BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I Pendahuluan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. budaya. Pada dasarnya keragaman budaya baik dari segi etnis, agama,

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB IV ANALISIS DATA. Bahwasanya kehidupan di dunia ini pada kodratnya diciptakan dalam bentuk yang

BAB I Pendahuluan UKDW

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW. Bab I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika

BAB I PENDAHULUAN. umum dikenal dengan masyarakat yang multikultural. Ini merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya.

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober

Gereja dan Toleransi Beragama (Usaha GBKP Semarang dalam mewujudkan Toleransi antar umat beragama) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman yang sangat kompleks. Masyarakat dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan

BAB IV ANALISIS TERHADAP TERJADINYA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA. A. Pemahaman Masyarakat Tentang Kerukunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hidup Menggereja Kontekstual, (Yogyakarta : 2001), p. 28.

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. satu negara multikultural terbesar di dunia. Menurut (Mudzhar 2010:34)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

Bab 1 PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

UKDW. Bab I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. lain, mulai dari lingkungan lokal (keluarga) sampai ke lingkungan sosial luar (masyarakat).

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

Bab I PENDAHULUAN. Bdk Abun Sanda, Pemerintah Blum Adil Pada Rakyatnya Sendiri, Kompas, 14 Desember hl. 1 dan Bdk Sda

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I. PENDAHULUAN. hakikat suku bangsa, agama, ras dan golongan dalam masyarakat juga memiliki latar

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dr. Harun, Iman Kristen (Jakarta: PT.BPK Gunung Mulia), 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TUGAS AKHIR PANCASILA BUKAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

Itu? Apakah. Pernikahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Fredrike Bannink, Handbook Solution-Focused Conflict Management, (Gottingen: Hogrefe Publishing, 2010) 2

BAB IV ANALISIS PERAN ORGANISASI PEMUDA DALAM MEMBINA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

BAB IV ANALISIS UPAYA DAN KENDALA REKONSILIASI KONFLIK PORTO-HARIA. Dengan mencermati realita konflik yang terjadi di Negeri Porto-Haria,

A. PERMASALAHAN DAN ALASAN PEMILIHAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Amin Abdullah, studi mengenai agama-agama ini bertujuan untuk

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Emily Pia & Thomas Diez, Conflict and Human Rights: A Theoretical Framework, SHUR Working Paper Series, 1/07, 2007, h. 1.

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

5 Bab Empat. Penutup. Dalam bab empat ini akan dibahas mengenai kesimpulan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengaruh Perilaku Konsumtif terhadap Identitas Diri Remaja UKDW

PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

Bab I Pendahuluan UKDW

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan, agama dan kepercayaan, maupun dilihat dari gereja-gereja yang hidup di dalamnya. Keanekaragaman itu pasti suatu yang sangat indah, tetapi sekaligus mendatangkan potensi konflik bahkan perpecahan. Pemahaman yang salah terhadap keberanekaragaman akan dapat menimbulkan konflik dan perpecahan. Konflik dan perpecahan itu semakin fatal jika sumber konflik dan perpecahan itu adalah agama. Hal itu bukan hanya karena orang sangat sensitif terhadap persoalan agama. Tetapi lebih dari pada itu, persoalan agama melewati batas-batas suku, bangsa, bahkan negara. Hal inilah yang mewarnai keprihatinan-keprihatinan yang terjadi di bumi Indonesia akhir-kahir ini, dimana agama tidak lagi menjadi sumber kerukunan dan cinta kasih tetapi justru menjadi sumber pertikaian dan disintegrasi bangsa. 1 Tidak jarang terdengar adanya konflik dan kekerasan terjadi di negara Indonesia. Sudah cukup banyak daerah yang menjadi arena konflik, mulai Aceh, Ambon, Poso hingga Papua. Daerah-daerah di Jawa Timur juga tidak luput dari konflik, seperti yang pernah terjadi di Situbondo. Salah satu penyebab dari konflik tersebut adalah agama. Artinya, keberadaan agama bisa menciptakan sebuah peluang yang dapat menimbulkan konflik. Dengan demikian, agama memiliki kontribusi dalam proses terjadinya konflik. Karena agama merupakan faktor yang mudah untuk menimbulkan konflik maka seringkali ada pihak-pihak yang menghembuskan isu agama untuk membuat daerah tertentu yang memiliki masyarakat majemuk dari segi agama saling bertikai. Namun di Desa Maron, Srengat Blitar perbedaan agama tidak membuat mereka terlibat dalam konflik seperti di daerah lain. Walaupun memiliki agama yang berbeda, ternyata warga Desa Maron bisa hidup berdampingan secara damai. Mereka hidup rukun dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Fenomena ini menjadi menarik jika dilihat dalam konteks kehidupan sosial kemasyarat yang berbeda, tetapi dapat hidup dengan rukun dan damai. Hal tersebut merupakan fenomena yang menarik untuk dicermati sehingga dapat dijadikan contoh bagi hubungan antar warga yang berbeda agama bisa menjaga kerukunan. 1 Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.56 (2000) p. 67. 1

Sebagai umat Kristen hendaklah senantiasa berdasarkan kasih menghormati pemeluk agama lain. Dengan penghormatan tersebut dan memegang prinsip-prinsip hidup bersama, diharapkan dapat tercipta kerukunan antar umat beragama. Prinsip-prinsip hidup bersama dalam keaneka ragaman masyarakat majemuk tersebut adalah: yang pertama, kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa kita telah diciptakan beragam dalam banyak perkara dan belajar hidup dalam keaneragaman. Keaneragaman itu bukan dosa, keaneragaman itu berkat. Keaneka ragaman itu bukan hanya keperbedaan, tetapi keunikan. Karena itu kita tidak perlu memaksa diri untuk menjadi seragam, padahal kenyataan kita memang beda. 2 Dengan memahami bahwa kita adalah beda maka diharapkan umat Kristen bisa menghormati keanekaragaman pemeluk agama lain. Yang kedua, adalah karena kita diciptakan berbeda dan unik maka, itu berarti kita tidak diciptakan yang satu diciptakan lebih baik dari yang lain. Karena itu setiap orang bahkan setiap agama tidak punya hak untuk mengklaim bahwa dirinya yang paling baik dan benar. 3 Sedangkan dasar yang bisa dipakai dalam hubungan antar umat beragama adalah kisah penciptaan yang terdapat di dalam kitap suci. Dalam kisah penciptaan, sesudah Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama, Allah menempatkan manusia di taman Eden dan berfirman. Katanya Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja, Aku akan menjadikan penolong yang sepadaan dengan dia (Kejadian 2:28). Diciptakannya manusia laki-laki dan perempuan adalah awal dari keanekaragaman dalam kehidupan manusia. Hal itu dilakukan semata-mata demi kebaikan dan kesejahteraan manusia, agar hidup saling berdampingan dan saling menolong. Dari kedua insan itu tercipta bangsa-bangsa di bumi (kej 4:17-26 bdk. 5:1-32; 10:1-32) dengan suku bangsa, tempat tinggal, adat-istiadat, spiritualitas atau religiositas (4:26) yang berbeda-beda dan saling melengkapi. Ada kelompok petani/peternak (ay. 20), pemain suling dan kecapi (ay. 21), tukang besi dan tembaga (ay. 22). Dari situ jelas bahwa keanekaragaman itu adalah suatu yang baik serta merupakan kehendak Allah terhadap hidup manusia. Penyusun tidak membayangkan betapa membosankannya hidup ini jika isinya hanya manusia laki-laki dan perempuan saja. Untuk itu GKJW sebagai gereja yang berada di tengah-tengah masyarakat yang beragam perlu memperhatikan dasar dan prinsip-prinsip kerukunan ini. Karena GKJW di tengah arus 2 Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan Dalam Masyarakat Yang Beranekaragam Gema Duta Wacana Vol.56 (2000) p. 74 3 Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan Dalam Masyarakat Yang Beranekaragam Gema Duta Wacana Vol. 56 (2000) p. 74 2

kehidupan dunia yang maju dengan pesat, yang disebut era Globalisasi, GKJW tidak mungkin eksklusif atau menyendiri demi mempertahankan citra kecantikanya. Sebagai warga gereja yang berada di wilayah Jawa Timur, GKJW merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia, maka mustahil secara individual, atau sendirian GKJW mewujudkan visi dan misi di tengah masyarakat yang majemuk. Maka perlu menggalang kerja sama secara oikumenis, antar golongan, antar suku bangsa dan lintas agama. 4 Maka untuk mengadakan kerja sama dengan agama lain diperlukan sikap hidup yang mengrhormati agama lain. Dengan sikap hidup sehari-hari yang mau bekerja sama dengan agama lain maka gereja mempunyai peranan yang besar untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Dengan sikap warga gereja yang mau bergaul dan bekerja sama dengan warga masyarakat yang beragama lain, dalam hal ini agama Islam maka diharapkan peluang untuk terjadinya benturan antar umat beragama dapat di hindari. Kemajemukan merupakan realitas yang tak terpungkiri. Di tengah kemajemukan itulah GKJW diutus oleh Tuhan untuk bertumbuh, berkembang dan berkarya. 5 Dengan menyadari hal ini maka GKJW pada umumnya dan GKJW Jemaat Maron khususnya dapat menghayati peran mereka sebagai pembawa kasih, kebenaran, keadilan, damai sejahtera bagi masyarakat, bangsa dan negara seperti yang tertulis dalam Tata Gereja GKJW tahun 1996 Bab 11 Pasal 4 yang secara eksplisit memuat bagaimanakah panggilan GKJW itu. Ayat 1 berbunyi : Greja Kristen Jawi Wetan dipanggil oleh Tuhan Allah untuk ikut serta untuk merencanakan karyanya di dunia ini. Ayat 2 berbunyi: Greja Kristen Jawi Wetan dipanggil oleh Tuhan Allah untuk juga bertanggung-jawab atas pemberlakuan kasih, kebenaran, keadilan, damai sejahtera bagi masyarakat, bangsa dan negara. 6 B. Permasalahan Berdasarkan apa yang telah penyusun paparkan di atas, mengenai bagaimana agama mempunyai peranan dalam menciptakan suatu kedamaian, tetapi agama juga berpotensi besar menciptakan konflik. Maka penyusun berusaha untuk meneliti lebih lanjut bagaimana 4 Dewan Pembinaan Teologi Greja Kristen Jawi Wetan, Sayalah GKJW Materi Katekisasi Sidi Greja Kristen Jawi Wetan, Malang, 2007, p. 30. 5 Dewan Pembinaan Teologi Greja Kristen Jawi Wetan, Sayalah GKJW Materi Katekisasi Sidi Greja Kristen Jawi Wetan, Malang, 2007, p. 31. 6 Dewan Pembinaan Teologi Greja Kristen Jawi Wetan, Sayalah GKJW Materi Katekisasi Sidi Greja Kristen Jawi Wetan, Malang, 2007, p. 137. 3

hubungan antar umat beragama di Desa Maron berlangsung. Dalam kehidupan sehari-sehari tentu saja terdapat faktor-faktor yang membuat hubungan antar agama di Desa Maron dapat berlangsung, baik dari umat Kristen maupun dari umat Islam. Karena kedua belah pihak tersebut mempunyai pernan penting utuk menjaga hubungan antar umat beragama ini supaya tetap berjalan dengan baik. Menarik untuk dilihat mengapa kerukunan antar umat beragama bisa terjadi di suatu tempat, namun sulit tercipta di daerah lain. Sehingga jika faktor-faktor yang dapat mempererat tali kerukunan antar umat beragama tersebut dapat diketahui, maka diharapan faktor-faktor tersebut bisa dikembangkan di tempat lain yang mempunya riwayat sering terjadi konflik antar umat beragama. Sehingga daerah lain yang sering mengalami konflik dapat diharapkan hidup secara harmonis kembali, serta diharapkan semakin hari kerukunan umat beragama dapat terjalin secara mendalam. Dengan demikian, permasalahan yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian skripsi ini adalah: 1. Bagaimana pemahaman warga Desa Maron terhadap agama lain? 2. Faktor pendukung dan penghambat relasi Kristen dan Islam di Desa Maron? 3. Teologi agama macam apa yang menjadi dasar kerukunan dan kebersamaan dalam masyarakat yang pluralistis 7? C. Batasan Masalah Permasalahan skripsi ini dibatasi dalam hal : Pluralitas yang dimaksudkan di sini hanya mengacu pada dua agama, yakni agama Kristen Protestan (GKJW Maron) dan Islam. D. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Menggali bagaimana pemahaman warga Desa Maron memandang agama lain. 7 Pluralistis: bersifat majemuk (Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008) p.883) 4

2. Menggali faktor pendukung dan penghambat terciptanya kerukunan antara umat Islam dan Kristen di Desa Maron. 3. Memberikan tinjauan teologis terhadap relasi umat Kristen dan Islam di Desa Maron. E. Judul Skripsi Berdasakan permasalahan yang telah diuraikan di atas, penyusun mengajukan skripsi dengan judul: RELASI KRISTEN ISLAM DI DESA MARON, SRENGAT BLITAR (Tinjauan Teologis) F. Metode Penulisan Dalam rangka mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyusun skripsinya nanti, penyusun mengunakan metode penulisan deskriptif analitis. Penyusun mengumpulkan datadata mengenai bagaimana warga GKJW Jemaat Maron memandang agama Islam, faktor pendukung terciptanya kebersamaan di Desa Maron. Kemudian penyusun menganalisa datadata tersebut sehingga dapat mengusulkan teologi macam apa yang diperlukan demi terciptanya kerukunan dan kebersamaan dalam masyarakat yang pluralistis. Penyusun menggunakan dua macam penitian, yaitu penelitian lapangan dan studi pustaka. Adapun metode penelitian yang dipakai penyusun adalah metode penelitian kualitatif. Yang artinya penelitian ini memfokuskan penelitian dengan melibatkan pendekatan interpretatif wajar terhadap setiap pokok permasalahan. Dalam penelitian ini, penyusun menggunakan metode etnometodologi, yakni pendekatan yang lebih menekankan pada usaha peneliti untuk dapat mengerti bagaimana orang atau sekelompok orang memandang dan merumuskan struktur di dalam dunia kehidupannya sehari-hari. 8 Pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik, yaitu : 1. Observasi berperan aktif Teknik observasi berperan aktif yang dilakukan oleh penyusun adalah dengan cara tinggal di tengah-tengah Desa Maron, Srengat Blitar. Dengan ikut tinggal bersama, penyusun dapat mengikuti dan berperan serta dalam berbagai kegiatan dan aktivitas yang 8 H. B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian (Surakarta : Sebelas Maret Universitas Press, 2002) p. 29-30. 5

dilakukan di Desa Maron. Dengan teknik ini, penyusun dapat masuk di tengah-tengah komunitas warga desa dan dapat menggali bagaimana warga GKJW Jemaat Maron memandang agama Islam. Dan menggali faktor apa saja yang menjadi pendukung kerukunan dan kebersamaan di Desa Maron. 2. Kuesioner Selain teknik observasi penyusun juga menggunakan teknik kuesioner di dalam pengambilan data bagi penelitian ini guna melengkapi data-data yang diperoleh dari hasil observasi, serta sebagai dasar penulis untuk melakukan wawancara lebih lanjut kepada para responden. 3. Wawancara Teknik wawancara yang dilakukan oleh penyusun adalah wawancara terbuka dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab oleh responden sesuai dengan pemahaman yang mereka miliki. Yang penyusun pilih untuk diwawancarai dalam penelitian ini adalah mereka yang penyusun anggap memiliki pengaruh bagi warga Desa Maron, seperti para tokoh agama Kristen maupun Islam, pamong desa. Serta para warga biasa. G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penyusun menjabarkan : latar belakang permasalahan, permasalahan, judul, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II DESKRIPSI UMUM DESA MARON Dalam bab ini penyusun menjabarkan tentang sejarah Desa Maron dan kondisi desa Maron secara umum. BAB III HASIL PENELITIAN FAKTOR PENDUKUNG RELASI UMAT KRISTEN DAN ISLAM DI DESA MARON, SRENGAT BLITAR, DAN ANALISANYA Dalam bab ini penulis menyajikan data-data hasil penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor pendukung relasi Kristen dan Islam di Desa Maron, Srengat- Blitar, dan kemudian memaparkan analisanya. 6

BAB IV HASIL PENELITIAN FAKTOR PENGHAMBAT RELASI UMAT KRISTEN DAN ISLAM DI DESA MARON, SRENGAT BLITAR, DAN ANALISANYA Dalam bab ini penulis menyajikan data-data hasil penelitian yang berkaitan dengan faktor-faktor penghambat relasi Kristen dan Islam di Desa Maron, Srengat-Blitar, dan kemudian memaparkan analisanya. BAB V TINJAUAN TEOLOGIS Dalam bab ini penyusun melihat teologi macam apa yang dapat dijadikan dasar hidup rukun dalam masyarakat yang pluralistis. BAB VI PENUTUP Pada bab ini penyusun mencoba menarik kesimpulan dari seluruh pembahasan skripsi ini, sehingga diharapkan dalam bab ini akan diketahui secara jelas permasalahan yang akan dibahas di dalam skripsi ini. Dari kesimpulan yang diperoleh, penyusun dapat memberikan saran-saran yang membangun demi tetap terciptanya kerukunan dan kebersamaan di tengah masyarakat yang plurali 7