BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 LANDASAN TEORI

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

Hubungan Antara Keergonomisan Meja dan Kursi dengan Kinerja Petugas di Tempat Pendaftaran Pasien RS PKU Aisyiyah Boyolali

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS SERTA USULAN PERBAIKAN FASILITAS FISIK DAN LINGKUNGAN FISIK DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI (Studi kasus di Mini Market 5001 Mart Cabang Cimahi)

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

PERANCANGAN MEJA KURSI ERGONOMIS PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI)

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI PADA ALAT PEMOTONG BULU INDUSTRI SHUTTLE COCK MERK T3 BERDASARKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI DI KELURAHAN SERENGAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HALAMAN JUDULN ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur di Indonesia, sekarang ini mengalami. pangsa pasar tidak hanya lokal tetapi internasional. Industri seperti ini

BAB III MOTODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN ANALISA

ANALISIS ASPEK ERGONOMI SORTASI AKHIR PADA PENGOLAHAN KOPI ROBUSTA DI PT. J. A. WATTIE PERKEBUNAN DURJO JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. sekarang ini, manusia tak pernah lepas dari salah satu hukum alam ini yakni bekerja.

HUBUNGAN TINGKAT ERGONOMI KURSI DENGAN TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 LENDAH KABUPATEN KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos

PERANCANGAN TEMPAT PENCELUP UNTUK PROSES PEWARNAAN BENANG TENUN (STUDI KASUS : Di IKM Tenun Ikat MEDALI MAS )

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

Perancangan Meja Kerja pada Bagian Pemeriksaan Surat Jalan Buah dan Penimbangan Tonase TBS (Tandan Buah Segar) di PT.Sahabat Mewah dan Makmur

Bab 3. Metodologi Penelitian

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

RANCANG ULANG KURSI TAMAN DENGAN EVALUASI ERGONOMI - ANTROPOMETRI DAN BIOMEKANIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang memberikan sumbangan terbesar dalam industri tekstil pada

BAB I PENDAHULUAN. tulang belakang (Benjamin W. Niebel, 2003). Serge Simoneau, dkk (1996)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR ABSTRAKSI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. pada perindustrian kecil masih menggunakan dan mempertahankan mesin

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

ANTROPOMETRI. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kursi Kerja a. Pengertian Kursi Kerja Kursi kerja merupakan perlengkapan dari meja kerja atau mesin, sehingga kursi akan dapat dijumpai dalam jumlah yang lebih besar dalam setiap tempat kerja, terutama bila pekerjanya sebagian besar wanita (Sutalaksana, 1995). Menurut Nurmianto (2003), kursi kerja adalah kursi yang dirancang dengan metode floor-up yaitu berawal pada permukaan lantai untuk menghindari adanya tekanan dibawah paha. Beberapa kursi kerja mempunyai kemungkinan untuk diatur tinggi rendahnya terhadap meja kerja atau mesin sehingga posisi yang biasanya hanya dapat dilakukan dengan berdiri dapat pula dirancang agar tidak memberikan rintangan pada bagian badan untuk melakukan pekerjaan dengan efisien, baik bila pekerjaannya dilakukan dengan berdiri maupun dengan cara duduk (Sutalaksana, 1995). Menurut Nurmianto (2004), kriteria kursi kerja yang ideal adalah sebagai berikut : 6

7 1) Stabilitas produk. Diharapkan suatu kursi mempunyai empat atau lima kaki untuk menghindari ketidakstabilan produk. 2) Kekuatan produk. Kursi kerja tidak boleh dirancang pada populasi dengan persentil kecil dan seharusnya cukup kuat untuk menahan beban pria yang berpersentil 99 th. 3) Mudah dinaik-turunkan (adjustable). Ketinggian kursi kerja hendaklah mudah diatur pada saat kita duduk, tanpa harus turun dari kursi. 4) Sandaran punggung. Sandaran punggung adalah penting untuk menahan beban punggung kearah belakang (lumbar spine). Hal itu haruslah dirancang agar dapat diatur fleksibilitasnya sehingga sesuai dengan bentuk punggung. 5) Fungsional. Bentuk tempat duduk tidak boleh menghambat berbagai macam alternatif perubahan postur (posisi). 6) Bahan material. Tempat duduk dan sandaran punggung harus dilapisi dengan material yang cukup lunak.

8 7) Kedalaman kursi. Kedalaman kursi (depan-belakang) haruslah sesuai dengan dimensi panjang antara lipat lutut (popliteal) dan pantat (buttock). Wanita dengan antropometri 5 persentil haruslah dapat menggunakan dan merasakan manfaat adanya sandaran punggung (back-rest). 8) Lebar kursi. Lebar kursi minimal sama dengan lebar pinggul wanita 5 persentil populasi. 9) Lebar sandaran punggung. Lebar sandaran punggung seharusnya sama dengan lebar punggung wanita 5 persentil populasi. Jika terlalu lebar akan mempengaruhi kebebasan gerak siku. 10) Bangku tinggi. Kursi untuk bangku tinggi harus diberi sandaran kaki yang dapat digerakkan naik-turun. b. Kategori Kursi Kerja Menurut Nurmianto (2003) terdapat 2 kategori kursi untuk bekerja, yaitu : 1) Kursi Rendah Kursi rendah digunakan pada bangku dan meja (desks and tables). Tujuan perancangan kursi ini adalah membiarkan kaki untuk istirahat langsung diatas lantai dan menghindari tekanan pada sisi

9 bagian bawah paha. Terlalu rendahnya tempat duduk akan dapat menimbulkan masalah-masalah baru pada tulang belakang, oleh karena itu ukuran anthropometri akan membentuk dasar untuk tinggi tempat duduk yang jaraknya dari tumit kaki sampai permukaan yang lebih rendah dari paha disamping lutut dengan tekukan lutut pada sudut 90. 2) Kursi Tinggi Kursi yang lebih tinggi digunakan pada bangku dan mesin (benches and machines) dimana pekerjaanya memungkinkan untuk berdiri. Tinggi bangku untuk pekerjaan sambil berdiri didasarkan pada tinggi siku saat berdiri. Kursi tinggi dengan tinggi tempat duduk yang dapat disetel dan dapat menyangga badan bagian atas sehingga siku berada beberapa sentimeter diatas pekerjaan. c. Perancangan Kursi Kerja Akibat dari perancangan antropometrik yang tidak tepat, terbentuk suatu kursi yang tidak memungkinkan pemakainya untuk menyandarkan punggung atau kakinya pada permukaannya, maka ketidakstabilan tubuh akan meningkat dan tenaga otot tambahan akan diperlukan untuk menjaga keseimbangan. Makin besar tingkat tenaga atau kontrol otot yang diperlukan, makin besar pula kelelahan fisik dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan (Panero, 2004).

10 1) Kursi Kerja Ergonomis Menurut Nurmianto (2003), kursi kerja adalah kursi yang dirancang dengan metode floor-up yaitu berawal pada permukaan lantai untuk menghindari adanya tekanan dibawah paha, sedangkan ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan segala kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia baik secara fisik maupun mental sehingga dicapai suatu kualitas hidup secara keseluruhan yang lebih baik (Tarwaka, 2013). Jadi dapat disimpulkan bahwa kursi kerja ergonomis adalah kursi kerja yang didesain dan dibuat yang berawal pada permukaan lantai berdasarkan ukuran anthropometri pekerjaan untuk menyeimbangkan anatara segala fasilitas yang digunakan. Menurut Suma mur (2009), kursi yang baik memenuhi persyaratan sebagai berikut : a) Tinggi dataran duduk dapat diatur dengan papan injakan kaki sehingga sesuai dengan tinggi lutut, sedangkan paha berada dalam keadaan datar. b) Tinggi papan sandaran punggung dapat diatur dan menekan dengan baik kepada punggung. c) Lebar alas duduk tidak kurang dari lebar terbesar ukuran anthropometri pinggul.

11 Menurut Panero, dkk. (2003), kriteria dalam mendesain kursi ergonomis, antara lain : a) Kedalaman landasan tempat duduk tidak boleh terlalu besar, karena bagian depan terlalu kedepan akan memajukan posisi duduknya dan menyebabkan bagian punggung tidak bersandar. b) Kursi harus dilengkapi dengan sandaran pinggang. Ruang antara alas duduk dan tepi bawah meja tidak boleh terlalu sempit sehingga menyebabkan paha pemakai tidak tertekan. c) Sandaran pinggang tidak boleh terlalu tinggi, karena dapat menyebabkan gerakan bahu dan tangan terbatas dan posisi kerja yang tidak nyaman. Selain kriteria diatas, menurut Kholik (2002) terdapat beberapa kriteria yang diperlukan dalam perancangan kursi kerja diantaranya : a) Tinggi kursi sebaiknya dirancang sesuai dengan ketinggian alas duduk dari pekerja yang akan menggunakannya. Hal ini penting karena ukuran kursi yang tidak tepat akan berakibat kurang baik terhadap pemakainya baik dari segi desain maupun kesehatan, yang akan dapat mengakibatkan sirkulasi darah terganggu dan kaki cepat lelah. b) Sebaiknya kursi kerja dirancang agar kuat dan serasi dengan menekankan kekuatan pada bagian-bagian yang mudah retak

12 dan sebaiknya dilengkapi dengan sistem mur baut ataupun keling pasak. c) Sandaran punggung (belakang) akan membantu dalam menjaga keseimbangan posisi duduk. Dalam pendesainan diharapkan sedapat mungkin sandaran punggung ini disesuaikan/mendekati kontur tulang belakang. Sandaran punggung ini didasarkan pada ukuran lebar punggung dengan faktor kelonggaran. d) Ketinggian sandaran punggung disesuaikan dengan ukuran tinggi siku duduk dengan persentile 95%. e) Lebar kursi ditentukan dengan tujuan untuk memberikan penyangga pada pinggul sehingga perlu dibuat agak lebar untuk memberikan perasaan nyaman pada pemakainya. Lebar kursi diukur dari tepi pinggul ke tepi lainnya dengan menambah kelonggaran dari ketebalan pakaian. f) Panjang alas duduk tidak mengganggu/menghambat aktivitas yang dilakukan oleh pengguna kursi. g) Bahan yang digunakan dalam desain kursi adalah bahan yang mudah dibentuk sesuai dengan desain yang telah dirancang disamping itu bahan juga harus yang mudah didapatkan, tetapi juga harus tetap diperhatikan faktor kekuatannya. Untuk tempat duduk dan sandaran punggung sedapat mungkin diberi material yang cukup lunak dengan harapan dapat mengurangi kelelahan atau munculnya rasa lelah.

13 2) Kursi Kerja Tidak Ergonomis Menurut Nurmianto (2003), kursi kerja adalah kursi yang dirancang dengan metode floor-up yaitu berawal pada permukaan lantai untuk menghindari adanya tekanan dibawah paha, sedangkan ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam beraktivitas maupun istirahat dengan segala kemampuan, kebolehan dan keterbatasan manusia baik secara fisik maupun mental sehingga dicapai suatu kualitas hidup secara keseluruhan yang lebih baik (Tarwaka, 2013). Jadi dapat disimpulkan bahwa kursi kerja tidak ergonomis adalah kursi kerja yang tidak didesain dan dibuat yang berawal pada permukaan lantai berdasarkan ukuran anthropometri pekerjaan untuk menyeimbangkan anatara segala fasilitas yang digunakan.kursi kerja tidak ergonomis yang dimaksud adalah kursi kerja yang desainnya tidak dirancang dan dibuat sesuai dengan ukuran anthropometri pekerja. Desain kursi kerja yang tidak ergonomis atau tidak sesuai dengan anthropometri tubuh pemakainya dapat berdampak buruk terhadap kesehatan dan pada akhirnya dapat berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Menurut Kholik (2002), akibat dari penggunaan desain kursi yang tidak ergonomis antara lain :

14 a) Alas kursi yang terlalu pendek akan menimbulkan tekanan pada paha. b) Alas kursi yang terlalu panjang tidak ergonomis karena berakibat adanya tekanan pada betis dan paha atau lipatan lutut sehingga akan menyebabkan ketidaknyamanan. c) Alas kursi yang terlalu rendah akan menimbulkan kelelahan pada tungkai sehingga cenderung mendorong badan ke belakang yang berakibat timbulnya tekanan pada pinggang. d) Alas kursi yang terlalu tinggi juga tidak baik karena dapat mengakibatkan tekanan pada telapak kaki. Gambar 1. Kursi Kerja tidak Ergonomis dan Kursi Kerja Ergonomis pada Pembatik Sumber : Siswiyanti, 2013 2. Produktivitas Kerja a. Pengertian Produktivitas Kerja Produktivitas secara umum diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang atau jasa) dengan masukan yang

15 sebenarnya (Sinungan, 2005), sedangkan menurut Anoraga (2009), produktivitas tenaga kerja adalah efisiensi proses menghasilkan dari sumber daya yang dipergunakan. Menurut Mulyono (2004), produktivitas didefinisikan sebagai efisiensi dalam memproduksi luaran atau rasio luaran dibanding masukan, dan menurut Sutrisno (2009), produktivitas secara umum diartikan sebagai hubungan antara keluaran (barang-barang dan jasa) dengan masukan (tenaga kerja, bahan, uang). Sehingga dapat disimpulkan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara output (sumber daya) yang dihasilkan dengan input (hasil nyata) yang diperoleh. b. Jenis-Jenis Produktivitas 1) Produktivitas total. Produktivitas total adalah output ang dihadapkan dengan seluruh input yang dipakai (Sinungan, 2005). 2) Produktivitas faktor total. Produktivitas faktor total adalah rasio antara produk riil yang diperoleh dalam perekonomian, industri atau perusahaan dengan jumlah tenaga kerja dan modal sebagai inputnya (Sutrisno, 2010). 3) Produktivitas parsial.

16 Produktivitas parsial adalah rasio antara output kotor ataupun neto dengan salah satu faktor atau golongan sebagai inputnya (Sutrisno, 2010). c. Peningkatan Produktivitas Syarat produktivitas meningkat menurut Boediono (2003), apabila : 1) Keluaran meningkat tapi masukan tetap atau menurun. 2) Keluaran tetap tetapi masukan menurun. 3) Keluaran meningkat dan masukan meningkat tetapi perbedaan keluaran lebih besar dari kenaikan masukan. Menurut Sutrisno (2010), meningkatan produktivitas dapat berpengaruh terhadap berbagai bidang, misalnya : 1) Meningkatkan laba perusahaan. 2) Peningkatan pendapatan karyawan. 3) Meningkatkan pendapatan negara. 4) Harga pokok menjadi lebih rendah. 5) Harga jual dapat diturunkan. 6) Hasil produksi menjadi lebih tersebar. 7) Lebih banyak konsumen yang dapat menikmati. 8) Perusahaan penghasil menjadi lebih kompetitif. 9) Menimbulkan lebih banyak waktu senggang. 10) Meningkatkan kemakmuran dan ketahanan negara. d. Pengukuran Produktivitas

17 Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam tiga jenis yang sangat berbeda. Menurut Sinungan (2005), perbandingan-perbandingan tersebut adalah : 1) Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis. 2) Perbandingan pelaksanaan antara satu unit dengan lainnya. 3) Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya. Pengukuran produktivas kerja menurut Boediono (2003) dinyatakan sebagai rasio output dan input. Pengukuran produktivitas dapat diformulasikan sebagai : P = O I dimana : P O I = Produktivitas = Keluaran (output) = Masukan (input) Pengukuran produktivitas paling sedikit ada 2 jenis tingkat perbandingan yang berbeda menurut Sinungan (2005), yakni produktivitas total dan produktivitas parsial. Total produktivitas = hasil total masukan total Produktivitas perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut : Pt = Ot L+C+R+Q Pt = Produktivitas total (total productivity) L = Faktor masukan tenaga kerja (labour input factor) C = Faktor masukan modal (capital input factor)

18 R = Masukan bahan mentah dan baang-barang yang dibeli (raw material and purchased parts input) O = Faktor masukan barang-barang dan jasa-jasa yang beraneka macam (other miscellaneous goods and service input factor) Ot = Hasil total (total output) Menurut Boediono (2003), setiap sumber daya mempunyai produktivitas sendiri (produktivitas parsial). Produktivitas parsial = hasil parsial masukan total Produktivitas parsial dari masing-masing sumber daya dihitung sebagai berikut : 1) Produktivitas tenaga kerja = 2) Produktivitas modal = 3) Produktivitas bahan = 4) Produktivitas teknologi = keluaran masukan tenaga kerja keluaran masukan modal keluaran masukan bahan keluaran masukan teknologi e. Manfaat Pengukuran Produktivitas Kerja Menurut Sinungan (2005), pengukuran produktivitas memiliki beberapa manfaat sebagai berikut : 1) Mengevaluasi penampilan, perencanaan, kebijakan pendapatan, upah, dan harga melalui identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan. 2) Membandingkan sektor-sektor ekonomi yang berbeda untuk menentukan prioritas kebijakan bantuan.

19 3) Menentukan tingkat pertumbuhan suatu sektor atau ekonomi. 4) Mengetahui pengaruh perdagangan internasional terhadap perkembangan ekonomi. 5) Menentukan perbandingan antara negara dan antara temporal seperti tingkat pertumbuhan dan tingkat produktivitas. 6) Menganalisis dan mendorong efisiensi produksi. f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Menurut Mulyono (2004), ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas, baik produktivitas itu disorot dari dimensi nasional (makro) ataupun dari dimensi organisasi (mikro). Secara makro, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas tersebut bisa berupa status sosial ekonomi, kualitas fisik, kualitas nir fisik, teknostruktur, peraturan birokrasi dan gaya kepemimpinan. sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dari aspek mikro intensitas modal, perubahan performansi ekonomi, perubahan komposisi angkatan kerja, riset dan pengembangan, organisasi dan manajemen serta perubahan mutu kerja. Terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja, yaitu sebagai berikut : 1) Pekerjaan yang menarik (Anoraga, 2009). Pekerjaan yang menarik dapat membuat pekerja senang dengan pekerjaannya. Perasaan senang terhadap pekerjaan inilah yang dapat meningkatkan mutu dari hasil produksi.

20 2) Sikap mental, motivasi, disiplin dan etos kerja. Seorang tenaga kerja dengan sikap mental, motivasi yang tinggi serta disiplin dan etos kerja yang tinggi akan selalu memacu dirinya untuk bekerja lebih produktif. (Budiono, 2003) 3) Kapasitas kerja adalah kemampuan seseorang pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya pada suatu tempat dalam waktu tertentu. Kapasitas kerja mencakup jenis kelamin, umur dan masa kerja (Suma mur, 2014). 4) Keterampilan. Pekerja akan menjadi lebih terampil bila mempunyai kecakapan dan pengalaman yang cukup, pekerja yang bekerja dengan cara kerja yang lebih baik akan menggunakan fasilitas kerja dengan baik dan pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitasnya (Boediono, 2003). 5) Pendidikan (Boediono, 2003). Pekerja yang memiliki pendidikan yang akan memiliki kemampuan untuk bekerja secara lebih baik sehingga dapat meningkatkan produktivitasnya. 6) Lingkungan kerja yang baik (Anoraga, 2009). Bila lingkungan kerja telah baik dan terhindar dari potensi bahaya, maka akan menciptakan kenyamanan bagi pekerja sehingga pekerja dapat meningkatkan produktivitasnya.

21 3. Perbedaan Penggunaan Kursi Kerja Ergonomis dan Kursi Kerja Tidak Ergonomis terhadap Produktivitas Kerja Kursi kerja harus dirancang sesuai dengan anthropometri pekerjanya. Kursi kerja yang baik atau kursi kerja yang ergonomis akan mampu memberikan sikap kerja yang alamiah dan akan membantu menghindari ketidaknyamanan. Apabila pekerja merasakan bahwa kursinya nyaman, maka kelelahan baik keluhan muskuloskeletal disorder akan berkurang. Kelelahan kerja yang berkurang dapat membuat sedikit kesalahan kerja dan penyakit akibat kerja. Kecepatan dan ketepatan kerja pekerjapun akan meningkat sehingga kinerja dan keluaran dalam proses produksi akan meningkat dengan kata lain produktivitas kerja pekerja akan meningkat (Nurmianto, 2004). Perancangan kursi kerja yang tidak ergonomis mengakibatkan postur kerja yang salah mengakibatkan keluhan otot atau muskuloskeletal disorder dan kelelahan dini (Sanjaya, 2013). Kursi kerja yang buruk adalah penyebab kerja otot statis dan sikap kerja yang tidak alamiah. Pemakaian kursi yang tepat tidak menyebabkan keluhan-keluhan pada pekerja. Pada umumnya keluhan-keluhan yang terutama adalah sakit pinggang, sakit di leher dan bahu dan pada lengan dan tangan (Suma mur, 1987). Keluhankeluhan tersebut disebut dengan keluhan muskuloskeletal disorder. Level keluhan muskuloskeletal dari yang paling ringan hingga paling berat akan mengganggu konsentrasi dalam bekerja, menimbulkan kelelahan dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas (Tarwaka, 2010).

22 B. Kerangka Pemikiran Kursi Kerja Kursi Kerja Ergonomis Kursi Kerja Tidak Ergonomis Sikap Tubuh Alamiah Sikap Tubuh tidak Alamiah Kenyamanan Kerja Keluhan Muskuloskeletal Disorder Kecepatan dan Ketepatan Kerja Kelelahan Kerja Faktor-Faktor Produktivitas: 1. Pekerjaan yang menarik 2. Sikap mental, motivasi, disiplin dan etos kerja Produktivitas Kerja Faktor-Faktor Produktivitas : 1. Keterampilan 2. Pendidikan 3. Kapasitas Kerja (usia, jenis kelamin, masa kerja) Keterangan : Gambar 3. Kerangka Pemikiran : diteliti : tidak diteliti

23 C. Hipotesis Ada perbedaan produktivitas kerja pembatik tulis dengan menggunakan kursi kerja ergonomis dan kursi kerja tidak ergonomis di industri batik Masaran Sragen.