PERSEPSI BIROKRASI DAN PEMANGKU KEPENTINGAN TERHADAP TRANSPARANSI ANGGARAN DI PEMERINTAH KABUPATEN BATANG. Oleh : Sapto Setyo Nugroho ( )

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI GURU TENTANG AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI MANAJEMEN KEUANGAN SEKOLAH MENENGAH LANJUTAN ATAS (SLTA) NEGERI SE-KOTA PROBOLINGGO

HASBULLAH NPM

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dilaksanakan pada tahun 2001 dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERLUASAN AKSES PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR TAHUN 2010 s/d 2012

Analisis Kualitas Pelayanan E-Procurement pada Pengadaan Barang dan Jasa di Kota Semarang

KINERJA PEGAWAI DINAS PASAR KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh globalisasi memicu para pelaku bisnis dan ekonomi untuk melakukan

ABSTRACT FUNCTION CONTROLLER IN REGIONAL INTERNAL CONTROL BUDGET INCOME (Case Study In Cimahi Regional Revenue Agency)

Tinjauan Sosial Tata Kelola Pemerintahan Kalimantan Selatan. Oleh: Alfisyah

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini mencerminkan adanya respon rakyat yang sangat tinggi akan permintaan

REDD+ dan Tata Kelola Pemerintahan

ABSTRAK. Kata-kata kunci: risiko pengendalian, sistem pengendalian intern, pengujian substantif atas saldo persediaan.

PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN SANITASI DASAR DI PASAR TRADISIONAL PRINGGAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2011 SKRIPSI OLEH : TENGKU HERA ZAFIRAH NIM.

INDEKS TATAKELOLA PEMERINTAHAN PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. Sejak jatuhnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan gerakan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah menjadi sangat penting. Masyarakat berharap bahwa

UNIVERSITAS INDONESIA EVALUASI ATAS KEBIJAKAN AMDAL DALAM PEMBANGUNAN TATA RUANG KOTA SURAKARTA

SKRIPSI. Disusun Oleh: FLORENCE A MANALU

Oleh Kadek Apsariani I Ketut Artadi Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERAN KOMUNITAS DAN PERUSAHAAN DALAM PENCEGAHAN KORUPSI MELALUI CSR

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik good governance, telah mendorong pemerintah pusat dan

ABSTRAK. Kata kunci : Logo, citra perusahaan, identitas merek, manajemen merek.

Good Governance. Etika Bisnis

Implementasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kelurahan Mangunharjo Kecamatan Tugu Kota Semarang

PENGARUH PENERAPAN SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (SIPKD) TERHADAP EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

2016 PENGARUH PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DAN GOOD GOVERNMENT GOVERNANCE TERHADAP KINERJA DINAS PEMERINTAH DAERAH KOTA BANDUNG

ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PASAR PADA DINAS KEBERSIHAN PERTAMANAN DAN PASAR KABUPATEN ROKAN HILIR

IMPLEMENTASI STRATEGI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan tidak adanya batas-batas negara (

Tabel Tinjauan Penelitian Terdahulu. Tabel 3.1. Daftar Camat Yang Digunakan Sebagai Responden..

ABSTRAK. vii. Universitas Kristen Maranatha

PERSEPSI PEMUSTAKA TERHADAP LAYANAN SIRKULASI DI BADAN ARSIP DAN PERPUSTAKAAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

REINVENTING GOVERNMENT DAN PEMBERDAYAAN APARATUR PEMERINTAH DAERAH. Annisa Citra Fatikha 1

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, permasalahan akuntabilitas publik menjadi sangat penting

PEMERINTAH KABUPATEN WONOGIRI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

Reformasi Birokrasi dalam Upaya Pemberantasan Korupsi di Kabupaten Batang (Kepemimpinan Yoyok Riyo Sudibyo, Periode )

ABSTRAK. Kata-kata kunci: audit internal dan good corprate governance

PENGAWASAN PEMANFAATAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 5 KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara,

PERSEPSI MAHASISWA FISIP UNDIP TERHADAP KEBIJAKAN PENGURANGAN SUBSIDI BBM

ANALISIS DETERMINAN KORUPSI DI ERA OTONOMI DAERAH DI INDONESIA (Studi Kasus Provinsi Jawa Tengah)

SKRIPSI PENGARUH PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DAERAH DAN AKSESIBILITAS LAPORAN KEUANGAN TERHADAP TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PENGELOLAAN

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Hasil survei tentang pentingnya TI bagi organisasi

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

TESIS Diajukan sebagai salah satu syarat Memperoleh gelar S-2 Magister Akuntansi. Diajukan oleh : Nama : Dwi Cahyadi NIM : C4C006387

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

Abstract. INFLUENCE OF INTERNAL AUDIT ON THE REALIZATION OF A GOOD CORPORATE GOVERNANCE AT PT. KAI (Persero) BANDUNG

PERSEPSI PERAWAT TERHADAP UJI KOMPETENSI UNTUK PENGEMBANGAN JENJANG KARIR DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG SKRIPSI

Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KORUPSI ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) DI ACEH UTARA

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENATAAN KEBERADAAN PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN KLATEN TESIS

ANALISIS IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA DENGAN EFEKTIVITAS ANGGARAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

Konsep Good Governance (Tata- kelola Pemerintahan yang baik)

ImplementasiPolitik Kebijakan Ruang Terbuka Hijau DKI Jakarta Berdasarkan Perda Nomor 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta 2030

Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

ABSTRACT. vii. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik (good corporate governance) tidak hanya berlaku bagi. pertanggungjawaban kinerja organisasi.

ABSTRACT. Keywords: Comprehension of good governance, leadership style, organizational culture,, audit structure, performance auditor.

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

TESIS DARWIN NASUTION /HK

SISTEM PELAYANAN TERPADU SATU PINTU SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK YANG OPTIMAL DALAM BIROKRASI PERIZINAN

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya negara dalam mewujudkan tujuan dan cita-cita negara serta menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

SKRIPSI. oleh Dita Dityas Hariyanto NIM

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran (PPA) pada kinerja

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

ABSTRACT. Keywords: Performance Audit, Performance Accountability

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINDAKAN IBU DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI DESA SORIK KECAMATAN BATANG ANGKOLA KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN

PENGARUH AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Sensus pada Dinas Daerah Kota Tasikmalaya)

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN TANTANGAN MEMBANGUN DUNIA INDUSTRI KONSTRUKSI YANG KONSTRUKTIF DI INDONESIA

PENYUSUNAN METODOLOGI PELAKSANAAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK PEMERINTAHAN TESIS

Partisipasi Penganggaran, Komitmen Organisasi dan Pemahaman Tugas Hubungan Terhadap Kinerja Aparatur pada Pemerintahan Kota Lhokseumwe

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan

SILABUS ETIKA ADMINISTRASI NEGARA JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

INDEKS PERSEPSI KORUPSI INDONESIA 2017Survei Di Antara Pelaku Usaha. Survei di antara Pelaku Usaha 12 Kota di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 27 Tahun : 2015

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

TERHADAP KEBIJAKAN PENGECUALIAN LARANGAN ABORSI DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

Keywords: Information Systems Salaries and Wages, Salaries and Wages Accuracy

ABSTRACT. EFFECT OF SYSTEM REWARD and PUNISHMENT EMPLOYEE PERFORMANCE (PT. KENCANA MAKMUR LESTARI)

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian

ANALISIS HUBUNGAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DENGAN KINERJA PEGAWAI DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN LUWU TIMUR

METODE REGULATORY IMPACT ASSESSMENT (RIA) UNTUK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Transkripsi:

PERSEPSI BIROKRASI DAN PEMANGKU KEPENTINGAN TERHADAP TRANSPARANSI ANGGARAN DI PEMERINTAH KABUPATEN BATANG Oleh : Sapto Setyo Nugroho (14010113130113) Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Kotak Pos 1269 Website : www.fisip.undip.ac.id / Email : fisip@undip.ac.id ABTRACT One of the policies in the concept of good governance relating to the prevention of corruption is the Budget Transparency. Batang Regency Government is one example of the local governments that implement this policy. It is important to know the perceptions of bureaucracy and stakeholders on the implementation of budget transparency in Batang Regency Government, perception is analyzed so that it can be evaluated for various parties, it was then the purpose of this study. With the quantitative approach which uses a questionnaire as a research tool, the research data is extracted from the sample of respondents consisting of 37 Public, 31 Private and 23 Society. Then the data was analyzed using SPSS Program. The results showed an average knowledge of respondens to access information and documents was less out due to involvement in the management of budget that is less active. With the average knowledge of the respondens believe is very important and a good rate on the implementation aspect of budget transparency. It thus also affect the respondens who ecxpressed very agree an very support of all the implications and the attitude of budget transparency in Batang Regency Government. Keywords : Perception, Budget Transparency, Batang Regency Goverment

A. PENDAHULUAN Perjalanan Pemerintah Daerah di Indonesia dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good governance and clean government) mengalami dinamika perkembangan yang cukup kompleks. Dalam pelaksanaannya, tentunya hal tersebut mempunyai dampak positif seperti kreativitas tata kelola pemerintahan yang berdasarkan karakterisitik daerah, serta mempunyai dampak negatif seperti munculnya upaya sistematis yang membuka peluang terjadinya korupsi. Salah satu prinsip terpenting dalam good governance dalam kaitannya dengan pencegahan korupsi tersebut adalah transparansi. Transparansi sebagai upaya pencegahan korupsi mutlak dilaksanakan pada salah satu celah peluang terjadinya korupsi yaitu modus penggunaan anggaran, yang dalam konteks Pemerintah Daerah adalah penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 1 Transparansi selama ini menjadi momok yang menyebabkan korupsi terus merajalela terlebih lagi dalam kaitannya dengan kegiatan anggaran. Masalah klasiknya adalah prinsip-prinsip transparansi hanya sebatas retorika atau slogan, namun dalam kondisi realita pelaksanaannya, transparansi hanya dijadikan accessoriess (pelengkap) dalam setiap pengambilan kebijakan serta dalam proses anggaran yang menjadi lahan luas untuk berpeluang melakukan korupsi. 2 1 Labolo, Muhadam. 2015. Dinamika Politik dan Pemerintahan Lokal. Bogor : Ghalia Indonesia, hlm. 47. 2 Tahir, Arifin. 2004. Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Bandung : CV Alfabet, hlm. 114. 2

Beberapa Pemerintah Daerah di Indonesia dapat dikatakan telah berhasil melaksanakan transparansi anggaran dalam upaya pencegahan korupsi tersebut. Contoh saja adalah Kabupaten Batang. Pemerintah Kabupaten Batang melalui kepemimpinan Bupati Yoyok Riyo Sudibyo melakukan berbagai inovasi untuk mewujudkan good governance, inovasi-inovasi tersebut menjadikan Pemerintah Kabupaten Batang mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak dan meraih berbagai penghargaan dalam bidang reformasi birokrasi, pelayanan publik dan transparansi anggaran. Salah satu inovasi Pemerintah Kabupaten Batang dalam hal terkait transparansi anggaran adalah mengadakan Festival Anggaran. Dalam upaya mewujudkan transparansi anggaran di Pemerintah Kabupaten Batang tersebut tentunya tidak bisa dilepaskan dari peran birokrasi dan pemangku kepentingan yang dalam konsep good governance tersebut meliputi unsur publik (PNS), unsur swasta (pengusaha) dan unsur masyarakat (kelompok masyarakat) karena pada dasarnya menurut UNDP dalam Sedarmayanti bahwa keberhasilan mewujudkan prinsip-prinsip good governance ditentukan oleh kualitas hubungan antar pemangku kepentingannya. 3 3 Sedarmayanti. 2007. Good Governance dan Good Corporate Governance. Bandung : Mandar Maju, hlm 2. 3

B. PEMBAHASAN B.1 Pengetahuan Responden terhadap Akses Informasi yang disediakan Gambar B.1 adalah 41-60 yang berarti responden kurang tahu terhadap akses informasi yang disediakan, kecuali pada akses website/elektronik dan akses event/festival anggaran yang masing-masing meraih skor 77 dan 73 yang berarti Tahu. Rata-rata skor yang relatif rendah tersebut dapat dipengaruhi oleh keterlibatan responden dalam pengelolaan anggaran yang rata-rata adalah kurang aktif. Skor yang berbeda pada akses website/elektronik dan akses event/festival anggaran disebabkan karena beberapa responden menyebutkan bahwa regulasi yang menuntut untuk menerapkan e-government sehingga mau tidak mau responden pernah menggunakan akses website/elektronik dalam pengelolaan anggaran, kemudian karena kebaruan dan kepopulerannya responden juga tahu terhadap akses event/festival anggaran walaupun tidak pernah berpartisipasi secara langsung. 4

B.2 Pengetahuan Responden terhadap Dokumen Pengelolaan Anggaran Gambar B.2 adalah 41-60 yang berarti responden kurang tahu terhadap dokumen dalam pengelolaan anggaran, kecuali pada dokumen Rencana APBD, Rencana Umum Pengadaan, Pengadaan Barang dan Jasa dan SPJ yang memperoleh masingmasing skor adalah 61, 62, 63 dan 65 atau berarti Tahu. Rata-rata skor yang relatif rendah tersebut dapat dipengaruhi juga oleh keterlibatan responden dalam pengelolaan anggaran yang rata-rata adalah kurang aktif. Skor yang berbeda pada beberapa dokumen disebabkan karena beberapa responden menyebutkan bahwa responden sering terlibat dengan beberapa dokumen tertentu tersebut, selain itu, beberapa dokumen tersebut juga dirasakan responden adalah dokumen yang umum dan dapat diakses dengan mudah di beberapa akses informasi yang disediakan. 5

B.3 Keyakinan Responden terhadap pentingnya aspek-aspek dalam Transparansi Anggaran Gambar B.3 adalah 81-100 yang berarti responden meyakini sangat penting terhadap aspekaspek dalam transparansi anggaran. Seluruh skor di atas 81 dimana rata-rata skor tertinggi adalah pada aspek ketersediaan akses informasi dan rata-rata skor terendah adalah pada aspek publikasi dokumen. Rata-rata skor yang relatif tinggi tersebut dapat dipengaruhi secara tidak langsung oleh pengetahuan responden terhadap akses informasi dan dokumen, walaupun rata-rata adalah kurang tahu namun responden tetap mengganggap itu sebuah hal yang Sangat Penting. Beberapa responden menyebutkan bahwa aspekaspek tersebut merupakan sesuatu hal yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Batang yang mana hal tersebut merupakan hak yang dimiliki oleh responden tersebut. 6

B.4 Penilaian Responden terhadap pelaksanaan aspek-aspek dalam Transparansi Anggaran Gambar B.4 adalah 61-80 yang berarti responden menilai Baik terhadap pelaksanaan aspekaspek dalam transparansi anggaran, kecuali pada aspek ketersediaan akses informasi yang memperoleh skor 82 atau berarti Sangat Baik. Rata-rata skor yang belum sangat tinggi tersebut dipengaruhi juga oleh pengetahuan responden terhadap akses informasi dan dokumen yang walaupun rata-rata adalah kurang tahu namun beberapa responden menyebutkan bahwa sudah ada semangat yang baru dalam transparansi anggaran oleh Pemerintah Kabupaten Batang sehingga responden mengapresiasi semangat tersebut, tetapi responden juga merasa bahwa apa yang dilaksanakan tersebut belum maksimal, entah itu kelemahan dari Pemerintah, atau kelemahan dari responden itu sendiri karena kurang tahunya pengetahuan terhadap akses informasi dan dokumen 7

B.5 Kesetujuan Responden terhadap implikasi-implikasi dalam Transparansi Anggaran Gambar B.5 adalah 81-100 yang berarti responden menyatakan sangat setuju terhadap implikasi-implikasi dalam transparansi angaran. Seluruh skor adalah diatas 81 dimana skor tertinggi adalah pada implikasi keterbukaan informasi dan skor terendah adalah pada implikasi mencegah korupsi. Rata-rata skor relatif tinggi namun belum maksimal tersebut dapat dipengaruhi oleh pengetahuan responden terhadap akses informasi dan dokumen serta keyakinan dan penilaian responden terhadap pelaksanaan aspek-aspek transparansi anggaran yang walaupun kurang tahu namun responden tetap merasa sangat penting dan baik sehingga hal tersebut dapat menjadi harapan dalam mewujudkan implikasi-implikasi transparansi anggaran tersebut. 8

B.6 Sikap Responden terhadap adanya Transparansi Anggaran Gambar B.6 adalah 81-100 yang berarti responden menyatakan sangat dukung terhadap sikapsikap transparansi angaran. Seluruh skor adalah diatas 81 dimana skor tertinggi adalah pada sikap tidak boleh menyalahgunakan anggaran dan skor terendah adalah pada sikap masyarakat wajib menuntut hak Rata-rata skor relatif tinggi namun belum maksimal seluruhnya tersebut dapat dipengaruhi oleh pengetahuan responden terhadap akses informasi dan dokumen serta keyakinan dan penilaian responden terhadap pelaksanaan aspekaspek transparansi anggaran yang walaupun kurang tahu namun responden tetap merasa sangat penting dan baik sehingga hal tersebut dapat menjadi pertimbangan utama responden dalam menentukan sikap adanya transparansi anggaran di Pemerintah Kabupaten Batang. 9

C. PENUTUP Rata-rata pengetahuan responden terhadap akses informasi yang disediakan adalah kurang tahu, sedangkan rata-rata pengetahuan responden terhadap dokumen dalam pengelolaan anggaran adalah juga kurang tahu. Dengan pengetahuan responden terhadap akses informasi dan dokumen dalam pengelolaan anggaran yang rata-rata adalah kurang aktif, namun rata-rata responden tetap meyakini sangat penting terhadap aspek-aspek dalam transparansi anggaran dan juga rata-rata responden juga menilai Baik terhadap pelaksanaan aspek-aspek dalam transparansi anggaran. Dengan rata-rata keyakinan dan penilaian responden terhadap pelaksanaan aspek-aspek transparansi anggaran adalah sangat penting dan baik, rata-rata responden menyatakan sangat setuju terhadap implikasiimplikasi dalam transparansi anggaran dan rata-rata responden juga menyatakan sangat mendukung terhadap sikap-sikap adanya transparansi anggaran. REFERENSI Klitgaard, Robert, Ronald Maclean-Abaroa, H. Lindsey Paris. 2005. Penuntun Pemberantasan Korupsi dalam Pemerintahan Daerah. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia. Kurniawan, Ardeno. 2015. Korupsi di Indonesia : Keuangan Negara, Birokrasi dan Pengendalian Intern. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. Labolo, Muhadam. 2015. Dinamika Politik dan Pemerintahan Lokal. Bogor : Ghalia Indonesia. Sedarmayanti. 2007. Good Governance dan Good Corporate Governance. Bandung : Mandar Maju. Tahir, Arifin. 2004. Kebijakan Publik dan Transparansi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Bandung : CV Alfabet. 10