BAB VI FAKTOR PENUNJANG DAN FAKTOR PENGHAMBAT PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi

PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR

KATA PENGANTAR. Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Mahaesa

TEKS GEGURITAN PADEM WARAK ANALISIS BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

PELESTARIAN BAHASA BALI DALAM MEDIA CETAK BERBAHASA BALI: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK OLEH ANAK AGUNG ISTRI ITA RYANDEWI NIM:

TEKS GEGURITAN DARMAKAYA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: KADEK RIKA ARIPAWAN NIM:

TUTUR ANGKUS PRANA: KAJIAN STRUKTUR DAN SEMIOTIKA. Oleh: NI KADEK DEWI SANTHIASTINI

SKRIPSI ANALISIS STRUKTUR DAN SOSIOLOGIS DRAMA MULIH KARYA I NYOMAN MANDA OLEH : NI PUTU HARUM KARTIKA DEWI NIM

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang

GEGURITAN ANGGASTYA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI

TEKS TUTUR JONG MANTEN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: DESAK PUTU ELVIANA DEWI NIM:

BAB V ANALISIS HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU MENONTON. Kurt Lewin dalam Azwar (1998) merumuskan suatu model perilaku yang

TEKS TUTUR CANDRABHERAWA: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda

GEGURITAN KONTABOJA: ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA OLEH: IDA AYU EKA PURNAMA WULANDARI NIM

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin hari

TEKS GEGURITAN MANTRI SANAK LIMA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TUTUR LEBUR GANGSA; ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH: I MADE OKA PARIATNA

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

GEGURITAN AJI RAMA RENA ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

GEGURITAN PURA TANAH LOT ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI OLEH IDA BAGUS PUTU WIASTIKA NIM

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BABAD PASEK KAYU SELEM : ANALISIS STRUKTUR OLEH : I PUTU YUDHI SANTIKA PUTRA NIM:

Jurusan Pendidikan Bahasa Bali Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha

1. Bagaimana radio Gema Surya FM berupaya melestarikan kesenian Jawa. 2. Apa tujuan dari program acara kesenian jawa di RGS?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. atas berkat rahmat-nya skripsi yang berjudul Novel Sing Jodoh Analisis

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. khalayak luas dengan menggunakan saluran-saluran komunukasi ini.

SKRIPSI KAMUS BALI INDONESIA BIDANG ISTILAH UPAKARA MANUSA YADNYA DI KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antar umat manusia satu sama lain. Komunikasi begitu sangat penting

TEKS DRAMA GONG I MADE SUBANDAR HASTA KOMALA ANALISIS BENTUK, FUNGSI, DAN MAKNA

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

CAMPUH KODE (CAMPUR KODE) RING WAYANG KULIT INOVATIF CENK BLONK SANE MAMURDA LATA MAHOSADHI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

PENDAHULUAN Latar Belakang

TEKS MITOS TAPAKAN BARONG BHATARA SAKTI NAWA SANGA DI KAHYANGAN JAGAT LUHUR NATAR SARI: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI

B. Modernisasi Menyebabkan Terkikisnya Perhatian Generasi Muda Terhadap Budaya Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan komunikasi dari waktu ke waktu selalu mengalami

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di antara sejumlah bahasa daerah lainnya di Indonesia. Bahasa Bali

KERANGKA DASAR DAN STRUKTUR PROGRAM KURIKULUM 2013 MUATAN LOKAL BAHASA JAWA

BAB I PENDAHULUAN. Media massa memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempublikasikan ide-ide kreatif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Neneng Yessi Milniasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan Indonesia sangat beragam, hal ini dikarenakan suku-suku dan

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. kelamin manuasia mencapai kematangan. Pada masa remaja, perubahan biologis,

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

BABAD DANGHYANG BANG MANIK ANGKERAN: KAJIAN STRUKTUR DAN FUNGSI

Dalam makalah ini akan dipaparkan sebuah laporan pengamatan terhadap perkembangan bahasa terhadap eksistensi suatu budaya khususnya budaya lokal.

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013

METODE COPY THE MASTER KAANGGEN NINCAPANG KAWAGEDAN NYURAT CERPEN SISIA RING KELAS XI MIA3 SMA NEGERI 2 SINGARAJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV GAMBARAN UMUM. secara tetap dimulai tanggal 12 November 1962.

PEMERTAHANAN BAHASA BALI MELALUI GENDING RARE PADA ANAK-ANAK DI SANGGAR KUKURUYUK: KAJIAN SOSIOLINGUISTIK


BASA BALI KEPARA DIALEK NUSA PENIDA SANE KAANGGEN SAJERONING MABEBAOSAN RING WEWIDANGAN DESA PAKRAMAN NUSASARI, KECAMATAN MELAYA, KABUPATEN JEMBRANA

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan

PENDAHULUAN. (feedback) dan respon yang sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Media informasi yang berkaitan dengan masyarakat pada zaman yang modern saat

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

Jurusan Pendidikan Bahasa Bali Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Busro Hamzah, : 2001: 4) yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tersebut, selain untuk menghibur, juga untuk menyampaikan pesan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dari beragam media yang cukup berperan adalah televisi. Dunia broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ribuan pulau

KATA PENGANTAR. Puji syukur dipanjatkan ke hadapan Tuhan Yang Mahaesa/Ida Sang Hyang

Transkripsi:

86 BAB VI FAKTOR PENUNJANG DAN FAKTOR PENGHAMBAT PEMERTAHANAN BAHASA BALI DALAM MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI KOTA DENPASAR Kusumoharidjoyo (2000: 34) menyebutkan faktor penunjang serta faktor penghambat kebudayaan terkait dengan berbagai aspek kehidupan pendukungnya, nilai dari bagaimana mereka memenuhi kebutuhan biologisnya, menanggapi panggilan jiwanya, memenuhi kebutuhan ekologisnya hingga bagaimana mereka memelihara kesinambungan sejarahnya. Faktor penunjang pemertahanan Bahasa Bali pada bagian ini dipahami sebagai sarana dan prasarana yang ada dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar, yang dapat menunjang penggunaan Bahasa Bali serta kebertahanannya dari berbagai pengaruh perubahan sosial yang ada dalam hidup bermasyarakat. Faktor penghambat pemertahanan bahasa Bali pada tataran ini dikonsepkan sebagai pengaruh-pengaruh sarana dan prasarana dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar, yang dapat menghambat penggunaan bahasa Bali serta kebertahanannya dari berbagai pengaruh perubahan sosial yang ada dalam hidup bermasyarakat. Rincian faktor penunjang dan penghambat tersebut di atas dapat diuraikan sebagai berikut. 6.1 Faktor Penunjang Pemertahanan Bahasa Bali dalam Masyarakat Multikultural di Kota Denpasar Beberapa faktor penunjang pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multicultural di Kota Denpasar adalah rubrik Bali Post, majalah Bali Aga, program Orti

87 Bali dalam Bali TV, program siaran Radio Genta Bali. Rincian faktor tersebut diuraikan sebagai berikut. 6.1.1 Rubrik Bali Orti dalam Bali Post Teknologi komunikasi khususnya media cetak yang dapat menunjang penggunaan bahasa Bali dalam masyarakat multiukultural di Kota Denpasar adalah Harian Umum Bali Post. Harian Umum Bali Post adalah media cetak lokal yang mengemban nilai budaya lokal, agar tetap lestari di tengah maraknya perubahan sosial sekarang ini. Salah satu nilai budaya yang dikembangkan adalah penggunaan bahasa Bali sebagai warisan budaya sejak dahulu kala.. Peranan Harian Umum Bali Post dalam upaya pemertahanan bahasa Bali sangat jelas seperti yang diungkapkan oleh Suastra (2008: 29) bahwa pemakaian Bahasa Bali di bidang media pada saat ini mendapatkan porsi yang cukup menggembirakan. Pada media cetak misalnya Bali Post sudah begitu antusiasnya mengembangkan kolom mingguan dengan Bali Ortinya yang banyak memuat opini, puisi, cerita pendek, dan lain-lain. (Suastra, 2008: 29). Bertitik tolak pada uraian di atas, dapat dikatakan bahwa teknologi komunikasi khususnya media cetak lokal, seperti Harian Umum Bali Post, merupakan sebuah upaya pemertahanan bahasa Bali di tengah derasnya arus globalisasi, yang berimplikasi terkikisnya nilai-nilai budaya lokal masyarakat Bali. Berkaitan dengan hal tersebut, Wayan Ukir salah satu redaktur Bali Post bidang Sumber Daya Manusia (SDM), ketika diwawancarai penulis pada 27 Januari 2010, mengungkapkan sebagai berikut. Pihak media lokal dalam hal ini Harian Umum Bali Post menyadari betapa pesatnya kemajuan di berbagai bidang kehidupan dewasa ini. Akan tetapi, di balik

88 kemajuan yang mencengangkan itu, ada indikasi pergeseran nilai budaya secara besar-besaran dalam hidup bermasyarakat. Fenomena demikian kami kawatir akan tergesernya nilai budaya Bali salah satu di antaranya adalah penggunaan bahasa Bali. Kekawatiran seperti itu, kami (Harian Umum Bali Post) hadapi dengan memberi ruang menulis dengan menggunakan bahasa Bali edisi Mingguan. Kami bangga, karena program ini dapat berjalan dengan baik, dan banyak penulis dan pembaca yang berminat dengan edisi tersebut. Hal senada juga dikemukakan oleh Wayan Rena Disain Grafis Harian Umum Bali Post, yang diwawancarai pada 27 Januari 2010, mengungkapkan sebagai berikut. Redaksi Bali Post menyiapkan kolom untuk bahasa Bali secara khusus edisi Minggu. Hal tersebut merupakan sebuah upaya dari redaksi untuk memberi motivasi bagi masyarakat Bali, sehingga mereka (masyarakat Bali) tidak tertidur di tengah berbagai tawaran yang menggiurkan, dan secara perlahan membuat masyrakat Bali lupa akan budaya dan identitas dirinya. Ungkapan informan di atas menunjukkan bahwa media cetak lokal dalam hal ini Harian Umum Bali Post menyadari pengaruh kemajuan teknologi terhadap keberadaan bahasa Bali. Kesadaran yang demikian diwujudkan dalam bentuk program kolom berbahasa Bali edisi Minggu dalam Bali Post. Hal tersebut sesuai dengan teori sosio linguistik bahwa bahasa mempunyai kaitan dengan kebudayaan. Bahasa sebagai salah satu kegiatan sosial merupakan bagian dari kebudayaan (Jendra, 2007: 21). Kecuali itu, ungkapan informan di atas juga merupakan sebuah motivasi bagi masyarakat Bali pada umumnya dan terutama masyarakat multikultural di Kota Denpasar pada khususnya. Hal tersebut sesuai dengan teori motivasi yang terdiri dari tiga komponen utama, yaitu, kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak-seimbangan antara apa yang ia miliki dan yang ia harapkan. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau pencapaian tujuan, merupakan inti dari motivasi. Dalam motivasi terkandung keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan

89 mengarahkan sikap dan perilaku individu (Siagian, 2002: 80). Pada tataran ini teori motivasi dapat dilihat sebagai salah satu dorongan untuk mengembangkan bahasa Bali melalui rubrik Bali Orti dalam Bali Post edisi Minggu yang memuat cerpen, puisi, opini. Ungkapan informan yang ditunjang oleh pendapat para pakar serta teori yang dikemukakan tadi menggambarkan Harian Umum Bali Post sebagai peluang dalam upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. 6.1.2 Majalah Bali Aga Media cetak selain Harian Umum Bali Post adalah Majalah Bali Aga. Majalah ini dikelola oleh sekelompok orang yang peduli dengan budaya lokal Bali. Muatan di dalamnya seputar budaya lokal, termasuk bahasa Bali. Pada media tersebut, penempatan bahasa Bali sangat dominan, seperti tulisan-tulisan yang menggunakan bahasa Bali. Hal tersebut merupakan salah satu upaya pemertahanan terhadap bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Penggunaan bahasa Bali melalui tulisan dan media cetak, dapat mempengaruhi pandangan dan konsep masyarakat tentang keberadaan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar sekarang ini. Majalah Bali Aga dengan demikian dapat berfungsi sebagai media atau sarana yang dapat menunjang pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Hal itu sangat jelas seperti yang diungkapkan oleh informan Pasek Suardika seorang staf redaksi majalah Bali Aga ketika diwawancarai penulis pada 6 Oktober 2009. Berikut adalah kutipan dari apa yang dikemukakan informan. Kawitnyane, majalah puniki wantah kaanggen piranti ngunggahang daging pikayunan krama Kota Denpasar utaminipun ngeninnin indik informasi lan komunikasi. Nanging, kawentang majalah puniki nenten lempas ring bantang pararemannyane inggih punika gumanti ngewaliang bahasa Bali ring genahnyane

90 sakadi jati mula taler pinaka sarana anggen ngamedalang daging pikayunan (komunikasi). Indike puniki, majalah punika ngutsahayang karma Bali Kota Denpasar mangda uning ring kawigunan basa Bali pinaka piranti budaya Bali sane sujati. Duaning kadipunaka kawentenang majalah punika pinaka utsaha anggen nambakin pikobet sane ngalangin basa Bali ri sajeroning nglimbaknyane kahanan kauripane pakraman Kota Denpasar gelis obah. Terjemahan dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut. Awalnya, majalah ini hanya sebagai wahana ungkapan pikiran, gagasan, ide yang dapat menunjang masyarakat Kota Denpasar dalam hal informasi dan komunikasi. Namun, pendirian majalah tersebut memliki latar belakang tersendiri, yaitu untuk mengebalikan penggunaan bahasa Bali pada tempatnya. Hal itu berarti juga bahwa, majalah tersebut berupaya menyadarkan masyarakat Kota Denpasar akan pentingnya bahasa Bali sebagai unsur budaya lokal yang asli. Dengan demikian, kehadiran majalah ini merupakan suatu upaya pemertahanan bahasa Bali di tengah kemajuan kehidupan masyarakat Kota Denpasar yang begitu cepat berubah. Ungkapan informan di atas menunjukkan bahwa adanya suatu keprihatinan terhadap sikap masyarakat multikultural di Kota Denpasar terhadap penggunaan bahasa Bali. masyarakat pada umumnya, lebih terpengaruh dan tergiur oleh hal-hal yang baru, dan sekaligus mengabaikan nilai-nilai budaya yang sudah lama dijalankan dalam hidup bermasyarakat. Hal tersebut di atas sesuai pendapat Pei (1971: 183) yang dikutip oleh Mbete (2003: 466) bahwa adanya ketercerabutan akar kultural-lingual, unsur peradaban, dan telah mulai merosotnya etika berbahasa. Hal tersebut berpengaruh langsung terhadap perubahan nilai dan norma perilaku verbal. Kemudian Storey (2003:16) yang juga ditegaskan oleh Colletta (1987: 1) nilai-nilai tradisional budaya tinggi, ataupun pandangan tradisional kelas buruh, dan lapisan bawah, mengalami ancaman. Ancaman itu dimaknai sebagai munculnya disorientasi karena lingkungan asli atau lingkungan setempat dan kebudayaan asli sebagai kerangka acuan diabaikan oleh para pewarisnya. Dalam kerangka pandangan tersebut, Majalah Bali Aga dapat dilihat sebagai peluang

91 upaya pemertahanan bahasa Bali dalam perubahan sosial seperti yang dialami masyarakat multikultural di Kota Denpasar dewasa ini. 6.1.3 Program Orti Bali dalam Bali TV Bali TV adalah salah satu media elektronik modern yang berwawasan budaya lokal. Programp-programnya yang berkaitan dengan bahasa Bali adalah Githa Shanti, Temu Artis Bali, Tembang Bali, Upakara, Samatra Tembang Bali, dan Orti Bali. Githa Shanti adalah program yang berhubungan dengan kerohanian, terutama lagu-lagu rohani daerah Bali. Program ini ditayangkan setiap hari Rabu dan Jumat pukul 14.30 wita. Temu Artis Bali suatu program untuk wawancara dengan artis-artis Bali serta menyanyikan salah satu lagu daerah Bali hasil karyanya, pada hari Sabtu, pukul 15.30 wita. Tembang Bali adalah program interaktif antara pendengar dengan pembawa acara untuk memilih lagu-lagu faforit pendengar dan dinyanyikan oleh artis Bali, pada hari Jumat pukul 18.00 wita. Upakara adalah program yang menayangkan sarana-sarana yang digunakan dalam kegiatan upacara keagamaan (Agama Hindu Bali), pada hari Sabtu pukul 16.00 wita. Samatra Tembang Bali adalah program interaktif antara pendengar dengan pembawa acara dalam kaitannya dengan lagu-lagu pop daerah Bali, hari Minggu, pukul 16.30. Orti Bali adalah program siaran seputar Bali dengan menggunakan bahasa Bali yang ditayangkan setiap hari pukul 18.00 wita. Program Bali TV yang akan dideskripsikan dalam tulisan ini adalah Orti Bali, karena frekuensi siaran tersebut konsisten yaitu setiap hari dalam waktu yang sama. Tanggapan masyarakat terhadap program ini cukup positif. Masyarakat Bali khususnya masyarakat Kota Denpasar, dengan program ini merasakan sekali bahwa dirinya adalah

92 orang Bali. Kecintaan mereka terhadap budaya lokal pun mulai bangkit dan semakin merasa memiliki. Hal ini sangat jelas dalam ungkapan informan I Wayan Supiana seorang karyawan Bali TV, ketika diwawancarai penulis pada 4 Januari 2010. Kutipan wawancara tersebut dapat penulis paparkan sebagai berikut. Informan yang menangani program Bali Orti Bali TV mengemukakan sebagai berikut. Bali TV pinaka sarana komunikasi elektronik druwen daerah Bali sane pinih gelis ngicenin informasi ring para janane, mawinan punika, Bali TV tepet pisan anggen panglimbakane pangweruh kawentenan (perkembangan) krama Baline majeng ring krama Bali sane magenah ring Bali wiadin ring dura Bali. Nangkapin kahane sekadi asapunika, pengelola Bali TV nganggen sarana elektronik punika mangda sida ngelestariang budaya Baline makadi bahasa Bali sane sampun sayan rered sangkaring nglimbak nyane teknologi mabebaosan ring pakraman utaminipun krama Bali sane wenten ring Kota Denpasar. Terjemahan dalam bahasa Indonesia sebagai berikut. Bali TV merupakan media komunikasi elektronik lokal (daerah Bali) yang sangat cepat memberikan informasi, dan karena itu, Bali TV cepat untuk mempengaruhi perkembangan masyarakat Bali yang ada di Bali, maupun yang ada di luar pulau Bali. Menyadari kenyataan yang demikian, pengelola menggunakan media lokal ini untuk melestarikan budaya Bali, terutama bahasa Bali yang mulai terpinggirkan karena pesatnya kemajuan teknologi. Salah satu asset budaya yang terpinggirkan dalam kemajuan teknologi adalah penggunaan bahasa Bali dalam masyarakat, terutama masyarakat Kota Denpasar dan sekitarnya yang sangat multikultural. Akan tetapi, program tersebut bukan merupakan hal yang mudah seperti yang dibayangkan. Pihak perusahaan sendiri sangat meragukan akan sikap antusias masyarakat terhadap program tersebut. Hal tersebut sangat jelas seperti yang diungkapkan oleh Mangku Karmayasa salah satu staf Bali TV, ketika diwawancarai penulis pada 4 Januari 2010 mengatakan sebagai berikut. Kawitnyane titiang nenten percaya, parikrama Bali Orti sane mabasa Bali prasida ajeg tur lestari kantos mangkin. Katakeh para janane akehan oneng ring barang sane anyar asapunika rauhing ring basa sajeroning mabebaosan. Tur sane kuno kaengsapaing duaning, kapikayun nenten manut malih ring aab jagate. Nanging, nenten ja kadi punika kawetenannyane. Titiang akehan polih penampen

93 sane becik tur mautama saking pamiarsa Bali TV ngeninnin indik parikrama Bali Orti sane ngunggahang gatra antuk basa Bali. Kahanan punika banget ngawenang bangga, asapunika kasujatiannya ngeninin indik orti-orti sane nganggen basa Bali doh ring pinarkan titiang. Arti kutipan di atas dalam bahasa Indonesia sebagai berikut. Pada awalnya, kami tidak percaya bahwa program Bali Orti yang erat kaitannya dengan penggunaan bahasa Bali pada media Bali TV bisa bertahan dan berkembang seperti sekarang. Pada dasarnya, masyarakat lebih suka yang baru dan modern, sementara yang kuno atau klasik begitu cepat untuk ditinggalkan, karena dianggap tidak sesuai dengan perkembangan jaman. Namun, kenyataannya, kami menerima banyak tanggapan positif dari pemirsa tentang Bali Orti, memuat berita dengan menggunakan bahasa Bali dalam Bali TV. Hal tersebut sangat membanggakan, dan jujur saja di luar yang kami perkirakan. Ungkapan informan di atas sangat jelas bahwa Bali TV adalah media lokal yang menasional dalam hal tayangan dan berita-berita daerah. Pihak media tersebut menyadari bahwa bahasa Bali merupakan unsur budaya Bali yang semakin terpinggirkan, oleh karena pesatnya kemajuan teknologi dalam hidup masyarakat di Kota Denpasar. Pada konteks seperti itu, Bali TV memanfaatkan perannya sebagai media komunikasi elektronik untuk mengembangkan dan sekaligus merupakan langkah (peluang) pemertahanan bahasa Bali di tengah kemajuan dunia modern seperti sekarang ini. Apa yang dikemukakan oleh kedua informan di atas sesuai dengan pendapat Sancaya bahwa dalam kondisi seperti sekarang ini, bila seseorang dapat berbahasa Bali dengan fasih di depan publik akan dapat mengundang kekaguman, serta memberikan prestise tersendiri (Putra, ed., 2004: 217). Pada konteks demikian, Bali TV merupakan media elektronik yang memiliki peluang dalam upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar.

94 6.1.4 Program Siaran Radio Genta Bali Program Radio Genta Bali yang dapat menunjang pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar tampak pada program target pendengar berikut ini. Tabel Target Pendengar Program Siaran Bahasa Bali Radio Genta menurut profesi pendengar dapat dilihat pada tabel 6. 1 berikut. Tebel 6.1 Target pendengar Radio Genta Swara Sakti Bali berdasarkan profesi NO. PROFESI PERSENTASE (%) 1. Petani/Buruh 35 2. Pelajar dan Mahasiswa 20 3. Pegawai Swasta/Pegawai Negeri 35 4. Pengusaha 05 5. Lain-lain 05 Sumber data: Profil Radio Genta Swara Sakti Bali Data pada tabel 6.1 di atas menunjukkan bahwa target pendengar Radio Genta Swara Sakti Bali berdasarkan profesi, petani/buruh, pegawai swasta/pegawai negeri merupakan taget tertinggi yaitu 35%, kemudian pelajar dan mahasiswa 20% dan pengusaha dan lainlain 05%. Berdasarkan data pada tabel 6.1 di atas media modern Radio Genta Swara Sakti Bali dapat dilihat dari dua sisi. Pada satu sisi media tersebut dapat dilihat sebagai faktor penunjang pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural Kota Denpasar. Hal ini dapat lihat pada tingginya target pendengar dari segi profesi terutama petani/buruh dan pegawai swasta/pegawai negeri, yaitu 35%. Hal ini dapat dilihat dapat menunjang pemertahanan bahasa Bali, karena pada dasarnya kaum petani dan buruh pada

95 umunya lapisan masyarakat yang masih kental dengan nilai-nilai tradisi dan budaya yang mereka peroleh dari pendahulu mereka. Kemudian, prosentase pendengar yang berprofesi pegawai swasta dan pegawai negeri 35%, dapat dilihat sebagai peluang pemertahanan bahasa Bali, karena profesi masyarakat yang berkategori profesi tersebut pada umumnya adalah kaum yang terpelajar. Masyarakat yang terpelajar dapat memahami nilai-nilai budaya lokal khususnya bahasa Bali, serta mampu menyaring pengaruh-pengaruh dari luar terutama yang merusak nilai-nilai budaya lokal. Kemudian program Radio Genta Bali juga mengedepankan target pendengar berdasarkan endidikan. Tabel Target Pendengar Program Siaran Bahasa Bali Radio Genta menurut pendidikan pendengar dapat dilihat pada tabel 6.2 berikut. Tebel 6.2 Target pendengar Radio Genta Swara Sakti Bali berdasarkan pendidikan NO. PENDIDIKAN PROSENTASE (%) 1. Perguruan Tinggi 20 2. SMA 25 3. SMP 30 4. SD 35 Sumber data: Profil Radio Genta Swara Sakti Bali Berdasarkan tabel 6.2 di atas dapat dilihat bahwa target pendengar Radio Genta Swara Sakti Bali berdasarkan pendidikan adalah SD merupakat target tertinggi, yaitu 35%, kemudian diikuti oleh SMP yaitu 30%, dan SMA 25%, terendah adalah mahasiswa yaitu 20%. Bertitik tolak pada data tersebut, Radio Genta Swara Sakti Bali dapat dipandang sebagai media modern elektronik yang dapat menunjang pemertahanan bahasa Bali dalam perubahan dan perkembangan modern sekarang ini. Hal ini dapat ditunjukkan

96 tingginya prosentase target pendengar berdasarkan pendidikan terendah yaitu SD 35%, SMP 30%, SMA 25%, dan Mahasiswa 20%. Data tersebut tampak bahwa pembinaan untuk mencintai bahasa Bali dimulai sejak kecil dan pada taraf pendidikan masih rendah. Dengan demikian, rasa cinta generasi baru terhadap nilai-nilai budaya dalam hal ini bahasa Bali lebih melekat dan dapat berkembang sesuai dengan taraf atau tingkat pendidikan dari para gerenerasi tersebut. Data di atas sesuai dengan pendapat Edi Sedyawati, bahwa perubahan sosial terjadi karena adanya interaksi, misalnya interaksi antar bangsa. Pada masa-masa yang lalu, interaksi hanya dapat terjadi apabila ada pertemuan-pertemuan tatap muka. Hal ini berbeda dengan sekarang, berkat kecanggihan teknologi komunikasi, interaksi dapat dilakukan melalui media komunikasi jarak jauh, baik personal maupun impersonal (1995/1996: 138-139). Beberapa upaya pemertahanan bahasa Bali yang juga dilakukan Radio Genta Bali selain yang tertera pada tabel di atas tampak seperti yang diungkap oleh Made Aryani seorang staf Radio Genta Bali dalam wawancara dengan penulis pada 7 Desember 2009 adalah seperti berikut ini. Basa pangenter sajeroning parikrama Radio Genta wantah basa Bali, rumasuk wastan acara, wastan parikrama, gending-gending sane kapilih, rauhing iklan nganggen basa Bali. Arti kutipan di atas dalam bahasa Indonesia sbagai berikut. Bahasa pengantar dalam acara siaran Radio Genta khususnya dalam program adalah menggunakan bahasa Bali, nama-nama acara menggunakan bahasa Bali, nama-nama program, lagu-lagu yang dipilih, dan iklan-iklan radio menggunakan bahasa Bali. Hal senada juga diungkapkan oleh Putu Antara penyiar Radio Genta ketika diwawancarai penulis pada 7 Desember 2009 sebagai berikut.

97 Parikrama Radio Genta sakadi sane sampun kasungkemin inggih punika Ulah Aluh Bahasa Bali, Sekar Taman Rare, lan Interaktif wantah parikrama mababaosan pantaraning pamiarsa sareng pangenter acara, makadi ngarsang gending miwah magatra makasamiipun kamargiang nganggen basa Bali. Arti kutipan di atas dalam bahasa Indonesia sebagai berikut. Program Radio Genta adalah Ulah Aluh bahasa Bali, Sekar Taman Rare, dan Interaktif, yaitu suatu program interaktif antara pemirsa dengan pembawa acara radio. Dalam acara tersebut, kedua belah pihak (pemirsa dan pembawa acara radio) saling berbicara untuk lagu-lagu pilihan pemirsa. Pembicaraan tersebut menggunakan bahasa Bali. Ungkapan kedua informan di atas menunjukkan bahwa program bahasa Bali pada siaran radio Genta, sangat menarik perhatian serta mengena di hati pemirsa. Mereka (pemirsa) bahkan mengaku dengan jujur bahwa mereka merasa sebagai orang Bali yang sesungguhnya. Perasaan seperti itu bisa muncul, karena dalam pergaulan keseharian, hampir jarang menggunakan bahasa Bali, karena masyarakat kota Denpasar adalah masyarakat campuran yang berasal dari berbagai daerah. Uraian di atas sesuai dengan pendapat Pei (1971: 183) dan Fokker (1988: 33-37) yang dikutip oleh Aron Meko Mbete dalam Astra, dkk. (ed.) (2003: 477) bahwa fungsi bahasa lokal sebagai akar jati diri, sejarah, penyimpan, dan penerus kekayaan rohani dengan kandungan nilai-nilai budaya lokal, ramuan dan rumusan etika, peradaban, sarana komunikasi lokal, sumber inspirasi, wahana kreasi seni-budaya lokal, mutlak dipahami dan disadari oleh generasi muda. Dengan demikian, jelas bahwa Radio Genta Bali merupakan suatu peluang dalam upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Rangkuti (2008: 46) kekuatan dan peluang adalah suatu dukungan atau pendayagunaan dari objek kajian dalam hal ini adalah bahasa Bali secara optimal melalui

98 tindakan yang cukup agresif untuk merebut pasar. Pasar dalam hal ini berarti sarana, situasi, kondisi, dan masyarakat pemakai bahasa Bali. Sancaya (2007: 218) kekuatan dan peluang bahwa keberadaan sarana komunikasi terutama radio dan televisi kini jauh lebih dinamis dalam memainkan perannya dalam penggunaan dan pengembangan bahasa Bali. Media tersebut disamping memiliki kedekatan bentuk dengan penggunaan bahasa yang nyata (bahasa lisan atau yang dilisankan) seperti halnya dalam komunikasi sehari-hari, persoalan-persoalan yang dikemukakannya pun sangat erat dengan peristiwa aktual, yang memerlukan pengungkapan dengan sarana bahasa yang komunikatif. Di tengah situasi era global ini yang mengindikasikan terpinggirkan nilai budaya lokal seperti bahasa Bali patut dijadikan moment penting bagi masyarakat multikultural di Kota Denpasar untuk membangkitkan daya juang membela dan mempertahankan aset budaya lokal. Hal ini juga ditegaskan dalam Keputusan Pemerintah Daerah No. 3 Maret 1974 tentang pembinaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Daerah Bali. Keputusan tersebut jelas merupakan peluang bagi tumbuh dan berkembangnya penggunaan bahasa daerah Bali di tengah kehidupan masyarakat Kota Denpasar yang amat beragam dalam bahasa. Bertitik tolak pada uraian di atas dapat dikatakan siaran Radio Genta dengan program Ulah Aluh Bahasa Bali, Sekar Taman Rare, dan program interaktif dengan pendengar merupakan peluang dalam upaya pemertahanan bahasa bali dalam masyarakat Multikultural di Kota Denpasar. 6.2 Faktor Penghambat Pemertahanan Bahasa Bali dalam Masyarakat Multikultural di Kota Denpasar

99 Beberapa faktor penghambat pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multicultural di Kota Denpasar adalah Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP) Bali Post, keterbatasan sumber bacaan berbahasa Bali dalam majalah Bali Aga, pilihan bahasa dalam iklan Bali TV, dominasi usia dewasa dalam target pengdengar siaran radio genta. Rincian faktor tersebut diuraikan sebagai berikut. 6.2.1 Surat Izin Usaha Penerbitan (SIUP) Bali Post Harian Umum Bali Post adalah salah satu media lokal yang memuat bahasa Bali khususnya pada edisi Minggu. Jenis tulisan yang dimuat adalah berupa puisi, cerpen, maupun cerita-cerita rakyat yang sudah merupakan tradisi masyarakat Bali. Menurut statistik Propinsi Bali menunjukkan bahwa penerbitan surat kabar bahasa Bali mencapai 127.359 eksemplar per hari. Jumlah tersebut cukup besar untuk sekelas media lokal. Akan tetapi jumlah tersebut tidak dapat dijadikan titik tolak keberadan bahasa Bali di tengah masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Pada konterks seperti di atas, bahasa Bali yang dimuat Harian Umum Bali Post pada edisi Minggu merupakan tantangan terhadap upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Hal tersebut tampak dalam wawancara informan yang bernama Ni Nyoman Sukerti karyawati Bali Post ketika diwawancarai penulis pada 6 Pebruari 2010 mengungkapkan sebagai berikut. Ruang bahasa Bali dalam media cetak tidaklah seleluasa pada media yang mengedepankan visi dan misi budaya dalam pendiriannya. Media cetak seperti Harian Umum Bali Post misalnya, bukanlah media budaya secara keseluruhan. Karena itu, ruang gerak untuk pengembangan bahasa Bali tidak terlalu banyak, seperti hanya setiap edisi Minggu, dan terbatas hanya pada beberapa halaman. Hal ini terjadi karena media cetak punya aturan baku dari pemerintah, yaitu Komisi Perizinan Penerbitan Surat Kabar (SIUP). Berdasarkan surat izin tersebut, penggunaan bahasa Bali dalam Bali Post hanya pada edisi Minggu.

100 Ungkapan informan di atas menunjukkan adanya hambatan dalam permertahanan bahasa Bali dari pemerintah, dalam hal ini Komisi Perizinan Penerbitan Surat Kabar. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 32 ayat 2 menyatakan bahwa Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional dapat diartikan kedudukan bahasa daerah dan bahasa nasional mempunyai kedudukan yang sama. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah terutama yang menyangkut pasal 13 ayat 2 dan Pasal 22 (butir m) memberikan ruang yang luas kepada daerah dan kelompok etnis untuk berkiprah dalam setiap aspek kehidupan. Dalam penyelenggaraan otonomi ini, daerah mempunyai kewajiban untuk melestarikan nilai-nilai sosial budaya. Hal ini tidak sesuai dengan ruang bahasa Bali dalam Bali Post yang sangat terbatas. Dengan demikian, Harian Umum Bali Psot dapat dilihat sebagai faktor penghambat pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Harian Umum Bali Post merupakan faktor penghambat terhadap pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Hal ini tereksplisit dalam ungkapan informan yang ditunjang oleh minimnya ruang yang memuat bahasa Bali. Kemudian, edisi Bali Post yang memuat bahasa Bali bertepatan dengan hari Minggu, banyak kantor dan perusahaan yang tutup dan menikmati liburan dengan keluarga. Kegiatan masyarakat multikultural di Kota Denpasar pada hari tersebut adalah arisan keluarga berdasarkan tempat asal, saling mengunjungi keluarga dan kerabat, mandi di pantai. Hal ini berarti orang yang membaca Bali Post pada hari Minggu tidak sebanyak pembaca pada hari-hari lain.

101 Tantangan Bali Post terhadap pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar adalah frekuensi pemuatan bahasa Bali hanya sekali dalam seminggu. Hal ini kurang berpengaruh bagi masyarakat yang sangat sibuk dengan pekerjaan seperti masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Harian Umum Bali Post, merupakan ancaman terhadap pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar, yakni dihimpit oleh berbagai kebijakan yang berkaitan dengan Surat Izinan Usaha Penerbitan (SIUP) serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan isi, rubrik, juga bahasa yang dikenal masyarakat umum karena wilayah peredarannya mencakup lokal dan nasional. 6.2.2 Keterbatasan Sumber Bacaan Berbahasa Bali dalam Majalah Bali Aga Majalah Bali Aga adalah sebuah media lokal yang dalam tulisannya menggunakan bahasa Bali. Media ini membela bahasa Bali dalam berbagai perubahan sosial yang tejadi dalam masyarakat multikultural Kota Denpasar. Berdasarkan hal tersebut, Majalah Bali Aga dapat dipandang sebagai media yang dapat mempengaruhi masyarakat untuk peduli terhadap bahasa Bali yang makin hari kian terpojokan oleh kemajuan teknologi dan perkembangan modern. Dengan demikin, dapat dikatakan bahwa Majalah Bali Aga merupakan media modern yang dapat menunjang pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural Kota Denpasar. Hal tersebut sangat jelas dalam pernyataan Sukra dosen Universitas Warmadewa ketika diwawancarai penulis pada 10 Pebruari 2010 seperti berikut ini. Penggunaan dan pengembangan bahasa secara baik dan benar adalah tergantung pada lengkap atau tidak lengkapnya sarana yang dapat digunakan sebagai alat bantu untuk memahami serta menggunakan bahasa. Sarana yang dapat membantu seseorang agar dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar adalah bacaan-

102 bacaan yang berhubungan dengan pengetahuan bahasa. Inilah menjadi kesulitan bagi sebagian orang untuk menggunakan bahasa Bali dengan konsisten. Kenyataan menunjukkan bahwa sarana bacaan yang menggunakan bahasa Bali dengan benar sangat kurang. Misalnya, bahan bacaan anak-anak seperti cerita bergambar, novel, atau bacaan sejenisnya, sangat langka menggunakan bahasa Bali. Ungkapan informan di atas menunjukkan bahwa ada hubungan kesalingtergantungan antara penguasaan bahasa Bali dengan sarana bacaan yang ada di tengah masyarakat. Hubungan tersebut akan berimplikasi bahwa kekurangan sarana bacaan yang berbahasa Bali, berpengaruh terhadap penggunaan bahasa Bali secara konsiten dalam masyarakat. Kemudian, ada juga keterbatasan sarana bahasa Bali dalam konteks perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat jelas dalam ungkapan Made Putri Guru SD di Denpasar Timur ketika diwawancarai penulis pada 2 Januari 2010 yang mengungkapkan sebagai berikut. Perkembangan masyarakat terutama masyarakat multikultural Kota Denpasar tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini dapat mempersulit perkembangan bahasa Bali dalam masyarakat Kota Denpasar. Ada banyak istilahistilah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan yang tidak ada dalam bahasa Bali. Hal seperti itu dapat menimbulkan penilaian tersendiri bagi bahasa Bali, seperti bahasa Bali masih miskin, bahkan dianggap belum mampu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Denpasar dalam bidang ilmu pengetahuan. Ungkapan informan di atas menunjukkan bahwa dalam hal kebertahanan bahasa Bali mengalami kendala dari segi keterbatasan sarana bacaan dan dari segi perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat dalam Soekanto (1986: 302) yang mengetengahkan bahwa ada tiga faktor internal, yaitu pertama, dorongan adanya kesadaran orang-orang akan kekurangan dalam kebudayaannnya, kedua, kualitas ahli-ahli dalam suatu kebudayaan, dan ketiga, perangsang kreativitaskreativitas penciptaan dalam masyarakat. Hal ini berarti bahwa adanya kekurangan bahan

103 bacaan yang berbahasa Bali, serta kurangnya istilah-istilah ilmiah yang menggunakan bahasa Bali dilatari oleh kualitas ahli-ahli kebudayaan dalam hal ini ahli bahasa Bali, serta kurangnya perangsang kreativitas-kreativitas penciptaan budaya (bahasa Bali) yang sesuai dengan konteks masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Majalah Bali Aga berdasarkan pembahasan di atas dapat dilihat sebagai hambatan berkembangnya bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Hambatan Majalah Bali Aga terhadap pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar adalah pembacanya terbatas, karena tidak semua masyarakat di Kota Denpasar mengerti bahasa Bali. Kemudian, minimnya istilah-istilah ilmiah serta istilah-istilah modern. Hal tersebut kurang membantu bagi perkembangan ilmu pengetahuan. 6.2.3 Pilihan Bahasa dalam Iklan Bali TV Media elektronik adalah salah satu media modern yang dapat menunjang dan menghambat pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Salah satu media elektronik yang diuraikan penulis di bawah ini adalah Bali TV. Bali TV merupakan salah satu sarana komunikasi yang bermuatan budaya lokal, khususnya bahasa Bali. Hal tersebut dapat dilihat dalam program siaran, yang menyiarkan berita seputar Bali dengan menggunakan bahasa Bali. Informan yang bernama Murta karyawan Bali TV ketika diwawancarai penulis pada 17 Desember 2009 mengungkapkan sebagai berikut. Sosialisasi pemakaian bahasa Indonesia dalam berbagai iklan mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat multikultural terhadap penggunaan bahasa Bali dalam pergaulan sehari-hari. Apalagi sosialisasi bahasa Indonesia yang sangat gaul dan mempengaruhi dunia anak-anak dan remaja. Hal seperti itulah

104 membuat terpinggirnya posisi bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar. Ungkapan informan di atas menunjukkan bahwa bahasa Bali tidaklah menjadi bahasa pilihan bagi anak-anak dan remaja, karena yang ada dalam pikiran mereka hanya bahasa Indonesia dan gaul yang sesuai dengan usia mereka, yang mereka dapat dari iklan di TV. Hanafi (1986: 16) tentang perubahan sosial mengungkapkan bahwa perubahan sosial adalah proses terjadinya perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Perubahan sosial menurut Hanafi terdiri atas (1) invensi, yaitu proses tempat ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan; (2) difusi, adalah proses tempat ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam sistem sosial; dan (3) konsekuensi, yakni perubahanperubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Dalam hal ini perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunyai akibat. Oleh karena itu, maka perubahan sosial adalah akibat komunikasi sosial. Perubahan masyarakat berkembang dengan lingkungannya, terutama lingkungan alamnya sebagai usaha manusia menanggapi secara aktif lingkungan tersebut. Pola komunikasi dan interaksi antara sesamanya yang bertujuan meneruskan tradisi, gagasan, dan tata nilai yang dimiliki masyarakat. Perubahan sosial yang berkembang dengan berbagai komunitas manusia terhadap lingkungan hidupnya dalam menciptakan kebudayaan. Deskripsi seputar Bali TV sebagai salah satu media komunikasi lokal dalam hubungannya dengan pemertahanan bahasa Bali, tampak bahwa hal tersebut tidak hanya dapat menunjang pemertahanan bahasa Bali. Media tersebut adalah juga sebagai tantangan pemertahanan bahasa Bali dalam dunia modern dewasa ini. Bali TV dilihat

105 sebagai tantangan terhadap pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar karena media tersebut dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk meraih keuntungan melalui iklan di Bali TV. Kemudian ancaman Bali TV terhadap pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar adalah tidak semua masyarakat di Kota Denpasar menonton Bali TV pada siaran Orti Bali yang menggunakan bahasa Bali. Hal tersebut terjadi karena banyaknya saluran (chanel) Televisi yang mudah didapat, melalui antena parabola atau astro yang secara khusus menyiarkan berita luar negeri dengan biaya murah. Kelemahan Bali TV terhadap pemertahan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar, adalah durasi Bali Orti sangat singkat karena terpotong banyaknya iklan yang menyebabkan penonton merasa bosan menonton Bali TV. Durasi penyiaran yang singkat berpengaruh terhadap masyarakat multikultural di Kota Denpasar tentang penyiaran seputar Bali dengan menggunakan bahasa Bali. 6.2.4 Dominasi Usia Dewasa dalam Target Pendengar Siaran Radio Genta Radio Genta adalah salah satu media elektronik di Kota Denpasar yang salah satu orientasi kegiatannya adalah berpihak pada budaya Bali. Keberpihakan media elektronik ini terhadap budaya Bali tersirat dalam program siarannya. Misalnya bahasa pengantar adalah bahasa Bali, musik dan lagu-lagu yang pilih adalah bercorak budaya Bali, juga memfasilitasi sosialisasi kebijakan Pemda Kodya Denpasar kepada masyarakat.

106 Faktor penghambat pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar khususnya Radio Genta, dapat dilihat pada program siaran. Program siaran bahasa Bali dengan durasi yang ditentukan Radio Genta dapat dilihat pada tabel program siaran berikut. Tabel Target Pendengar Program Siaran Bahasa Bali Radio Genta menurut usia pendengar dapat dilihat pada tabel 6.1 berikut. Tebel 6.3 Target pendengar Radio Genta Swara Sakti Bali berdasarkan usia NO USIA (TAHUN) PERSENTASE (%) 1. 10 20 20 2. 20-30 30 3. 30 50 40 4. 50 ke atas 10 Sumber data: Profil Radio Genta Swara Sakti Bali Berdasarkan tabel 6.1 di atas dapat dilihat bahwa target pendengar yang paling tinggi berdasarkan usia adalah pendengar yang berusia 30 50 tahun, yaitu mencapai 40%. Lalu dikuti oleh pendengar berusia 20-30 tahun, yaitu 30%. Berikutnya adalah pendengar berusia 10 20 tahun, yaitu 20 %, dan terakhir adalah pendengar berusia 50 tahun ke atas, yaitu 10%. Data di atas menunjukkan bahwa media modern elektronik dalam hal ini adalah Radio Genta Swara Sakti Bali, dapat dilihat sebagai salah satu faktor penghambat pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural Kota Denpasar. Hal ini dapat dilihat pada prosentase pendengar usia 10 30 tahun lebih kecil dari prosentase pendengar 30 50 tahun. Perbedaan prosentase tersebut menunjukkan bahwa Radio Genta lebih menargetkan usia dewasa ke atas ketimbang usia muda ke bawah. Itu berarti

107 Radio Genta Bali tidak dapat me-regenerasi-kan pemertahanan bahasa Bali sejak dini, sejak usia anak-anak. Pendengar usia dewasa ke atas akan mengalami kendala untuk pemertahanan bahasa Bali pada saat usianya sudah tua. Generasi muda belum diarahkan pola pikir serta sikapnya terhadap pemertahanan bahasa Bali sejak dini. Konsekuensinya adalah ketika generasi sudah dewasa tidak dapat mempertahankan eksistensi bahasa Bali lantaran mereka tidak dibiasakan menggunakan bahasa Bali sejak kecil.

108