Pengaruh Penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang Nia Kurniatillah* Abstrak Penanaman nilai-nilai PHBS salah satunya Perilaku CTPS di sekolah merupakan kebutuhan mendasar untuk menjaga, meningkatkan dan melindungi anak sekolah. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengetahuan, sikap maupun praktik siswa kelas V tentang CTPS. Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental dengan rancangan one group pre test and post test. Sampel menggunakan total sampling sejumlah 60 orang siswa kelas V. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian penyuluhan terhadap variabel pengetahuan, sikap dan praktek CTPS masing-masing sebesar 0.000 (p 0,05), 0.047 (p 0,05), dan 0.000 (p 0,05). Kesimpulannya bahwa terdapat pengaruh pemberian penyuluhan terhadap pengetahuan, sikap dan praktik CTPS. Saran dalam penelitian ini adalah meningkatkan peran guru dan kepala sekolah dalam memberikan role model yang baik, termasuk siswa senantiasa mempraktikkan pengetahuan dan perilaku CTPS di sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari. Kata Kunci: CTPS, PHBS, SD. Abstract The investment values of PHBS including CTPS Behaviour in the school is an absolute necessity to maintain, improve and protect student. The aim of research is to determine the knowledge, attitude and practice of V grade students about CTPS. This research used a quasi-experimental design with the design of one group pre test and post test, the research sample are total population of 60 student of V grade it was conducted in October-November 2016. The results showed that there is an effect of the variable knowledge, attitude and practice CTPS, each p value are 0.000 (p 0,05), 0047 (p 0,05), and 0.000 (p 0,05). It can be concluded that there is the effect of health education on knowledge, attitude and practice CTPS. Suggestions in this study is increasing the role of teachers and headmaster with good principals in providing examples of good models, including students constantly practice the knowledge and handwashing behavior at school and at daily activities. Keywords: CTPS, Elemantary School, PHBS. * Akademi Kebidanan BPH Serang, Jalan Raya Taktakan KM. 1 Drangong Taktakan Serang (kurniatillah@gmail.com) 153
Faletehan Health Journal - Vol. 4 nomor 2, Maret 2017 Pendahuluan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) adalah perilaku cuci tangan dengan menggunakan air bersih yang mengalir dan sabun 1. Perilaku CTPS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak untuk menjaga, meningkatkan dan melindungi anak sekolah. Perilaku cuci tangan pakai sabun belum menjadi perilaku higienis di Indonesia termasuk anak usia sekolah. Penanaman nilai-nilai PHBS salah satunya adalah pembinaan PHBS di Sekolah yang dilaksanakan atas dasar Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Lingkungan Sekolah bahwa setiap sekolah harus melakukan upaya promosi higiene dan sanitasi yang dapat dilaksanakan secara langsung melalui media cetak maupun elektronik 2. Lokasi penelitian yaitu SDN Taman Kota Serang termasuk kedalam Kelurahan Taktakan yang lingkungan masyarakatnya memiliki kasus diare tertinggi dibandingkan dengan kelurahan lain yaitu sebanyak 306 kasus. Cakupan sanitasi dasar pada Puskesmas Taktakan pada tahun 2015 masih menunjukkan angka dibawah 60%, termasuk masih rendahnya cakupan PHBS yaitu 34%. 3 Selain itu lokasi SDN Taman Kota Serang terletak di daerah perkampungan yang masih terdapat masyarakat yang berperilaku Buang Air Besar di sembarang tempat sehingga berpotensi membawa vektor penyakit di daerah tersebut. Jika tidak tertanggulangi dengan baik maka akan menimbulkan berbagai penyakit yang menyerang masyarakat sekitar termasuk murid Sekolah Dasar. Cuci tangan pakai sabun diharapkan dapat menjadi pencegahan dengan meminimalisir penularan penyakit. Hal ini diharapkan akan menjadi faktor yang akan mempermudah perilaku dan kebiasaan CTPS pada murid Sekolah Dasar tersebut. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun terbukti secara ilmiah efektif untuk mencegah penyebaran penyakit-penyakit menular seperti diare, Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) dan Flu Burung 4. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan, sikap maupun praktik siswa kelas V SD Taman Kota Serang tentang CTPS. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental dengan perlakuan melakukan praktik langsung CTPS pada siswa, rancangan one group pre test and post test 7,8. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober-November 2016. Sampel penelitian total populasi sebanyak 60 siswa kelas V SDN Taman Kota Serang. Sumber data primer dengan analisis data uji paired t-test dan uji independent t-test. Hasil dan Pembahasan Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Praktik Hasil penelitian tentang pengetahuan, sikap dan praktik cuci tangan pakai sabun sebelum dan setelah penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 1. Terdapat peningkatan sebesar 43,3% pada responden mengenai pengetahuan yang baik setelah mendapatkan penyuluhan mengenai CTPS yaitu 16 responden dengan pengetahuan baik sebelum penyuluhan menjadi 42 responden setelah penyuluhan. Hal ini disebabkan karena siswa telah mengalami proses untuk mengetahui, dan mencari informasi 9. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa ada peningkatan pengetahuan yang signifikan antara sebelum dan setelah penyuluhan kesehatan pada siswa SD 10. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan, baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal. Melalui penyuluhan CTPS anak diharapkan mendapat pengetahuan tentang pentingnya mencuci tangan menggunakan sabun sehingga diharapkan anak tahu, bisa menilai, bersikap dan mempraktikkan kebiasaan CTPS ini sehingga tercipta perilaku mencuci tangan pakai sabun. Terdapat peningkatan sebesar 18% pada responden mengenai sikap yang baik setelah mendapatkan penyuluhan mengenai CTPS yaitu 24 responden dengan sikap baik sebelum penyuluhan menjadi 35 responden setelah penyuluhan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa ada peningkatan sikap yang siginifikan setelah diberikan pendidikan kesehatan pada siswa SD Sinoman Pati 3. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Penyuluhan yang diberikan kepada 154
responden diharapkan dapat meningkatkan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, terbukti bahwa pemberian penyuluhan PHBS tentang mencuci tangan memiliki makna dan pengaruh positif terhadap responden. Pada penelitian ini ada beberapa faktor yang memungkinkan mempengaruhi sikap responden diantaranya yaitu pengaruh guru dan peneliti yang telah memberikan suatu contoh sikap CTPS yang baik pada waktu penyuluhan, juga pengaruh media massa yang beragam dan interaktif dalam penyuluhan menarik minat responden untuk bersikap lebih baik, serta pada saat praktik CTPS berlangsung seluruh responden terlihat bahagia dan semangat dikarenakan kegiatan tersebut dilakukan secara bersama-sama hal ini mempengaruhi emosional siswa sehingga meningkatkan sikap CTPS yang baik pada seluruh responden. Tabel 1: Pengetahuan, Sikap dan Praktik CTPS Sebelum dan Setelah Penyuluhan Pada Siswa Kelas V SDN Taman Kota Serang Tahun 2016 Sebelum dan Sesudah Penyuluhan F (%) F (%) Pengetahuan Kurang Baik 44 73.3 18 30 Baik 16 26.7 42 70 Sikap Kurang Baik 36 60 25 41.7 Baik 24 40 35 58.3 Praktik Kurang Baik 55 91.7 16 26.7 Baik 5 8.3 44 73.3 Jumlah 60 100 60 100 Peningkatan (%) 43.3 18.3 65 Tabel 2 : Pengaruh CTPS terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik pada siswa kelas V di SDN Taman Kota Serang Tahun 2016 M SD SE Pd Pv Pengetahuan Sebelum Penyuluhan 3.13 0.45 0.058 Setelah Penyuluhan 4.93 0.46 0.060 Sikap Sebelum Penyuluhan 23.4 0.50 0.064 Setelah Penyuluhan 31.85 0.50 0.064 Praktik Sebelum Penyuluhan 0.08 0.279 0.036 Setelah Penyuluhan 0.73 0.446 0.058 5.407 0.000 2.026 0.047 10.468 0.000 155
Faletehan Health Journal - Vol. 4 nomor 2, Maret 2017 Hasil penelitian tentang praktek mengalami peningkatan sebesar 65% sebelum dan sesudah mendapatkan penyuluhan. Sebelum mendapatkan penyuluhan sebanyak 5 responden praktek yang baik menjadi 44 responden dengan praktek baik sesudah mendapatkan penyuluhan. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa ada peningkatan praktik Cuci Tangan Pakai Sabun setelah dilakukan promosi kesehatan pada siswa kelas V 11. Hal ini dapat dimungkinkan karena responden belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang CTPS sebelumnya, serta aplikasi CTPS siswa di sekolah dan di rumah yang kurang maksimal, berbanding terbalik dengan proporsi setelah dilakukan penyuluhan CTPS, yaitu responden yang mempunyai praktik CTPS baik lebih banyak dibandingkan dengan responden yang mempunyai praktik kurang baik. Pengaruh Pemberian Penyuluhan PHBS Hasil penelitian pada tabel 2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pengetahuan mengenai CTPS sebelum dilakukan penyuluhan adalah 3.13, setelah penyuluhan sebesar 4.93, dengan perbedaan sebesar 5.407. Hasil uji statistik paired t-test menunjukkan nilai p value sebesar (0.000) < 0.05, hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengetahuan mengenai CTPS sebelum dan setelah penyuluhan. Nilai rata-rata sikap mengenai CTPS sebelum dilakukan penyuluhan adalah 23.4, sedangkan setelah dilakukan penyuluhan diperoleh nilai rata-rata sikap sebesar 31.85, dengan perbedaan sebesar 2.026. Hasil uji statistik paired t-test menunjukkan nilai p value sebesar (0.047) < 0.05, hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sikap mengenai CTPS sebelum dan setelah penyuluhan. Nilai rata-rata praktik CTPS sebelum dilakukan penyuluhan adalah 0.08, sedangkan setelah dilakukan penyuluhan diperoleh nilai ratarata praktik sebesar 0.73, dengan perbedaan sebesar 10.468. Hasil uji statistik paired t-test menunjukkan nilai p value sebesar (0.000) < 0.05, hal ini membuktikan pula bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara praktik CTPS sebelum dan setelah penyuluhan. Studi penelitian menemukan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku mencuci tangan pada siswa SD 5. Penelitian lain menemukan perbedaan yang signifikan antara perilaku sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan mencuci tangan pada anak usia sekolah 6. Faktor predisposisi yang mencakup pengetahuan, sikap, keyakinan, dan persepsi, berkenaan dengan motivasi seseorang atau kelompok untuk bertindak 12. Penelitian ini didapatkan bahwa penyuluhan PHBS yang telah diberikan berpengaruh terhadap perubahan perilaku, sikap dan praktik dari sebelum dan sesudah intervensi menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa ada pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap CTPS pada anak SD 13. Keberhasilan penyuluhan tersebut juga disebabkan adanya peran penting seorang guru, dimana guru dapat mempengaruhi perilaku anak dalam memelihara kesehatannya. Guru dapat berperan sebagai konselor, pemberi instruksi, motivator, manajer, dan model dalam menunjukkan sesuatu yang baik misalnya dalam perilaku hidup bersih dan sehat 14. Kesimpulan dan Saran Ada pengaruh pemberian penyuluhan PHBS tentang Cuci Tangan Pakai Sabun terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Cuci Tangan Pakai Sabun pada siswa kelas V di SDN Taman Kota Serang Tahun 2016. Saran untuk SDN Taman Kota Serang dalam rangka memenuhi Rasio kebutuhan sarana cuci tangan yang memadai dan pemeliharaan serta pengawasan sarana yang berkelanjutan dengan melibatkan seluruh siswa di bawah pembinaan guru di sekolah dan meningkatkan peran guru dan kepala sekolah sebagai role model yang baik dalam penerapan perilaku CTPS. Sedangkan saran bagi siswa sekolah dasar senantiasa mempraktikkan pengetahuan dan perilaku CTPS yang benar, terutama di sekolah maupun di rumah dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memberikan contoh bagi keluarga dan adik-adik kelasnya, dengan demikian terbina kebiasaan hidup bersih dan sehat. Referensi 1. Permenkes RI. Permenkes RI Nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. 2014. 156
2. Kemenkes RI. Kepmenkes Nomor 1429/MENKES/SK/XII/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan di Lingkungan Sekolah, Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2006. 3. Puskesmas Taktakan. Profil Kesehatan Puskesmas Taktakan Tahun 2015. Serang: Puskesmas Taktakan. 2015 4. Depkes. Buku Panduan Peringatan Hari Cuci Tangan Sedunia, Ketiga. Jakarta. Tersedia dari: www.depkes.go.id. 2010. 5. Endang Zulaicha S, & Mega Hadiatama. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku Mencuci Tangan Siswa Sekolah Dasar. Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah. Hal 145-149. Tersedia dari: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=98526&val=426. 2013. 6. Risna Maliq Zain. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Mencuci Tangan Terhadap Perilaku mencuci Tangan Pada Anak Usia Sekolah di SD Negeri Sinoman Pati. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang. 2010. 7. Arikunto, S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI.Jakarta: Rineka Cipta. 2006. 8. Sugiono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2007. 9. Bakhtiar, A. Filsafat Ilmu Edisi 1, Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2005. 10. Sumarni. Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dan perilaku cuci tangan yang benar pada siswa SD Inpres Baraya 1 Kota Makassar. Sulawesi Selatan: STIKes Tanawali Persada Takalar. 2013. 11. Dewi, L. Pengaruh Intervensi Promosi KesehatanTerhadap Pengetahuan, Sikap Dan Praktek Cuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa Kelas 5Di SDN Pengasinan IV Kota Bekasi Tahun 2012. Depok: Universitas Indonesia. 2012. 12. Notoadmojo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: RinekaCipta. 2007. 13. Wati, R. Pengaruh Pemberian Penyuluhan PHBS tentang Mencuci Tangan terhadap Pengetahuan dan Sikap Mencuci Tangan Pada Siswa KelasV di SDN Bulukantil. Surakarta: universitas Sebelas Maret. 2011. 14. Natalina, H. Peran Petugas Kesehatan, Guru dan Orang Tua Dalam Pelaksanaan UKGS dengan Tindakan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Murid Sekolah Dasar di Kota Medan Tahun 2009. Sumatra Utara: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan. 2009. 157