Dow Jones Islamic Market Indexes)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PASAR MODAL SYARIAH DAN PROSES SCREENING DES

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan investasi syariah. Jakarta Islamic Index (JII) merupak an subset dari

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN. yang menghitung indeks harga rata rata saham untuk jenis saham saham yang


-2- a. memperluas cakupan pihak yang wajib menggunakan Daftar Efek Syariah yang ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan; b. memperluas cakupan jenis Ef

BAB III KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-314/BL/2007 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH

- 1 - SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 35 /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/POJK.04/2015 TAHUN 2015 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 15/POJK.04/2015 TENTANG PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DI PASAR MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB IV. Setelah dipaparkan pada bab II tentang fatwa Dewan Syariah Nasional dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi suatu negara menjadi bagian terpenting untuk mengukur

PASAR UANG DAN PASAR MODAL SYARIAH. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang berlandaskan prinsip syariah demi menarik perhatian masyarakat,

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOMOR /POJK.04/2017 TENTANG KRITERIA DAFTAR EFEK SYARIAH

SOSIALISASI. POJK Nomor 35/POJK.04/2017 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. Jakarta, 2017

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pa

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Di negara-negara maju,

INVESTASI DI PASAR MODAL SYARIAH

1.2 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal syariah. Masalah asymmetric information yang dihadapi oleh industri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hak atau batil. Rasul SAW selalu menganjurkan kepada umatnya agar

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang akan datang. Salah satu pilihan bagi para investor tersebut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu suatu sistem ekonomi yang berlandaskan Al-Quran dan Al-Hadits beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu negara dapat mempengaruhi pasar modal lainnya di negara yang. untuk negara yang masih berkembang (

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari nilai epistemologi Islam (Hamzah, 2005). dari pengembangan pasar modal syariah (Nazwar, 2008).

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sektor ekonomi dan keuangan mengalami banyak perkembangan

BAB III OBYEK DAN METODOLOGI PENELITIAN. aktif diperdagangkan hingga penelitian ini dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada masa ini pembangunan nasional yang semakin meningkat menuntut

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. keuangan syari ah menimbulkan sikap optimis meningkatnya gairah investasi

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Khaerul Umam, Pasar Modal Syariah dan Praktik Pasar Modal Syariah, Pustaka Setia,

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memerlukan dana (investee) dan dengan pihak yang kelebihan dana

I. PENDAHULUAN. suatu jawaban, sekaligus tantangan akan kebutuhan masyarakat dunia terhadap

BAB I PENDAHULUAN. akibat guncangan ekonomi global menjadi suatu jawaban akan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diperoleh dari pasar modal oleh para pemodal (investor), baik informasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV SCREENING DES DI PT. BETONJAYA MANUNGGAL TBK. A. Analisis Implementasi Screening DES di PT. Betonjaya Manunggal Tbk

BAB III PRAKTIK JUAL BELI SAHAM SYARIAH DI IDX (INDONESIA STOCK EXCHANGE) 1. Sejarah Singkat Bedirinya PT. Bursa Efek Surabaya.

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir berkembang cukup dinamis. Kedinamisan tersebut salah satunya

PRODUK DAN REGULASI PASAR MODAL SYARIAH. Training of Trainer Modul

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 1. Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia. diterbitkannya Reksa Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan usaha, perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. syariah yangdiluncurkan maupun Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama

BAB 1 PENDAHULUAN. penting sebagai media investasi dan wadah penyediaan modal bagi perusahaan untuk

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENETAPAN DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan. Hadirnya lembaga keuangan tidak lain untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern seperti saat ini, perkembangan suatu negara bisa juga

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara Umum reksa dana syariah dan reksa dana konvesional tidak jauh

BAB I PENDAHULUAN. dan juga mendatangkan manfaat bagi orang lain. Allah berfirman dalam surat

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari disiplin ilmu lainnya. Ilmu ekonomi memberikan pelajaran tentang

BAB I PENDAHULUAN. peluang kepada masyarakat untuk menerima return saham, sesuai dengan. karakteristik investasi yang dipilih sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. Investasi syariah yang semakin berkembang di negara-negara maju menyadarkan

Pedoman Pelaksanaan Reksadana Syariah

b. Undang-undang RI. Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. c. Surat dari PT. Danareksa Investment Management, nomor S-09/01/DPS- DIM. d. Pendapat pe

BAB I PENDAHULUAN. saham, obligasi dan reksa dana (Samsul, 2006: 284). Maka dari itu, banyak investor yang berkeinginan untuk menanamkan

BAB I PENDAHULUAN. suku bunga menyebabkan pengembalian (return) yang diterima oleh investor pun

Islamic Wealth Management

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27):

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal atau Capital market merupakan pasar yang. memperdagangkan instrument keuangan (sekuritas) jangka panjang, baik dalam

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN SUKUK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian Komposisi Investasi Komposisi Investasi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan munculnya lembaga-lembaga keuangan yang. berbasis syariah. Kondisi ini menurut para akademisi dan praktisi

Sistem Keuangan di Indonesia setelah UU No. 21/ 2011, terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN. investasi pasar modal yang dikenal saat ini cukup beragam diantaranya saham,

BAB I PENDAHULUAN. darinya. Lembaga keuangan itu sendiri menurut Undang Undang No.14 / 1967

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi di Indonesia saat ini mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dana bagi investor serta menambah pilihan investasi, yang dapat juga diartikan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi

MEKANISME OPERASIONALISASI SAHAM SYARI AH DI INDONESIA DAN NEGARA LAIN

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal. berkaitan dengan efek. (Indonesia Stock Exchange).

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN REKSADANA SYARIAH BERIMBANG DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO. 20/DSN- MUI/IV/2001

BAB I PENDAHULUAN. Index Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat diketahui perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Seorang investor harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan keahlian untuk mengelola investasinya. Menurut Undang-Undang Republik

CERDAS INVESTASIKU, CERAH MASA DEPANKU BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana berinvestasi bagi masyarakat dalam instrument keuangan seperti

BAB I PENDAHULUAN. keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat hutang (obligasi),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Saat ini jika berbicara mengenai investasi tentu kita akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. posisi keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nervecentre

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan di

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak krisis Pasar Modal di Indonesia boleh dikatakan memiliki umur yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun modal sendiri. Jika pasar modal merupakan pasar untuk surat berharga

BAB I PENDAHULUAN. Supriyadi, Pasar Modal Syariah di Indonesia (Menggagas Pasar Modal Syariah dari Aspek Praktik), Kudus, STAIN Kudus, 2009, hlm. 30.

BAB I PENDAHULUAN. membiayai investasi perusahaan. Meski dalam peraturan tersebut lembaga keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

Jurnal Perbankan Syariah Vol. 1 No. 1 Mei 2016 ISSN: 2527-6344 REKONSTRUKSI KEPUTUSAN KETUA BAPEPAM DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR: KEP-180/BL/2009 TENTANG KRITERIA DAN PENERBITAN DAFTAR EFEK SYARIAH (Perbandingan dengan Guide to the Dow Jones Islamic Market Indexes) M Nasyah Agus Saputra Universitas Muhammadiyah Surabaya Abstrak Dalam Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan Nomor: KEP - 180/BL/2009 tersebut pada angka 1 huruf b butir 7, yakni: efek berupa saham, termasuk Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Syariah dan Waran Syariah, yang diterbitkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik yang tidak menyatakan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolahan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip prinsip syariah sepanjang Emiten atau Perusahaan Publik tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut. untuk kriteria emiten pada angka 1 huruf b butir 7 diatas yang disebutkan dalam Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan KEP - 180/BL/2009 tersebut terdapat 2 kriteria rasio keuangan yakni kriteria pada angka 1 huruf b butir 7) b), tentang rasio-rasio keuangan yakni : total utang yang berbasis bungan dibanding dengan total ekuitas tidak lebih dari 82% (45%:55%), dan total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) dan pendapatan lain tidak lebih dari 10%. Berdasarkan dari isi keputusan tersebut Efek dan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dianggap syariah oleh Bapepam dan Lembaga Keuangan sehingga dapat dimuat dalam daftar efek syariah. Sedangkan pada negara lain, yakni Dow Jones Islamic Market Index dan MSCI GCC Countries ex Saudi Arabia Islamic Indices, untuk kriteria emiten yang di terbitkan dalam daftar efek syariahnya memakai kriteria rasio-rasio keuangan, yakni : total pendapatan bunga dan pendapatan Non halal dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari 5%. Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti mengambil permasalahan tentang bagaimana rekonstruksi Keputusan Ketua Bapepam dan Lembaga Keuangan Nomor : Kep-180/BL/2009 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah, dan bagaimana Kriteria 49

dan Penerbitan Daftar Efek Syariah pada Guide to The Dow Jones Islamic Market Indexes. Kata kunci (keywords) : kriteria, rasio keuangan, pendapatan bunga, pendapatan Non halal Pendahuluan Di Indonesia lembaga yang mempunyai kewenangan pembinaan, pengaturan dan pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal adalah Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Sebagai tindak lanjut untuk mengembangkan pasar modal syari ah, Bapepam telah mengeluarkan kebijakan yang diwujudkan dalam bentuk keputusan Ketua Bapepam-LK yang berkaitan dengan pasar modal syari ah. Yang hingga saat ini, keputusan yang telah dikeluarkan oleh mereka telah menjadi dasar operasional pasar modal syari ah, diantaranya: keputusan ketua Bapepam-LK Nomor: KEP - 180/BL/2009 tentang kriteria dan penerbitan daftar efek syari ah, yang memuat ketentuan mengenai kriteria dan penerbitan daftar efek syari ah, diantaranya menjelaskan hal mengenai efek apa yang dapat dimuat dalam daftar efek syari ah, kriteria emiten yang efeknya dapat dimuat dalam daftar efek syari ah, dan menjelaskan mengenai efek dan emiten yang dianggap sesuai syari ah oleh Bapepam-LK selaku otoritas pasar modal. Di indonesia, lembaga yang mempunyai kewenangan menfatwakan hukum-hukum syari ah yang terkait dengan lembaga ekonomi dan keuangan adalah para ulama yang terkoordinasi dibawah DSN-MUI, yang mana dalam kepengurusannya terdapat Badan Pelaksana Harian (BPH) yang keanggotaannya terdiri dari para pakar yang bukan hanya ahli dibidang masingmasing, tetapi juga memiliki komitmen dan pemahaman tentang hukum syari ah. Terkait dengan upaya pengembangan pasar modal syari ah, DSN-MUI telah mengeluarkan beberapa fatwa, diantaranya: Fatwa Dewan Syari ah Nasional No.040/DSN-MUI/IX/2003 tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip syari ah di pasar modal. Berdasarkan fatwa tersebut, maka 50

pada pasar modal syari ah instrumen yang boleh diperjual belikan hanya apabila memenuhi kriteria syari ah baik itu emiten maupun efeknya. 1 Dalam Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: KEP - 180/BL/2009 tersebut pada angka 1 huruf b butir 7, yakni: efek berupa saham, termasuk Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) Syari ah dan Waran Syari ah, yang diterbitkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik yang tidak menyatakan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolahan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip prinsip syari ah sepanjang Emiten atau Perusahaan Publik tersebut memenuhi kriteria sebagai berikut. untuk kriteria emiten pada angka 1 huruf b butir 7 diatas yang disebutkan dalam Keputusan tersebut terdapat 2 kriteria rasio keuangan yakni kriteria pada angka 1 huruf b butir 7) b), tentang rasio-rasio keuangan yakni : total utang yang berbasis bunga dibanding dengan total ekuitas tidak lebih dari 82% (45% : 55%), dan total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10%. 2 Berdasarkan dari isi keputusan tersebut Efek dan Emiten atau Perusahaan Publik tersebut dianggap syari ah oleh Bapepam dan Lembaga Keuangan sehingga dapat dimuat dalam daftar efek syari ah. Sedangkan pada negara lain, yakni Dow Jones Islamic Market Index dan MSCI GCC Countries ex Saudi Arabia Islamic Indices (Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, United Arab Emirates), untuk kriteria emiten yang di terbitkan dalam daftar efek syari ahnya memakai kriteria rasio-rasio keuangan, yakni : total pendapatan non halal (termasuk pendapatan bunga) dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 5%. Landasan Teori Pada saat-saat awal, prinsip syari ah diterapkan pada industri perbankan yaitu ditandai dengan didirikannya bank Islam pertama di Kairo (Mesir) pada sekitar tahun 1971 dengan nama Nasser Social Bank, yang mana operasionalnya berdasarkan sistem bagi hasil (tanpa riba). Dengan berdirinya Nasser Social Bank tersebut, kemudian diikuti dengan berdirinya beberapa 1 Burhanuddin.s, Pasar Modal Syari ah (Tinjauan Hukum), (Yoyakarta, UII Press, 2008), 47. 2 Bapepam dan LK. Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-180/BL/2009 tanggal 30 Juni 2009 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syari ah. 51

bank Islam lainnya seperti Islamic Development Bank (IDB) dan The Dubai Islamic pada tahun 1975, Faisal Islamic Bank of Egypt, Faisal Islamic Bank of Sudan dan Kuwait Finance House tahun 1977. 3 Perkembangan bank yang berbasis syari ah tersebut ternyata ikut mendorong perkembangan penggunaan prinsip-prinsip syari ah di sektor pasar modal. Adapun negara yang pertama kali mengimplementasikan prinsip syari ah di sektor pasar modal adalah Yordania dan Pakistan, karena kedua negara tersebut telah menyusun dasar hukum penerbitan obligasi syari ah. Selanjutnya pada tahun 1978, Pemerintah Yordania melalui Undang-Undang Nomor 13 tahun 1978 telah mengijinkan Jordan Islamic Bank untuk menerbitkan Muqaradah Bond. 4 Ijin penerbitan Muqaradah Bond ini kemudian ditindaklanjuti dengan penerbitan Muqaradah Bond Act pada tahun 1981, sedangkan pemerintah Pakistan pada pada tahun 1980 menerbitkan The Madarabas Company dan Madarabas Ordinance. 5 Lembaga keuangan yang pertama kali concern di dalam mengoperasionalkan portofolionya dengan manajemen portofolio syari ah di pasar modal adalah Amanah Income Fund yang didirikan pada bulan juni 1986 oleh para anggota The North American Islamic Trust yang bermarkas di Indiana Amerika Serikat. 6 Tidak lama kemudian wacana membangun pasar modal yang berbasis syari ah disambut dengan sangat antusias oleh para pakar ekonomi muslim di kawasan Timur Tengah, Eropa, Asia dan juga wilayah AS yang lainnya. Beberapa Negara yang proaktif dalam menyambut kedatangan para investor muslim maupun investor yang ingin memanfaatkan pasar modal yang berprinsip syari ah adalah Bahrain Stock di Bahrain, Amman Financial Market di Amman, Muscat Securities Kuwait Stock Exchange di Kuwait, dan KL Stock Exchange di Kuala Lumpur Malaysia. 7 Pasar modal syari ah tidak hanya berkembang di negara-negara yang mayoritas muslim, akan tetapi juga berkembang di negara-negara sekuler yang 3 Adrian Sutedi, Pasar Modal Syari ah Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan Prinsip Syari ah (Jakarta: Sinar Grafika, 2011),` 2. 4 Ibid., 2. 5 Burhanuddin.s, Pasar Modal Syariah (Tinjauan Hukum), 11. 6 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syari ah (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010), 46. 7 Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia, 77. 52

tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Bursa efek dunia New York Stock Echange atau yang lebih dikenal dengan nama Dow Jones Index meluncurkan indeks pasar islam yang pertama pada bulan Februari 1999 yang bernama Dow Jones Islamic Market Index (DJIMI). 8 Untuk menjaga agar investasi yang dilakukan oleh pasar modal syari ah ini aman dari hal-hal yang bertentangan dengan prinsip syari ah, maka Dow Jones Islamic Market Index (DJIMI) membentuk Dewan Pengawas Syari ah yang disebut dengan nama Syari ah Supervisor Board (SSB) yang bertugas melakukan filterisasi terhadap saham-saham halal berdasarkan aktivitas bisnis dan rasio finansialnya. 9 Perkembangan lembaga keuangan syari ah dalam bentuk investasi di Pasar Modal Syari ah di berbagai Negara disambut baik oleh para pakar ekonomi muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia yang ditandai dengan lahirnya Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2000. Secara historis keberadaan pasar modal syari ah di Indonesia dimulai dan diperkenalkan padan pertengahan tahun 1997. Hal ini ditandai dengan dikeluarkanya instrumen reksadana syari ah pada 3 juli 1997 oleh PT Danareksa Investment Management (DIM). Selanjutnya berkat adanya kerja sama antara PT Bursa Efek Jakarta (kini telah bergabung dengan Bursa Efek Surabaya, menjadi Bursa Efek Indonesia) dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) pada 3 juli 2000 berhasil dibentuk Jakarta Islamic Index (JII) yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syari ah. 10 Perkembangan selanjutnya, instrumen investasi syari ah di pasar modal terus bertambah dengan kehadiran Obligasi Syari ah PT. Indosat Tbk pada awal September 2002. 11 Instrumen ini merupakan obligasi syari ah pertama dan dilanjutkan dengan penerbitan obligasi syari ah lainnya. Peresmian Pasar Modal sebenarnya direncanakan pada awal November 2002, namun ternyata Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan Dewan Syari ah Nasional (DSN) masih merasa belum siap. Hal ini berkaitan dengan banyaknya kendala yang belum tuntas dibicarakan. Akhirnya Pasar Modal 8 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syari ah, Cet.2 (Jakarta: Kencana, 2008), 48. 9 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, 45. 10 Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah, 47. 11 Burhanuddin S, Pasar Modal Syariah, 11. 53

Syari ah di Indonesia secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Maret 2003 oleh pemerintah yang diwakili oleh Menteri Keuangan yaitu Budiono didampingi Ketua Bapepam Herwidayanto, wakil dari MUI, wakil dari DSN pada direksi SRO 12, direksi perusahaan efek, pengurus organisasi pelaku, dan asosisasi profesi di Pasar Modal Indonesia. 13 Bersamaan dengan resmi diluncurkannya Pasar Modal Syari ah di Indonesia, pada tanggal tersebut juga telah terjadi penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Bapepam-LK dan DSN- MUI. Prinsip prinsip syari ah pada pasar modal Syari ah di Indonesia berdasarkan pada Fatwa Dewan Syari ah Nasional No.40/DSN-MUI/X/2003, dijelaskan bahwa: Pasar modal beserta seluruh mekanisme kegiatannya terutama mengenai emiten, jenis efek yang di perdagangkan dan mekanisme perdagangannya dipandang telah sesuai dengan syari ah apabila telah memenuhi prinsip prinsip syari ah. Suatu efek dipandang telah memenuhi prinsip prinsip syari ah apabila telah memperoleh pernyataan kesesuaian syari ah. Jenis-Jenis efek syari ah di Indonesia: a) Saham Syari ah, b) Obligasi Syari ah (Sukuk), c) Reksadana Syari ah, d) Efek Beragun Aset Syari ah, dan e) Surat Berharga Syari ah Negara (SBSN). 14 Menurut tinjauan syariah, sanksi hukum dibidang pasar modal masuk kategori ta zir, yaitu kewenangan yang diberikan kepada lembaga tertentu untuk menetapkan sanksi hokum terhadap pelaku pelanggaran yang hukumannya tidak disebutk dalam al-qur an dan Hadis. 15 Dalam fiqh muamalah, dapat dijumpai berbagai jenis transaksi yang diharamkan. Namun dari keharaman tersebut, berdasarkan al-qur an, Hadis dan pendapat para ahli fiqh, maka secara umum dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu: haram karena bendanya (zatnya)/hara>m li dha>tihi, haram selain karena bendanya (zatnya)/hara>m li 12 Self Regulatory Organization (SRO) adalah merupakan lembaga/organisasi yangberwenang untuk mengeluarkan peraturan bagi kegiatan usahanya. Di pasar modal, SRO terdiri dari bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, serta lembagapenyimpanan dan penyelesaian. Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan-Departemen Keuangan, Panduan Penerbitan Obligasi Daerah (2007), 4. 13 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, (Yogyakarta : EKONISIA, 2007). 185. 14 Dewan Syariah Nasional. Fatwa No.40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal. 15 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah, 136. 54

ghayrihi, dan tidak sah akadnya. 16 Pelaksanaan transaksi efek dalam pasar modal syariah harus dilakukan menurut prinsip kehatian hatian serta tidak di perbolehkan melakukan spekulasi (untung untungan) dan manipulasi (penipuan) yang mana di dalamnya mengandung unsur d{arar, gharar, riba>, maysir, rishwah. Semua unsur unsur tersebut semuanya itu di larang, baik oleh al-qur an, hadis maupun ijma. Adapun transaksi efek yang mengandung unsurunsur tersebut dalam pasar modal syariah adalah meliputi: a) Bai Najsy (Pump and Dump, Hype and Dump, dan Creating fake demand/supply), b) Bai al- Ma du>m, c) Insider trading, d) Margin on trading, e) Ih}tika>r (Pooling interest dan Cornering), f) Preffered stock (saham istimewa), g) Forward contract, h) Option, dan i) Short Selling. Pembahasan Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: Kep-108/BL/2009 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah Ketentuan mengenai Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah diatur dalam Peraturan Nomor II.K.1, sebagai berikut: 17 Efek berupa saham, termasuk Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) syariah dan Waran syariah, yang diterbitkan oleh Emiten atau Perusahaan Publik yang tidak menyatakan bahwa kegiatan usaha serta cara pengelolaan usahanya dilakukan berdasarkan prinsip syariah, sepanjang Emiten atau Perusahaan Publik tersebut: a) Tidak melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip prinsip syariah, antara lain: 18 (1) perjudian dan permainan yang tergolong judi (2) perdagangan yang dilarang menurut syariah, antara lain: perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa; dan perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu; 16 Adrian Sutedi, PASAR MODAL SYARIAH Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan Prinsip Syariah,` 32-33. 17 Bapepam dan LK. Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-180/BL/2009 tanggal 30 Juni 2009 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syari ah, Peraturan No. IX. A. 13. 18 Bapepam dan LK. Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-181/BL/2009 tanggal 30 Juni 2009 tentang Penerbitan Efek Syariah, Peraturan No. IX. A. 13. 55

(3) jasa keuangan ribawi, antara lain: bank berbasis bunga; dan perusahaan pembiayaan berbasis bunga; (4) jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) dan/atau judi (maysir), antara lain asuransi konvensional; (5) memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan/atau menyediakan antara lain: barang atau jasa haram zatnya (hara>m lidha>tihi); barang atau jasa haram bukan karena zatnya (hara>m lighayrihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI; dan/atau barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. (6) melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (rishwah); b) Memenuhi rasio-rasio keuangan sebagai berikut: a. Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82% (hutang 45% : modal 55 %) b. Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10% Guide to the Dow Jones Islamic Market Indexes 19 Komponen-komponen Dow Jones Islamic Market (DJIM) dipilih dengan menyaring seluruh bidang indeks melalui penyaringan (screening) aktifitas usaha (business activities) dan rasio keuangan (financial ratios) untuk mengeluarkan saham-saham yang tidak sesuai dengan prinsip investasi syari ah. 1. Screening untuk aktifitas usaha yang sesuai syariah (Acceptable Business Activities) Tidak melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah, yaitu: a) Alkohol, b) Rokok, c) Produk yang mengandung unsur daging babi, d) Layanan/jasa keuangan konvensional (perbankan, asuransi dan sebagainya), e) Industri persenjataan dan pertahanan, dan f) Hiburan (hotel, kasino/perjudian, bioskop, pornografi, music dan sebagainya). 2. Screening untuk rasio keuangan yang sesuai syariah (Acceptable Financial Ratios) 19 Dow Jones Islamic Market Indexes. Guide to the Dow Jones Islamic Market Indexes, Agustus 2011. 56

Semua hal berikut harus kurang dari 33%: a. Total hutang. Tidak boleh mempunyai total hutang dibagi dengan rata-rata kapitalis pasar selama 12 bulan lebih besar dari atau sama denga 33%. b. Total hutang berbasis bunga dibanding total harta (Total Assets). Tidak boleh mempunyai total hutang berbasis bunga (Interest Bearing Securities) dibanding total harta (Total Assets) perusahaan dibagi dengan rata-rata kapitalis pasar selama 12 bulan lebih besar dari atau sama dengan 33%. c. Piutang (accounts receivables). Tidak boleh mempunyai total piutang dibagi dengan total asset lebih besar dari atau sama dengan 33%. selain itu perusahaan (emiten) dinilai juga berdasarkan laporan keuangan perusahaan mengenai alokasi pendapatan usahanya (revenue), yang mana perusahaan (emiten) tidak boleh memiliki total pendapatan non halal (termasuk pendapatan bunga) dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) tidak lebih dari 5%. Kesimpulan Bapepam-LK pada tanggal 31 Agustus 2007 telah menerbitkan Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah (Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: KEP-314/BL/2007) yang kemudian direvisi dengan Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah (Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: KEP-108/BL/2009) yang diterbitkan oleh mereka kembali pada tanggal 30 Juni 2009. Latar belakang dikeluarkanya peraturan ini adanya Peraturan IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah (Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor:: Kep-130/BL/2006 diterbitkan pada tanggal 23 November 2006 yang telah direvisi menjadi Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: KEP-181/BL/2009) pada angka 5 huruf a butir 2) f) dan angka 5 huruf b butir 2) e) yang berbunyi dana kelolaan reksa dana syariah hanya dapat diinvestasikan pada efek yang tercantum dalam daftar efek syariah yang ditetapkan oleh Bapepam-LK atau pihak lain yang diakui oleh Bapepam-LK. Selain itu karena tuntutan para investor yang menginginkan peraturan yang jelas mengenai pasar modal syariah dan untuk memberikan 57

kemudahan bagi para emiten agar tidak perlu lagi mendapatkan persetujuan DSN dalam penerbitan efek syariah. Mengenai rasio keuangan tentang total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82% dilatar belakangi dari terdapatnya ketidak konsistenan pengungkapan antara Fatwa No. 40 dengan Fatwa No. 20 khususnya terkait rasio hutang. Dalam fatwa tersebut tidak dijelaskan apakah semua hutang ataukah hanya hutang yang bertentangan dengan prinsip syariah yaitu utang ribawi (hutang kepada lembaga keuangan ribawi), karena menurut Bapepam tidak semua hutang mengandung unsur ribawi. Pada Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah pada angka 1 huruf b butir 7) a) (1) tersebut, Bapepam telah menjelaskan lebih detail mengenai kriteria rasio hutang tersebut. Mengenai kriteria total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan usaha (revenue) dan pendapatan lain-lain tidak lebih dari 10%, dilatar belakangi karena perusahaan dalam operasionalnya kadangkala tidak bisa menghindari adanya pendapatan non halal baik itu berupa pendapatan bunga yang berasal dari penempatan kas perusahaan di bank konvensional serta pendapatan bunga yang terjadi pada perusahaan yang menginvestasikan kelebihan likuiditas pada sekuritas hutang maka dari itu menghasilkan pemasukan bunga yang kemudian menjadi bagian dari keuntungan perusahaan. Dan juga dilatarbelakangin dikarenakan reksa dana syariah kadangkala tidak bisa menghindari adanya pendapatan non halal, sedangkan mekanisme pembersihan dari pendapatan yang mengandung unsur non halal dari pendapatan yang diyakini halal (tafri<q alhala>l min al-hara>m). Penentuan angka 10% tersebut keluar begitu saja dan bukan dilihat dari standart deviasi laporan pendapatan non halal dari seluruh laporan keuangan tahunan 2006 perusahaan yang telah menerbitkan efek syariah. Bapepam-LK menentapkan 10% dengan alasan karena tidak mungkin angka pendapatan non halal pada yang dimiliki oleh perusahaan (emiten) di Indonesia 0%, selain itu alasannya karena system ekonomi di Indonesia pada dasarnya bukan secara syariah dari dulunya. Penentuan 10% tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari DSN-MUI dan disepakati oleh mereka. 58

Daftar Pustaka Bapepam dan LK. Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep- 181/BL/2009 tanggal 30 Juni 2009 tentang Penerbitan Efek Syariah, Peraturan No. IX. A. 13. Bapepam dan LK. Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep- 180/BL/2009 tanggal 30 Juni 2009 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syari ah, Peraturan No. II. K. 1. Burhanuddin S. Pasar Modal Syari ah (Tinjauan Hukum). Yoyakarta: UII Press, 2008. Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan-Departemen Keuangan, Panduan Penerbitan Obligasi Daerah (2007). Dewan Syariah Nasional. Fatwa No.40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal. Dow Jones Islamic Market Indexes. Guide to the Dow Jones Islamic Market Indexes, Agustus 2011. Huda, Nurul dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syari ah, Cet.2 (Jakarta: Kencana, 2008) Manan, Abdul. Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia. Jakarta: Kencana, 2009. Sudarsono, Heri. Bank dan Lembaga Keuangan Syari ah Deskripsi dan Ilustrasi. Yogyakarta : EKONISIA, 2007. Sutedi, Adrian. Pasar Modal Syariah: Sarana Investasi Keuangan Berdasarkan Prinsip Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2011. Yuliana, Indah. Investasi Produk Keuangan Syariah. Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010. 59