1. Pendahuluan PENYULUHAN TENTANG PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS KELUARGA DI DESA TANJUNGWANGI

dokumen-dokumen yang mirip
PENYULUHAN TENTANG PENGASUHAN ANAK DI DESA DAMPIT KEC. CICALENGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Endang Pudjiastuti, dan 2 Mira Santi

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

PENYULUHAN KESEHATAN POSYANDU PERUM PKB JUMOYO SALAM MAGELANG

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Yurika Permanasari, 2 Onoy Rohaeni

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS

Prosiding SNaPP2015 Kesehatan pissn eissn ¹Yuanita Lely Rachmawati, ²Dyah Nawang Palupi, ³Delfi Fitriani

1. Pendahuluan PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS DI PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi

PENDAHULUAN Latar Belakang

P m e b m obotan : E aluasi T e T n e gah S em e e m s e ter e r : 40 % E aluasi A k A h k ir r Sem e e m s e ter e r : 60 %

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra

1 2 A. Pendahuluan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam tiga tahun terakhir angka perceraian di Indonesia meningkat secara

KUESIONER UNTUK KADER

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem Kesehatan Nasional merupakan suatu tatanan yang mencerminkan

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK

1. Pendahuluan PROGRAM PEMBERIAN INFORMASI BAHAYA MEROKOK MELALUI LEAFLET, PRESENTASI DAN POSTER

PENDAHULUAN Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat

PENINGKATAN OPTIMISME DAN PENGETAHUAN MENGENAI PERNIKAHAN PRA NIKAH. 1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

GAMBARAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA ISTRI YANG TELAH MENIKAH TIGA TAHUN DAN BELUM MEMILIKI ANAK KEUMALA NURANTI ABSTRAK

PEMBENTUKAN POSDAYA DAN PELATIHAN PENGOLAHAN LIMBAH RUMAH TANGGA DI KELURAHAN CITEUREUP KECAMATAN CIMAHI UTARA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 3, No 5, September 2016 Halaman e-issn :

STUDI MENGENAI KESIAPAN MENIKAH PADA MUSLIM DEWASA MUDA

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita adalah masa emas atau golden age dalam rentang perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dan kasih sayang. Melainkan anak juga sebagai pemenuh kebutuhan biologis

Fakultas Psikologi, Jl. Tamansari No.1 Bandung 1

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dari lahir, masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang

Dra. Dyah Puspita, MSi., Psikolog

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam,

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

I. PENDAHULUAN. masa penjajahan, bangsa Indonesia melakukan perkawinan diusia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting. Kesehatan tubuh. merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi individu dalam

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

Gambaran Pengetahuan Suami Tentang Pendamping Persalinan di RSUD. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin

WAHANA MEMBANGUN KELUARGA SEJAHTERA

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. pangan, pendidikan, bahan bakar dan juga subsidi kesehatan. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Lemme (1995) kepuasan pernikahan adalah evaluasi suami dan istri terhadap

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BIDANG PENDIDIKAN. Ida Rindaningsih, M.Pd

MP - ASI dini kepada bayi adalah ASI PENDAHULUAN. Secara nasional cakupan ASI. belum keluar dan alasan tradisi dan. untuk bayi sampai umur 6 bulan

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BINA KELUARGA REMAJA (BKR) DALAM RANGKA MENINGKATKAN POLA ASUH REMAJA YANG BENAR DAN TERARAH

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gambaran Kepuasan..., Dini Nurul Syakbani, F.PSI UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN UKDW

Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

BAB IV PEMBAHASAN DAN EVALUASI

PERTANYAAN PENELITIAN KETERAMPILAN BIDANG BOGA PADA PELAKSANAAN KKN POSDAYA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA BOGA

Serambi Saintia, Vol. II, No. 2, Oktober 2014 ISSN :

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

METODE DAN MEDIA SOSIALISASI AKUNTANSI PADA UKM DI KOTA PALEMBANG

BAB V PENUTUP. pada bab sebelumnya, maka berbagai kesimpulan yang diberikan penulis antara

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA UNTUK KADER

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA TEKNOLOGI UNTUK SEMUA BIDANG KEGIATAN : PKM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

Transkripsi:

Prosiding SNaPP 2015 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 PENYULUHAN TENTANG PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS KELUARGA DI DESA TANJUNGWANGI 1 Kusdwiratri, 2 Endang Pudjiastuti, 3 Eni Nuraeni Nugrahawati, 4 Yunita Sari, 5 Anna Rozana 1,2,3,4,5 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail: 1 setionot@bdg.centrin.net.id, 2 en_nugrahawati@ymail.com 3 anugrahaji77@yahoo.com, 4 yunitasari.psy@gmail.com, 5 anna.dyreza93@gmail.com Abstrak. Penyuluhan psikologi perkembangan keluarga di desa Tanjung Wangi yang terdiri atas 8 RW kepada ibu-ibu kader PKK, bertujuan memberikan pengetahuan tentang tahapan perkembangan keluarga yang merupakan interaksi yang khas antara anggota keluarga di setiap tahap perkembangannya. Kekhasan interaksi tersebut merupakan kekhasan interaksi antaranggota keluarga yang didasari oleh bagaimana terjadi saling mengerti antara anggota keluarga, melalui kemampuan mendengarkan antar anggota keluarga. Dengan demikian diharapkan tercapainya keluarga yang bahagia. Penyuluhan dilaksanakan satu hari dengan terlebih dahulu mengukur tingkat pengetahuan kader, kemudian pemberian materi dan pengukuran di akhir setelah penyuluhan. Hasil perhitungan statistik pada test sebelum dan sesudah, pada umumnya tidak ada perubahan pengetahuan yang signifikan pada kader yang diberikan penyuluhan. Adapun perinciannya adalah terdapat tiga RW yang mengalami peningkatan pengetahuan dibanding dengan kader di RW lainnya, dua RW tidak ada perubahan pengetahuan, dan dua RW bahkan terjadi penurunan. Kader PKK yang mengalami peningkatan pengetahuan memiliki pendidikan minimal SMP dan yang lainnya berpendidikan SD. Untuk penelitian selanjutnya disarankan penyuluhan fokus pada perkembangan dan pengasuhan terutama pada tahap anak usia dini, anak sekolah dan remaja mengingat permasalahan tersebut banyak dialami masyarakat di desa Tanjung Wangi. Kata kunci: Perkembangan, psikologi keluarga, tanjung wangi 1. Pendahuluan Pernikahan yang terjadi di Desa Tanjungwangi rata-rata terjadi pada usia 15 19 tahun. Pasangan yang menikah ini, kurang memiliki persiapan baik secara psikologis dan finansial serta pengetahuan mengenai tugas-tugas perkembangan dan relasi yang terbentuk di antara anggota keluarga setelah mereka menikah. Pengetahuan tentang cara menyesuaikan diri di dalam keluarga ini terangkum di dalam pengetahuan tentang perkembangan psikologis keluarga. Maka dari itu, masyarakat membutuhkan informasi dan pengetahuan pola relasi yang terjadi di antara anggota keluarga pada setiap tahapan perkembangan pernikahan termasuk di dalamnya bagaimana menangani konflik dan perbedaan-perbedaan yang merupakan bagian dari setiap relasi. Desa Tanjungwangi Cicalengka merupakan salah satu Desa binaan UNISBA. Desa Tanjungwangi merupakan hasil pemekaran dari daerah Dampit. Asal mula pembentukan Desa Tanjungwangi berorientasi pada pendekatan pelayanan masyarakat guna meningkatkan kesejahteraan masayarakat. Nilai-nilai yang terkandung di Desa Tanjungwangi sangat kental oleh budaya Sunda yang rasa kekeluargaan masih sangat 53

54 Kusdwiratri, dkk. terasa, harapan Desa Tanjungwangi pada masa yang akan datang adalah dapat menjadi desa yang maju melalui peningkatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Rata-rata sebagian besar penduduknya sudah menikah di usia 15 19 tahun. Terdapat pandangan bahwa usia di atas 20 tahun termasuk usia yang tua untuk menikah (terutama perempuan). Selain itu, menikah di usia muda juga sudah dilakukan turun temurun. Pasangan yang menikah ini, mayoritas lulusan SMP dan kurang memiliki persiapan baik secara psikologis, ekonomi dan sosial. Tidak ada persiapan apapun yang mereka lakukan, konsep pernikahan, rencana ke depan setelah menikah, dan tujuan pernikahan, hampir tidak pernah dibicarakan. Keluarga yang telah menikah pun masih banyak yang tinggal di rumah keluarganya karena faktor ekonomi yang belum memungkinkan mereka untuk memiliki rumah sendiri sehingga jumlah anggota di dalam keluarga pun bertambah. Dalam menjalani kehidupan pernikahannya, pasangan nikah lebih banyak mengikuti arahan orangtua maupun mencontoh lingkungan sekitarnya. Pasangan kurang memiliki pengetahuan tentang peran atau tugas mereka sebagai istri/suami serta bagaimana menjalin relasi dengan pasangan serta anggota keluarga lainnya pada saat mereka tinggal bersama mertua. Permasalahan yang terkadang muncul di dalam keluarga adalah salah paham dengan suami, sulit mengomunikasikan perasaan pada mertua, serta salah paham dengan mertua maupun anggota keluarga pasangan lainnya. Secara psikologis, kesejahteraan atau keharmonisan keluarga dapat tercapai, apabila antar anggota keluarga terdapat kasih sayang yang tulus, saling pengertian, kepercayaan dan relasi antar anggota keluarga tidak terputus. Adanya pertambahan anggota keluarga dan perubahan usia pada anggota keluarga akan mempengaruhi relasi yang terjadi di antara anggota keluarga sehingga setiap anggota keluarga perlu memahami cara untuk menyesuaikan diri dengan pola relasi yang baru. Tujuan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini adalah (1) memberikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu PKK mengenai perkembangan psikologis keluarga. Perkembangan psikologis keluarga, yaitu tugas-tugas perkembangan pernikahan dan relasi yang terjadi di setiap tahapan perkembangan pernikahan termasuk di dalamnya mengenai cara menghadapi permasalahanpermasalahan yang dapat terjadi di dalam keluarga; (2) menyusun materi terkait tugastugas perkembangan psikologis keluarga, relasi yang terjadi di dalam keluarga pada setiap tahapan dan permasalahan-permasalahan yang terjadi di setiap tahap perkembangan pernikahan; (3) menyusun modul penyuluhan perkembangan psikologis keluarga di Desa Tanjungwangi yang akan diberikan pada ibu-ibu PKK sebagai kader di masyarakat; (4) melaksanakan penyuluhan perkembangan psikologis keluarga pada ibuibu PKK di Desa Tanjungwangi. 2. Perkembangan Psikologis Keluarga Perkembangan psikologis keluarga adalah pengetahuan mengenai tugas-tugas perkembangan pernikahan, relasi yang terjadi di antara anggota keluarga pada setiap tahapan perkembangan pernikahan termasuk di dalamnya bagaimana menangani permasalahan dan perbedaan- yang merupakan bagian dari semua relasi. Hal ini disebabkan oleh pertambahan anggota keluarga dan perubahan usia pada anggota keluarga akan mempengaruhi relasi yang terjadi di antara anggota keluarga sehingga setiap anggota keluarga perlu memahami cara untuk menyesuaikan diri dengan pola relasi yang baru. Pada pelaksanaannya diberikan pengetahuan perkembangan psikologis Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan

Penyuluhan Tentang Perkembangan Psikologis Keluarga Di Desa.. 55 keluarga mulai dari persiapan pernikahan, tahap suami istri tanpa anak, tahap keluarga dengan bayi, keluarga dengan anak prasekolah, keluarga dengan anak usia sekolah, tahap keluarga dengan anak remaja, keluarga dengan melepas anak dewasa muda, tahap keluarga paruh baya, dan tahap keluarga dengan anggota usia lanjut. 3. Metode Pelaksanaan Tim PKM melakukan survei di Desa Tanjungwangi diawali dengan menemui kepala desa dan aparat desa mengenai data-data yang diperlukan Tim PKM. Melakukan wawancara pada beberapa warga setempat berkaitan dengan perkembangan psikologis keluarga yang terjadi di Desa Tanjungwangi. Pengumpulan data dilakukan bekerjasama dengan ketua Tim PKK di desa Tanjungwangi untuk memperoleh data berapa banyak kader PKK yang dapat mengikuti kegiatan. Kemudian dilakukan pelaksanaan intervensi yang terdiri atas a. Penyusunan Modul Penyuluhan oleh bagi kader PKK di Desa Tanjungwangi. Modul merupakan luaran dari PKM ini. Modul mengalami beberapa kali revisi dan di awali dengan tim mengumpulkan modul penyuluhan lalu dilakukan pertemuan tim untuk memperbaiki materi yang telah disusun. Setiap anggota melakukan presentasi sesuai dengan materi yang telah ditugaskan. Setelah presentasi materi yang akan di sampaikan pada saat penyuluhan, dilakukan feedback dan revisi materi. b. Penyuluhan dan pengambilan data dilaksanakan di Balai Desa di Desa Tanjungwangi. 4. Target Penyuluhan Khalayak sasaran dari PKM ini adalah ibu-ibu PKK di Desa Tanjungwangi yang merupakan kader dari setiap Rukun Warga (RW). Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Desa Tanjungwangi diketahui bahwa, PKK merupakan organisasi masyarakat yang aktif dan dapat diberdayakan di Desa Tanjungwangi. Ibu-ibu PKK ini terdapat di setiap Rukun Warga (RW) dan aktif melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti posyandu, imunisasi, perbaikan gizi ibu hamil dan balita, melaksanakan jum at bersih, serta pengajian. 5. Hasil dan Pembahasan Sebanyak 39 warga Desa Tanjungwangi mengikuti penyuluhan tentang Perkembangan Psikologis Keluarga. Mereka merupakan kader dan wakil dari setiap RW (Rukun Warga) di Desa Tanjungwangi. Perubahan yang terjadi sebelum dan setelah diberikannya penyuluhan tentang perkembangan psikologis keluarga di Desa Tanjungwangi menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Sekalipun terdapat perubahan angka dari sebelum diberikannya penyuluhan dan setelah diberikannya penyuluhan, namun perubahannya ini tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat masalah-masalah lain yang lebih memberikan dampak dalam perkembangan psikologis keluarga di Desa Tanjungwangi. Pada latar belakang pendidikan kader di Desa Tanjungwangi dapat diuraikan bahwasebanyak 51,28% peserta berpendidikan Sekolah Dasar dan sebanyak 33,33% pissn 2477-2364, eissn 2477-2356 Vol 1, No.1, Th, 2015

56 Kusdwiratri, dkk. peserta berpendidikan Sekolah Menengah Pertama serta sebanyak 15,38% peserta berpendidikan Sekolah Menengah Atas. Bilamana dilihat pendidikan kader setiap RW nya dapat digambarkan sebagai berikut: a. RW 01 jumlah kader sebanyak 3 (tiga) orang dengan 1 (satu) orang berpendidikan SMA dan 2 (dua) orang berpendidikan SMP. b. RW 02 jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang dengan berpendidikan SD. c. RW 03 jumlah kader sebanyak 7 orang dengan 3 (tiga) orang berpendidikan SD dan 4 (empat) orang berpendidikan SMP d. RW 04 jumlah kader sebanyak 12 orang dengan 3 (tiga) orang berpendidikan SD, 7 (tujuh) orang berpendidikan SMP dan sebanyak 2 (dua) orang berpendidikan SMA. e. RW 05 jumlah kader sebanyak 2 (dua) orang dengan berpendidikan SD. f. RW 06 jumlah kader sebanyak 7 (tujuh) orang dengan 4 (empat) orang berpendidikan SD dan 3 (tiga) orang berpendidikan SMA. g. RW 07 jumlah kader sebanyak 2 (dua) orang dengan berpendidikan SD. h. RW 08 jumlah kader sebanyak 1 (satu) orang dengan berpendidikan SD. Berdasarkan perhitungan juga diperoleh bahwa pada RW 01, RW 03 dan RW 04 terdapat perubahan angka atau peningkatan angka dari sebelum diberikannya penyuluhan dengan setelah diberikannya penyuluhan tentang perkembangan psikologis keluarga. Bilamana dikaitkan dengan latar belakang pendidikan kedua RW tersebut, maka jumlah kader yang berpendidikan SMP lebih banyak dibanding dengan kaderkader di RW lainnya. Sementara itu untuk RW 05 dan RW 08 justru tidak ada perubahan angka setelah diberikannya penyuluhan. Kader yang berasal dari kedua RW tersebut semuanya berpendidikan SD. Sebaliknya pada RW 02 dan RW 06 justru terjadi penurunan angka dari sebelum diberikannya penyuluhan dan setelah diberikannya penyuluhan. Pendidikan kader di RW 02 semuanya SD dan pendidikan kader di RW 06 sebanyak 4 (empat) orang SD dan sebanyak 3 (tiga) orang berpendidikan SMA. Untuk yang berpendidikan SMA ternyata selama pengisian kuesioner membutuhkan bimbingan fasilitator untuk mengisinya. Selain hasil tersebut, selama penyuluhan diperoleh temuan, yaitu selama penyampaian penyuluhan terlihat peserta mengikutinya sesuai dengan yang diharapkan. Namun tampaknya penerimaan kader terhadap materi yang disampaikan lamban. Namun saat sesi tanya jawab, mereka banyak bertanya dan mereka bertanya dengan antusias, terutama yang berkaitan dengan permasalahan anak dan remaja. Pada saat penyuluhan baru akan dimulai, di Desa Tanjungwangi yang menjadi tempat penyuluhan, peserta memperoleh kabar bahwa ada salah seorang warga Desa Tanjungwangi meninggal dunia. Warga yang meninggal ini juga merupakan kerabat dari salah seorang peserta penyuluhan. Dampaknya kegiatan/waktu kegiatan menjadi dipercepat. Awalnya materi penyuluhan akan diberikan sampai dengan waktu ashar, namun dengan adanya berita kematian tersebut, penyampaian materi dan tanya jawab hanya berlangsung sampai dengan jam 13.00. Dengan keadaan ini membuat materi penyuluhan yang disampaikan kurang optimal. Kematian di Desa Tanjungwangi merupakan peristiwa yang dianggap sakral. Semua kader/warga ingin melayat warga yang meninggal tersebut. Hal ini juga berkaitan dengan nilai-nilai yang terkandung di Desa Tanjungwangi yang sangat kental dengan Budaya Sunda yang rasa kekeluargaannya masih sangat terasa, sehingga saat ada yang meninggal, sebagian besar warga menghendaki untuk bisa melayatnya saat itu juga. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan

Penyuluhan Tentang Perkembangan Psikologis Keluarga Di Desa.. 57 Sekalipun usia pernikahan perempuan di Desa Tanjungwangi rata-rata berlangsung pada usia 18 tahun, namun ternyata bagi mereka usia muda tersebut tidak menunjukkan adanya permasalahan yang berarti buat mereka. 6. Simpulan dan Saran 6.1 Simpulan 6.2 Saran Dari kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dapat disimpulkan: a. Penyuluhan tentang perkembangan psikologis keluarga tidak signifikan dalam memberikan pengaruh pada pengetahuan dan pemahaman kader-kader PKK tentang perkembangan psikologis keluarga. Proses pelaksanaan yang tidak sesuai dengan program yang telah di jadwalkan mempengaruhi hasil penyuluhan b. Kader-kader PKK menunjukkan antusiasme yang tinggi pada permasalahanpermasalahan yang berkaitan dengan anak dan remaja. c. Modul penyuluhan focus pada perkembangan dan pengasuhan terutama pada tahapan anak usia dini, anak sekolah dan remaja lebih sesuai untuk diberikan pada ibu-ibu PKK sebagai tuntutan dalam memberikan pengetahuan pada masyarakat di desa Tanjung wangi. Mengingat besarnya manfaat dan minat masyarakat dalam bertanya pada materi tahapan perkembangan anak dan remaja, maka selanjutnya perlu: a. Mengadakan pelatihan perkembangan psikologis keluarga yang terfokus pada permasalahan anak dan remaja. b. Materi pelatihan yang dibutuhkan para kader ialah hal yang menjadi tugas perkembangan yang disesuaikan untuk Pendidikan Anak Usia Dini, usia Sekolah Dasar dan Remaja. c. Monitoring dan pendampingan program pascakegiatan pengabdian ini sehingga kader-kader PKK benar-benar dapat mempraktikkan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di RW masing-masing. Daftar Pustaka Aab Abrory. Peran Keluarga Terhadap Perkembangan Kepribadian.2010; Di unduh pada tanggal 12 Desember 2014 melalui http://a2babrory.blogspot.com/2010/11/peran-keluarga-terhadap-perkembangan.html Fahrudin Adi. Keberfungsian Keluarga : Konsep dan Indikator Pengukuran dalam Penelitian. Informasi. 2012. Vol. 17(02). Diunduh pada tanggal 12 Desember 2014 melalui http://puslit.kemsos.go.id/upload/post/files/a0a7b7464557de269f1fe53a40cf9ce4.pd f Duvall EM. Marriage and Family Development. USA: J.B. Lippincott Company Philadelphia; 1977 Duvall, Miller. Marriage and Family Development 6th.ed. USA: J.B. Lippincott Company Philadelphia; 1985 pissn 2477-2364, eissn 2477-2356 Vol 1, No.1, Th, 2015

58 Kusdwiratri, dkk. Havighurst RJ. Human Development and Education. New York: Longmans,Green Co; 1953 Laporan Kegaitan KKN Tematik Universitas Islam Bandung. Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pemberdayaan Potensi Ekonomi Masyarakat di Desa Tanjungwangi Desa Dampit Desa Babakan Peuteuy dan Desa Nagrog Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung. Bandung: Unisba. 2013. Tidak diterbitkan. Papalia Olds, Feldman. Human Development 9th ed. New York: Mc Graw Hill; 2003 Richard B Miller, Jeremy, Jonathan G Sanberg, Mark BWhite. Problems That Couples Bring To Therapy: A View Across the Family Life Cycle. The American Journal of Family Therapy. 2003; Vol.31: 5 Setiono Kusdwiratri. Psikologi Keluarga. Bandung: PT Alumni; 2011 Siegel Sidney. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 1997 Undang-Undang Pernikahan. www. kemenag.go.id Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Kesehatan