PENDAHULUAN Buah-buahan merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang

dokumen-dokumen yang mirip
Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam. lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak produktif

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pertanian dan sektor-sektor yang terkait dengan sektor agribisnis

PELUANG AGRIBISNIS BUAH

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk

I. PENDAHULUAN perbanyakan tanaman secara vegetatif dan perbanyakan tanaman secara

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

I. PENDAHULUAN menunjukkan bahwa masih rendahnya kepercayaan atau loyalitas konsumen

ANALISIS KELAYAKAN BUDIDAYA APEL (MALUS SYLVESTRIS MILL) DI DESA BULUKERTO,KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh sebab itu

I. PENDAHULUAN. Pertanian sebagai salah satu sektor yang dapat diandalkan dan memiliki

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi berarti peluang pasar internasional bagi produk dalam negeri dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

METODE PERBANDINGAN EKONOMI. Pusat Pengembangan Pendidikan - Universitas Gadjah Mada

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebagai bisnis sepenuhnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan memegang peranan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Setelah peluang pasar diperoleh, baru beranjak ke ketersediaan modal. Dua hal

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

ANALISIS INVESTASI USAHA PADA WARNET KHARISMA DOT NET. Nama : SUKMIATI NPM : Kelas : 3 EB 18

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PERBANDINGAN BERBAGAI ALTERNATIF INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, dimana sektor pertanian dalam tatanan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB III LANDASAN TEORI

REVITALISASI PERTANIAN

DUKUNGAN PEMBIAYAAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA INTEGRASI SAPI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. lndonesia pada tahun 1794, di daerah-daerah dataran tinggi seperti

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN NECIS LAUNDRY

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Aneka ragam jenis tanaman sayuran dapat dibudidayakan dan dihasilkan di

KUISIONER PENELITIAN

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

Analisis Kelayakan Proyek. Muhammad Taqiyyuddin Alawiy, ST., MT Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan

STUDI KELAYAKAN USAHA PADA WARUNG BUBUR AYAM POLENG. Nama :Rachmadini Febriando NPM : Kelas :4EA20

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

ABSTRAK. Umur investasi 6 tahun ( ): Payback Period. > 5 tahun. < 1 tahun. Net Present Value. Rp ,- - Rp 978.

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC

IV. METODE PENELITIAN

VIII. ANALISIS FINANSIAL

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

III KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman pisang merupakan salah satu kekayaan alam asli Asia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell,

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBUKAAN CABANG BARU KONVEKSI GIAS MULTI KREASI

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab 5 Penganggaran Modal

Transkripsi:

1 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura yang bersifat menahun, dan lebih dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral yang sangat penting peranannya sebagai pengatur dan pelindung dalam jaringantubuh manusia. Buah-buahan lokal Indonesia, akhir-akhir ini ramai dibicarakan karena terdesak oleh buah-buahan impor yang banyak membanjiri pasar lokal maupun supermarket. Membanjimya buah-buahan impor tersebut disebabkan adanya surat Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 135/1991 yang menyebabkan terpuruknya buah-buahan produksi lokal di pasaran. Data dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian menyebutkan bahwa, impor buah-buahan utama pada tahun 1993 seperti pisang segar 83.760.348 kg (US $ 66.560.243), nenas 1.609 kg (US $ 25,517), alpukat 15.465 kg (US $ 20.537), mangga 7.928 kg (US $ 16.628), durian 431.929 (US $ 944.697), nangka 800 kg (US $ 837), dan rambutan 206 kg (US $ 2.521). Permasalahan buah-buahan lokal juga disebabkan karena masyarakat lebih suka memilih buah-buahan impor untuk mencukupi kebutuhan gizi mereka dibandingkan buah-buahan lokal, dengan alasan yang beragam, mulai dari alasan kualitas, ketersediaan dan kontinuitas, harga sampai

2 gengsi yang didapat. Kesulitan produksi buah-buahan lokal Indonesia untuk bersaing dengan buah-buahan irnpor menurut Lukmana (1995) adalah : (1) Tidak adanya perlakuan khusus dari pihak perbankan untuk membiayai pengembangan agribisnis di Indonesia. Suku bunga pinjaman sektor agribisnis di Indonesia adalah 20 %, sedangkan di negara lain seperti Thailand adalah 4 %, dan Malaysia 6-9 %. (2) Lambannya lembaga penelitian terapan dan laboratorium pengembangan untuk menghasilkan bibit unggul, sehingga para petani sulit memperoleh bibit unggul secara mudah. Produksi buah-buahan lokal utama seperti jeruk, duku, mangga, durian, dan sawo dari tahun 1986-1992 sangat berfluktuatif. Berfluktuasi dan makin berkurangnya produksi buah-buahan lokal tersebut juga disebabkan oleh berkurangnya jumlah petani dan lahan buah-buahan. Data menunjukkan bahwa pada tahun 1983 petani yang terlibat dalam usaha pertanian adalah 8 juta rumah tangga, sedangkan pada tahun 1993 jumlahnya menyusut menjadi 5 juta rumah tangga tani. Selain itu juga banyak lahan pertanian yang berubah fungsi menjadi lahan non pertanian (BPS, 1993). Permasalahan lahan selain berkurangnya luasan adalah berbelitbelitnya prosedur pengurusan kepemilikan lahan/hak guna usaha (HGU) untuk areal buah-buahan. Selain itu pendeknya masa berlaku HGU yang diberikan <± 25 tahun) menyebabkan keraguan investor untuk menanamkan modalnya di bidang ini, apalagi dikaitkan dengan kerjasama luar negeri (investor asing).

3 Rendahnya produktivitas buah-buahan terjadi karena penanganan masalah hortikultura seperti pola pembenihan tanaman seeara keseluruhan terkesan tidak serius. Dalam pembenihan, dengan belum adanya sertifikasi membuat pembeli bibit tidak mendapat jaminan hasil yang seragam. Apabila pengembangan usaha buah-buahan tersebut dilakukan dalam skala rumah tangga kurang menjadi masalah, tetapi dalarn skala komersial hal ini sangat merugikan, dan menyebabkan sifat produksi yang beraneka ragam, yaitu ada yang masam, manis, besar atau keeil. Penyediaan benihlbibit tanaman buah-buahan adalah kunci awal keberhasilan dalarn suatu industri buah-buahan. Bibit yang buruk akan menghasilkan produksi buah yang buruk pula. Pengembangbiakan/ pembibitan tanaman dapat dilakukan dengan berbagai teknik, mulai dari yang sederhana dengan pembenihan biji tanaman, stek, okulasi, eangkok sampai dengan menggunakan teknologi mutakhir, yaitu pengembangan kultur jaringan dan rekayasa genetik. Pembibitan kultur jaringan adalah pembibitan dengan menggunakan preparat/media kultur jaringan dari tanaman induk, dimana tanaman yang tumbuh nantinya akan menghasilkan buah yang lebih baik, kualitasnya sarna baiknya, begitu pula besar dan bentuknya yang seragam. Dilain pihak rekayasa genetika adalah pengembangbiakan tanaman dengan menggunakan gen tanaman untuk perbaikan kualitas tanaman dan buahnya sehingga lebih baik dari induknya (Daisy, 1994). Disamping permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh industri buah-buahan, juga terdapat peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan.

4 Berdasarkan hasil penelitian BPS (1993), ketersediaan buah per kapita dari produksi dalam negeri adalah 27 kg/tahun pada tahun 1993. Dengan asumsi terdapat kenaikan 8 % per tahun, maka perkiraan buah yang tersedia adalah 35 kg/tahun per kapita pada tahun 1995. Di sisi lain kebutuhan rakyat untuk mengkonsumsi buah-buahan menurnt Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah sebesar 60 kg/orang/tahun. Kenyataan yang dapat dipenuhi barn 40 kg/orang/tahun, sehingga kekurangannya dipenuhi oleh buah impor. Jika dihitung selisih dari yang dikonsumsi dengan yang tersedia adalah 5 kg, maka secara kasar besarnya sarna dengan 180 juta x 5 kg = 900.000 ton. Memperhatikan hal ini dengan asumsi harga buah per kilogram ± Rp. 2.000,- maka bisnis tersebut bernilai Rp. 1,8 trilyun. Jika memperhatikan rekomendasi dari WHO maka kekurangan pasokan buah adalah 4.500.000 ton atau setara dengan Rp. 9 trilyun (Soepardi, 1995). Impor buah tropis segar negara-negara di dunia pada tahun 1991 tercatat sebesar 5,8 milyar dolar Amerika. Dari jumlah tersebut kontribusi Indonesia barn mencapai 2,62 juta dolar Amerika atau 0,05 %. Padahal pada bulan Juli sampai Oktober tidak ada negara di dunia yang panen buah, khususnya buah mangga dan pisang yang berbuah sepanjang tahun, yang berarti prospek usaha di bidang tersebut sangat menarik (Soepardi, 1995). Kesulitan dalam pengadaan bahan tanaman/bibit, telah diantisipasi oleh Pemerintah yaitu dengan didirikannya Taman Buah Mekarsari di Cileungsi Bogar yang diresmikan oleh Presiden Suharto pada tanggal 14 Oktober 1995. Thjuan pendirian pusat buah tersebut adalah sebagai

5 tempat menghimpunjenis buah-buahan tropis, penelitian, pengembangan, perekayasaan, tempat mendapatkan bahan tanaman dan sebagai pusat informasi dan petunjuk yang berkaitan dengan gatra perbuahan. Namun keberadaan Taman Buah Mekarsari belum cukup, karena Taman tersebut belum mencapai para petani yang tersebar di pelosok-pelosok, dan masih diperlukan lagi keterlibatan pihak swasta untuk pengembangan industri bahan tanaman dan produksi buah-buahan. Dalam hal keterbatasan lahan, pemecahan yang dapat dimanfaatkan untuk pendirian industri buah-buahan adalah dengan mengembangkan pola usaha kemitraanlbapak anak angkat. Dengan cara ini tidak diperlukan lagi pengurusan status kepemilikan lahan (HGU) karena dalam pala ini tidak terjadi perubahan status lahan, sehingga tanah tetap milik petani sebagai plasma. Masalah permodalan terutama menyangkut perkreditan, dapat dimanfaatkan skema kredit yang ada dengan bunga rendah seperti Kredit Usaha Tani (KUT), Kredit Usaha Kecil (KUK), Kredit Koperasi Primer pada Anggotanya (KKPA) atau dapat juga dengan kebijaksanaan perbankan membuat skema kredit khusus dengan bunga rendah untuk menunjang kecepatan pertumbuhan industri buah-buahan. Dengan memperhatikan kendala dan peluang yang tersedia diatas, maka direncanakan pendirian industri bibit buah-buahan tropis, yang untuk itu perlu dikaji kelayakan usahanya.

6 B. Identifikasi Masalah Masalah pengembangan buah-buahan tropis di Indonesia dapat diidentiflkasi sebagai berikut : 1. Terdesaknya buah-buahan lokal Indonesia oleh buah impor. 2. Masyarakat Iebih menyukai buah impor dibandingkan dengan buah loka!. 3. Tidak adanya perlakuan khusus (kreditdengan bunga rendah) dari pihak perbankan untuk membiayai pengembangan industri buah. 4. Sulitnya petani dalam memperoleh bahan tanaman/bibit. 5. Lambannya lembaga penelitian dan pengembangan dalam mengembangkan dan menciptakan bibit unggu!. 6. Produksi buah-buahan lokal berfluktuasi. 7. Jumlah rumah tangga petani yang terlibat dalam penanaman buahbuahan semakin berkurang. 8. Luasan lahan kebun buah-buahan semakin berkurang, karena berubah fungsi menjadi lahan non pertanian. 9. Sulit dan berbelit-belitnya prosedur pengurusan kepernilikan lahan. 10. Kurang seriusnya pengusaha Indonesia dalam penanganan buah-buahan. 11. Apakah usaha yang akan dibuat layak dijalankan. 12. Apakah produksi yang akan dihasilk:an mampu menembus pasar lokal dan ekspor. 13. Dengan tingginya suku bunga, apakah industri bibit buah-buahan tersebut memberikan keuntungan yang baik. 14. Dalam pembuatan bahan tanaman/bibit, apakah teknologi yang akan digunakan teknologi sederhana, kultur jaringan dan rekayasa genetik atau perpaduan diantara semua jenis teknologi tersebut.

7 C. Pembatasan Masalah Dari hasil identiflkasi permasalahan tersebut, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan sebagai berikut : 1. Dalam pembuatan bibit buah-buahan, dikaji apakah teknologi yang akan digunakan teknologi sederhana, kultur jaringan atau rekayasa genetik. 2. Dengan tingginya suku bunga, dikaji apakah industri bibit tanaman buah-buahan tersebut memberikan keuntungan yang baik. 3. Apakah usaha industri bibit buah-buahan yang akan dibuat layak dilaksanakan. D. Perumusan Masalah Untuk mernmuskan permasalahan diatas maka yang perlu diketahui adalah : 1. Faktor-faktor apakah yang perlu diketahui dalammenentukankelayakan usaha. 2. Untuk mengetahui kelayakan usaha, Net Present Value, Internal Rate ofreturn, Benefit Cost Ratio. Profitability Index. Pay Back Period perlu diketahui. 3. Apakah skema kredit yang ada sekarang ini dapat dirnanfaatkan dalam pengembangan industri bibit tanaman buah-buahan. 4. Apakah perlu dipertimbangkan adanya skema kredit barn yang bunganya lebih rendah dari skema kredit yang ada sekarang. 5. Dalam pengadaan bibit tanaman apakah keterampilan dan pengetahuan tenaga kerja di Indonesia telah menguasai teknologi mutakhir.

8 6. Apakah tersedia peralatan untuk mendukung pemanfaatan dan pengembangan kultur jaringan dan rekayasa genetik, dengan harga yang dapat menguntungkan. E. Defmisi Operasional 1. Bibit tanaman adalah baka1 calon tanaman yang akan ditanam. 2. Pengembangbiakan generatif adalah pembiakan tanaman dengan menggunakan biji tanaman yang dibenihkan. 3. Pengembangbiakan generatif dengan stek adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang mampu membentuk akar dengan cepat. 4. Pengembangbiakan generatif dengan cangkok adalah perbanyakkan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang dibiarkan tumbuh dengan tanaman induknya sampai terbentuk perakarannya. 5. Pengembangbiakan rundukan adalah membibitkan tanaman dengan cara membenamkan cabang tanaman yang panjang ke dalam tanah agak jauh dari pohon induknya. 6. Pengembangbiakan tunas/anakan adalah pembibitan tanaman dengan menggunakan tunas/anakan. 7. Pembiakan kultur jaringan adalah suatu metode menumbuhkan sel atau jaringan tanaman dalam media aseptik (sud hama) untuk dapat menghasilkan tanaman yang sempurna. 8. Net Present Value (NPV) adalah perhitungan selisih antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih operasional maupun terminal cash flow dimasa yang akan datang dengan terlebih dahulu menentukan tingkat suku bunga yang dianggap relevan.

9 9. Internal Rate ofreturn (IRR) adalah tingkat bunga yang menyamakan present value dari aliran keluar dan present value dari aliran kas masuk. 10. Benefit Cost Ratio (BIC Ratio) adalah perbandingan present value benefit dengan present value cost atau dikenal juga dengan Profitability Index. 11. Pay Back Period adalah mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali dengan satuan waktu (tahun/bulan). Jika Pay Back Period lebih pendek dari yang disyaratkan, maka proyek dikatakan menguntungkan, dan jika waktunya lebih lama maka proyek ditolak. F. Tujuan Penelitian Thjuan dilakukannya identiftkasi teknologi dan perencanaan industri bibit buah-buahan tersebut adalah untuk mengkaji dan menilai secara seksama potensi sumber daya yang ada di Kecamatan Sungai Pagu, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat dan mengkaji kelayakan investasi atas rencana pembangunan proyek industri bibit buah-buahan, yang sesuai dengan rencana PT Pecconina Barn untuk mendirikan perkebunan buah-buahan di lokasi tersebut.