BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Jaminan kesehatan merupakan hak Konstitusional setiap warga negara. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi setiap individu, hal ini dinyatakan dalam organisasi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya melaksanakan

BAB II PENGELOLAAN JAMINAN SOSIAL DI INDONESIA. D. Pengertian dan Dasar Hukum Jaminan Sosial

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya. yang tidak mampu untuk memelihara kesehatannya maka pemerintah mengambil

BAB I PENDAHULUAN. memandang negara tersebut negara berkembang atau negara maju, namun pada

BAB I PENDAHULUAN. disebutkan dalam alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Hubungan Industrial Mengenal BPJS Tujuan dan Manfaat BPJS Mekanisme BPJS Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1992 pasal 3 ayat 2, dan pasal 4 ayat 1 dan 2 tentang Program

BAB I PENDAHULUAN. dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya belum semua

BAB I PENDAHULUAN. Bagi negara-negara yang sedang berkembang khususnya di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. Istilah jaminan sosial muncul pertama kali di Amerika Serikat dalam The

I. PENDAHULUAN. juga berarti investasi bagi pembangunan negara. Karena itu setiap upaya

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tidak dapat berjalan lancar sesuai dengan harapan dan cita-cita luhur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia yang diakui oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sudah menjadi kodrat manusia untuk hidup dengan bersosialisasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan sosial sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. untuk mengoperasikan BPJS Kesehatan atas perintah UU BPJS. Undang-undang BPJS adalah

Reformasi Sistem Jaminan Sosial Nasional di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk hak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Undang-Undang No.25 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun informal. Perlindungan terhadap tenaga kerja merupakan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. harus menerapkan sistem jemput bola, dan bukan hanya menunggu bola. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. oleh BPJS Kesehatan bertujuan untuk memberikan perlindungan kesehatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya sumberdaya manusia unggul yang dapat membantu terwujudnya

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PENUNJUK BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam memajukan kesehatan didalam indonesia pemerintah membuat. program Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) yaitu badan hukum

PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM RAWAT INAP TINGKAT LANJUTAN (RITL) BAGI PESERTA ASKES OLEH PT. ASKES KEPADA RSI. IBNU SINA PADANG YULI TRINIA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

Analisa Media Edisi Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. berikut tuntutan penanganan berbagai persoalan yang belum

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan masyarakat, oleh karena itu mendapatkan. layanan kesehatan adalah hak setiap warga negara Indonesia.

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)

BAB III BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN. menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menyatakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu

MATERI DJSN PELAKSANAAN PROGRAM JKN PROPINSI KALSEL Tahun

Transformasi BPJS 2. September 2011

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 /DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional dewasa ini sasaran utama ialah lebih

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG

MAKALAH Sistem Pembiayaan Kesehatan Masyarakat di Indonesia (BPJS)

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar dari setiap manusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan (protection), pemajuan

BAB I PENDAHULUAN. program jaminan sosial berdasarkan funded social security, yaitu jaminan

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. namanya menjadi BPJS Ketenagakerjaan. 1 Jaminan Sosial adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam

BAB. I PENDAHULUAN. warga negara berhak mendapatkan pelayanan sesuai dengan hak-haknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

BAB 1 : PENDAHULUAN. publik. Pelayanan publik ini salah satunya meliputi kesehatan. (1)

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia (HAM). Hal ini diatur di dalam Pasal 28 H Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berbunyi Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Selain itu, jaminan kesehatan sebagai hak dasar juga tertuang didalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (selanjutnya disebut UU Kesehatan) Setiap orang berhak atas kesehatan. 1 Program jaminan sosial pada dasarnya adalah sebuah program untuk mewujudkan kesejahteraan melalui pendekatan sistem, dimana negara dan masyarakat secara bersama-sama ikut bertanggungjawab dalam penyelenggaraannya. Pemerintah sebagai lembaga penyelenggara negara harus mengupayakan jaminan atas kesehatan bagi setiap warganya, seperti menyediakan jasa pelayanan 1 Lihat Pasal 4 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 144 Tahun 2009 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)

kesehatan dan perawatan kesehatan. Tujuannya ialah agar setiap warga negara benar-benar mendapatkan hak dan perlindungan untuk sehat. Untuk mengimplementasikan terwujudnya kesehatan bagi warganya, pemerintah perlu membuat pengaturan lebih lanjut mengenai jaminan kesehatan. Upaya tersebut telah dilakukan oleh pemerintah, salah satunya dengan diterbitkannya Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (selanjutnya disebut UU SJSN). UU SJSN ini disebut-sebut sebagai awal baru dan pintu gerbang terbukanya sistem perasuransian yang baik dan terstruktur di Indonesia. Pasal 3 UU SJSN, menyebutkan bahwa Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. 2 Pada awalnya, untuk mewujudkan tujuan tersebut ditunjuklah 4 (empat) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, yaitu: 3 1. Perusahaan Perseroan (Persero) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK); 2. Perusahaan Perseroan (Persero) Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (TASPEN); 3. Perusaaan Perseroan (Persero) Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI); dan 2 Lihat Pasal 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 150 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456) 3 Lihat Pasal 5 Ayat (3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 150 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456)

3 4. Perusahaan Perseroan (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia (ASKES). Namun, penyelenggaraan jaminan sosial yang dikelola oleh ASKES dapat dikatakan belum optimal. Hal ini dikarenakan perlindungan yang diselenggarakan oleh ASKES bersifat eksklusif, sebab peserta ASKES hanya berasal dari kalangan PNS, TNI/Polri dan pekerja formal yang cakupan kepesertaannya hanya dibawah 30% dari total penduduk di Indonesia. Sehingga pada tanggal 25 November 2011 pemerintah mengundangkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disebut UU BPJS). Undang- Undang ini menyebutkan bahwa untuk menjalankan program pemenuhan jaminan sosial dibutuhkan suatu badan hukum yang menjalankan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sehingga dibentuklah Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (selanjutnya disebut BPJS) 4 yang pertanggungjawabannya langsung kepada Presiden. 5 BPJS dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan, sedangkan BPJS ketenagakerjaan berfungsi menyelenggarakanprogram jaminan kecelakaan kerja, program jaminan kematian, program jaminan pensiun, dan program jaminan hari tua. 6 4 Lihat Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2011 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256). 5 Lihat Pasal 7 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2011 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256). 6 Lihat Pasal 9 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 116 Tahun 2011 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256).

4 Sistem rujukan pelayanan kesehatan BPJS dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis.pada pelayanan kesehatan tingkat pertama, peserta dapat berobat ke fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas, klinik, atau dokter keluarga yang tercantum pada kartu peserta BPJS Kesehatan.Apabila peserta memerlukan pelayanan lanjutan oleh dokter spesialis, maka peserta dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua atau fasilitas kesehatan sekunder.pelayanan kesehatan di tingkat ini hanya dapat diberikan apabila peserta mendapat rujukan dari fasilitas primer.rujukan ini hanya diberikan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik dan fasilitas kesehatan primer yang ditunjuk untuk melayani peserta tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan peserta karena keterbatasan fasilitas, pelayanan, dan atau tenaga.apabila penyakit peserta masih belum dapat tertangani di fasilitas kesehatan sekunder, maka peserta dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tersier. Di sini, peserta akan mendapatkan penanganan dari dokter sub-spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub-spesialiastik. 7 BPJS diharapkan menjadi ujung tombak dari amanat UU SJSN yang disebut-sebut sebagai awal baru dan pintu gerbang terbukanya sistem perasuransian yang baik dan terstruktur di Indonesia. Dengan terbukanya peluang bagi seluruh rakyat Indonesia untuk ikut serta di dalam BPJS, diharapkan seluruh 7 www.jamkesindonesia.com. Minim Pemahaman Sistem Rujukan BPJS Kesehatan. 3 November 2014, Pukul 20.45WIB, dapat diakses pada http://www.jamkesindonesia.com/home/cetak/254/minim%20pemahaman%20sistem%20rujukan %20BPJS%20Kesehatan.

5 rakyat Indonesia dapat memperoleh pelayanan kesehatan dan cita-cita seluruh rakyat Indonesia untuk hidup sehat dapat tercapai. Asuransi memiliki prinsip gotong royong, maksudnya premi yang dibayarkan oleh tiap anggota asuransi dijadikan sebagai dana kesehatan bagi anggota asuransi lainnya yang sedang sakit. Pemerintah berharap agar seluruh penduduk Indonesia menjadi peserta BPJS, sehingga prinsip gotong royong dari perasuransian dapat terlaksana dengan baik. Jumlah peserta BPJS Kesehatan bisa dibilang meningkat dengan cepat. Hal ini terlihat dari jumlah peserta BPJS Kesehatan per 27 Februari 2015 tercatat sebanyak 138.524.669 jiwa. 8 Jumlah ini lebih besar apabila dibandingkan dengan peserta Askes yang hanya sebanyak 16 juta jiwa 9. Tujuan utama BPJS Kesehatan ialah seluruh penduduk mendapatkan pelayanan dan hak untuk sehat. Namun, pada kenyataannya banyak pasien yang menggunakan BPJS Kesehatan ditolak oleh rumah sakit dengan alasan kapasitas rumah sakit untuk peserta BPJS Kesehatan penuh ataupun peserta BPJS Kesehatan tidak mendapat rujukan. Di Kota Pekanbaru, terdapat beberapa kasus yang pada akhirnya mengakibatkan pasien meninggal dunia karena ditolak oleh beberapa rumah sakit yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan namun tidak mau menerima pasien tersebut. Sebagai contoh ialah kasus yang menimpa JN (30 tahun) yang merupakan peserta JKN BPJS Kesehatan akhirnya meninggal dunia 8 www.bpjs-kesehatan.go.id, Jumlah Peserta BPJS Kesehatan, 1 Maret 2015, Pukul 20.03, dapat diakses pada http://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/. 9 www.jpnn.com, Peserta Askes Keluhkan Fasilitas Layanan BPJS Menurun Drastis, 3 November 2014, Pukul 20.45 WIB, dapat diakses pada http://www.jpnn.com/read/2014/05/25/236532/peserta-askes-keluhkan-fasilitas-layanan-bpjs- Menurun-Drastis-.

6 karena ditolak 5 rumah sakit padahal JN memerlukan alat bantu pernapasan akibat kecelakaan yang dialaminya. 10 Hal ini tentu bertentangan dengan UU Kesehatan yang menyebutkan bahwa dalam keadaan darurat, fasilitas kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka. 11 Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan, maka BPJS Kesehatan membuat Perjanjian Kerjasama dengan rumah sakit-rumah sakit di Indonesia, baik rumah sakit milik pemerintah maupun rumah sakit milik swasta. Perjanjian kerjasama yang dibuat antara BPJS Kesehatan dengan rumah sakit tentu mengatur mengenai hak dan kewajiban BPJS Kesehatan dan rumah sakit. Selain itu, di dalam perjanjian kerjasama tersebut juga mengatur mengenai hak pasien yang menggunakan BPJS di rumah sakit tersebut. Fakta bahwa ada pasien BPJS Kesehatan yang ditolak rumah sakit inilah yang menjadi dasar penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Perlindungan Hukum terhadap Pasien Peserta JKN BPJS Kesehatan Dalam Perjanjian Kerjasama Antara BPJS Kesehatan Dengan RSUD Arifin Achamad Di Pekanbaru. 10 www.pekanbaru.tribunnews.com, JN Meninggal Dunia Setelah Ditolak Lima Rumah Sakit di Pekanbaru, 3 November 2014, Pukul 20.50 WIB, dapat diakses pada http://pekanbaru.tribunnews.com/2014/07/08/jn-meninggal-dunia-setelah-ditolak-lima-rumahsakit-di-pekanbaru. 11 Lihat Pasal 32 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 144 Tahun 2009 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah implementasi dari perlindungan hukum bagi pasien peserta BPJS yang diatur dalam perjanjian kerjasama antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan cabang Pekanbaru dengan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru? 2. Bagaimanakah bentuk pertanggungjawaban rumah sakit terhadap pasien pemegang JKN dalam hal terjadi kerugian dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru? C. Tujuan Penelitian Dalam Penulisan Hukum ini terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu : 1. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui implementasi perlindungan hukum bagi pasien peserta BPJS yang diatur dalam perjanjian kerjasama antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan cabang Pekanbaru dengan Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru b. Untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru

8 terhadap pasien pemegang JKN dalam hal terjadi kerugian dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru 2. Tujuan Subyektif Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana di bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Keaslian Penelitian Sepanjang pengamatan penulis berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan, belum pernah ada penelitian maupun penulisan hukum yang mengangkat judul Perlindungan Hukum terhadap Pasien Peserta Jaminan Kesehatan Nasional BPJS Kesehatan Dalam Perjanjian Kerjasama Antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Dengan Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Arifin Achamad Di Pekanbaru. Meski demikian, telah ada beberapa penelitian yang mengangkat tema mengenai BPJS Kesehatan dan perlindungan hukum terhadap pasien. Beberapa penelitian yang terkait dengan penulisan hukum penulis, antara lain: 1. Penulisan Hukum yang disusun oleh Ahmad Taufiq Labera dengan judul Transformasi Kelembagaan Penyelenggara Jaminan Sosial dari Badan Hukum Privat (Persero) Menuju Badan Hukum Publik (Studi Terhadap PT ASKES dan PT JAMSOSTEK menjadi Badan

9 Penyelenggara Jaminan Sosial 12 membahas mengenai proses transformasi PT. ASKES (Persero) dan PT. JAMSOSTEK menjadi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan serta implikasi yuridis dari perubahan tersebut, khususnya dalam perubahan tatanan kelembagaan dan perubahan tanggung jawab direksi maupun komisaris yang semula kepada menteri, kini beralih langsung kepada presiden. 2. Penulisan Hukum yang disusun oleh Novie Karlina dengan judul Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan bagi Peserta Jaminan Kesehatan Daerah di Rumah Sakit Bethesda Kota Yogyakarta Pasca Diterbitkannya UU BPJS 13 membahas mengenai pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi peserta Jaminan Kesehatan Daerah pasca diterbitkannya UU BPJS, kendala serta upaya menanggulangi untuk mengatasi adanya kendala dalam pelaksanaan pelayanan Jaminan Kesehatan Daerah pasca diterbitkannya UU BPJS. Dalam penulisan hukum ini, dijelaskan bahwa pelaksanaan Jaminan Kesehatan Daerah tetap berjalan, karena sumber dana BPJS berasal dari APBN, sedangkan Jaminan Kesehatan Daerah bersumber dari APBD, namun 12 Ahmad Taufiq Labera, 2014, Transformasi Kelembagaan Penyelenggara Jaminan Sosial dari Badan Hukum Privat (Persero) Menuju Badan Hukum Publik (Studi Terhadap PT ASKES dan PT JAMSOSTEK menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Penulisan Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 13 Novie Karlina, 2014, Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan bagi Peserta Jaminan Kesehatan Daerah di Rumah Sakit Bethesda Kota Yogyakarta Pasca Diterbitkannya UU BPJS, Penulisan Hukum Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

10 pada tahun 2019 Jaminan Kesehatan Daerah harus melebur ke BPJS Kesehatan. 3. Tesis yang disusun oleh Adhi Kristian dengan judul Pengalihan Anak Perusahaan PT. ASKES (persero) Menuju BPJS Kesehatan dan Implikasinya Bagi Manfaat Peserta Jaminan Kesehatan 14 membahas mengenai pelaksanaan pengalihan anak perusahaan PT. ASKES (persero) ke BPJS Kesehatan dan implikasinya bagi peserta BPJS Kesehatan. Dalam penulisan hukum ini dibahas bahwa pengalihan tersebut tidak dapat tuntas sebelum 1 Januari 2014 sebagaiamana yang diperintahkan oleh Pasal 60 Ayat (1) UU BPJS serta pelaksanaan pengalihan tersebut apabila tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 142 Ayat (2) huruf b Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT). Dalam UU PT disebutkan bahwa perseroan tidak dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali diperlukan untuk membereskan semua urusan perseroan dalam rangka likuidasi. Selain penelitian-penelitian di atas, masih terdapat beberapa penelitian lain yang mengangkat tema terkait BPJS Kesehatan dan perlindungan hukum terhadap pasien. Namun, terdapat perbedaan diantara penelitianpenelitian yang telah ada dengan penulisan hukum yang dilaksanakan oleh penulis, yaitu dalam hal fokus penelitian dan objek dari penelitian itu sendiri.penelitian yang dibahas oleh penulis ialah mengenai perlindungan 14 Adhi Kristian, 2014, Pengalihan Anak Perusahaan PT. ASKES (persero) Menuju BPJS Kesehatan dan Implikasinya Bagi Manfaat Peserta Jaminan Kesehatan, Tesis Magister Kesehatan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

11 hukum terhadap pasien peserta jaminan kesehatan nasional BPJS dalam perjanjian kerjasama antara Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dengan RSUD Arifin Achmad, khususnya pada ruang Rawat Inap kebidanan dan kandungan, yaitu ruang Camar kelas Perawatan I, II dan IIIserta bentuk pertanggungjawaban rumah sakit dalam hal terjadi kerugian dalam pelayanan kesehatan. Kekhususan semacam ini sekaligus menjadi keaslian (otentisitas) dari penelitian ini. Apabila di luar pengetahuan penulis ternyata telah ada penelitian serupa, maka diharapkan penulisan hukum ini dapat saling melengkapi serta menambah literatur dan khasanah ilmu hukum khususnya di bidang hukum perdata. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Adapun manfaatnya yaitu sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan hukum perdata, khususnya hukum tentang Perjanjian Kerjasama antara BPJS dengan rumah sakit; b. Memberikan bahan masukan bagi penulis yang meneliti penelitian yang sejenis berikutnya; dan c. Menambah literatur atau informasi mengenai peralihan 4 (empat) Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional menjadi BPJS Kesehatan dengan BPJS Ketenagakerjaan.

12 2. Manfaat Praktis Dapat dijadikan masukan dan bahan kajian bagi pihak-pihak yang terkait dengan materi yang dibahas dalam penelitian dan Penulisan Hukum ini, yaitu: a. Dapat dijadikan pedoman penelitian dan kajian-kajian berikutnya; dan b. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis sendiri maupun pihak-pihak lain yang berhubungan (baik langsung maupun tidak langsung) dengan hal-hal yang dibahas dalam Penulisan Hukum ini.