PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMPN 3 PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
17 Media Bina Ilmiah ISSN No

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

Oleh: Via Vandella*, Yulia Haryono**, Alfi Yunita**

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PEMBELAJARAN IPS SEJARAH

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika 2 Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Potensi Utama

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 31 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE SNOWBALL THROWING DISERTAI PENGGUNAAN PETA KONSEP UNTUK MELIHAT KEAKTIFAN SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Rusdel Syam, Rini Dian Anggraini, Jalinus No. HP.

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

Keywords: the tipe of model Cooperative Student Teams Achievement Division (STAD), Learning Outcomes

MENINGKATKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

Devi Yuniar 16, Hobri 17, Titik Sugiarti 18

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

PROSIDING ISBN :

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 4, No. 1, April 2017, Hal ISSN : Copyright 2017 by LPPM UPI YPTK Padang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI DI SMP NEGERI 3 BUKITTINGGI

Charlina Ribut Dwi Anggraini

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

Penelitian Tindakan Kelas Rumpun Bidang Fisika, Biologi, Kimia dan IPA

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh: Mutiara Rizky Ilzanorha Syofni Titi Solfitri ABSTRACT

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 22 PADANG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

Vol. 3 No. 1 (2014) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 1 Hal Nicke Yulanda 1), Mukhni 2), Ahmad Fauzan 3) Abstract

Hazal Fitri 1. Abstrak. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad, Hasil Belajar, Bola Voli

MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DALAM BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STAD

MENINGKATKAN AKTIVITAS BERPIKIR DAN BERDISKUSI SISWA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE

PROSIDING ISBN :

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. dasar untuk pengembangan materi lebih lanjut.

FOURIER April 2013, Vol. 2, No. 1, 34 41

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

Titi Solfitri 1, Indah Rahmania 2 Program Studi Pendidikan Matematika 1,2 Universitas Riau, Pekanbaru 1,2 1

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES BTN IKIP II MAKASSAR

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

Darmawati, Arnentis dan Henny Julianita Husny Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SQUARE DENGAN MENGGUNAKAN LKS DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 LUBUK SIKAPING

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

III. METODE PENELITIAN. Lampung pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Kelas yang dijadikan

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika

Penerapan Pendekatan Auditory Intellectually Repetition (AIR) pada Materi Pertidaksamaan Di Kelas X-C SMAN 1 Kauman Tulungagung Anisa Fatmawati

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

MENERAMPILKAN SISWA KELAS VII-G SMP NEGERI 18 MALANG DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SEGIEMPAT MELALUI CIRC DENGAN BANTUAN MEDIA PAPAN SOAL

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar p-issn e-issn Vol. 9. No.2 Juli 2017 Hal

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

ARTIKEL SKRIPSI OLEH NAHWAN SHOLIHAN ZIKKRI E1R PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Yusra Guru Matematika SMP Negeri 30 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

Lilia Mutiara *) Susda Heleni dan Kartini **) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(Using Cooperative Learning STAD Model To Improve Writing Skill Of The First Year Students At SMPN 25 Pekanbaru) DARUSMAN AR *)

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Deztyra Nur Imamah 25, Hobri 26 dan Arika Indah K 27

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP GAYA

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE MEANS-ENDS ANALYSIS PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMPN 12 PADANG

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.


MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD), KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMPN 3 PADANG Amalina 1), Lutfian Almash 2), Minora Longgom Nasution 3) 1 ) FMIPA UNP, email: alin_ku@yahoo.com 2,3) Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP Abstract Many problems in our life need mathematics to solve it. So that, students must have sufficient mathematical skills in order to prepare the students for their life in modern area. For make it happened, mathematics teacher in the school have to increase active participation of all students in the classroom. But in reality, the characteristic in teaching learning process still in teacher centered. Only a few students are active during learning mathematics. So, This research has suggested a shift from teacher centred instruction towards more active participatory learning methods by implement cooperative learning model type student teams achievement division as one way to improve the quality of the learning process. The research reflects that cooperative learning this type makes teaching learning more enjoyable and improve student learning activities. Keywords : Cooperative Learning Model, Student Teams Achievement Division, student activity. PENDAHULUAN Aktivitas belajar pada dasarnya tidak hanya terjadi di dalam kegiatan internal belajar mengajar, tetapi juga terjadi di luar kegiatan tersebut. Namun aktivitas belajar yang konkrit dan lebih bisa diamati adalah aktivitas belajar siswa ketika kegiatan belajar mengajar dilaksanakan sedangkan pengalaman belajar hanya mungkin diperoleh jika siswa dengan keaktifannya sendiri dapat berinteraksi terhadap lingkungannya. Dengan demikian, pembentukan pengalaman belajar dan pengetahuan baru siswa tidak akan terbentuk dengan sendirinya tapi harus melalui suatu proses. Begitu juga dengan pengetahuan tentang matematika. Ia terbentuk tidak hanya dengan menerima saja apa yang diajarkan, serta menghafal rumus-rumus dan metode-metode yang diberikan, melainkan dengan membangun makna dari apa yang dipelajari. Menurut Montessori dalam Sardiman (2010) Anak-anak memiliki tenaga untuk berkembang sendiri dan membentuk sendiri. Pendidik akan berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak-anak didiknya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa yang lebih banyak berperan dalam pembentukan diri seseorang adalah aktivitas dari anak itu sendiri, sedangkan pendidik memberikan bimbingan dan merencanakan segala kegiatan yang akan dilakukan oleh anak didik. Hal di atas juga berlaku dalam kegiatan belajar matematika. Tanpa ada aktivitas, proses belajar terjadi dengan kualitas yang rendah. Guru seharusnya dapat mengatur ruang kelas sedemikian rupa menjadi laboratorium pendidikan yang mendorong siswa bekerja sendiri. Oleh karena itu, selama pembelajaran siswa harus aktif berbuat. Permasalahan yang dijumpai di kelas VIII SMP Negeri 3 Padang berdasarkan hasil observasi dari tanggal 16 Februari 2012 sampai 22 Februari 2012 adalah pembelajaran di kelas masih terpusat pada guru yang mengakibatkan siswa kurang aktif dalam pembelajaran matematika. Siswa yang aktif hanya siswa yang sama pada setiap pertemuan yaitu siswa yang memiliki kemampuan tergolong tinggi. Permasalahan lainnya adalah banyak siswa 13

yang lebih suka berdiskusi dengan temannya namun guru belum memfasilitasi mereka untuk berdiskusi. Untuk mengatasi keadaan di atas, guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan berbeda tiap anggota kelompoknya dalam mendiskusikan suatu masalah, menentukan strategi penyelesaiannya, dan menyelesaikan masalah. Kelompok yang bersifat heterogen diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi siswa yang memiliki kemampuan dengan kategori sedang dan rendah. Sedangkan yang berkemampuan tinggi dapat lebih meningkatkan pemahamannya tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Kondisi yang dikemukakan di atas merupakan karakteristik dari model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Menurut Ibrahim (2000) ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah (1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda, (4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Menurut Slavin (2009) STAD terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual dan rekognisi tim. Pada penelitian ini, pembelajaran kooperatif tipe STAD dilakukan dengan langkah - langkah sebagai berikut: guru menyampaikan materi pelajaran melalui persentasi kelas, kemudian siswa bergabung dalam tim atau kelompoknya yang terdiri dari empat atau lima orang yang sifatnya heterogen untuk mendiskusikan dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru melalui lembar diskusi maupun LKS, selanjutnya guru memberikan kuis secara individual kepada siswa. Skor hasil kuis tersebut di samping untuk menentukan skor individu juga digunakan untuk menentukan skor kelompoknya. Kelompok yang terbaik dengan nilai peningkatan kelompok paling tinggi akan diberi penghargaan berupa pujian atau hadiah berupa alat-alat tulis. Penghargaan berupa pujian maupun hadiah berupa alat - alat tulis kepada kelompok dengan nilai peningkatan tertinggi berdasarkan nilai kuis tiap anggota kelompoknya diharapkan dapat memotivasi setiap siswa dalam melakukan aktivitas belajar, karena melakukan aktivitas belajar merupakan cara yang dapat mereka gunakan untuk meningkatkan pemahaman tentang materi pembelajaran sehingga berpengaruh pada nilai kuis individu siswa sekaligus nilai peningkatan kelompoknya. Adapun langkah-langkah dalam menenetukan nilai peningkatan setiap kelompok adalah dengan menjumlahkan skor peningkatan individu masing-masing anggota kelompok kemudian membaginya dengan jumlah anggota kelompok yang hadir pada pertemuan hari itu. Sedangkan langkah-langkah untuk menghitung skor peningkatan individu yang dikemukakan oleh Ibrahim (2000) disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Prosedur Penskoran Nilai Peningkatan Kelompok 1 2 Langkah 1 Menentukan skor dasar Langkah 2 Menghitung skor kuis terkini Langkah 3 Menghitung skor Peningkatan individu Setiap siswa diberikan skor berdasaarkan skor kuis yang lalu Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini Siswa mendapatkan poin peningkatan yang besarnya ditentukan dengan menggunakan skala yang diberikan dibawah ini Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 0 poin 10 hingga 1 poin di bawah skor dasar 10 poin Skor awal hingga 10 poin di atas skor 20 poin awal Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin Nilai sempurna 30 poin Sumber: Ibrahim (2000) Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika selama diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas VIII SMPN 3 Padang. 14

METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan sebanyak empat pertemuan dengan materi pembelajaran berupa luas permukaan dan volume bangun ruang. Pembelajaran model kooperatif tipe STAD ini diterapkan pada kelas sampel yaitu kelas VIII.3 dengan jumlah siswa sebanyak 35 orang dengan teknik pemilihan sampel secara acak. Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah (1) tahap persiapan : melaksanakan observasi di SMPN 3 Padang untuk melihat pembelajaran yang diterapkan di kelas, meminta nilai ulangan MID semester II mata pelajaran matematika kepada guru mata pelajaran, menentukan jadwal penelitian, menentukan kelas sampel, menganalisis materi pembelajaran, kemudian mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan memvalidasinya kepada seorang guru matematika dan dua orang dosen jurusan matematika, membuat format lembar observasi untuk penilaian aktivitas belajar siswa selama pembelajaran, (2) tahap pelaksanaan : pada tahap ini peneliti melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dibuat, dan (3) tahap penyelesaian : melakukan evaluasi terhadap pembelajaran dengan melakukan analisis terhadap hasil yang diperoleh. Untuk melihat persentase siswa yang melakukan aktivitas pada setiap pertemuannya, seorang observer diminta untuk mencatat perkembangan aktivitas setiap siswa selama pembelajaran melalui lembar observasi yang telah disusun. Dari data yang diperoleh melalui pengisian lembar observasi, dihitung persentase siswa yang melakukan setiap indikator aktivitas pada setiap pertemuan dengan cara menjumlahkan frekuensi siswa yang melakukan aktivitas dilambangkan dengan F, kemudian dibagi dengan jumlah siswa yang hadir dilambangkan dengan N, dikali dengan 100 %. Dapat juga ditulis dengan rumus P= F/N x 100 %. Setelah diperoleh persentase siswa yang melakukan aktivitas, dilihat kategori atau kriteria aktivitas berdasarkan persentase yang telah diperoleh. Kategori tersebut dikemukakan oleh Dimyati dan Mudijono (2002) yaitu : (a) jika persentasenya berada pada 1 % < P 25 % maka aktivitasnya tergolong sedikit sekali, (b) jika persentasenya berada pada 25 % < P 50 % maka aktivitasnya tergolong sedikit, (c) jika persentase berada pada 50 % < P 75 % maka aktivitas tergolong banyak, (d) jika persentasenya berada pada 75 % < P 100 % maka aktivitas tergolong banyak sekali. Dalam menghitung skor nilai peningkatan kelompok digunakan nilai kuis masing - masing anggota kelompok. Langkah pertama menetapkan skor dasar yang diperoleh dari kuis pada pertemuan pertama selanjutnya dihitung nilai kuis pada pertemuan ke dua. Skor nilai peningkatan kelompok merupakan poin yang diperoleh dengan menggunakan Tabel 1 berdasarkan selisih kuis pada pertemuan ke dua dan pertama. Skor nilai peningkatan kelompok selanjutnya berdasarkan selisih nilai kuis pada pertemuan ke tiga dan ke dua, begitu seterusnya untuk skor penilaian peningkatan kelompok lainnya. Adapun kategori skor nilai peningkatan kelompok dikemukakan oleh Muliyardi (2002) yang diisajikan pada tabel berikut. Tabel 2 Kategori Skor Penilaian Kelompok Nilai Rata-Rata kelompok Kategori (NRT) 5 < NRT 14 14 < NRT 24 24 < NRT 30 Sumber : Muliyardi (2002) HASIL DAN PEMBAHASAN Baik Hebat Super Hasil observasi yang dilakukan oleh observer mengenai jumlah dan persentase siswa yang melakukan aktivitas untuk setiap indikator aktivitas yang diamati disajikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3 Jumlah dan Presentase Siswa yang Melakukan Aktivitas Selama Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pertemuan ke- Aktivitas Siswa I II III IV Jmh % Jmh % Jmh % Jmh % 1 20 60.61 25 80.65 26 86.67 28 90.32 2 8 24.24 5 16.13 15 50 11 35.48 3 15 45.45 11 35.48 20 66.67 23 74.19 4 4 12.12 3 9.68 7 23.33 8 25.81 5 30 90.91 27 87.10 30 100 31 100 Jmh Siswa yang Hadir 33 31 30 31 15

Kuis I dijadikan skor dasar untuk menentukan nilai peningkatan kuis II Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika hal. 13-18 Keterangan aktivitas siswa: 1. Menyimak penjelasan guru. 2. Mengemukakan pendapat. 3. Menjawab pertanyaan yang diajukan guru selama pembelajaran berlangsung serta mendiskusikan materi pelajaran dengan teman kelompok. 4. Menanggapi penjelasan dari teman. 5. Mengerjakan LKS dalam kelompok dan membuat catatan sendiri. Pada tabel 3 terlihat bahwa persentase siswa yang melakukan aktivitas selama pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada umumnya mengalami peningkatan. Aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah menyimak penjelasan guru, serta mengerjakan LKS dalam kelompok dan membuat catatan sendiri. Sedangkan aktivitas yang memiliki persentase paling rendah dari semua indikator aktivitas yang ada adalah menanggapi penjelasan teman. Aktivitas siswa dalam menyimak penjelasan guru khususnya pada awal pembelajaran berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3, terlihat bahwa pada pertemuan pertama persentasenya tergolong banyak. Hal ini disebabkan karena siswa sudah terbiasa dengan proses pembelajaran yang menuntutnya untuk mendengarkan penjelasan guru. Peningkatan jumlah siswa yang melakukan aktivitas ini ternyata terus terjadi hingga pertemuan ke empat. Akibatnya persentase siswa dalam menyimak penjelasan guru cendrung meningkat. Hal serupa juga dijumpai pada persentase siswa yang melakukan aktivitas mengerjakan LKS dan membuat catatan sendiri. Berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3 terlihat aktivitas ini bahkan mengalami peningkatan yang sangat memuaskan karena persentase siswa yang melakukan aktivitas ini pada setiap pertemuan tergolong banyak sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan minat siswa dalam mengerjakan LKS dan membuat catatan sendiri tentang materi yang sedang dipelajari sangat tinggi. Berbeda halnya dengan aktivitas siswa dalam menanggapi penjelasan teman. Persentase siswa yang melakukan aktivitas ini pada setiap pertemuan berdasarkan Tabel 3 tergolong sedikit sekali. Hal ini dikarenakan selama pembelajaran terlihat kebanyakan siswa memiliki rasa enggan untuk mengemukakan pendapatnya di depan kelas, mereka lebih memilih untuk bertanya kepada teman sekelompoknya. Walaupun demikian, jika diperhatikan ternyata pada setiap pertemuannya terjadi peningkatan persentase siswa yang melakukan aktivitas ini meskipun dalam jumlah yang tidak signifikan. Ini berarti jika pembelajaran menggunakan STAD dilanjutkan, diharapkan persentase siswa dalam menanggapi penjelasan teman dapat terus meningkat. Walaupun masih terdapat persentase siswa yang melakukan aktivitas tergolong sedikit sekali, namun berdasarkan Tabel 3 pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada umumnya dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Kebebasan mengemukakan pendapat, mendiskusikan materi pelajaran, menanggapi penjelasan teman dan bekerjasama dengan anggota kelompok ternyata membuat mereka sedikit demi sedikit dapat menghilangkan rasa enggan atau kurang percaya diri dalam melakukan aktivitas belajar.. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang memberikan penghargaan dan hadiah bagi kelompok yang memiliki nilai peningkatan paling tinggi ternyata dapat membuat siswa lebih aktif untuk memahami materi pembelajaran yang sedang berlangsung. Ini terlihat dari adanya kecendrungan peningkatan persentase siswa yang melakukan aktivitas belajar. Dengan melakukan setiap indikator aktivitas yang tujuannya untuk meningkatkan pemahaman siswa menguasai materi pembelajaran, diharapkan siswa mampu menjawab kuis dengan benar sehingga berdampak pada nilai peningkatan kelompok. Adapun nilai peningkatan setiap kelompok berdasarkan kuis yang diperoleh masing-masing anggota kelompok dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Nilai Peningkatan Kelompok Nilai Peningkatan Ratarata Kuis Kuis Kuis II III IV Kategori I 17.50 20 20 19.17 Hebat II 15 20 15 16.67 Hebat III 10 22.50 15 15.83 Hebat IV 6 26 18 16.67 Hebat V 16 14 14 14.67 Hebat VI 8 16 22 15.33 Hebat VII 7.50 12.50 17.50 12.50 Baik VIII 5 20 10 11.67 Baik Kelompok 16

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat ratarata nilai peningkatan kuis masing-masing kelompok dan kategori penghargaan tiap-tiap kelompok cenderung sama yaitu dengan kategori hebat kecuali kelompok VII dan VIII memiliki kategori baik. Kelompok dengan kategori baik memang bukanlah hal yang buruk, namun seharusnya masing-masing anggota kelompok ini dapat meningkatkan nilai peningkatan kelompoknya melalui nilai kuis tiap anggota kelompok yang dilakukan pada akhir pembelajaran, karena setiap kelompok terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan heterogen. Sehingga jika terdapat kesulitan belajar mereka dapat berdiskusi dengan anggota kelompoknya dan jika mereka masih mengalami kesulitan diperbolehkan bertanya kepada guru untuk mendapatkan cara menyelesaikan permasalahan tersebut. Kerjasama antar kelompok dalam memahami materi pelajaran tersebut ternyata belum dapat diwujudkan secara maksimal oleh kelompok VII dan VIII karena pada beberapa pertemuan, terdapat beberapa anggota kelompok yang belum melakukan aktivitas belajar secara optimal sehingga berdampak pada nilai kuis yang belum memuaskan karena aktivitas belajar sangat menunjang kemampuan siswa dalam menjawab kuis yang diberikan. Semakin sering aktivitas belajar dilakukan maka kemungkinan siswa menjawab kuis dengan benar juga semakin besar. Ditambah lagi dengan ketidakhadiran anggota kelompok pada beberapa pertemuan yang mengakibatkan mereka kekurangan teman untuk berdiskusi mengenai pelajaran. Alhasil peningkatan kelompoknya tergolong baik. Ini menunjukkan bahwa nilai kuis yang diperoleh setiap siswa disumbangkan untuk skor kelompoknya. Untuk itu, diperlukan kerjasama yang baik antar kelompok melalui diskusi kelompok dalam memahami pelajaran agar mereka dapat meningkatkan nilai peningkatan kelompoknya pada setiap pertemuan. Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sangat positif terutama aktivitas memperhatikan penjelasan guru. Dengan melakukan aktivitas tersebut dapat membantu siswa dalam pengerjakan LKS maupun kuis yang akan diberikan guru. Selanjutnya aktivitas berdiskusi dengan teman sekelompok membuat mereka lebih antusias dalam memahami pelajaran karena keleluasaanya bertanya kepada teman sebaya mengenai hal - hal yang belum dipahaminya. Aktivitas ini dapat membiasakan siswa untuk bekerja sama memahami pelajaran dan meningkatkan hubungan baik antar siswa karena kegiatan ini menuntut adanya saling menghormati dan menghargai pendapat seseorang, sabar dan tenggang rasa agar tercipta diskusi yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masing-masing anggota kelompok. Sedangkan aktivitas dalam menjawab pertanyaan guru, dan menanggapi penjelasan teman dapat melatih mereka untuk berani mengemukakan pendapatnya masingmasing. Pembelajaran kuis di akhir pembelajaran dapat menumbuhkan sikap jujur dalam pengerjaannya. Aktivitas dalam mengerjakan LKS dan kuis juga dapat melatih siswa untuk mendisiplinkan waktu yang ada agar pembelajaran dapat berlangsung optimal. Jadi respon positif siswa terhadap aktivitas yang dilakukan selama diterapkan model pembelajaran kooperatif ini selain dapat meningkatkan aktivitas belajar sehingga menunjang kemampuan akademis ternyata juga dapat menanamkan pendidikan karakter untuk setiap siswa karena nilai-nilai karakter yang terdapat pada masing-masing aktivitas. KESIMPULAN Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan, terlihat bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki peranan penting dalam meningkatkan aktivitas siswa. Peningkatan ini ternyata juga berdampak pada nilai kuis siswa yang dilakukan pada setiap akhir pembelajaran karena untuk mengerjakan kuis dengan benar, dibutuhkan aktivitas belajar yang dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran. Jadi dapat dikatakan bahwa jika persentase aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan maka hasil belajar siswapun juga meningkat. Melihat penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan dampak yang positif terhadap aktivitas belajar siswa sekaligus berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, maka guru diharapkan dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Selain itu, guru juga diharapkan dapat 17

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi matematika lainnya. DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ibrahim, Muslimin. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Unesa- University Press. Sardiman, A.M. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Slavin, E Robert. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Muliyardi. (2002). Strategi Pembelajaran Matematika. Padang: FMIPA UNP. 18