14 4.1 Tinggi Tanaman Caisim BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada lampiran 1a sampai dengan lampiran 1d perlakuan media tanam hidroponik berbeda nyata pada semua waktu pengamatan hal ini disebabkan karena perbedaan dari kandungan hara yang ada di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem hidroponik yang menggunakan sekam bakar menunjukan perbedaan yang signifikan ini dikarenakan Sekam bakar mengandung SiO2 (52%), C (31%), K (0.3%), N (0,18%), F (0,08%), dan kalsium (0,14%). Selain itu juga mengandung unsur lain seperti Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam jumlah yang kecil serta beberapa jenis bahan organik. Kandungan silikat yang tinggi dapat menguntungkan bagi tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit akibat adanya pengerasan jaringan. Sekam bakar juga digunakan untuk menambah kadar Kalium dalam tanah (www.gagaspertanian.com 2011) Tabel 1. Rataan tinggi tanaman Caisim (cm) Selama Pengamatan Rataan tinggi caisim (cm) Perlakuan Tanah 16,80 e 24,12 e 30,42 e 37,10 e Sekam Bakar 14,82 d 20,56 d 27,22 d 34,76 d Pasir 11,18 c 17,54 c 24,34 c 33,16 c Batu Bata 9,72 b 15,50 b 22,40 b 29,14 b Serbuk Kayu 8,16 a 14,08 a 19,20 a 25,74 a BNT 5 % 0,004 0,015 0,019 0,018 Ket : Angka- angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman pada uji BNT taraf 5 %
Tinggi Tanaman ( cm ) 15 Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Selama Pengamatan 40 35 30 25 20 15 10 5 Tanah Sekam Bakar Pasir Batu Bata Serbuk Kayu 0 Hasil uji BNT 5% pada Tabel 1 menunjukkan bahwa sejak umur 2 MST, 4 MST, 6 MST, sampai dengan 8 MST, masing-masing perlakuan memberikan pengaruh yang nyata. Perlakuan dengan sistem media tanam hidroponik yang menggunakan sekam bakar menunjukkan hasil yang lebih tinggi dan berbeda dengan perlakuan lainnya pada pertumbuhan tinggi tanaman, walaupun kontrol (tanah) masih memberikan hasil yang lebih baik. 4.2 Jumlah Daun Caisim Hasil pengamatan analisis sidik ragam pada lampiran 2a sampai dengan 2d menunjukan bahwa perlakuan berbeda nyata pada semua waktu pengamatan jumlah daun pada saat umur 2 MST, 4 MST, 6 MST dan 8 MST. Rataan jumlah daun tertinggi terdapat pada perlakuan dengan sistem media tanam hidroponik yang menggunakan sekam bakar yaitu : 2 MST (3,50), 4 MST (8,70), 6 MST (14,70), 8 MST (17,40). Sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan dengan sistem hidroponik yang menggunakan media tanam serbuk kayu, yaitu: 2
Jumlah Daun 16 MST (3,10), 4 MST (6,60), 6 MST (11,90), 8 MST (13,70). Rataan jumlah daun tanaman sawi pada setiap pengamatan disajikan pada Tabel 2 dan Gambar 2 berikut ini. Tabel 2. Rataan Jumlah Daun Tanaman Sawi Hijau (Helai ) Selama Pengamatan Perlakuan Rataan Jumlah Daun Tanah 4,00e 9,00e 16,00e 19,80e Sekam Bakar 3,50d 8,70d 14,70d 17,40d Pasir 3,50c 7,80c 13,10c 16,80c Batu Bata 3,30b 7,10b 12,00b 15,60b Serbuk Kayu 3,10a 6,60a 11,90a 13,79a BNT 5% 0,015 0,018 0,0195 0,019 Ket : Angka- angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata terhadap jumlah daun tanaman pada uji BNT taraf 5 % Gambar 2. Grafik Rataan Jumlah Daun Sawi Selama Pengamatan 25 20 15 10 5 Tanah Sekam Bakar Pasir Batu Bata Serbuk Kayu 0 Hasil uji BNT 5 % pada Tabel 1 menunjukan bahwa pada umur 2 MST, 4 MST, 6 MST, 8 MST, masing- masing memberikan pengaruh yang nyata. Perlakuan yang menggunakan sekam bakar lebih banyak jumlah daunnya dibandingkan dengan
17 perlakuan media pasir, batu bata dan serbuk kayu. Dari keempat perlakuan tersebut perlakuan dengan menggunakan serbuk kayu menunjukan hasil yang kurang baik. Kontrol (tanah) menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perlakuan media tanam hidroponik. Pertambahan jumlah daun setiap fase pengamatan terlihat juga pada Gambar 2, Pada pengamatan 4 dan 6 MST terlihat sangat jelas pertambahan jumlah daun, dimana pada fase tersebut masuk pada fase vegetatif aktif. 4.3 Berat Basah Berdasarkan hasil analisis sidik ragam pada lampiran 3 menunjukan bahwa perlakuan dengan sistem hidroponik berpengaruh nyata terhadap berat basah tanaman caisim. Perlakuan dengan sistem hidroponik dengan menggunakan sekam bakar berbeda nyata dibandingkan dengan media tanam pasir, batu bata dan serbuk kayu. Rataan berat basah tanaman sawi setelah panen disajikan pada Tabel 3 dan n gambar 3 berikut ini Tabel 3. Rataan Berat Basah Sawi (Gr) Setelah Panen Perlakuan Rataan Tanah ( kontrol) 383.80 e Sekam Bakar 355,40d Pasir 310,00 c Batu Bata 262,00 b Serbuk Kayu 217,50 a BNT 5% 0.45 Ket : Angka- angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata terhadap berat basah tanamans setelah panen pada uji BNT taraf 5 %
Berat Basah (Gr) 18 Gambar 3. Grafik Berat Basah Sawi (gram) Saat Panen 450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 Tanah Sekam Bakar Pasir Batu Bata Serbuk Kayu Berat basah tanaman sawi terdiri atas batang dan daun. Semakin banyak jumlah daun maka berat basah tanaman juga akan meningkat. Hasil uji BNT 5% pada Tabel 3 menunjukan bahwa berat basah saat panen dengan sistem media tanam hidroponik menggunakan sekam bakar berbeda nyata dengan ke tiga media tanam lainnya, terutama terhadap media tanam yang menggunakan serbuk kayu. Berat basah pada perlakuan menggunakan media tanam sekam bakar, lebih berat dibandingkan dengan perlakuan lainnya., Walaupun kontrol media tanah nmenunjukkan hasil yang lebih berat. Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa media tanam dengan menggunakan media selain tanah cukup efektif untuk menggantikan lahan yang sekarang ini semakin berkurang diakibatkan karena makin meningkatnya pembangunan perkotaan yang semakin mempersempit lahan pertanian. Setiap pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh media tanam yang digunakan.
19 Pertumbuhan suatu tanaman menunjukkan terjadinya pembelahan dan pembesaran sel. pertambahan jumlah daun, panjang daun, lebar daun, tinggi tanaman, dan panjang tangkai daun adalah salah satu bagian dari pertumbuhan. Pengamatan yang dilakukan untuk setiap parameter, terlihat bahwa desain hidroponik dengan menggunakan media tanam sekam bakar, pasir dan batu bata masih cukup baik dari pada menggunakan serbuk kayu. Dari ketiga pengamatan (tinggi tanaman, jumlah daun dan berat basah tanaman) memberikan hasil yang terbaik. Tinggi tanaman sawi sangat berkaitan dengan jumlah daun yang dihasilkan oleh tanaman tersebut. Semakin tinggi tanaman, jumlah daun yang akan terbentuk juga semakin banyak. Aplikasi sistem media tanam dengan menggunakan media selain tanah cukup memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi terutama yang menggunakan sekam bakar. Perbedaan tinggi dan hasil tanaman sawi dengan menggunakan keempat media tanam ini menunjukan perbedaan yang cukup nyata, mungkin ini dikarenakan oleh daya penyimpanan nutrien pada setiap media tanam. Penyiraman dilakukan dengan air yang dicampur dengan nutrien langsung ke daun. Nutrien yang digunakan berupa pupuk yang mempunyai unsur N tinggi karena sayuran ini dipanen daunnya. Frekuensi penyiraman 3-4 kali sehari langsung ke daun karena pertumbuhan tanaman sawi ini cuma bisa diukur oleh kesuburan daunnya. Pada setiap tanaman daun merupakan tempat mensintetiskan makanan untuk kebutuhan tanaman maupun untuk cadangan makanan.daun memiliki kloropill yang berperan dalam melakukan fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk melakukan fotosintesis semakin banyak dan hasilnya
20 akan sangat baik. Tinggi tanaman dan jumlah daun sangat berpengaruh pada berat basah tanaman sawi, semakin tinggi tanaman dan semakin banyak jumlah daun maka berat basah tanaman sawi semakin meningkat. Media tanam menyediakan bahan organik tambahan untuk tanaman seperti CO 2, H 2 O dan mineral merupakan sumber unsur hara yang diserap tanaman sebagai zat makanan. Pertumbuhan dan hasil tanaman sawi yang menggunakan media tanam sekam bakar memperlihatkan hasil yang lebih tinggi. Kemungkinan unsur hara dan mineral pada sekam bakar lebih tinggi dibanding media lainnya. Menurut Hidayati (2009) bahwa jika jaringan tumbuhan mengandung unsur hara tertentu dengan konsentrasi yang lebih tinggi yang dibutuhkan untyuk pertumbuhan maksimum, maka kondisi ini sangat menunjang perkembangan tanaman. Selanjutnya Widya kirani (2011) menyatakan bahwa tanpa tanah pun, suatu tanaman dapat tumbuh asalkan diberikan cukup air dan garam-garam zat makanan. Istilah hidropnik digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya dan hanya dibutuhkan air yang ditambahkan nutrien sebagai sumber makanan bagi tanaman.