakan jenis ikan hias dan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis tinggi dipasaran. Ikan ini memiliki kelebihan dibandingkan ikan konsumsi lainnya, diantaranya : rasanya enak, tekstur daging lembut, pertumbuhannya relatif lebih cepat, pemeliharaannya tidak rumit, di perairan alami pertumbuhannya dapat mencapai berat 30 kg/ekor dan panjang 90 cm dan tingkat kelangsungan hidupnya mencapai 90% (Jauhari dan Faridah, 1998). Dewasa ini, kebutuhan ikan bawal air tawar dunia hanya terpenuhi 10% dari total kebutuhan, hal ini menjadi potensi peluang usaha yang besar dalam dunia usaha perikanan. Dalam kegiatan produksi, keberhasilan pemijahan ikan merupakan syarat utama penentu keberhasilan usaha budidaya, karena berhubungan dengan ketersediaan benih. Penguasaan teknik pemijahan sangat diperlukan sebagai langkah awal tahap pengembangbiakan ikan dan selanjutnya berperan dalam pemeliharaan larva hingga terbentuknya individu dengan kualitas tinggi (Sumantadinata, 1981). Pemijahan adalah suatu peristiwa pertemuan antara ikan jantan dan ikan betina yang diikuti dengan keluarnya gamet jantan dan gamet betina. Pada ikan umumnya pembuahan telur oleh spermatozoa berlangsung secara eksternal di luar tubuh. Pada saat ini telah dikenal berbagai macam teknik pemijahan, pemijahan yang secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua yaitu 111
Aquacultura Indonesiana, Vol. 9, No. 2, Agustus 2008 : 111 115 pemijahan secara alami dan buatan. Proses pemijahan biasanya didahului oleh proses ovulasi yang dapat dirangsang secara alamiah maupun secara hormonal (Woynorvich dan Hovarth, 1980). Kendala saat ini dalam membudidayakan ikan bawal adalah sulitnya memijah secara alami. Pemijahan ikan ini masih dilakukan dengan pemijahan buatan. Teknik pemijahan buatan merupakan teknik yang sangat efektif untuk memproduksi benih ikan bawal. Pemijahan buatan melalui penyuntikan dikenal dengan istilah kawin suntik yaitu dengan menyuntikan hormon. Pada pemijahan buatan ada dua alternatif untuk merangsang pemijahan yaitu dengan menggunakan hormon sintetis seperti ovaprim dan hipofisis ikan bawal. Namun pada penggunaan ovaprim harganya relatif mahal, begitu pula dengan penggunaan hipofisis ikan bawal serta kurang efisien karena dosisnya cukup tinggi (tiga dosis). Alternatif lain dalam pemijahan ikan bawal yaitu dengan menggunakan hormon hipofisis ikan patin, yang merupakan limbah dari industri fillet ikan patin. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh penggunaan ekstrak hipofisis ikan patin dan mendapatkan dosis yang tepat terhadap keberhasilan pemijahan ikan bawal air tawar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai dosis ekstrak hipofisis ikan patin yang tepat yang dapat diterapkan pada produksi benih ikan bawal air tawar. Materi Materi dan Metode Ikan uji yang digunakan adalah ikan bawal air tawar (C. macropomum) yang telah mencapai matang gonad dengan ukuran 30 50 cm, dengan bobot rata-rata 3 4 kg, berumur 2 3 tahun dan berjumlah 18 pasang. Masing-masing dalam satu pasang yaitu satu induk betina dan tiga induk jantan. Ikan ini berasal dari daerah Bogor Timur yaitu Desa Ciampea Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Jawa Barat. Hipofisis yang digunakan adalah hipofisis ikan patin (Pangasius hypothalamus) dengan bobot 1 1,5 Kg, sebanyak 150 butir. Hipofisis ini diperoleh dari Perusahaan filet De Boning Ikan Patin Bogor. Hormon sintetis yang digunakan adalah ovaprim. Peralatan yang digunakan dalam pemijahan semi alami yaitu bak fiber, bak beton dengan volume air satu ton, kain lap halus, aerasi dan jaring. Untuk melakukan hipofisasi digunakan alat-alat yang meliputi pinset, penggerus, alat suntik dan kertas tissue. Peralatan untuk inkubasi telur terdiri atas akuarium dengan ukuran 60x40x40 cm 3, blower, aerasi (oksigenasi), genset, baskom, saringan (serokan), dan kompor. Metode Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen model Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri dari lima perlakuan dan ulangan tiga kali. Kontrol dengan dosis 0,8 ml/kg ovaprim (H1), Hipofisis ikan patin dengan dosis 2:1 (H2), dosis 3:1 (H3), dosis 4:1 (H4) dan dosis 5:1 (H5). Parameter yang diamati 1. Waktu laten yaitu pengamatan dimulai pada saat penyuntikan kedua induk ikan bawal dengan ekstrak hipofisis ikan patin sampai awal ikan bawal mengeluarkan telur. 2. Jumlah telur yaitu jumlah telur yang dihasilkan pada pemijahan ini didapat dari perhitungan secara manual dari telur yang diovulasikan. 3. Derajat pembuahan telur yaitu persentase telur yang dibuahi dari sejumlah telur yang diovulasikan. 4. Derajat penetasan telur yaitu persentase jumlah telur yang menetas dari sejumlah telur yang dibuahi. 5. Tingkat kelulushidupan yaitu menunjukan persentase larva yang hidup dari sejumlah telur yang menetas setelah berumur empat hari. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan menggunakan uji F. Sedangkan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan digunakan uji jarak berganda Duncan dengan selang kepercayaan 95% (Gaspersz, 1991). Waktu Laten Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian dari lima perlakuan diketahui empat perlakuan, yaitu kontrol (ovaprim), 3, 4 dan 5 dosis 112
Pengaruh dosis ekstrak hipofisis ikan patin terhadap keberhasilan pemijahan ikan bawal (Saifudiaz Romadhon et al.) yang telah dapat berovulasi. Hal ini menunjukkan hormon yang terkandung dalam hipofisis ikan patin dan ovaprim dapat bekerja dengan baik, dalam proses pematangan akhir pada telur. Dari tiga perlakuan hipofisis yang telah diujikan hasil rata-rata waktu laten tercepat yaitu perlakuan tiga (H3: 3 dosis) yaitu dengan nilai ratarata 9,7+0,3 jam (Gambar 1). Perlakuan ekstrak hipofisis ikan patin terhadap pemijahan ikan bawal masih dalam kisaran rata-rata yaitu 10 jam dari penyuntikan kedua. Proses ovulasi dan pengeluaran telur dapat dirangsang dengan peningkatan konsentrasi hormon hipofisis di dalam darah. Penyuntikan dengan 2 dosis ternyata tidak mampu merangsang proses ovulasi dan pengeluaran telur. Begitu pula pendapat dari Billard dan Marcel (1980) yang menyatakan bahwa penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisis dengan dosis di bawah minimal tidak akan mampu merangsang ovulasi dan pengeluaran telur walaupun telur-telurnya telah matang gonad. sedangkan jumlah telur terendah sebanyak 40.475 butir (H5). Jika dibandingkan dengan jumlah telur hasil penyuntikan hormon ovaprim (kontrol) lebih tinggi (55.019 butir) daripada penyuntikan dengan kelenjar hipofisis dari ikan patin. Perbedaan jumlah telur yang dihasilkan dari tiap perlakuan disebabkan oleh tingkat keseragaman telur yang mencapai matang gonad. Gambar 2. Jumlah telur per perlakuan Derajat Pembuahan Telur Gambar 1. Waktu laten per perlakuan Tidak ada perbedaan yang nyata pada perlakuan penyuntikan hipofisis ikan patin dan ovaprim. Perlakuan H3 memilki rata-rata derajat pembuahan terendah (64%). Derajat pembuahan tertinggi pada perlakuan H5 (77%). Berdasarkan data tersebut juga dapat diketahui bahwa tingkat pembuahan dalam penelitian ini yaitu perlakuan dosis hipofisis dari ikan patin masih rendah dibandingkan dengan perlakuan kontrol (ovaprim) yaitu 80% (Gambar 3). Jumlah Telur Kegagalan pemijahan pada perlakuan H2 (2 dosis) dikarenakan ikan bawal kurang mendapat rangsangan untuk melepaskan hormon gonadotropin. Tidak adanya hormon gonadotropin yang dilepaskan oleh kelenjar hipofisis akan menyebabkan tidak terjadinya proses pematangan akhir telur sehingga tidak dapat mencapai ovulasi (Harvey dan Hoar, 1979). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa, dosis ekstrak hipofisis ikan patin tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah telur yang diovulasikan. Jumlah telur terbanyak dihasilkan oleh perlakuan H3 yaitu rata-rata 51.059 butir telur (Gambar 2), Gambar 3. Derajat pembuahan telur per perlakuan 113
Aquacultura Indonesiana, Vol. 9, No. 2, Agustus 2008 : 111 115 Pada perlakuan tiga derajat pembuahannya lebih rendah dibandingkan dengan derajat pembuahan pada perlakuan lima, salah satu faktor yang mempengaruhi derajat pembuahan rendah yaitu kualitas sperma. Pada perlakuan tiga jumlah telur lebih banyak dibandingkan dengan jumlah telur pada perlakuan lima. Perlakuan tiga dengan jumlah telur yang banyak kendalanya tidak terbuahinya juga tinggi mengakibatkan derajat pembuahan rendah, berbeda dengan perlakuan lima yang jumlah telurnya rendah kendala tidak terbuahinya juga sedikit, mengakibatkan derajat pembuahannya juga tinggi. Derajat Penetasan Telur Derajat penetasan pada perlakuan lima (5 dosis) memiliki nilai rata-rata 94% lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol (89%) (Gambar 4). Tetapi berdasarkan hasil analisis statistik tidak ada perbedaan yang nyata antara perluan ovaprim dengan penggunaan kelenjar hipofisis ikan patin (H3, H4 dan H5). Berdasarkan hasil pengamatan, rata-rata waktu yang diperlukan ikan bawal sejak dibuahi hingga menetas adalah dua hari. Sedangkan waktu diperlukan untuk menghabiskan kuning telur ialah empat hari pada suhu 28 31 0 C. Derajat penetasan telur pada setiap perlakuan induk jantan dan betina cukup tinggi yaitu berkisar antara 81 94%, karena kualitas sperma yang dihasilkan induk jantan ikan bawal mampu membuahi telur-telur yang dihasilkan oleh induk betina dengan baik sehingga daya tetasnya tinggi. Yustiati et al. (1998) menyatakan bahwa besarnya derajat penetasan telur ditentukan oleh jumlah telur yang dibuahi oleh sperma ikan. Menurut Arie (2004) telur ikan bawal akan menetas dalam 18 24 jam dengan derajat penetasan minimal 80%. Penetasan tergantung pada derajat pembuahan, semakin tinggi derajat pembuahan maka semakin tinggi derajat penetasannya. Penyuntikan ekstrak hipofisis dengan dosis yang terlalu rendah hanya merangsang proses ovulasi. Penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisis yang terlalu tinggi akan mengakibatkan telur yang belum matang terangsang untuk keluar sehingga kualitas telur yang dibuahi menjadi rendah dan mengakibatkan rendahnya daya tetas telur (Billard dan Marcel, 1980). Tingkat Kelulushidupan Pada Gambar 5 terlihat bahwa tingkat kelulushidupan tertinggi diperoleh dari perlakuan H5 (81%) dan terendah pada perlakuan H4 (61%). Sedangkan tingkat kelulushidupan perlakuan H3 hampir sama dengan perlakuan kontrol yaitu 71% dan 72%. Kelulushidupan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan yaitu kualitas air, ketersediaan makanan dan hama penyakit. Kualitas air selama penelitian sangat mendukung kelulushidupanlarva, yaitu berkisar antara 28 31 0 C. Survival (%) Gambar 4. Kelulushidupan larva ikan bawal per perlakuan sampai hari ke-4 Kesimpulan Kesimpulan dan Saran Gambar 4. Derajat penetasan setelah masa inkubasi 24 jam 1. Penggunaan ekstrak hipofisis ikan patin (P. hypothalamus) dapat merangsang keberhasilan pemijahan ikan bawal air tawar (C. macropomum). 114
Pengaruh dosis ekstrak hipofisis ikan patin terhadap keberhasilan pemijahan ikan bawal (Saifudiaz Romadhon et al.) 2. Dosis ekstrak hipofisis ikan patin yang optimum untuk keberhasilan pemijahan ikan bawal air tawar adalah sebanyak 3 dosis. Saran Pada pemijahan ikan bawal air tawar secara buatan semi alami dapat menggunakan ekstrak hipofisis ikan patin dengan dosis penyuntikan sebanyak 3 dosis. Daftar Pustaka Arie, U. 2004. Budidaya Bawal Air Tawar Untuk Konsumsi dan Hias. Penebar Swadaya, Jakarta, 42 hlm. Billiard, R. and J. Marcel. 1980. Stimulation of spermation and induction of ovulation in pike (Essox lucius). Aquaculture, 21: 181 195 Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico, Bandung, 472 hlm. Harvey, B. J. and W. S. Hoar. 1979. The Theory and Practice of Induced Breeding in Fish. IDRC-TS 2 le. Ottawam, pp. 35 42. Jauhari, A dan N. Faridah. 1998. Pembenihan Ikan Bawal. Balai Budidaya Air Tawar. Departemen Pertanian, Sukabumi, 6 hlm. Sumantadinata, K. 1981. Pengembangan Ikan-Ikan Peliharan di Indonesia. Sastra Hudayam, Jakarta, 45 hlm. Woynarovich, E. and L. Hovarth. 1980. The Artificial Propagation of Warm Water Finfishes A Manual for Extention. FAO Fisheries Technical Paper No.201. Food and Agriculture Organization of The United Nations, Rome, pp. 1 83. Yustiati, A., Iskandar, Z. Hasan. 1998. Fekunditas dan derajat penetasan telur ikan nilem (Osteochilus haselti C.V) yang diberi pakan dengan kendungan protein berbeda. Laporan Penelitian, Fakultas Pertanian Lembaga Penelitian UNPAD, 34 hlm. 115