B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA

dokumen-dokumen yang mirip
DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

Tabel VIII. 1 Aturan Bersama Desa Kemasan KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ATURAN BERSAMA KONDISI FAKTUAL I. TATA RUANG DAN LINGKUNGAN

Aturan Bersama. DOKUMEN ATURAN BERSAMA ( AB ) Kelurahan Karatuang, KEC. Bantaeng, KAB. Bantaeng

BAB II ATURAN BERSAMA A. ATURAN BERSAMA DALAM MEMBANGUN DAN MENATA (RENOVASI) RUMAH

ruo tar qtu -a Gt i* n c L (E(u xro & o (} td fem T'E cl l- as ff o, ; tj o- Y {,/r} fuffi :s it -, I {} stl (} ra -{t .ts, -{J -6 o, ={E F E 'ci

ATURAN BERSAMA RENCANA PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN DESA KEDUNGSARIMULYO

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

Dasar-Dasar Rumah Sehat KATA PENGANTAR

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB V ANALISIS. V.1.1 Kualitas Lahan Permukiman. yang telah ditentukan masyarakat bersama. V.1.2 Kapasitas Lahan Permukiman

BAB IV PANDUAN KONSEP

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN 1 Kuisioner Tahap I (Mencari Peristiwa Risiko Tinggi)

PERMUKIMAN SEHAT, NYAMAN FARID BAKNUR, S.T. Pecha Kucha Cipta Karya #9 Tahun 2014 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

KETENTUAN PRASARANA DAN SARANA MINIMAL

DOKUMEN ATURAN BERSAMA

ATURAN BERSAMA DESA BAKIPANDEYAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

: MEMBANGUN BARU, MENAMBAH, RENOVASI, BALIK NAMA

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK) DOKUMEN ATURAN BERSAMA

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Standar Pelayanan Minimal untuk Permukiman Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 Standar Pelayanan Bidang

KONSEP DRAINASE DI LAHAN RAWA Oleh: Rusdi HA

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

SUMUR RESAPAN AIR HUJAN SEBAGAI WAHANA KONSERVASI AIR

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

Penjelasan Substansi. Dokumen Lengkap, ada pada BAB IV

Jarak tangki septik ke sumber air bersih 10 m, ke bangunan 1,5 m. Ada bidang resapan. Ada jaringan pipa air limbah.

UMY. Sistem Sanitasi dan Drainase Pada Bangunan. Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKUKTAS

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN

PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PLPBK

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 63/PRT/1993 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

MACAM-MACAM KOLAM IKAN DIPEKARANGAN

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

BAB V KONSEP PERANCANGAN

USULAN ATURAN BERSAMA

III. METODOLOGI PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang. bertingkat atau permukiman, pertanian ataupun industri.

BAB I PENDAHULUAN. perbukitan rendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian M di

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

BAB III METODE PERENCANAAN

Transkripsi:

B. SUBSTANSI ATURAN BERSAMA KONDISI FAKTUAL KONDISI IDEAL ATURAN BERSAMA YANG DISEPAKATI A. LINGKUNGAN 1. Jaringan Jalan Rumah yang tidak mendapat akses menuju jalan utama lingkungan maupun jalan penghubung lingkungan Setiap rumah diharapkan memperoleh akses menuju jalan lingkungan maupun jalan utama sehingga aksesbilitas dan mobilitas kawasan dapat lancar a. Pemilik rumah merelakan untuk membuat akses jalan menuju jalan utama minimal 1 m untuk rumah baru. b. Bagi rumah yang sudah terlanjur tetap memberikan jalan masuk dengan lebar masing-masing 1m Kondisi Jalan penghubung lingkungan masih banyak yang rusak dan belum di perkeras / masih tanah. Jalan lingkungan maupun penghubung hendaknya sudah di perkerasan untuk kemudahan sirkulasi Jaringan jalan wajib dibangun dengan perkerasan, dengan ketentuan : a. untuk jalan lingkungan dengan lebar antara 3,00 m sampai dengan 5,00 m b. untuk jalan setapak dengan lebar 1,00 m 2,00 m a. Untuk jalan lingkungan berupa pavingblok,grass blok dan aspal b. Untuk jalan penghubung berupa pavingblok dan grass blok 8

Lebar jalan Lingkungan permukiman kurang dari 1.5 meter lebar Jalan Lingkungan 1,5 sampai 2 m dapat dilewati oleh pejalan kaki,lebar bahu jalan 0.5 m tanpa pendistrian. (Sumber SNI 03-1733-2004) dan ( Klasifikasi Jalan di lingkungan mengacu dari Pedoman Teknis Prasarana Jalan Perumahan, dirjen Cipta karya ) - Lebar Jalan lingkungan mim1.5 dan terbebas dari barang-barang, sehingga bisa dilewati keranda. - Kendaraan roda 2 bisa melewati jalan dengan di tuntun/ turun dan mesin dimatikan sehingga pengguna jalan lainnya aman dan nyaman Hampir seluruh jalan utama kawasan belum memiliki trotoar sehingga pedistrian bagi pejalan kaki belum ada Setiap ruas jalan memiliki trotoar selebar 0.5 m untuk memfasilitasi pejalan kaki, vegetasi dan penyandang cacat ( Sumber SNI 03-1733-2004) Trotoar akan dibangun di beberapa ruas jalan utama kawasan ( jalan kabupaten dan jalan desa) 9

Jalan lingkar desa belum tertata,kondisi jalan belum diperkeras / masih tanah dengan lebar 2 m Median jalan minimal 2,00 dengan pengerasan pavingblok dan grassblok serta dilengkapi saluran drainase. Jalan ini difungsikan juga sebagai jalur mitigasi bencana Semua jalan lingkar desa diusahakan dengan lebar minimal 2,00 m dan dengan pengerasan pavingblok dan grassblok, dengan penghijaun di salah satu sisi jalan. Jalan peningkatan usaha tani Minimal lebar jalan 1,00 sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan dan mengangkut hasil panen. Jalan di perkeras dan dilengkapi saluran irigasi dan penghijaun. Jalan usaha tani dengan lebar minimal 2,00 dengan perkerasan cor blok dan dilengkapi saluran irigasi dengan lebar mim 40 cm 10

2. Jaringan Drainase Hampir disemua wilayah saluran drainase masih sedikit dan keberadaanya belum saling terintegrasi antara satu dengan yang lainya. Banyak air sisa drainase yang tidak dikelola dan hilang ke sungai Saluran drainase utama berupa saluran tertutup dengan plat beton dan saluran drainase lingkungan dengan sistem saluran terbuka sehingga mudah perawatannya. Penyediaan saluran pembuangan air limbah meliputi saluran pembuangan air limbah dari wc, kamar mandi, dapur dan tempat cuci atau pengolahan industri Ketentuan penyediaan saluran pembuangan air limbah adalah : a. air limbah dibuang ke jaringan pembuangan air limbah kota atau bila belum ada dibuang ke tangki septik komunal dengan ukuran minimal daya tampungnya untuk 2 tahun dengan ukuran minimal panjang 5,00 m, lebar 2,5 m dan tinggi 1,8 m b. air limbah dari tangki septik disalurkan ke sumur peresapan air limbah dengan jarak minimal 10,00 m dari sumur air bersih dengan ukuran minimal panjang 10,00 m, lebar 9,00 m dan tinggi 0,70 m c. air limbah dilarang dibuang ke saluran pembuangan air hujan, parit, sungai, jalan atau ke saluran air hujan kota Penyediaan saluran pembuangan air hujan harus disertai dengan sistem peresapannya. Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan secara menyeluruh sehingga dapat mengalirkan air hujan secara lancar dan tidak mengganggu lingkungan sekitarnya. a. Untuk saluran drainase jalan berupa saluran terbuka b. Untuk saluran tertutup berupa plat beton hanya di depan lingkungan permukiman dan dilengkapi bak kontrol setiap jarak 10 m Dibuat sumur peresapan dan saluran komunal tersendiri sehingga mampu mengurangi zat kimia dari pembuangan sabun, saluran drainase tidak diperbolehkan dibuang ke saluran irigasi 11

Ketentuan perencanaan pembuatan saluran pembuangan air hujan : a. limpasan air hujan dari daerah di atas lingkungan kawasan perencanaan, yaitu daerah yang mempunyai kontur lebih tinggi, harus dibuatkan saluran tersendiri menuju sungai namun tidak merusak lingkungan sungai, saluran irigasi primer, sekunder atau tersier yang tersedia b. dimensi dan kemiringan saluran harus diperhitungkan dapat menampung kapasitas air hujan yang ada c. saluran pembuangan air hujan harus dilengkapi dengan perencanaan resapan air hujan sebagai usaha konservasi air d. 1 (satu) resapan air hujan dengan diameter 0,80 m dan kedalaman 3,00 m minimal untuk setiap 60,00 m2 lahan tertutup e. Kemiringan aliran pada saluran drainase minimal 2% (dua persen), sehingga air dapat meresap ke tanah sebelum melimpah ke sungai, dengan kedalaman minimal 40 cm lebar 30 cm dengan bak kontrol setiap 50, 00 m f. Sebelum masuk ke tempat pembuangan akhir (sungai) harus melalui bak pengendapan terlebih dahulu g. Apabila telah ada sistem jaringan pembuangan air hujan kota, maka saluran dapat dihubungkan dengan sistem jaringan tersebut 12

3. Bantaran Sungai Kurangnya pemahaman mengenai pentingnya daerah bantaran sungai Bantaran sungai adalah lahan pada kedua sisi sepanjang palung sungai di hitung dari tepi sungai sampai dengan tepi tanggul sebelah dalam. Fungsi bantaran sungai adalah tempat mengalirnya sebagian debit sungai pada saat banjir. - Pemanfaatan daerah bantaran sungai unutk kegiatan budidaya dan hunian dengan atuaran ketat - Dilarang membuang sampah kesungai Masih banyak area bantaran sungai yang tidak ditata Di beberapa ruas bantaran sungai tumbuh pemukiman dan aktifitas masyaarakat yang mengganggu abitat sungai. Bantaran sungai merupakan tempat mengalirnya debit sungai ketika banjir sehingga perlu ditata Pada bantaran sungai dilarang mendirikan bangunan untuk hunian. - Garis sepadan sungai perkotaan dikawasan ditentukan sekurang-kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai. (PP Pekerjaan Umum No.63/PRT/1993 ) a. Bantaran sungai tidak diperbolehkan ditanami tanaman keras hanya diperbolehkan ditanami tanaman perdu sehingga debit air lancar b. Ada ruang terbuka di sepanjang bantaran sungai Dibuatkan jalan tepat di bantaran sungai sehingga rumah tidak langsung di bangun tepat di bantaran sungainya. 13

Penduduk membuang sampah ke badan sungai Membuang di tempat sampah yang ditentukan atau dikelola secara terpadu terutama untuk sampah organik Tidak diperkenankan membuang sampah maupun BAB di sungai Sumber : Anonim, 2013 Di kawasan prioritas tidak semua halaman dimanfaatkan secara produktif untuk penghijauan Halaman dijadikan sebagai lahan produktif yang dapat menambah penghasilan a. Ditanami pohon buah-buahan, kelapa dan TOGA minimal berjarak 2 m dari pagar rumah b. Daun dan ranting tidak melewati batas, dengan aturan mekanisme gotong royong secara rutin 14

4. Penghijauan Lingkungan Terdapat halaman rumah kosong yang dibiarkan apa adanya, tidak dikelola dengan baik Setiap rumah diharapkan memiliki tanaman hijau untuk membantu sirkulasi udara Pemilik rumah / saudara / yang diberi kuasa untuk memelihara rumah tersebut wajib membersihkan setiap hari, sehingga diperlukan identifikasi kepemilikan Di beberapa bagian bantaran sungai terdapat area yang potensial longsor karena belum maksimal penghijauannya Bantaran sungai dihijaukan Sepanjang bantaran sungai dikhususkan sebagai ruang terbuka hijau dan area sungai lindung dan bisa dikembangkan untuk wisata alam 15

Di beberapa bagian bantaran sungai terdapat area yang potensial longsor karena belum maksimal penghijauannya Bantaran sungai dihijaukan Sepanjang bantaran sungai dikhususkan sebagai ruang terbuka hijau dan area sungai lindung dan bisa dikembangkan untuk wisata alam 5. Kandang Ternak Kandang ternak berdekatan dengan pemukiman atau posisi kandang ternak menempel bangunan rumah. Kotoran ternak tidak dikelola /dikumpulkan melainkan menyebar dan terbengkelai sehingga menimbulkan pencemaran lingkungan Jarak Kandang Ternak minimal 10 m dari pemukiman/rumah. Ada sistem pengolahan limbah cair dan padat pada peternakan yang dikelola secara pribadi maupun kelompok Pembuatan Kandang Kelompok yang dikelola secara bersama dan sehingga keberdaan ternak akan terkontrol dan dapat meningkatkan kwalitas ternak. Pemanfaatan limbah padat dan cair ternak untuk pengembangan pupuk organik dan pembuatan sumber energi alternatip biogas. B. BANGUNAN 1. Bangunan Tepian Sungai - Terdapat kandang ternak - Pengerasan diatas bantaran sungai Untuk aktifitas tempat tinggal. - Bantaran sungai terbebas dari semua jenis bangunan - Semua rumah yang berada di bantaran sungai menghadap kesungai. Untuk rumah-rumah yang sudah terlanjur dibangun, maka ditambahkan bagian teras belakang yang menghadap sungai. - Jenis Bangunan yang dibangun di bantaran sungai berupa bangunan semi permanen, sehingga bila terjadi bencana tidak menimbulkan kerugian yang besar. 16

3. Tritisan Rumah Air hujan yang jatuh dari tritisan rumah jatuh kehalaman tetangga - Garis cucuran atap terluar yang sejajar dengan arah jalan sekeliling bangunan minimal 1 m dari garis sepandan pagar - Panjang trirtisan disarankan berjarak max 1 m dari rumah dan tidak melebihi batas tanah yang di miliki 2. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga dan Sampah Belum ada pembuangan dan pengelolaan sampah secara terpadu, sehingga masih banyak warga mengelola sampah dengan cara dibakar Lingkungan sehat didukung oleh pengelolaan sampah yang zero waste. Penyediaan tempat pembuangan sampah dilakukan dengan menyediakan tanah sebagai fasilitas tempat pembuangan sampah sementara (container) Ketentuan penyediaan fasilitas pembuangan sampah khusus untuk perumahan : a. satu bak sampah untuk setiap rumah tinggal dengan ukuran minimal 0,02 m3 a. Untuk rumah tangga yang punya pekarangan diharuskan membuat pupuk organik / komposter b. Sampah anorganik dikelola oleh pengelolaan sampah mandiri 17

b. satu tempat pembuangan sampah sementara (container) untuk setiap 200 KK yang letaknya diusahakan tidak mengganggu penghuni tetapi dapat dijangkau oleh truk pengangkut sampah denah ukuran minimal 2 m3 c. untuk jumlah penduduk kurang dari 200 KK menggunakan fasilitas tempat pembuangan sampah sementara (container) di luar kawasan perumahan sepanjang belum melebihi kapasitas tampung desa tersebut dengan mendapat persetujuan dari lurah desa dengan diketahui Badan Perwakilan Desa d. pengambilan sampah diatur bersama penghuni dalam kawasan tersebut Sampah Sisa (sisa ikan, daging, popok, kapas dsb) Makanan tern ak (sisa ikan, sisa udang dsb) Pembakaran (kapas, popok dsb) Sumber Sampah (pert anian, rumah tangga, perdagangan dll) Sampah Basah (organik) (daun, sisa sayur, ranting dll) Komposti ng (sistem an-aerob/ aerob) Hasil Kompos A ktifitas Pertanian Sampah Kering (an organik) (kertas, glass, plastik, dll) D aur U lang (recycling) Prod uk Baru Kebutuhan Manusia Banyak rumah yang sudah memiliki KM tetapi belum memiliki septictank, limbah langsung dibuang ke sungai atau saluran air Pembuangan air kotor yang berasal dari kotoran manusia pada dasarnya dibuang ke septictank dan dengan peresapan kecuali di lokasi tersebut ada fasilitas pembuangan yang tersedia Diharapkan setiap kamar mandi memiliki septictank Bagi yang tidak memiliki kamar mandi bisa menggunakan fasilitas prasarana umum yang sudah ada Diharapkan untuk pengolahan limbah rumah tangga (WC/KM) dikelola secara komunal (IPAL komunal) 18

E. SOSIAL BUDAYA Karakter perilaku sosial masyarakat yang kurang peduli dengan perubahan lingkungan Karakter lokal yang guyup, tepo sliro dan pakewuh tetap dijaga sebagai kekayaan aset budaya lokal Karakter sosial masyarakat yang berjalan secara alami apa adanya dengan tetap memperhatikan lingkungan disekitarnya 1. Karakter Sosial Masyarakat Karakter perilaku sosial masyarakat yang kurang peduli dengan perubahan lingkungan Karakter lokal yang guyup, tepo sliro dan pakewuh tetap dijaga sebagai kekayaan aset budaya lokal Karakter sosial masyarakat yang berjalan secara alami apa adanya dengan tetap memperhatikan lingkungan disekitarnya C. EKONOMI 1. Pengembangan Potensi Lokal Potensi lokal belum banyak dikembangkan karena belum adanya identifikasi kebutuhan dan pengelolaan yang efektif Kawasan dapat mandiri dengan memaksimalkan potensi lokal yang ada a. Ketrampilan yang memadai b. Mutu yang diutamakan c. Modal yang mencukupi 2. Sentra Ekonomi dan Industri Rumah Tangga Industri rumah tangga yang berjalan masih bergantung pada pemesanan dari konsumen Intensitas produksi harus berkelanjutan dan mampu menghasilkan barang siap pakai a. Promo dengan media elektronik b. Promo dengan media massa c. Promo dengan media internet 19

MITIGASI BENCANA Jalur-jalur evaskuasi bencana belum ada. Adanya sarana prasarana untuk jalur evakuasi saat terjadi bencana ( Gempa bumi, puting beliung) a. Pembuatan Jalur sarana prasarana mitigasi bencana b. Pelatian tanggap darurat terhadap bencana 20